Anda di halaman 1dari 93

Oleh

Faisal

Uwais Inspirasi Indonesia


PERIGI HATI

Penulis :
Faisal

Editor :
Fungky

Tata Letak :
Widi Yuritama P.

Desain Cover :
Uwais Inspirasi Indonesia

Penerbit:
Uwais Inspirasi Indonesia

Redaksi :
Ds. Sidoharjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo

Cetakan Pertama, Januari 2018

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang memperbanyak naskah novel ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatuallahiwabarakatu,
Saudaraku seiman dan seakidah, ketahuilah di
dalamjasadkita ini ada segumpal darah, kalau dia baik yang lain
ikut menjadi baik, kalau dia rusak yang lain ikut menjadi rusak.
Dimana dia, dia adalah hati. Maka yang pertama kali menghitam
itu adalah hati, ada satu titik hitam di dalam hati kita, ketika satu
titik hitam dibiarkan berubah menjadi dua titik, dibiarkan berubah
menjadi tiga titik, sepuluh titik, seratus, seribu titik, maka hati akan
menjadi hitam semuanya.
Ketika hati sudah menjadi hitam maka itulah azab di atas
azab, khatamaallahwangala kulubihim, setelah hati menghitam dan
terkunci maka menular ketelinga, wangalasamihim lalu ke mata
wangalaabsorihimrisawah. Padahal tiga itu yang akan ditanyakan
oleh Allah Swt. Diawali dengan telinga, mata dan hati.
Ketika yang terkunci yang deluan terkunci hati. Kalau hati
sudah terkunci telinga tersumbat, mata tertutup. maka pekak, tuli,
bisu apapun tidak lagi masuk ke telinga. Buku ini menyadarkan
diri kita termasuk saya terlebih lagi yang menulis buku ini.
Buku ini membantu menilik hati kita semua. Buku ini juga
memaparkan dalam penyakit hati dan cara mengobati hati.
Saudaraku seiman dan seakidah. Di dalam diri ini, ada yang
disebut dengan khol, kenapa disebut khol. Orang arab menyebutnya
dengan kholaba, karena sifatnya berbolak-balik. Pada selesai
sholat, beristiigfar maka hati terasa bersih.
Pada pagi harinya putih bersih tidak bernoda, petangnya
hitam. Makanya dari mulai pagi dibersihkan. Sholat subuh bersih,
sholat dzuhur bersih, condong matahari sholat ashar bersih,
tengggelam matahari sholat maghrib bersih, sempurna gelap malam
iii |P e r i g i H a t i
sholat isya bersih, tengah malam tahajud bermunajat orang tertidur,
kita tebangun di waktu tengah malam. Bermunazat dan berzikir
kepada Allah Swt Maka senantiasa bersihlah hati kita. Mari sama-
sama kita saudaraku seiman dan seikidah menjaga hati kita agar
selalu senantiasa bersih.
Wa‟alaikumsallam Warahmatuallahiwabarakatu

Penulis

iv |P e r i g i H a t i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------- v
Perigi Hati ------------------------------------------------------------------------ 1
Setir Hati -------------------------------------------------------------------------- 21
- Hati menurut Islam ----------------------------------------------------------- 32
- Qalb ------------------------------------------------------------------------------ 44
- Af‟idah/fuad -------------------------------------------------------------------- 45
- Albab ---------------------------------------------------------------------------- 45
- Letak akal, nafsu, dan ruh manusia menurut Islam --------------------- 52
- Shadr ----------------------------------------------------------------------------- 70
- DNA: Pikiranmu jadi sumber penyakit dan kesembuhan ------------- 74
- DNA dan kehidupan ---------------------------------------------------------- 75
- Pengaruh pikiran pada kesehatan dan penyakit secara ilmu DNA ------- 76
- Pikiran positif dan negatif dari aspek entropi ---------------------------- 78
- Efek pikiran positif dan pikiran negatif ----------------------------------- 81
- Sehat atau sakit datang dari pikiranmu ----------------------------------- 82

v |P e r i g i H a t i
PERIGI HATI

Kepada saudaraku seiman dan seakidah, saya mengingatkan


baik itu diri saya maupun kita semua. Bukankah kepastian
kehidupan di dunia ini ada terminal pemberhentian atau kata
dengan kata lain disebut dengan meninggalkan dunia alias kembali
kepada sang pencipta langit dan kehidupan ini yaitu Allah
Subhanahuwatangala. Maka saya selalu menegur diri saya melalui
lubuk hati yang paling dalam. Karena hati adalah sebuah penentu
atau penilaian obyektif oleh Allah Swt untuk melihat ketakwaan
seseorang hambanya dengan sengaja dihidupkan jasad yang
berisikan segumpal darah segar yang tidak berukuran besar, yaitu
bernama hati.
Hati tidak akan berbohong, berdusta, berkhianat, curang,
dengki, iri, buruksangka, congkak, sombong, riya, sumngah dan
perkara-perkara yang merusak keindahan hati.
Ketahuilah ketakwaan seorang hamba diketahui Allah
wazzalla hanya cukup mendengarkan kata hati seseorang
hambanya.
Maka cukup bagi Allah memberikan nilai kepada
hambanya, yang memiliki jasad yang perkasa, gagah, tegak kuat,
ditambah lagi kepintaran pengetahuan, cerdas berpikir, banyak
ilmu, abid ( ali ibadah ), terhormat. Waupun sekalian semua itu
ada dan benar dihadapan manusia maka jangan terlalu cepat
terburu-buru menilai hatinya pasti takut kepada Allah, sadar akan
kebesaran Allah, merasa lemah dan tidak berdaya tanpa izin Allah,
penilaian itu belum tuntas, belum berakhir sebelum hatinya atau

1 |P e r i g i H a t i
hati seseorang hamba masih tidak sadar kalau Allah selalu
mendengarkan niat hatinya.
Untuk mengetahui itu hanya Allah yang mengethui isi hati
seseorang hambanya.
Saudaraku seiman dan seakidah, bukankah semua kegiatan
kita diawali dengan niat maka akan terjadi sebuah gerakan yang
terlihat hasilnya baik itu buruk atau baik.
Padahal jelas seseorang muslim yang berilmu tentu akan
tahu ketika hendak beribadah baik yang wajib maupun yang sunat
pasti di mulai dengan niat.
Pertanyaannya? Kepada siapa niat itu kita sampaikan atau
kita niatkan?/....
Kalau kita sudah sadar betul niat itu ditujukan kepada Allah
Allawazzala maka pasti tidak bergeser dari yang baik ke yang
menjadi buruk, atau dari yang halal tidak akan bercampur yang
haram, mana yang niat hak dan mana niat yang bahtil akan
memberikan bekas.
Saudaraku seiman dan seakidah, kalau sudah sampai
waktunya, kita akan pasti kembali ke kampung halaman kita
sebenarnya yaitu akhirat, dan kita semua akan menghadap Allah
Swt. Pertanyaanya‟‟ lalu apa yang kita bawa mati menghadap Allah
Swt‟‟??
Dulu, dibangga-banggakan, dihormati, dimuliakan, tapi
pada saat tiba masanya, yang kita bawa tidak lain tidak bukan.
Allah tidak melihat fisik, badan bentuk tubuh, baju, perhiasan, itu
hanya sampulnya saja.
Allah tidak melihat rupa, wajah. Namun hati kita yang
bersih inilah yang kita bawa menghadap swt.
Harta tidak berguna, anak tidak bisa menolong, kecuali
orang yang datang mengahadap Allah dengan hati yang bersih, hati

2 |P e r i g i H a t i
yang tulus, hati yang memercikan cahaya iman, hati yang bersih
dari hasat, busuk hati sumngah, riyak, takkabur, itulah yang
menolong dihadapan allah swt.
Kata imam ali ratiallahhuan‟‟ semua manusia waktu hidup
itu tidur, saya tidur. ketika dia mati di situlah dia baru terjaga dari
tidur panjang.tersedar dari mimpi, baru terpikir betapa aku
meninggalkan sholat, betapa aku tidak berzakat, betapa dulu
kekuasaan aku lulus di umur 30 tahun pensiun diumur 58 tahun,
selama 28 tahun tidak pernah aku buat untuk agama. Sibuk
membesarkan anak, sibuk mengurus warisan, anakpun tidak ingat
dengan kita karena kita lupa menanamkan pendidikan agama di
dalam otak kepalanya.
Andailah dulu pernah dibawa ke masjid, andai dulu pernah
dibawa mengaji, andai dulu di sekolahkan di sekolah agama, tidak
akanlah lupa anak lupa mendoakan kita selesai sholat.
Harta yang banyak tidak sempat menolong agama Allah,
anak semata wayang tidak pernah diajarin agama, istri ditinggalkan
dalam keadaan stres susah hatinya, karena dia tidak diajarkan sabar
menerima rhido ketetapan takdir Allah, dan paling celaka tidak
pernah anggota tubuh ini dipakai untuk berzikir, muhasabah
mengingat Allah, tidak pernah mata dipakai menengok al-quran
kitab suci Allah, tidak pernah dipakai hati untuk merenung sejenak
apa yang akan aku bawa mati menghadap Allah Swt.
„‟Diciptakan alam raya dengan cinta dalam genggamannya
setiap wajah kan memuja bila tahu betapa indahMu penuh dengan
cinta penuh warna-warna penuh kasih sayang di setiap waktu Allah
Maha BesarMaha Memaafkansetiap kesalahan terbuka
ampunanMu yang melihat menyaksikan yang memberi ketenangan
Kau yang dekat penuh cinta di hati Allahu ya SalamAllah.. Allahu
ya Salam‟‟

3 |P e r i g i H a t i
Wahai saudaraku seiman dan seakidah.Sebenarnya yang
menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu
Wata‟ala serta selamat dari azabNya pada Hari Kiamat kelak ada-
lah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya se-
hingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya
kepada Allah Subhanahu Wata‟ala sebagai satu-satunya dzat yang
selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan
kehendakNya, dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu
condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya setan laknatullah
alaihi. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu Wata‟ala tidak akan
melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat
kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah
Subhanahu Wata‟ala hanya akan melihat hati-hati kita dan amal
perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan
membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya,
begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah
seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyarat-
kan oleh Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, 1/20.
َ‫ أَال‬،ُُّٔ‫جسَذُ مُي‬
َ ْ‫ َٗإِرَا َفسَ َذدْ َفسَذَ اى‬،ُُّٔ‫جسَذُ مُي‬
َ ْ‫ذذْ صَيَخَ اى‬
َ ‫جسَذِ ٍُعْغَخً إِرَا صََي‬
َ ْ‫ اى‬ِٜ‫ َٗإَُِّ ف‬،َ‫أَال‬
.ُ‫َ اىْقَ ْيت‬َِٜٕٗ
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota
tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh.
Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. al-Bukhari).
Karena itulah ma'asyiral Muslimin, hati mempunyai
peranan yang sangat fital dalam diri seseorang dan menjadi sentral
bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang dapat

4 |P e r i g i H a t i
menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan
aspek kehidupan seorang Muslim.
Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami
oleh kebanyakan manusia, khususnya kaum Muslimin di mana
kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita
akan menyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan
dan menyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur
kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan
materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya,
memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan
berbagai macam bentuk keindahan dunia, namun pada saat yang
sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta
kesucian batin yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan
mereka; baik di dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita
renungkan sebuah ayat sebagai bantahan Allah terhadap mereka,
sebagaimana Firman-Nya :
‫ًب‬ْٝ‫دسَُِ أَثَبثًب َٗ ِسء‬
ْ َ‫َٗمٌَْ إَْٔيَنَْْب قَجْيٌَُٖ ٍِِّ قَشٍُْ ٌُْٕ أ‬
"Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum
mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya
dan lebih sedap dipandang mata." (Maryam: 74). Dalam ayat yang
lain Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
َّ‫َِ ٍِِ قَجْيٌِِْٖ مَبُّ٘ا أَمْثَشَ ٍِ ُْٖ ٌْ ََٗأشَذ‬ِٝ‫ْفَ مَبَُ عَبقِجَخُ اىَّز‬َٞ‫َْظُشُٗا م‬َٞ‫ اْألَسْضِ ف‬ِٜ‫شُٗا ف‬ِٞ‫س‬َٝ ٌَْ‫أَفَي‬
.ُُ٘‫َ ْنسِج‬ٝ ‫ عَ ٌُْٖ ٍَّبمَبُّ٘ا‬َْْٚ‫ اْألَسْضِ فَََآأَغ‬ِٜ‫ُق َّ٘ ًح َٗءَاثَبسًا ف‬
"Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di
muka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-
orang yang sebe-lum mereka. Orang-orang sebelum mereka itu
lebih hebat kekuatan-nya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka
di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat
menolong mereka." (Al-Mu`-min: 82). Dua ayat di atas, cukuplah
memberikan penjelasan dan infor-masi kepada kita bahwa segala

5 |P e r i g i H a t i
sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak
berguna dan tidak dapat menyelamatkan mereka. Na'udzubillahi
min dzalik. “Menggandrungi dunia itu kegelapan hati dan
menggandrungi akhirat adalah cahaya hati.” (Utsman bin „Affan
Ra. **)
Memang dunia yang kita huni sekarang ini penuh dengan
pesona yang menakjubkan. Oleh karena itu manusia cenderung
memburunya sampai ke tingkat gelap mata dan gelap hati. "Dunia
itu manis lagi hijau." Demikian Nabi Muhammad Saw melukiskan
tentang keni‟matan dan keindahan dunia yang menjadi fokus
perburuan para penganut paham kebendaan.
Menurut Imam Ghazali pesona dunia itu telah menyibukkan
hati dan fisik manusia. Menyibukkan hati disebabkan pesonanya
yang dapat menarik cinta dan curahan perhatian hati sehingga tidak
sedikit orang yang menjadi mabuk karenanya.
Menyibukkan fisik karena benda-benda dunia itu
memerlukan pengolahan dan pengelolaan untuk kepentingan
dirinya atau kepentingan orang lain. Tidak sedikit orang yang
terbius oleh pesonanya hingga ia melalaikan akhiratnya.
Keterbiusan itulah yang menjadi penyebab perjalanan hidup
sang diri terjerembab ke dalam kegelapan sehingga orang yang
memburunya cenderung tidak mengindahkan norma dan tata aturan
yang menyebabkannya dirinya tenggelam dalam lumpur kehinaan.
Keterbuisan itu pula yang menjadi salah satu kekhawatiran
Rasulullah Saw sehubungan dengan melimpahnya gemerlap dunia
di kalangan ummat Islam. ”Aku tidak mengkuatirkan kemelaratan
menimpa kamu. Akan tetapi yang aku khawatirkan ialah bila
kemewahan dunia menimpamu sebagaimana orang-orang yang
sebelum kamu ditimpa kemewahan dunia. Lalu kamu berlomba-

6 |P e r i g i H a t i
lomba (dengan kemewahan) dan kamu binasa seperti mereka.”
(HR, Muslim).
Agar kita tidak terbius harta sehingga menggelapkan hati,
Rasulullah Saw mengingatkan kita untuk memperhatikan proses
pencapaiannya. Sebab tidak sedikit orang yang begitu cintanya
kepada dunia hingga ia tidak peduli terhadap proses dan segala
implikasi kecintaannya itu terhadap situasi kemanusiaannya,
terhadap langkah-langkah perjalanannya, dan terhadap akhir
perjalanan hidupnya..
"Dunia itu manis lagi hijau. Siapa yang memperoleh harta
dari usaha halalnya lalu membelanjakannya sesuai dengan hak-
haknya, maka Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu,
dan Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Siapa yang
memperoleh hartanya dari jalan haram lalu ia membelanjakannya
bukan pada hak-haknya, maka Allah akan menjerumuskannya ke
dalam tempat yang menghinakan (neraka). Banyak orang yang
dititipi harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat mendapat
siksa api neraka." (HR, al-Baihaqi)
Oleh sebab pesona dunia itu amat membius maka orang
cenderung lupa bahaya yang selalu mengintai di balik pesona yang
tersembunyi di medan pemburuannya. Ia juga lupa bahwa di balik
gemerlap dan keindahan dunia itu terkandung tanggung jawab yang
akan ditanya nanti di hari akhir.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengingatkan tentang bahaya
yang terdapat di medan perburuan harta duniawi. "Memburu harta
bagaikan berburu binatang di hutan rimba yang penuh dengan
binatang buas atau berenang di lautan yang penuh buaya."
Orang-orang yang tenggelam dalam kegandrungan dunia
mata hatinya menjadi gelap, tak peduli bahaya yang
mengancamnya. Ia melihat segala sesuatu dengan mata nafsunya

7 |P e r i g i H a t i
yang menyebabkan mata hatinya diselubungi noda-noda hitam
yang pekat sehingga tidak dapat membedakan antara petunjuk dan
kesesatan, antara bid‟ah dan sunnah, antara yang ma‟ruf dan yang
munkar.
Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang terserang krisis
persepsi sehingga pandangan dan persepsinya menjadi jungkir
balik. Mereka memandang kebaikan sebagai kejahatan dan
kejahatan sebagai kebaikan. Akibatnya hati mereka terus-menerus
ditimbuni noda-noda hitam yang menjadi lahan subur bagi
pembiakan fitnah hati. Noda-noda hitam inilah yang melumpuhkan
fungsi mata hati hingga tak mampu melihat.
Sebaliknya, meyakini dan mencintai kehidupan akhirat
menjadikan hati seseorang bening dan bercahaya. Imam Ibnu
Athailah al-Skandari dalam kata-kata hikmahnya mengatakan,
"Allah telah menerangi alam-alam lahiriah ini dengan pengaruh
cahaya (atsar) bekas-bekas sifat-sifatNya, dan Dia telah menerangi
segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati dengan cahaya sifat-
sifatNya itu.
Karena itu cahaya-cahaya lahiriyah bisa hilang dan lenyap
sedangkan cahaya-cahaya hati dan rahasia-rahasianya tidak
mungkin hilang dan sirna. Dan karena itulah berkata penyair,
“Sesungguhnya matahari siang akan tenggelam di malam hari, Dan
matahari hati tidak akan hilang sampai abadi."
Dengan demikian setiap diri seharusnya mampu menangkap
cahaya-cahaya yang dapat mencerahkan hati agar selalu dapat
menapaki kehidupan dengan terang benderang. Sesungguhnya
hanyalah Allah Swt yang berkenan memberikan cahaya hati kepada
setiap manusia. Kendati demikian, akal yang dianugerahkan-Nya
kepada setiap manusia dapat dimanfaatkan manusia untuk

8 |P e r i g i H a t i
merenung dan mentadabburi ayat-ayat-Nya sehingga ia
memperoleh cahaya.
Tafakkur dan tadabbur akan menjadi pemantik api hati
nurani manusia sehingga bercahaya. Sebab dengan tafakkur dan
tadabbur mansusia mampu menelusuri dan menghayati eksistensi
dirinya, mengenal siapa Tuhannya, tahu asal susulnnya dan ke
mana ia akan kembali.
Dengan demikian, hatinya tercerahkan oleh suatu kesadaran
penuh akan hak-hak yang harus dia tunaikan. Dia juga sadar-
sesadarnya bahwa hidup di dunia ini sebagai suatu pengembaraan
sementara. Kelak di saat yang telah ditentukan pasti akan kembali
ke rumah asalnya, di alam akhirat. Untuk itu ia menyintai tempat
kembalinya yang abadi Maka keyakinan dan cinta kepada akhirat
adalah cahaya hati yang akan menyebar ke seluruh penjuru kalbu.
Abu Thalib al-Makki dalam munajatnya memanjatkan
sebuah doa agar diberi cahaya yang dapat menerangi hidupnya.
"Ya Allah, berilah aku cahaya dalam kalbuku, cahaya dalam
pusaraku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dalam
pandanganku, cahaya dalamperasaanku, cahaya dalam semua
jasadku, cahaya di depanku dan di belakangku. Beri aku, kumohon
kepada-Mu, cahaya di tangan kananku dan cahaya di tangan kiriku
dan cahaya di atasku dan cahaya di bawahku. Ya Allah, tambahlah
cahaya dalam diriku dan siramilah aku dengan cahaya dan
terangilah aku dengannya."
Bagi orang mencintai kehidupan akhirat semua keraguan
dan kebimbangan yang pernah singgah dalam hatinya akan musnah
tak bersisa. Yang tinggal hanyalah keyakinan dan cintanya kembali
ke kampung akhirat nanti, menghadap Rabb-nya dengan kalbu dan
jiwa yang tenang, dan meraih keridhaan-Nya. " Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi

9 |P e r i g i H a t i
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama‟ah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS, alFajr [89]: 27-30).
Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati
meru-pakan dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari
Kiamat kelak. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
ٍِِْ َ‫ْشٌ رَِىل‬َٞ‫ رَِىلَ خ‬َٙ٘‫شًب َٗىِجَبطُ اىزَّ ْق‬ِٝ‫س ْ٘ءَارِنُ ٌْ َٗس‬ َ ِٛ‫َ٘اس‬ُٝ ‫ْنٌُْ ىِجَبسًب‬َٞ‫ ءَادًََ قَذْ أَّضَىَْْب عَي‬َِْٚ‫َبث‬ٝ
َُُٗ‫َزَّمَّش‬ٝ ٌَُّْٖ‫َبدِ ِاهلل ىَعَي‬ٝ‫ءَا‬
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu
adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan mereka selalu ingat." (Al-A'raf: 26). Sesungguhnya
perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun
sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu Wata‟ala menurunkan
kitab-kitab suciNya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para
Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindah-
nya. Demikianlah Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
ٍَِِِْْٞ‫ َٗسَدََْخٌ ىِّيْ َُؤ‬ًٙ‫ اىصُّذُٗ ِس َُٕٗذ‬ِٜ‫عظَخٌ ٍِِّ سَّثِّنُ ٌْ َٗشِفَآءٌ ىََِّب ف‬ ِ ٍَّْ٘ ٌُ‫َُّٖب اىَّْبطُ قَذْ جَآءَرْن‬َٝ‫َآأ‬ٝ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
da-lam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman." (Yunus: 57). Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu
Wata‟ala berfirman :
ٌِِّْٖٞ‫ُضَم‬َٝٗ ِٔ ِ‫َبر‬ٝ‫ٌِْْٖ ءَا‬َٞ‫َزْيُ٘ا عَي‬ٝ ٌِِْٖ‫ٌِْٖ َسسُ٘الً ٍِِّْ أَّ ُفس‬ِٞ‫َِ إِرْ ثَ َعثَ ف‬ٍِِْْٞ‫ اىْ َُؤ‬َٚ‫ىَقَذْ ٍََِّ ِاهلل عَي‬
ٍِِٞ‫ظالَهٍ ٍُّج‬ َ ِٜ‫ة َٗاىْذِنََْ َخ َٗإُِ مَبُّ٘ا ٍِِ قَجْوُ ىَّف‬ َ ‫ُعَيٌَُُُِّٖ اىْنِزَب‬َٝٗ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-
orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka
seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan

10 |P e r i g i H a t i
sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-
benar dalam kesesatan yang nyata." (Ali Imran: 164). Ajaran yang
paling besar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu „Alaihi
Wasallam ada-lah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk
menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang telah
ditempuh oleh beliau Sallallahu „Alaihi Wasallam. Dengan
demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya merupakan
tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu Wata‟ala, yang
dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal-nama-
namaNya dan sifat-sifatNya, serta dapat menghayati ayat-ayat
syar'iyah Allah, dengannya seseorang dapat merenungkan ayat-ayat
kauniyahNya serta dengannya seseorang dapat menempuh
perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan
menuju Allah Subhanahu Wata‟ala adalah perjalanan hati dan
bukan perjalanan jasad. Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah
menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, "Hati yang sehat,
yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir,
takabur, cinta dunia dan ja-batan. Ia terbebas dari semua penyakit
yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu Wata‟ala. Ia
selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari
intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari
segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas
dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan
Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam
kubur, serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan
terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik
yang bertentangan dengan tauhid, dari bid'ah yang berhadapan
dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari
ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi

11 |P e r i g i H a t i
ikhlash." (al-Jawab al-Kafi, 1/176). Ibnu Rajab al-Hanbali pernah
berkata, "Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal
jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala benar, lagi sesuai dengan sunnah Nabi dan
dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati." (Mahajjah fi
Sair ad-Daljah, hal. 52). Ini semua menunjukkan bahwa dasar
keimanan atau kekufu-ran, hidayah atau kesesatan, keberuntungan
atau kenistaan tergan-tung pada apa yang tertanam di dalam hati
seorang hamba. Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa
Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam bersabda :
َ‫ ََٗأشَبس‬،ٌُْ‫ قُُيْ٘ثِن‬َٚ‫َْظُشُ إِى‬ٝ ِِْ‫;م‬1648 #&‫صَ٘سِمُ ٌْ َٗه‬ ُ َٚ‫جسَبدِمُ ٌْ َٗالَ إِى‬ ْ َ‫ أ‬َٚ‫َْظُشُ إِى‬ٝ َ‫إَُِّ اهلل ال‬
.ِٓ‫ صَذْ ِس‬َٚ‫ثِؤَصَبثِعِِٔ إِى‬
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan
tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati
kamu, kemu-dian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya." (HR.
Muslim, no. 2564). Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa
siapa saja yang dipaksa untuk menyatakan "kekufuran", maka ia
tidak berdosa selagi hatinya masih tetap teguh beriman kepada
Islam dan tetap dalam kondisi tenang beriman, sebagaimana
FirmanNya :
ِ‫ُ َٗىَنِِ ٍَِّ شَشَحَ ثِبىْنُفْش‬ ِ ‫ََب‬ِٝ‫ََبِِّٔ إِالَّ ٍَِْ أُمْ ِش َٓ َٗقَيْجُُٔ ٍُؽََْئٌِِّ ثِبْإل‬ِٝ‫ٍَِ مَفَشَ ثيئ ٍِِ ثَعْذِ إ‬
َٚ‫َب عَي‬ُّّْٞ‫َبحَ اىذ‬َٞ‫ رَِىلَ ثِؤٌََُّْٖ اسْزَذَجُّ٘ا اىْذ‬. ٌُِٞ‫عظ‬ َ ٌ‫عتٌ ٍَِِّ ِاهلل َٗىٌَُْٖ عَزَاة‬ َ َ‫ٌِْْٖ غ‬َٞ‫صَذْسًا فَعَي‬
َِِٝ‫ اىْ َقًَْ٘ اىْنَبفِش‬ِٛ‫َْٖذ‬َٝ‫اْألَخِ َش ِح َٗأََُّ اهلل َ ال‬
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman
(maka dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka
dia tidak ber-dosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya
untuk keka-firan, maka kemurkaan Allah menimpanya dan dia
mendapat azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena
mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan

12 |P e r i g i H a t i
bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang
kafir." (An-Nahl: 106-107). Ayat ini diturunkan, sebagaimana
pendapat mayoritas ahli tafsir adalah berkenaan dengan kejadian
yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah ia masuk Islam, ia
mendapat siksaan dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah
sehingga ia mau mengucapkan kalimat kekufuran kepada Allah dan
cacian kepada Nabi Muhammad Sallallahu „Alaihi Wasallam. Di
lain kesempatan peristiwa tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah
sambil menangis.
.ْ‫ إُِْ عَب ُدْٗا فَعُذ‬:َ‫ قَبه‬.ُِ‫ََْب‬ِٝ‫ ٍُؽََْئًِّْب ثِبىْئ‬:َ‫ْفَ رَجِذُ قَيْ َجلَ؟ قَبه‬َٞ‫ م‬:َ‫قَبه‬
"... maka Nabi bersabda, 'Bagaimana kondisi hatimu?' Ia
menjawab, 'Aku masih tenang dalam beriman.' Maka Nabi
bersabda (untuk menggembirakannya dan memberinya
kemudahan), 'Kalau mereka kembali menyiksa, maka silahkan
lakukan lagi'." (HR. al-Hakim, 2/357). Di dalam sebuah hadits
yang lain, Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam bersabda
sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang
bersumber dari Anas bin Malik,
.ُُٔ‫ٌَْ قَيْج‬ِٞ‫سْزَق‬َٝ َّٚ‫ََْبُُ عَجْذٍ دَز‬ِٝ‫ٌُْ إ‬ِٞ‫سْزَق‬َٝ ‫ىَب‬
"Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya
lurus." (HR. Ahmad, no. 13079). Demikian agungnya keutamaan
dan urgensi hati seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata‟ala,
sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah a
diucapkan dengan ungkapan,
.ِ‫ ٍَُٗقَّيِتَ اىْقُُي ْ٘ة‬،‫ىَب‬
"Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati." Dan di
antara doa beliau adalah,
.َ‫ْ ِْل‬ِٝ‫ د‬َٚ‫ْ عَي‬ِٜ‫ ثَّجِذْ قَيْج‬،ِ‫َب ٍُقَّيِتَ اىْقُُي ْ٘ة‬ٝ
"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku pada agamaMu." Hal yang demikian, karena pada dasarnya

13 |P e r i g i H a t i
kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan
lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu
Wata‟ala, rahmatNya, dan dari ketaatanNya. Dan sejauh-jauh hati
dari Allah Subhanahu Wata‟ala adalah hati yang kasar, di mana
peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak dapat
menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikan-nya berilmu,
sehingga seseorang yang memiliki hati yang demikian di dalam
dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa-apa
baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan.
Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk merendahkan
diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu Wata‟ala, serta selalu
mendekatkan diri kepadaNya, mengharapkan rahmatNya dan
menjaga ketaatanNya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang
bersih, selalu menerima kebaikan. Maka dari itulah, Allah
Subhanahu Wata‟ala menggaris bawahi bahwa keselamatan di Hari
Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan,
dan kebaikan hati. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
ٌِٞ‫ت سَي‬ ٍ ‫ ِاهلل ثِقَ ْي‬َٚ‫ه َٗالَثََُُْ٘ إِالَّ ٍَِْ أَر‬ ٌ ‫َْفَعُ ٍَب‬َٝ‫ًَْ٘ ال‬َٝ
"Di hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih." (Asy-Syu'ara` : 88 - 89). Dengan demikian, marilah
kita bersungguh-sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa
mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya, karena ia satu-
satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling
mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan
memperbaikinya. Wallahul musta'an.
.‫ِّجًب‬َٞ‫ اىيٌٖ اسْصُقٌُْْٖ سِصْقًب ٍُجَبسَمًب ؼ‬،ٌَِْٞ‫ؼلَ اىْ َُسْزَق‬ َ ‫ِ َٗإْذٌِِْٕ صِشَا‬ َ َِِْٞ‫خ شَؤَُْ اىْ َُسْي‬ْ ِ‫اىيٌٖ أَصْي‬
‫َْٖب ٍَعَبشَُْب َٗأَصْيِخْ ىََْب‬ِٞ‫ْ ف‬ِٜ‫َبَّب اىَّز‬ُّْٞ‫ْ َُٕ٘ عِصََْخُ أٍَْشَِّب َٗأَصْيِخْ ىََْب د‬ِٛ‫ََْْْب اىَّز‬ِٝ‫اىيٌٖ أَصْيِخْ ىََْب د‬
ٍِِْ ‫ْ ٍش َٗاجْعَوِ اىْ ََ ْ٘دَ سَادَخً ىََْب‬َٞ‫ مُوِّ خ‬ِٜ‫َب َدحً ىََْب ف‬ِٝ‫َبحَ ص‬َٞ‫َْٖب ٍَعَبدَُّب َٗاجْعَوِ اىْذ‬ِٞ‫ْ ف‬ِٜ‫آخِشَرََْب اىَّز‬
َ٘‫س‬
ُ ‫ ثَِٖب اىْقُُي ْ٘ةُ َقجْوَ أَُْ رَ ْق‬َْٚٞ‫ْ رَذ‬ِٜ‫ َٗخُ ُزْٗا ثِبىَْؤسْجَبةِ اىَّز‬، ‫ فَبرَّقُ٘ا اهلل عِجَبدَ ِاهلل‬.ٍّ‫وِ شَش‬ ّ ُ‫م‬

14 |P e r i g i H a t i
ِ‫ْع‬ََِٞ‫ َٗىَنُ ٌْ َٗىِج‬ٜ
ْ ِ‫ْ ٕزا ََٗأسْزَغْفِشُ ِاهلل ى‬ِٜ‫ أَ ُقْ٘هُ َقْ٘ى‬.ٌُْ‫غ سَعَبدَرِنٌُْ َأ ْٗ شَقَبئِن‬ ُ ‫ فَئَُِّ رىل ٍََْب‬،َ‫َٗرَ َُ ْ٘د‬
.ٌُِْٞ‫َِْ ٍِِْ مُوِّ رَ ّْتٍ فَبسْزَغْفِ ُش ُْٗٓ إَُِّٔ َُٕ٘ اىْغَ ُفْ٘سُ اىشَّد‬َِِٞ‫اىْ َُسْي‬

َٓ‫ِِْ مُيِّ ِٔ ََٗىْ٘ مَ ِش‬ِّٝ‫ اىذ‬َٚ‫ظِْٖ َشُٓ عَي‬ُِٞ‫ِِْ اىْذَـقِّ ى‬ِٝ‫ َٗد‬َٙ‫سْ٘ىَُٔ ثِبىُْٖذ‬ ُ ‫ْ أَ ْسسَوَ َس‬ِٛ‫اَىْذََْذُ هلل اىَّز‬
،ُُٔ‫سْ٘ى‬
ُ ‫ َأشَْٖذُ أَُْ الَ إىٔ إال ِاهلل ََٗأشَْٖذُ أََُّ ٍُذَََّذًا عَجْ ُذ ُٓ َٗ َس‬،َُْ٘‫اىْ َُشْشِ ُم‬
ٌٖ‫الَ َٗأَّزٌُ ٍُّسْيََُُِ٘ اىي‬ ّ ِ‫دقَّ رُقَبرِ ِٔ َٗالَ رََُ٘رَُِّ إ‬ َ ‫َِ ءَاٍَُْ٘ا ارَّقُ٘ا اهلل‬ِٝ‫ُّٖبَ اىَّز‬َٝ‫َبأ‬ٝ :َٚ‫قَبهَ اهلل رَعَبى‬
:ُ‫ أٍََّب ثَعْذ‬.َِِْٞ‫ آىِ ِٔ َٗأَصْذَبثِِٔ أَجََْع‬َٚ‫ ٍُذَََّ ٍذ َٗعَي‬َٚ‫صَوِّ عَي‬
Saudaraku seakidah, di dalam sebuah hadits yang
bersumber dari Miqdad bin al-Aswad, ia menceritakan, Rasulullah
a bersabda :
.‫ًب‬ْٞ‫ىَقَ ْيتُ اثِِْ آدًََ َأشَذُّ اّْقِيَبثًب ٍَِِ اىْقِذْسِ إِرَا اجْزَََ َعذْ غَي‬
"Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah)
berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam
keadaan mendidih." (HR. Ahmad, no. 24317). Kemudian al-
Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia)
itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah
(dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan
isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah
dosa-dosa yang berdatangan menodai hati. Maka dari itu, agar hati
kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan
cahaya dari Allah Subhanahu Wata‟ala, bahkan sampai tertutup dan
terkunci karena hawa nafsu yang membelit-nya serta segala hal
yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya
usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan
kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha prefentif agar bisa
selamat dari segala bentuk penyakit-penyakit hati yang mematikan.
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi
tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-
ayat al-Qur`an dan mendengarkannya, karena al-Qur`an merupa-
kan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat

15 |P e r i g i H a t i
yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalam-
nya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan
yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di da-
lamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di
dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan
akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Allah
Subhanahu Wata‟ala berfirman :
‫ذ‬َِٖٞ‫ اىسََّْ َع َٗ ُٕ َ٘ ش‬َٚ‫ ىََِِ مَبَُ ىَُٔ قَ ْيتٌ َأْٗ أَىْق‬َٙ‫ رَِىلَ ىَزِمْش‬ِٜ‫إَُِّ ف‬
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat peri-ngatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau
yang menggu-nakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya." (Qaf : 37).
ُِِٞ‫شَُْ٘ سَثٌَُّْٖ ثٌَُّ رَي‬
َ‫خ‬ْ َٝ َِِٝ‫َ رَ ْقشَعِشُّ ٍِ ُْٔ جُيُ٘دُ اىَّز‬ِّٜ‫ثِ مِزَبثًب ٍُّ َزشَبثًِٖب ٍَّثَب‬ِٝ‫دسََِ اىْذَذ‬
ْ َ‫ِاهلل َّضَّهَ أ‬
ٍِِْ َُٔ‫ُعْيِو ِاهلل فَََب ى‬ٝ ٍََِٗ ‫شَآ ُء‬َٝ ٍَِ ِِٔ‫ ث‬ِٛ‫َْٖذ‬ٝ ‫ ِاهلل‬َٙ‫ رِمْشِ ِاهلل رَِىلَ ُٕذ‬َٚ‫جُيُ٘دُُٕ ٌْ َٗقُيُ٘ثٌُُْٖ إِى‬
ٍ‫َٕبد‬
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-
ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, gemetar
karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pemberi petunjuk pun
baginya." (Az-Zumar: 23).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur`an yang menunjuk-
kan demikian. Ini menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah sesuatu
yang paling agung yang dapat melembutkan hati, bagi yang mem-
baca, mendengarkan, dan merenungkannya, serta mengamalkan-
nya dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Di antara usaha yang dapat menenangkan hati adalah dengan
mengambil pelajaran terhadap kejadian dan peristiwa serta kehan-

16 |P e r i g i H a t i
curan yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan yang
mereka lakukan. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
ٍ‫ذ‬ِٞ‫ عُشُٗشَِٖب َٗثِئْشٍ ٍُّ َعؽَّيَ ٍخ َٗقَصْشٍ ٍَّش‬َٚ‫َخٌ عَي‬ِٝٗ‫َ خَب‬َِٜٖ‫ ظَبىََِخٌ ف‬ٜ َ َِٕٗ ‫َخٍ إَْٔيَنَْْبَٕب‬ْٝ‫ِِّ ٍِِّ قَش‬َٝ‫فَنَؤ‬
ََْٚ‫سََْعَُُ٘ ثَِٖب فَئََِّٖب الَرَع‬َٝ ٌُ‫َعْقِيَُُ٘ ثَِٖآ َأْٗ ءَارَا‬ٝ ٌ‫ اْألَسْضِ فَزَنَُُ٘ َىٌُْٖ قُيُ٘ة‬ِٜ‫شُٗا ف‬ِٞ‫س‬َٝ ٌَْ‫ أَفَي‬.
ِ‫ اىصُّذُٗس‬ِٜ‫ ف‬ِٜ‫ اىْقُيُ٘ةُ اىَّز‬ََْٚ‫اْألَثْصَب ُس َٗىَنِِ رَع‬
"Berapalah banyaknya kota yang Kami telah
membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zhalim,
maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan
(berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana
yang tinggi. Maka apa-kah mereka tidak berjalan di muka bumi,
lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang berada di dalam dada." (Al-Hajj:
45 - 46). Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah
dengan banyak mengingat Allah Subhanahu Wata‟ala dalam situasi
dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
َٚ‫ََبًّب َٗعَي‬ِٝ‫َبرُُٔ صَادَرٌُْْٖ إ‬ٝ‫ٌِْْٖ ءَا‬َٞ‫ذْ عَي‬َٞ ِ‫َِ إِرَا رُمِشَ اهلل َٗجَِيذْ قُيُ٘ثُُٖ ٌْ َٗإِرَا رُي‬ِٝ‫إَََِّب اىْ َُؤٍَُُِْْ٘ اىَّز‬
َُُ٘‫َ َزَ٘مَّي‬ٝ ٌِِّْٖ‫سَث‬
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah, maka gemetarlah hati
mereka, dan apa-bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,
maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Rabb
merekalah mereka ber-tawakal." (Al-Anfal: 2).
ُ‫َِ ءَاٍَُْ٘ا َٗ َرؽََْئُِِّ قُيُ٘ثٌُُٖ ثِزِمْشِ اهلل أَالَثِزِمْش ِاهلل َرؽََْئُِِّ اىْقُيُ٘ة‬ِٝ‫اىَّز‬
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi ten-teram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Rad: 28).
Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total setiap
perintah Allah Subhanahu Wata‟ala dan mengamalkannya serta

17 |P e r i g i H a t i
menjauhi setiap laranganNya. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman
:
‫ََبًّب‬ِٝ‫َِ ءَاٍَُْ٘ا فَضَادَرٌُْْٖ إ‬ِٝ‫ََبًّب فَؤٍََّب اىَّز‬ِٝ‫ُّنٌُْ صَادَرُْٔ ٕزٓ إ‬َٝ‫َقُ٘هُ أ‬ٝ ٍَِّ ٌُْٖ ََِ‫ذ سُ٘ َسحٌ ف‬ ْ ‫َٗإِرَا ٍَآأُّضَِى‬
ٌَُْٕٗ ‫جسِِٖ ٌْ ٍََٗبرُ٘ا‬ْ ِ‫ س‬َٚ‫جسًب إِى‬ ْ ِ‫ قُيُ٘ثٌِِٖ ٍَّشَضٌ فَضَادَرٌُْْٖ س‬ِٜ‫َِ ف‬ِٝ‫ َٗأٍََّب اىَّز‬. َُُٗ‫سْزَ ْجشِش‬َٝ ٌَُْٕٗ
َُُٗ‫مَبفِش‬
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara
mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapa di antara
kamu yang ber-tambah imannya dengan (turunnya) surat ini?'
Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam
hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah
kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada), dan
mereka mati dalam keadaan kafir." (At-Taubah: 124 - 125). Dan
Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman :
‫َشَامٌُ ٍِِّْ أَدَذٍ ثٌَُّ اّْصَشَفُ٘ا صَشَفَ اهلل‬ٝ ْ‫ ثَعْطٍ َٕو‬َٚ‫ذ سُ٘ َسحٌ َّظَشَ ثَعْعٌُُْٖ إِى‬ ْ ‫َٗإِرَا ٍَآأُّضَِى‬
ََُُٖ٘‫َفْق‬َٝ‫قُيُ٘ثٌَُٖ ثِؤٌََُّْٖ َقًٌْ٘ ال‬
"Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka
memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata), 'Adakah
seorang dari (orang-orang Muslimin) yang melihat kamu?'
Sesudah itu pun me-reka pergi. Allah telah memalingkan hati
mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti."
(At-Taubah: 127). Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati
seseorang dan membuatnya lembut adalah turut merenungkan
keadaan orang-orang sakit, orang fakir miskin, serta orang-orang
yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena dengan
mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan
mereka akibat penyakit yang di-deritanya, maka kita bisa menilai
nikmat, begitu juga manakala kita melihat keadaan orang-orang
fakir miskin dan anak yatim, dan merenungkan apa yang menjadi
kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan mengetahui nilai

18 |P e r i g i H a t i
nikmat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah dianugerahkan
kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun
manakala kita mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang
demikian dapat membuat hati-hati kita mengeras. Allah Subhanahu
Wata‟ala berfirman :
ٌُْْٖ َ‫َْْبكَ ع‬َٞ‫ُ َٗجَْٖ ُٔ َٗالَرَعْذُ ع‬َ ُٗ‫ذ‬ِٝ‫ُش‬ٝ ِِّٜ‫َذْعَُُ٘ سَّثٌَُْٖ ثِبىْغَذَا ِح َٗاىْ َعش‬ٝ َِِٝ‫سلَ ٍَعَ اىَّز‬ َ ‫َٗاصْجِشْ َّ ْف‬
‫َب َٗالَُرؽِعْ ٍَِْ أَغْفَيَْْب قَيْجَُٔ عَِْ رِمْشَِّب َٗارَّجَعَ ََٕ٘ا ُٓ َٗمَبَُ أٍَْ ُشُٓ فُ ُشؼًب‬ُّّْٞ‫َبحِ اىذ‬َٞ‫َْخَ اىْذ‬ِٝ‫ذُ ص‬ِٝ‫رُش‬
"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang
menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap
WajahNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengha-rapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengi-kuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan
keadaannya itu melewati batas." (Al-Kahfi: 28). Di samping kita
memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita dengan hal-hal
tersebut di atas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus
senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori, merusak,
menodai, dan mencemarkan hati-hati kita. Di antaranya, tidak sibuk
dan mudah terpedaya dengan kenikmatan dunia yang melalaikan,
terbiasa dan membiarkan mata memandang hal-hal yang
diharamkan; baik melalui televisi ataupun video, dari segala bentuk
siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat dalam surat
kabar ataupun majalah, mendengarkan musik dan menikmati
nyanyian seorang penyanyi, ataupun menyibukkan diri dengan olah
raga tertentu, baik mengikuti perkembangannya, melihatnya secara
berlebihan sampai banyak menyita sebagian besar waktu yang ada.
Dan di antara yang dapat mengotori dan merusak hati
adalah makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku
dosa dan maksiat. Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya kebajikan
itu menyebab-kan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan

19 |P e r i g i H a t i
pada jasmani, melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih
sayang terhadap sesama. Sedangkan keburukan (dosa)
menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka,
kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa
benci terhadap sesama." (Madarij as-Salikin, 1/424). Semoga kita
yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan
mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata‟ala, sehingga hati-
hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang
dapat menodai dan merusaknya.Amin ya rabbal 'alamin.

20 |P e r i g i H a t i
SETIR HATI

Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula


perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka
menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib. Tentang
perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada
lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk),
angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan
dan banyak tidur.' Bergaul dengan banyak kalangan Pergaulan
adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan
yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk
lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan
menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut
dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif. Dalam
tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan
kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini,
karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran
manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu,
kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah
pergaulan. Allah berfirman: "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang
yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai
(dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.
Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan
aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku."
(Al-Furqan: 27-29). "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang
bertakwa." (Az-Zukhruf: 67). "Sesungguhnya berhala-berhala yang
kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan
21 |P e r i g i H a t i
kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian
di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain)
dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat
kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para
penolong." (Al-Ankabut: 25).
Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan
duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada
hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut,
maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta
berubah menjadi saling membenci dan melaknat. Karena itu, dalam
bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai
adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi
pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.
Larut dalam angan-angan kosong Angan-angan kosong adalah
lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang
bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-
orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-
ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa
mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan
bangkai.
Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa
kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang
diangankannya. Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu,
ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta
kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya
angan-angan belaka.
Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia,
maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang
mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji.
Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi

22 |P e r i g i H a t i
shalallahu 'alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita
terhadap kebaikan. Bergantung kepada selain Allah Ini adalah
faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih
berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.
Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan
menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia
bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan
menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan
sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung
kepadanya. Allah berfirman, artinya:
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain
Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi
mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu
akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya)
terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi
musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82) "Mereka mengambil
sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat
pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka,
padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk
menjaga mereka." (Yasin: 74-75) Maka orang yang paling hina
adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang
berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan
rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih
dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di
atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang
melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman,
artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar
kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-
Isra': 22) Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi
terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian

23 |P e r i g i H a t i
lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa
secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang
berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang
bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan
keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni
tidak terpuji dan tidak ada yang menolong. Makanan Makanan
perusak ada dua macam. Pertama , merusak karena dzat/materinya,
dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak
Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring
dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena
hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang
diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau
takut terhina.
Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya.
Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat
batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan
ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk
memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa
berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan
masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa
mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan.
Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat
setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan
minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.
Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan: "Tidaklah
seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari
memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah
bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan
tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk
makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk

24 |P e r i g i H a t i
nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh
Al-Albani).
Kebanyakan tidur Banyak tidur mematikan hati,
memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta
malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang
berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang
paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.
Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika
sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik
daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan
pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat
Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang
sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah
melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau
tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu
adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya
rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang
strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya.
Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar
sangat terpaksa.
Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat
adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada
seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan
itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang
daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya.
Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal
malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur
yang dibenci Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .

25 |P e r i g i H a t i
Hati yang damai adalah harapan dan semua cita-cita
kita,bahagia subhanallah.. tapi kita harus tahu dahulu sumber yang
membuat hati kita tidak damai yang yaitu hati yang terlalu banyak
dosa kepada allah dan banyak berbuat zolim kepada mahluk allah
dan itu yang menjadi hijab hati, menajdi gelap, keras seperti batu.
Karena selalu berbuat maksiat, sakau dalam maksiat
ketagihan melakukan maksiat, hati tidak akan tenang, gelisah.
Karena nafsu yang diperturutkan, nafsu amarah, liar, buas,
sehingga jadi budak nafsu, gelisah tidak pernah tenang dalam
bersikap dan berbicara, karena amat sangat cinta dunia menjadi
budak dunia, pikirannya fulus, dollar, rial, ditambah lagi makanan
yang haram baik zatnya atau cara mencarinya menipu, korupsi dan
sebagainya dia makan, jadi darah jadi daging, jadi rumah, hidupnya
penuh gelisah tidak nyaman wajahnya gelap terlihat tidak
bercahaya dari dalam karena hatinya rusak. Dikuasai setan, kalau
sudah dikuasai setan, sudah dikelambui setan, maka hati seseorang
itu tidak lagi memrespon hal-hal yang baik, yang diperintahkan
Allah..
Secara umum manusia memiliki 3 potensi penting. Potensi
pertama adalah potensi fisik, sehingga jika kita mampu mengelola
fisik dengan baik, insya Allah kita akan menjadi manusia yang kuat
dan produktif. Bahkan Islam sangat menganjurkan agar kita
memiliki fisik yang sehat. Almu`minuni qowiyyu, mu`min yang
kuat lebih baik
Secara umum manusia memiliki 3 potensi penting. Potensi
pertama adalah potensi fisik, sehingga jika kita mampu mengelola
fisik dengan baik, insya Allah kita akan menjadi manusia yang kuat
dan produktif. Bahkan Islam sangat menganjurkan agar kita
memiliki fisik yang sehat. Almu`minuni qowiyyu, mu`min yang

26 |P e r i g i H a t i
kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mu`min yang
lemah.
Dalam catatan sejarah, sampai usia 6 tahun Nabi
Muhammad Saw memiliki tubuh yang benar-benar atletis. Beliau
memulai peperangan pada usia 53 tahun. Dan tentu saja, perang
zaman dulu tidak perang seperti zaman sekarang. Ketika itu
Rasulullah Saw memakai baju besi hingga dua lapis dan
mengarungi padang pasir sejauh ratusan kilometer. Itu artinya fisik
beliau sangat prima.
Akan tetapi,ternyata tidak selamanya orang yang berfisik
baik itu mulia sebagaiaman kemuliaan Rasulullah. Bahkan tidak
jarang manusia yang berbadan bagus malah menjadi hina akibat
keindahan fisiknya. Wanita bertubuh bagus tidak identik dengan
wanita yang mulia, malah tidak sedikit wanita berbadan bagus
menjadi turun derajatnya karena dia gemar memamerkan tubuhnya.
Di sisi lain ada juga orang yang gara-gara badannya bagus menjadi
stress karena takut jadi tidak bagus. Setiap hari waktunya habis
untuk memikirkan badannya. Ikut senam, diet dan membeli
bermacam-macam obat supaya tubuhnya tetap bagus. Secara tidak
langsung orang seperti ini justru tersiksa dengan keindahan
tubuhnya.
Sekali lagi, kita memang harus meningkatkan potensi fisik,
namun potensi ini tidak identik dengan kemuliaan seseorang, jika
tidak mampu menjaganya dengan hati-hati.
Potensi yang kedua adalah akal. Kita dikaruniai akal oleh
Allah dan akal inilah yang membedakan kita dengan makhluk
Allah lainnya. Dengan akal kita dapat memikirkan ayat-ayat Allah
di alam ini sehingga kita dapat mengelola dan mengolahnya
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

27 |P e r i g i H a t i
Kendati demikian, potensi akal juga bukanlah potensi yang
dapat menentukan mulia atau tidaknya seorang manusia. Di
Indonesia ini begitu banyak orang yang pintar, tapi mengapa
Indonesia masuh juga terpuruk? Setiap tahun puluhan ribu sarjana
dikeluarkan oleh kampus-kampus yang ternama. Tapi mengapa
korupsi masih juga merajalela? Rasanya kecil kemungkinan kalau
korupsi itu dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Bagaiamana
tidak?
Uang negara, uang rakyat yang dikuras jumlahnya bukan
hanya dalam bilangan jutaan atau miliaran, tapi juga triliunan
rupiah. Kalau orang bodoh rasanya dia tidak akan kuat berpikir
jauh-jauh seperti itu. Artinya pintar tidak identik dengan
kemuliaan. Jika tidak hati-hati, mempunyai anak pintar juga tidak
selalu identik dengan kebahagiaan. Ada yang anaknya pintar
sementara orang tuanya hanya lulusan SD atau SMP, malah jadi
menghina orang tuanya.
Demikianlah memang. Badan yang kuat tidak selalu
menggambarkan kemuliaan, akal pikiran yang pintar juga tidak
selalu membuat oang menjadi mulia. Jadi apa sih yang bisa
membuat orang mulia?
Inilah potensi ketiga yang ada pada diri manusia yang tidak
setiap orang mampu menjaga serta mengembangkannya. Dialah
yang dinamakan hati. Hati inilah potensi yang bisa melengkapi otak
cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang hidup
inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang yang tidak
begitu cerdas pun dapat menjadi mulia. Ada sebuah syair yang
mungkin bisa menggambarkan betapa hati bisa sangat berpengaruh
pada kehidupan seseorang.
"Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat
hidup kan gigih, prestasi mudah diraih; Tapi bila hati busuk,

28 |P e r i g i H a t i
pikiran jahat merasuk, akhlaqpun kan terpuruk, dia jadi makhluk
terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap tenang, walau
kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang; Tapi bila hati
sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin
terasa sakit".
Masya Allah, andaikan hati kian bersih tentu akan nikmat
sekali menjalani hidup ini. Kalau hati kita ini bersih dan sehat,
maka pikiran pun bisa menjadi cerdas. Kenapa? Karena tidak ada
waktu untuk berpikir licik, dengki atau keinginan untuk
menjatuhkan orang lain. Sebab, kalau tidak hati-hati benar maka
hidup kita itu sangat melelahkan. Sekali saja kita tidak suka kepada
seseorang, maka lambat laun kebencian itu akan memakan waktu,
produktivitas dan memakan kebahagiaan kita, kita akan lelah
memikirkan orang yang kita benci. Karenanya bila hati kita bersih,
maka pikiran bisa menjadi jernih. Tidak ada waktu buat iri, semua
input kan masuk dengan mudah, karena tidak ada ruang untuk
meremehkan siapa pun. Akibatnya kita akan memiliki akses data
yang sangat tinggi, akses informasi yang benar-benar melimpah,
akses ilmu yang benar-benar meluas, ujungnya akan mampu
mengambil ide-ide yang cemerlang dan gagasan-gagasan yang jitu.
Berbeda dengan orang yang sombong, dia akan merasa
bahwa dirinyalah yang paling tahu semua hal. Akibatnya, dia tidak
pernah mau mendengar masukan dari orang lain. Padahal setiap
orang tentu memiliki kelemahan. Dan untuk memperbaiki
kelemahan itulah kita membutuhkan koreksi dan masukan dari
orang lain.
Dengan kebersihan hati, insya Allah, otak akan lebih
cerdas, ide lebih brilian, gagasan lebih cemerlang. Orang yang
bersih hati itu punya kemampuan berpikir lebih cepat dari orang
lain. Namun orang yang kotor hatinya, cuma akan berjalan di

29 |P e r i g i H a t i
tempat. Dia kan sibuk memikirkan kekurangan orang lain, yang ada
dalam pikirannya hanyalah kejelekan orang. Hatinya akan menjadi
sempit.
Coba perhatikan jika ada anjing, kerbau, atau ada ular, di
lapangan yang sangat luas, tentunya relatif tidak akan menjadi
masalah. Apa lagi jika lapangannya teramat sangat luas, sebab
ruang untuk bergerak jauh lebih leluasa. Tapi apa bila kita sedang
da di kamar mandi, lalu muncul seekor tikus saja, pasti akan
menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik, atau malah
ketakutan. Artinya bagi orang-orang yang berhati sempit, perkara
kecil saja bisa menjadi masalah besar, apalagi perkara yang benar-
benar besar.
Jika hati bersih maka wajah pun akan memancarkan
kecerahan dan penuh keramahan. Bahkan Nabi Muhammad Saw
juga demikian. Beliau tidak pernah berjumpa dengan oang lain
kecuali dalam keadaan tersenyum cerah. Senyum yang penuh
keikhlasan memang sangat bernilai besar, karena selain menjadi
shadaqah juga akan menyehatkan tubuh. Bahkan menurut para ahli,
senyum itu hanya menggunakan 17 otot, sedangkan cemberut 32
otot, makanya orang yang sering cemberut akan mengalami
kelelahan otot.
Dalam berbicara pun kita harus sangat berhati-hati, sebab
tak jarang melalui tutur kata, akan terlihat derajat seseorang. Sebab
mulut ini ibarat teko yang mengeluarkan isinya. Jika di dalamnya
berisi kopi tentu yang keluar juga kopi, tapi jika isinya air yang
bening pasti keluar air yang bening. Orang yang berkualitas itu,
jika berbicara ada struktur dan cirinya. Kalau dia berbicara yang
keluar adalah ide atau gagasan, hikmah, solusi, ilmu dan zikir,
sehingga pembicaraannya senantiasa bermanfaat. Kalau bunyi itu
efektif. Semakin banyak omongan sia-sia, maka semakin turun

30 |P e r i g i H a t i
kualitas orang itu, padahal ciri-ciri kualitas keislaman orang itu
dilihat bagaimana kesanggupan menahan diri dari sesuatu yang sia-
sia. Kalau kita selalu berusaha mengendalikan hati, detak jantung
normal, wajah cerah, lisan enak, dan badan sehat. Lebih dari itu
bergaul dengan siapa pun akan menyenangkan.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk
mengenal potensi yang termahal dari hidup kita, yaitu hati kita
sendiri. Hidupkan hati dengan memperbanyak ilmu,
memperbanyak ibadah, dan zikir. Ladang untuk berkarya teramat
luas, hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, insya Allah hidup
ini menjadi lebih indah dan penuh makna.
Hati adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh
kesungguhan. Kita tidak bisa mengatur dan menata hati, kecuali
dengan memohon pertolongan Allah agar Dia selalu menjaga hati
kita. Hati adalah pangkal kehidupan. Jika Allah memberi hati kita
yang bening, kita akan banyak mendapat keuntungan dan bisa
menjadi apa saja sesuai dengan keinginan. Bisnis bisa menjadi
lancar dan sukses, menjadi pemimpin yang dicintai, suami yang
dihormati, ayah yang disegani, menjadi apa pun bisa terwujud jika
akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah Qalbun Salim,
yaitu hati yang selamat, selamat dari segala kebusukan. Sebab
kesuksesan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang
berhati bersih. Semoga kita termasuk di dalamnya
Hati dan pikiran begitu berpengaruh pada apa yang kita
lakukan. Saat hati kita gelisah maka kita pun dilanda resah. Pikiran
yang tidak menentu seringkali membuat jalan terasa semakin
buntu.
Jangan biarkan hati Anda semakin gamang dan emosi yang
kian membuncah. Nafsu hanya akan menghantarkan kita pada
derita yang menyiksa.

31 |P e r i g i H a t i
Oleh sebab itu, kemampuan untuk bisa menenangkan hati
dan pikiran adalah skill yang harus Anda kuasai untuk kembali bisa
mendapatkan „kedamaian‟.
Bagaimana cara mendapatkan kedamaian? Ubahlah cara
pandang Anda ketika menghadapi masalah. Masalah jangan selalu
dianggap 'derita', sebenarnya kehadirannya akan membuat Anda
semakin dewasa.
Bergaulah selalu dengan orang-orang bijak dalam
memberikan nasehat. Berkumpulah dengan orang-orang yang luar
biasa. Jika Anda sedang labil, baiknya tidak mengadu pada mereka
yang sering menyalakan api. Jika Anda semakin terjebak dalam
rasa benci, maka jangan cari mereka yang mudah menyulut emosi.
Benahi lingkungan Anda. Tidak sedikit orang terbelenggu
dalam ketidakdamaian hanya karena mereka berdiri... di
lingkungan yang salah!

Hati Menurut Islam


Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan
kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu
dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar
wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang
terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam
nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai
maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mengingatkan,
mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-
Syams: 9-10)
Pembahasan mengenai amalan-amalan hati termasuk
pembahasan yang sangat panjang di dalam kitab-kitab para ulama,

32 |P e r i g i H a t i
dan membahas semua itu tentunya akan memakan waktu yang
sangat lama. Karenanya pada kesempatan yang ringkas ini kita
hanya akan membicarakan beberapa poin yang berkenaan
dengannya: a)Definisi dan tempat hati. b)Kedudukan hati.
c)Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
d)Hal-hal yang memperbaiki hati. e)Hal-hal yang merusak hati.
f)Yang dimaksud dengan amalan hati. g)Hukum amalan hati dari
sisi pahala dan dosa. h)Keutamaan amalan hati dibandingkan
amalan jawarih (anggota tubuh). i)Pembagian manusia dalam
mengamalkan amalan hati.
Pertama: Definisi dan letak hati. Kata hati (arab: qalbun)
mempunyai dua penggunaan dalam bahasa:a. Menunjukkan bagian
yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu. b. Bermakna
merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain. Lihat
Mu‟jam Maqayis Al-Lughah
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah,
karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia
dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga
sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan Nabi
bersabda:
. َ‫ة ثَجِّثْ قَ ْيجًِ عَيَى دٌِ ِْل‬
ِ ‫ٌَب ٍُقَيِّتَ اىْقُيُى‬
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku
di atas agamamu.” )(HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik
berfirman, adapun letaknya, maka Al-Qur`an dan As-Sunnah
menunjukkan bahwa dia terletak di dalam dada. Allah “Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah
hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46) juga bersabda tentang
ketaqwaan, Dan Nabi “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di
sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari
Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati.

33 |P e r i g i H a t i
Bertolak dari hal ini para ulama juga membahas mengenai letak
akal. Seluruh kaum muslimin bersepakat -kecuali mereka yang
terpengaruh dengan filosof dan ilmu kalam- bahwa akal itu terletak
di dalam hati, bukan di otak, Allah berfirman “Maka apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj:
46) Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada,
walaupun tidak menutup kemungkinan dia (akal) mempunyai
hubungan dengan otak, sebagaimana tangan yang terluka akan
berpengaruh pada seluruh anggota tubuh lainnya. Karenanya kalau
ada seseorang yang kepalanya dipukul atau terkena benturan yang
keras maka terkadang menyebabkan akal dan ingatannya hilang.
Kedua: Kedudukan hati. Nabi bersabda dalam hadits
Ibnu Mas‟ud:
‫سدُ مُيُّهُ أَىَب‬
َ َ‫سدَ اىْج‬
َ َ‫سدَتْ ف‬
َ َ‫سدُ مُيُّ ُه وَِإذَا ف‬
َ َ‫ث صَيَحَ اىْج‬
ْ َ‫سدِ ٍُضْغَةً ِإذَا صَيَح‬
َ َ‫أَىَب وَإَُِّ فًِ اىْج‬
ُ‫وَهًَِ اىْقَيْت‬
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal
daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota
tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota
tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun alaih) Ibnu Rajab
Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang
menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang
hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi
semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (Jami‟ Al-
Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)
Ketiga: Perbandingan antara hati dengan pendengaran
dan penglihatan. Ketiga anggota tubuh ini merupakan anggota
tubuh terpenting pada tubuh manusia karena pada ketiganyalah
semua ilmu dan pengetahuan berputar. berfirman,Allah “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

34 |P e r i g i H a t i
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(QS. Al-Isra`: 36) Allah mengkhususkan penyebutkan ketiganya di
antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota
tubuh yang paling mulia dan paling sempurna. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini
dalam Al-Majmu‟ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai
berikut: Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya
karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat
itu, berbeda halnya dengan pendengaran dan hati karena kedua bisa
mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman
dahulu maupun di zaman yang akan datang. Kemudian
pendengaran dan hati berbeda dari sisi: Hati itu sendiri bisa
memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi
sebagai pengantar ucapan yang berisi ilmu kepada hati.
Keempat: Hal-hal yang memperbaiki hati.
Jumlahnya sangatlah banyak, di antaranya: a. Al-mujahadah
(kesungguhan) dalam memperbaikinya. berfirman,Allah “Dan
orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69) Abu Hafsh An-Naisaburi berkata,
“Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang
menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)
b.Banyak mengingat kematian dan hari akhirat. Rasulullah
bersabda dalam hadits Abu Hurairah
َ‫ت ٌَ ْعًِْ اىْ ََىْت‬
ِ ‫ثِسُوا ذِمْسَ هَبذًِِ اىيَّرَّا‬
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni
kematian” (HR. Imam Empat kecuali Abu Daud) Dan beliau juga
bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia
mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian

35 |P e r i g i H a t i
riwayat: Kematian)-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari
Abu Hurairah Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak
ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan
dahsyatnya api neraka. Said bin Jubair -rahimahullah- berkata,
“Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya
khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.” c.Bergaul dengan
orang-orang yang saleh: Dalam hal ini Nabi bersabda sebagaimana
dalam hadits Abu Musa Al-Asy‟ari
ِ‫سل‬ْ َِْ‫ل َوَّبفِخِ اىْنٍِسِ فَحَب ٍِوُ اى‬ ِ‫س‬ْ َِْ‫اىسىْءِ مَحَب ٍِوِ اى‬
َّ ِ‫ح وَاىْجَيٍِس‬ ِ ِ‫إَََِّّب ٍَ َثوُ اىْجَيٍِسِ اىصَّبى‬
َ‫ُ ٌُحْ ِسق‬
ْ ‫جدَ ٍِْْهُ زٌِحًب ط ٍَِّجَ ًة َوَّبفِخُ اىْنٍِسِ إٍَِّب َأ‬ِ َ‫ُ ج‬
ْ ‫ُ َج ْجحَبعَ ٍِْْ ُه وَإٍَِّب َأ‬
ْ ‫ل وَإٍَِّب َأ‬
َ ٌَ ‫ح ِر‬
ْ ٌُ ُ
ْ ‫إٍَِّب َأ‬
ً‫خجٍِثَة‬
َ ‫جدَ زٌِحًب‬ ِ َ‫ُ ج‬
ْ ‫ل وَإٍَِّب َأ‬
َ ‫ِثٍَب َث‬
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman
duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai
besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan
memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli
darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu.
Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu
maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Bahkan Allah Ta‟ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu
cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan
kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113) d. Hatinya selalu
terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya. telah jelaskan
definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur,Ini adalah jenjang
ihsan yang Rasulullah “Engkau menyembah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya, dan kalau kamu tida sanggup melihat-
Nya maka yakinlah kalau Dia melihatmu.” (Muttafaqun alaih) Ibnu
Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib, “Sesungguhnya
di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa dihilangkan
kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di dalamnya

36 |P e r i g i H a t i
ada kesedihan yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan
kegembiraan mengenal-Nya, dan padanya ada kefakiran yang tidak
bisa dihilangkan kecuali dengan kejujuran tawakkal kepada-Nya,
yang seandainya seseorang diberikan dunia beserta segala isinya
niscaya kefakiran tersebut tidak akan hilang.” e. Amalan saleh
dengan semua bentuknya. Allah Ta‟ala berfirman, “Barang siapa
yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka
(dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat: 46) berkata,
“Sesungguhnya amalan baik memberikan cahaya padaIbnu Abbas
hati, kecemerlangan pada wajah, kekuatan pada badan, tambahan
pada rezeki, kecintaan di dalam hati-hati para hamba.” Dan
sebesar-besar bahkan landasan setiap amalan yang saleh adalah
ilmu agama yang bermanfaat, dengannyalah seorang hamba
mendapatkan kebaikan bersabda dalam hadits Muawiah bin
Abidunia dan akhirat. Rasulullah Sufyan:
ٌِِِّ‫َقهْهُ فًِ اىد‬
ِّ ‫خٍْسًا ٌُف‬
َ ‫ِ ٌُ ِسدْ اىيَّ ُه ثِه‬
ْ ٍَ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya
maka Dia akan memberikannya pemahaman dalam agama.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim) f. Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan
tujuan penciptaannya.
Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu
benda yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak
kalau digunakan untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan
tujuan diciptakannya hati dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-
ayat Allah yang bersifat syar‟i dan kauni yang darinya akan lahir
amalan-amalan sebagai tanda keimanan dia kepada Allah. Pernah
ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda` -radhiallahu anha- tentang
ibadah suaminya yang paling sering dia lakukan, maka beliau
menjawab, “Berpikir dan mengambil pelajaran (darinya).” g.

37 |P e r i g i H a t i
Berdzikir kepada Allah Ta‟ala. Allah Ta‟ala berfirman, “Barang
siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Qur‟an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka
setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS.
Az-Zukhruf: 36) Dan Allah berfirman, “Dan barang siapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya
Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan
buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah
berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami,
maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu
pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126) Dan Allah berfirman,
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d: 28)
Kelima: Hal-hal yang merusak hati. Telah jelas pada
pembahasan sebelumnya perkara apa saja yang merusak hati, yaitu
dengan mengetahui kebalikan semua perkara yang memperbaiki
hati. Dan di sini kita tambahkan beberapa perkara: a. Melampaui
batas dalam semua perkara. Allah Ta‟ala berfirman, “Bermegah-
megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At-Takatsur: 1)
berfirman,Dan Allah “Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A‟raf: 31) Al-Fudhail bin Iyadh
berkata, “Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras:
Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.” (Nuzhah Al-
Fudhala`: 779) b. Memakan makanan yang haram. Karena
makanan merupakan salah satu unsur pembentuk hati, dan telah
shahih dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Daging mana saja yang
tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas

38 |P e r i g i H a t i
baginya.” c. Tenggelam dalam mengejar dunia. Telah datang
tahdziran dari Allah dan Rasul-Nya mengenai fitnah dunia, di
antaranya Allah Ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia
hanyalah permainan dan senda gurau.” (QS. Muhammad: 36) :
Dan Rasulullah telah bersabda dalam hadits Abu Said Al-Khudri
ِ‫َوهَ ِف ْحَْ ِة َثًِْ إِسْسَائٍِوَ مَبَّثْ فًِ اىِّْسَبء‬
َّ ‫اىد ٍَّْب وَاجَّقُىا اىِّْسَبءَ فَإَُِّ أ‬
ُّ ‫فَبجَّقُىا‬
“Maka takutlah kalian kepada fitnah dunia dan takutlah
kalian kepada fitnah wanita, karena sesungguhnya fitnah yang
pertama kali menimpa Bani Israil adalah dalam masalah wanita.”
(HR. Muslim)
Keenam: Yang dimaksud dengan amalan hati. Yang
dimaksud dengannya adalah semua amalan yang letaknya di dalam
hati atau yang mempunyai hubungan dengannya. yang terbesar
darinya adalah keimanan kepada Allah, cinta, takut dan berharap
kepada-Nya, taubat dan kembali kepada-Nya, tawakkal, sabar,
yakin, khusyu‟, ikhlas dan semacamnya. Darinya kita sudah bisa
membedakan antara amalan hati, amalan lisan seperti berzikir dan
berdoa, dan amalan anggota tubuh seperti ruku‟, sujud dan
semacamnya.
Ketujuh: Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.
Dalam hal ini dia sama dengan amalan anggota tubuh lainnya
walaupun dari sisi kedudukan, dia lebih utama darinya. Maka kalau
seseorang dihukum ketika dia melakukan ghibah dengan lisannya,
maka demikian pula dia akan dihukum ketika hatinya bertawakkal
kepada selain Allah. Apalagi yang memang merupakan ibadah hati,
maka seseorang akan dihukum ketika hatinya meninggalkan ibadah
tersebut walaupun dia tidak menampakkannya dalam amal
perbuatannya, seperti cinta kepada Allah, keyakinan hanya Allah
yang mengetahui perkara ghaib dan semacamnya.

39 |P e r i g i H a t i
Kedelapan: Keutamaan amalan hati dibandingkan
amalan jawarih (anggota tubuh). Keutamaannya bisa ditinjau
dari beberapa sisi: a. Rusaknya ibadah hati terkadang menyebabkan
rusaknya ibadah yang berkenaan dengan anggota tubuh, contohnya
keikhlasan dalam ibadah. Allah berfirman dalam hadits qudsi:
ُ‫غٍْسِي جَسَ ْمحُ ُه وَشِسْمَه‬َ ًِ‫ِ عَ َِ َو عَََيًب أَشْ َسكَ فٍِهِ ٍَع‬ ْ ٍَ ِ‫عِْ اىشِّ ْسك‬َ ‫غَْى اىشُّسَمَب ِء‬ ْ ‫َأَّب َأ‬
“Saya adalah Dzar yang paling tidak butuh kepada
kesyirikan, karenanya barangsiapa yang mempersekutukan saya
dalam ibadahnya maka Saya akan meninggalkannya dan apa yang
dia sekutukan.” )(HR. Muslim dari Abu Hurairah b. Amalan hati
-yang asalnya adalah tauhid- merupakan asas untuk selamat dari
neraka dan masuk ke dalam surga. Nabi bersabda dalam hadits
Jabir riwayat Muslim:
َ‫خوَ اىَّْبز‬
َ َ‫ك ثِ ِه د‬
ُ ‫خوَ اىْجََّْ َة وَ ٍَِْ ىَ ِقٍَ ُه ٌُشْ ِس‬
َ َ‫ش ٍْئًب د‬
َ ِ‫ك ثِه‬
ُ ‫ٍَِْ ىَقًَِ اىيَّهَ ىَب ٌُشْ ِس‬
“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan
tidak berbuat kesyirikan sedikit pun maka dia akan masuk surga,
dan barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan
berbuat kesyirikan maka dia akan masuk neraka.” c. Ibadah hati
lebih berat dilaksanakan daripada ibadah jawarih. Muhammad bin
Al-Munkadir berkata, “Saya melatih jiwaku selama empat puluh
tahun sampai akhirnya dia bisa istiqamah.” (Nuzhah Al-Fudhala`:
607) Dan Yunus bin Ubaid -rahimahullah- juga pernah berkata,
“Sesungguhnya saya telah menawarkan kepada jiwaku agar dia
mencintai untuk manusia pada apa yang dia cintai untuk dirinya
sendiri dan membenci untuk manusia pada apa yang yang dia benci
untuk dirinya sendiri, tapi ternyata itu sangat jauh darinya.
Kemudian pada kesempatan lain saya menawarkan kepadanya agar
dia tidak menyebut-nyebut mereka (orang lain) kecuali dengan
kebaikan dan agar tidak menyebut dan tidak membicarakan mereka
dengan kejelekan, akan tetapi saya menilai puasa di siang hari yang

40 |P e r i g i H a t i
sangat panas lebih mudah baginya (jiwa) daripada itu.” (Nuzhah
Al-Fudhala`: 539) d. Amalan hari merupakan pendorong dan
penggerak dari amalan jawarih. Telah berlalu ucapan Ibnu Abbas
yang menunjukkan akan hal itu. Dan Utbah Al-Ghulam -
rahimahullah- juga pernah berkata, “Barangsiapa yang mengenal
Allah niscaya dia akan mencintai-Nya, dan barangsiapa yang
mencintai-Nya niscaya dia akan menaatinya.” e. Terkadang ibadah
hati bisa menjadi pengganti dari ibadah jawarih. Misalnya dalam
jihad, Nabi bersabda:
ٌُْ‫ُِ ثِبىْ ََدٌَِْةِ ىَسِجَبىًب ٍَب سِ ْسجٌُْ ٍَسٍِسًا وَىَب قَطَ ْعحُ ٌْ وَا ِدًٌب إِىَّب مَبُّىا ٍَعَن‬ َّ ‫إِىَّب فً زواٌة–إ‬
ِ‫شَسِمُىمٌُْ فًِ اىْأَجْس‬- ُ‫سهٌُْ اىََْ َسض‬ َ َ‫حج‬
َ
“Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang
tidaklah kalian menempuh satu pun perjalanan dan tidaklah kalian
melewati satu pun lembah kecuali mereka bersama kalian -dalam
sebagian riwayat: Bersekutu dengan kalian dari sisi pahala-,
mereka adalah orang-orang yang ditahan oleh penyakit.” yang
semakna dengannya) dan Al-Bukhari dari Anas (HR. Muslim
dari Jabir f. Amalan jawarih mempunyai batas yang telah
ditentukan, baik dari sisi pelaksanaan maupun pahala, berbeda
halnya dengan amalan hati. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-
Qayyim dalam Madarij As-Salikin. Aisyah -radhiallahu anha-
berkata dalam hadits riwayat Muslim:
ِ‫حٍَبِّه‬
ْ َ‫ًِ صَيَّى اىيَّ ُه عََيٍْ ِه وَسَيَّ ٌَ ٌَرْمُسُ اىيَّ َه عَيَى مُوِّ أ‬
ُّ ‫اىْج‬
َّ َُ‫مَب‬
selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan
beliau.”“Adalah Rasulullah Allah Ta‟ala berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10) g.
Amalan hati ada yang terus-menerus berlanjut pada saat amalan
jawarih terhenti atau melemah. Di dalam kubur seseorang
menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan tauhidnya, penghuni

41 |P e r i g i H a t i
surga senantiasa mencintai, mengagungkan dan memuliakan Allah.
Akan tetapi mereka (yang dalam kubur atau di surga) tidak lagi
mengerjakan shalat, puasa dan seterusnya dari ibadah anggota
tubuh. h. Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala
ibadah anggota tubuh, bahkan dalam sebagian keadaan dia bisa
menjadi penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan ibadah
tergantung dengan niatnya, dan setiap orang hanya akan
mendapatkan apa yang dia niatkan,” )al-hadits. (Muttafaqun alaih
dari Umar Abdullah bin Al-Mubarak berkata, “Betapa banyak
amalan kecil yang dibuat banyak (besar) oleh niatnya, dan betapa
banyak amalan yang banyak (besar) dibuat kecil oleh niatnya.”
Kesembilan: Pembagian manusia dalam mengamalkan
amalan hati. Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziah menyebutkan tiga
keadaan manusia dalam hal ini: a. Di antara mereka ada yang sibuk
mengurusi ibadah-ibadah hati dan memperbaiki hatinya, akan tetapi
dia meninggalkan dan melalaikan amalan-amalan yang zhahir.
b. Sekelompok lainnya jutsru melakukan sebaliknya. c. Kelompok
yang ketiga dan ini yang tepat, adalah mereka yang memperhatikan
dan menjaga kedua jenis amalan ini tanpa ada bentuk tafrith
(penyepelean) dan ifrath (ekstrim) padanya, Dan mungkin bisa
ditambahkan keadaan yang keempat -dan ini juga beliau isyaratkan
dalam kitab beliau yang lain: Kelompok yang menelantarkan
keduanya.
Qolbu, ruh, nafsu dan akal adalah istilah yang serupa tapi
tidak sama. Tidak jarang orang memberi makna yang salah
terhadap qolbu, ruh, nafsu maupun akal. Imam al-Ghazali telah
memberikan definisi arti qolbu, ruh, nafsu dan akal.
Qolbu disebut juga hati. Hati sesungguhnya memiliki dua
pengertian, yakni fisik dan spiritual. Secara fisik hati merupakan

42 |P e r i g i H a t i
daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi
oleh tulang belulang. Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati
seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari.
Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam
lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh.
Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus,
rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai
keterkaitan dengan hati yang jasmaniah.
Qolbu Menurut AL QUR‟AN

“Kehebatan Alquran mengupas hati manusia” Hati dalam


bahasa arab di sebut dengan “qalb”. Sedangkan makna dari “Qalb”
itu sendiri adalah membalikan. Namun ada pula yang menyebutnya
dengan “al kabad”. Pemaknaan lughawy ini hanya sebagai dasar
bahwa hati adalah bagian terpenting dalam tubuh dan pola pikir
manusia.
Dalam masalah peranan hati terhadap perbuatan manusia,
Islam menyikapinya dengan bijak, khusus kepada umat
Muhammad SAW, bahwa siapa pun yang ingin melakukan
kebaikan. Cukup bermodalkan niat yang terbersit dalam hati, maka
Allah telah memberikan balasan niat baiknya itu walaupun ia tidak
mengerjakannya sebab lupa dan lain sebagainya. Sebaliknya, dalam

43 |P e r i g i H a t i
masalah perbuatan buruk, siapa pun tidak akan dikenakan dosa oleh
Nya selama hanya terbersit dalam hati
Selain itu, kata „‟shadr‟‟ atau dalam bahasa arab seakar
dengan „‟akal‟‟, yakni tempat seluruh pengetahuan yang dapat
dipelajari dengan dikaji, dihafal dan usaha individual sera dapat
didiskusikan, ditulis atau diajarkan keapda orang lain.
Pengetahuan yang terseimpan dalam hatitersebut
pengetahuan laur atau pengetahuan duniawi, karena ia berguna
untuk mencari penghidupan dan efektif dalam menangani urusan-
urusan duniawi.
Kemudian maulana jalalaudin rumi menyebutkan dua
proses pengetahuan itu sebagai kecerdasan buatan. Kecerdasan
buatan-buatan memiliki banyak tingkat berberda, tetapi masing-
masing memperoleh pengetahuannya di luar, sedangkan kecerdasan
utuh didapatkan dari dalam. Kemudian sebagai bukti bahwa kata
shadr tidak hanya berarti dada secara fisik, tetapi jiha non fisik,
yaitu hati dan akaldijelaskan dalam firman Allah SWT, antaranya
terdapat surat Al-Araf ayat 2 dan Al- An‟am ayat 125.

Qolb.
Kemudian lapisan hati yang kedua adalah Qolb, yang dalam
bahasa indonesia diartikan sebagai kalbu atau hati.hubungan antara
Qolb dengan shadr ialah bahwa Qolb merupakan sumber mata air.
Sedangkan shadr diibaratkan sebagai danaunya, atau shadr
merupakan lapangan bagi Qolb.
Nabi Muhammad bersabda bahwa ada dua jenis
pengetahuan, yaitu pengetahuan lidah dan pengetahuan hati,
pengetahuan yang benar-bena berharga.

44 |P e r i g i H a t i
Masyarakat modern sekarang terdahulu mendahulukan
menekankan pada lidah, yaitu pengetahuan-pengetrahuan yang
dipelajari, salah satu tingkat kecerdasan buatan.
Hati barisan prinsip-prinsip pengetahuan yang mendasar. Ia
bagaikan air yang mengisi kolam pengetahuan dalam dada. Hati
adalah akar dan dada merupakan cabang yang diberikan makan
oleh hati. Pengetahuan bathinya dari hati atau pengetahuan luar dari
akal sama-sama penting. Pengetahuan luar mencakup informasi
kita yang perlukan untuk bertahan, termasuk keahlian profesional,
maupun kecerdasan yang dibutuhkan untuk membentuk keluarga.ia
juga diperlukan dalam upaya menjalani kehidupan yang bermoral
dan etis yang dapat membedakan antara benar dan salah.

Af’idah/fuad
Selanjutnya lapisan hati yang ketiga adalah „‟fuad‟‟ atau
„‟afidah‟‟. Dalam bahasa arab kata „‟fuad‟‟ berarti hati, tetapi
letaknya lebih dari Qolb, sehingga kata „‟duad‟‟ biasa diaktakan
sebagai „‟hati yang kebih dalam‟‟.
Qolb dan fuad berkaitan erat pada waktu tertentu hampir
tidak dapat dibedakan.Qolb mengetahui, sedangkan fuad melihat.
Mereka saling melengkapi, Seperti halnya pengetahuan dan
penglihatan. Jika pengetahuan dan penglihatan dipadukan, maka
yang gaib menjadi nayat dan keyakinan kita akan menjadi kuat.
Albab
Akhirnya lapisan hati yang paling dalam ialah Albab. Kata
„‟albab‟‟ merupakan jamak dari kata „‟lubb‟‟. Dalam bahasa arab
kata „‟lubb‟‟ berarti racun, akal, hati, inti.dan sari. Sedangkan
dalam tasawwuf „‟lubb‟‟berarti hati terdalam atau dalam hati.

45 |P e r i g i H a t i
Kalau ada orang yang menggunakan shadr, qalbu, dan fuad,
orang itu bisa baik dan bisa juga buruk, tapi kalau ia menggunakan
alababnya, maka ia pasti baik.
Sedangkan di dalam Alquran sendiri di singgung mengenai
hati dengan kata “Qalb”. Kata “Qalb” sendiri merupakan
pemaknaan akan fungsinya. Di mana hati sangat rentan dan mudah
untuk mewarnai atau diwarnai. Sekarang bicara merah, maka
semenit kemudian bisa berubah menjadi putih. Sekarang bisa,
sejam kemudian bisa berubah menjadi tidak bisa. Intinya, hati
adalah bagian organ tubuh yang memiliki fungsi luar biasa. Dan
pekerjaan hati tidak ada yang mengetahui kecuali dirinya saja
dengan Sang Khaliq.
Nah, untuk menjadikan hati selalu baik, perlu keyakinan
atau pikiran bahwa Allah SWT adalah yang dapat memonitor
langsung isi hati kita. Dia tidak akan pernah luput dan lalai
terhadap hati kita walaupun manusia dan makhluk lainnya tidak
dapat menebak apa isi hati kita ini.
Untuk itulah karena hati sebagai sumber dari setiap
tindakan manusia, maka ia memiliki peranan besar terhadap
perbuatan-perbuatan. Dalam salah satu Kitab Imam Syafi‟I
menjelaskan, bahwa semua perbuatan manusia tergantung dari
sepotong daging dalam tubuh. Jika ia baik, maka baiklah seluruh
perbuatannya. Sebaliknya, jika ia buruk, maka buruklah semua
amal perbuatannya, dia lah hati.
Ungkapan ulama atau pun hadist tidaklah berlebihan ketika
hati memiliki peranan besar terhadap sikap, tindakan dan perbuatan
manusia. Tidak sedikit pun perbuatan manusia, kecuali ia dimulai
dari isi hatinya yang terdalam.
Dalam masalah peranan hati terhadap perbuatan manusia,
Islam menyikapinya dengan bijak, khusus kepada umat

46 |P e r i g i H a t i
Muhammad SAW, bahwa siapa pun yang ingin melakukan
kebaikan. Cukup bermodalkan niat yang terbersit dalam hati, maka
Allah telah memberikan balasan niat baiknya itu walaupun ia tidak
mengerjakannya sebab lupa dan lain sebagainya. Sebaliknya, dalam
masalah perbuatan buruk, siapapun tidak akan dikenakan dosa oleh
Nya selama hanya terbersit dalam hati.
Contohnya adalah Ridwan berniat pada suatu malam ingin
melaksanakan shalat Tahajud, namun sebab lain hal, ia lupa tidak
melakukannya hingga menjelang fajar. Maka pada hal demikian,
Ridwan tetap diberikan nilai pahala oleh Allah SWT sebab niat
baiknya untuk melaksanakan sholat Tahajud.
Begitu pula apabila Ridwan hanya memiliki niat untuk
mencuri, tetapi perbuatannya tersebut urung dilakukan, alias tidak
eprnah terjadi, maka pada posisi demikian, ia tidak berdosa sama
sekali walaupun pernah terbersit dalam hatinya.
Ini lah salah satu karunia terbesar Allah SWT bagi hati
setiap muslim, bahwa ia diberikan keistimewaan yang luar biasa.
Dan keistimewaan tersebut seakan Allah telah mengetahui, bahwa
hati manusia selalu berbalik dan berputar arah. Oleh karenanya,
Allah SWT menganjurkan setiap hamba Nya untuk selalu berdoa
agar dibalikkan hatinya dari jalan yang buruk kepada jalan yang
baik.
Di samping itu pula, hati agar hati selalu baik dan memiliki
peranan yang baik pula, maka hendaknya iman ditanam lebih
dalam dan pertama kali daripada hal lainnya. Keimanan merupakan
harga mati yang tidak bisa ditawar lagi untuk membekali hati
pertama kali. Untuk itu, beriman adalah apabila hatinya telah
mengakui dan meyakini atas apa yang telah Allah ajarkan.
Menjadi sia-sia apabila ada hati kosong belaka tanpa
keimanan kepada Nya. atau hati hanya di isi oleh hal-hal yang

47 |P e r i g i H a t i
sifatnya fana, seperti keinginan memiliki harta duniawi, rumah
mewah, emas melimpah dan lain sebagainya. Semua itu sama
sekali tidak akan menolong empunya jika kelak telah berpulang
keharibaan Allah SWT.
“Hai rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh
orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, Yaitu
diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:
”Kami telah beriman”, Padahal hati mereka belum beriman.” ( QS
Al Maaidah: 41 )
Ayat di atas hanya menyinggung pusat sebenar-benarnya
keimanan adalah di hati. Mulut hanya sebagai penguat. Namun
masalah interkasi dengan Allah SWT harus memiliki keimanan hati
yang maksimal. Ia bukan sebuah permainan yang di ucapkan hanya
untuk memenuhi kebutuhan legal manusia saja.
Berapa banyak manusia yang melakukan kebohongan iman
dalam hatinya melalui mulutnya dengan kembali kepada jalan
kesesatan walau pun setelah mengucapkan Syahadat kepada Allah
SWT dan Rasul. Benar tidaknya menguapkan keimanan kepada
Allah SWT dengan mulutnya, hanya Allah lah saja yang
mengetahui semua itu. Karena urusan hati adalah wilayah Nya.
Al quran berbicara mengenai hati manusia secara lengkap.
Lebih detail dan utuh, terutama tujuan dari penciptaan hati bagi
manusia. Bagi manusia, hati adalah ciptaan Nya yang unik. Rasa
sedih, bahagia, senang dan lain sebagainya hanya dapat dirasakan
oleh kehadiran hati. Bak lidah yang dapat merasakan berbagai rasa.
Mulai pahit, asin, manis pedas dan lain sebagainya.
Empat belas abad yang lalu, nabi Muhammad SAW telah
mengalami sesuatu yang sangat istimewa terkait hatinya. Ia
diberikan keistimewaan oleh Alah pertama kali adalah hatinya. Di

48 |P e r i g i H a t i
mana dalam catatan sejarah, bahwa beliau dibersihkan hatinya dari
sifat-sifat dan perbuatan yang dapat melanggar perintah Nya.
Di usia yang relatif kecil, Muhammad telah mengalami
sesuatu yang dahsyat dalam hidupnya. Tidak ada yang mengetahui
tujuan dari skenario Allah tersebut. Namun semua jagad manusia
sampai detik ini hanya meyakini, bahwa Allah akan memberikan
yang terbaik bagi Rasul Nya tersebut.
Syahdan, keyakinan umat manusia akan tujuan Allah
terhadap pembersihan hati Rasul Nya itu terbukti. Tidak pernah
dalam sejarahnya Nabi SAW melakukan kemaksiatan kepada
Allah. Atau melakukan pelanggaran kepada Nya, kecuali dalam hal
kecil ia akan segera diingatkan oleh Nya.
Untuk itulah, ia memliki sifat ma‟sum ( terjaga dari
kesalahan ) yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Dan
Alquran mencatat pula, setiap orang haryus hati-hati terhadap
pikiran yang dikuasai oleh hatinya yang negatif. Sedikit saja lengah
terhadap Allah SWT, maka ia mudah untuk dimasuki oleh Syetan.
Penyakit-penyakit hati akan mudah bersemayam. Kegelisahan hati
akan kian kentara dan susah untuk mengontrol nafsu. Tidak lah
disebut sebagian manusia dengan sebutan munafik kecuali dalam
hatinya ada beberapa penyakit berbahaya.
Dan sifat Nifaq merupakan sifat yang akan menggerogoti
kebaikan seseorang. Seakan ia berbuat baik, namun ia
melakukannya bukan karena Allah SWT. Atau ia banyak berbuat
ingkar janji tidak sesuai dengan isi hatinya. Atau ia melakukan
perbuatan seakan karena Nya, padahal ia melakukannya demi
sesuatu yang fana.
Riya, nifaq, hasad atau dengki dan lain sebagainya adalah di
anatar sebagian penyakit hati yang siap menggerogoti kebaikan
seseorang jika ia tidak mampu mengontrolnya. Tatkala nafsu

49 |P e r i g i H a t i
menguasai, maka bersegeralah untuk memohon kepada Allah
SWT. Karena ketika seseorang ingat kepada Nya, sebenarnya ia
sedang berusaha untuk minta dijauhkan dari kecenderungan hati
yang buruk yang telah dikuasai oleh nafsu.
Dan mendatangi Allah SWT harus dengan memohon, alias
berdoa agar hati selalu cenderung kepada kebaikan tatkala nafsu
mulai mengajak kepada kejelekan. Dengan keyakinan penuh di
dalam hati, semua dapat dipastikan akan terhindar dari
kemungkaran.
Dalam bahasa lainnya, Islam pun memandang bahwa
Akhlaq atau etika yang baik bermula dari hati, dan hal itu menjadi
menu pembahasan utama di dalam Alquran. Karena Alquran
berkonsentrasi dalam masalah Tauhid, Syariat dan Akhlaq.
Jika hati menjadi prioritas dalam Alquran karena berkaitan
dengan Akhlaq yang menjadi pilar utama dalam Islam, maka sendi-
sendi yang menjadi penopang kebutuhan Akhlaq seperti
kesempurnaan akal, pola berpikir dan lain sebagainya menjadi
bagian yang sangat oenting pula untuk di miliki.
Di perlihatkannya Akhlaq Islam oleh Allah SWT adalah
melalui nabi Muhammad SAW. Beliau dikatakan sebagai Akhlaq
Alquran. Jika kita membaca sejarah beliau, tidak ada satu pun
Akhlaqnya yang negatif, kecuali bagi mereka yang sedari awal
tidak menyukai Islam.
Benar, bahwa sejak awal kali Islam turun di Jazirah Arabia,
orang-orang yang tidak suka Islam akan selalu berusaha menjegal
dan menghalangi bahkan mengatakan bahwa Islam itu adalah
agama dan ajaran yang tidak benar sehingga tidak patut diikuti.
Marilah kita telaah sejenak, kalau anda pernah berkeliling
dunia atau paling tidak menemukan agama lain beribadah, maka di

50 |P e r i g i H a t i
sana akan banyak sekali perbedaannya. Faktor Akhlaq atau etika
tidak menjadi penentu utama dalam ibadahnya.
Sebagai contoh, ketika seorang muslim akan melakukan
ibadah sholat, maka ia diwajibkan untuk menuntup seluruh
Auratnya yang diajarkan. Sebab auratnya akan menjadi penentu
secara syar‟i akan diterima tidaknya seluruh amal sholatnya. Sah
atau tidaknya sangat bergantung kepada aurat. Antara aurat laki-
laki dan wanita masing-masing akan berbeda. Tidak seperti penulis
pernah dengar dari seorang teman, bahwa di suatu Negara ada
seseorang yang melakukan ibadah ( di luar Islam ) dan sama sekali
dalam masalah berpakaian yang merupakan bagian aurat dalam
Islam bukan bagian terpenting. Seakan mereka tidak memahami
apa yang sedang mereka lakukan. Jika mereka menghadap
tuhannya saja seperti demikian, bagaimana dengan interaksi antar
sesama. Tentunya inilah rahasia Allah SWT mengajarkan kepada
hamba-hamba Nya dalam beribadah agar senantiasa memakai
aturan yang telah diajarkan dalam Alquran dan Alhadist. Ibarat
memakan daging yang baik adalah yang dianjurkan dengan cara di
sembelih bukan cara lainnya walau pun sama-sama pada akhirnya
binatang yang akan diambil dagingnya itu mati. Namun memakan
dari cara yang baik yang diajarkan akan memberikan efek positif
pada hal lainnya. Karena dalam Islam apa pun yang dilakukan
manusia, apapun yang di makannya, maka ia akan memberikan
asupan kepada seluruh unsur tubuh manusia, baik secara fisik, jiwa,
hati dan lain sebagainya.
Harta yang yang dimakan adalah yang halal secara usaha,
baik secara jenis berkah secara hasil. Bukan hanya dilihat dari sisi
harta bisa di makan atau tidak. Mengenyangkan perut atau tidak.
Karena Islam memandang, bahwa harta dapat memberikan efek

51 |P e r i g i H a t i
yang luar biasa pada fisik, sikap, perbuatan dan tentunya hati serta
pemikiran manusia itu sendiri.
Semakin baik dan dengan cara yang syar‟i maka akan
semakin memberikan efek positif bagi kehidupannya. Dalam
Hadist telah ditegaskan, bahwa sebaik-baik harta adalah yang
dihasilkan seseorang dasi hasil usahanya sendiri.
Kajian tentang otak dan tingkat kecerdasan manusia selalu
memunculkan argumen baru dari para ilmuwan. Berbagai jenis
buku mencoba mengupas secara detail, tetapi tetap saja tidak ada
buku yang mempunyai fakta yang kuat untuk menjelaskan sejauh
mana tingkat kecerdasan otak manusia. Bagi anda yang tertarik
dengan kajian tersebut, seperti diriku, ada baiknya anda membaca
artikel di bawah. Selain itu, Iman anda akan semakin kuat dengan
memahami letak tempat Akal, Nafsu dan Ruh. Ketiga tolak-ukur
tersebut merupakan bekal bagi anda untuk menjalani hidup dengan
baik.

Letak Akal, Nafsu dan Ruh Manusia Menurut Islam


Allah ٚ‫ سجذبّٔ ٗ رعبى‬sebelum menciptakan manusia, telah
terlebih dahulu menciptakan AQAL dan NAFSU, tertera dalam
kitab durratun nasihin karangan Syeh Ustman bin Hasan as Syakir.
Dalam hadist qudsi di sebutkan, saat Allah ٚ‫سجذبّٔ ٗ رعبى‬
menciptakan Aqal, Allah ٚ‫ سجذبّٔ ٗ رعبى‬mengajukan pertanyaan
pada Aqal, Yaa ayyuhal aqli, man anta wa man ana, (Wahai Aqal,
siapakah kamu dan siapakah Aku?). Ketika menerima pertanyaan,
“Siapa kamu dan siapa Aku?” aqal menjawab “Ana A‟bdun wa
anta Rabbun.” saya hambaMu Dan Engkau Tuhanku..

52 |P e r i g i H a t i
Di sisi lain, saat Allah ‫ سجذبّٔ ٗ رعبه‬menciptakan Nafsu, dan
di ajukan pertanyaan yang sama, nafsu menjawab, Ana ana wa anta
anta (Aku ya aku, dan kamu ya kamu), lantas Allah ٚ‫سجذبّٔ ٗ رعبى‬
memasukkan ke neraka panas selama 1000 tahun. Setelah itu nafsu
ditanya lagi, namun tetap gak kapok juga dengan menjawab hal
yang sama, lantas dimasukkan ke neraka dingin selama 1000 tahun.
Setelah itu ditanya lagi, tetap juga sama jawabannya, lalu di
masukkan ke neraka lapar selama 1000 tahun. Lalu diangkat dan
ditanya lagi, baru ia menjawab Ana abdun wa Anta Robbun.
Aqal adalah makhluq suci dengan fithrah Illahi, Aqal itu
ibarat kusir yang mengendalikan nafsu.
Dimanakah letak tempat Aqal dan Nafsu Aqal dan nafsu
itu terletak di dalam QOLBU. Qolbu dalam arti jasmani adalah
Organ jantung manusia. Diterangkan dalam hadist nabi riwayat
muslim, Nabi bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad
terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut
akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad
tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut
adalah “Qolbu”". Hadis Riwayat Bukhori Qolbu dalam bahasa arab
artinya jantung. Menurut Imam Al-ghozali, perenungan itu
53 |P e r i g i H a t i
dilakukan mulai dari qolbu yang berpusat di dada, bukan dilakukan
melalui pemikiran (al-fikri) dalam otak kepala. Firman Allah
SWT
‫سََْعَُُ٘ ثَِٖب ۖ فَئََِّٖب‬َٝ ٌُ‫َعْقِيَُُ٘ ثَِٖب َأْٗ آرَا‬ٝ ٌ‫ اىْؤَسْضِ فَزَنَُُ٘ ىٌَُْٖ قُيُ٘ة‬ِٜ‫شُٗا ف‬ِٞ‫س‬َٝ ٌَْ‫أَفَي‬
ِ‫ اىصُّذُٗس‬ِٜ‫ ف‬ِٜ‫بىْقُيُ٘ةُ اىَّز‬ََْٙ‫ اىْؤَثْصَب ُس َٗىَـٰنِِ رَع‬ََْٚ‫ىَب رَع‬
afalam yasiiruu fii l-ardhi fatakuuna lahum quluubun
ya‟qiluuna bihaa aw aatsaanun yasma‟uuna bihaa fa-innahaa laa
ta‟maa l-abshaaru walaakin ta‟maa lquluubullatii fii shshuduur
(QS. Al-hajj 22:46) Artinya: maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai qolbu, dengan itu mereka
dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah qolbu yang di dalam dada.
Dijelaskan pada ayat di atas, bahwa qulub atau qolbun itu
letaknya fis shuduur, di dalam dada, dan yang ada di dada itu
adalah jantung (heart), bukan hati / liver, yang berada di bawah
dada, di atas perut. Dalam alqur‟an di jelaskan bahwa
sesungguhnya ILMU itu letaknya di jantung qolbun fis shuduur,
ilmu itu mencakup Aqal dan Nafsu. Dalam jantung, ada syaraf-
syaraf yang bersambung ke otak. Otak sendiri ada dua bagian, yaitu
otak kanan yang disebut EQ, tempat syaraf emosional, seperti
marah, sedih, senang, takut, dll. Disinilah yang menghubungkan
dengan NAFSU yang berpusat di jantung. Yang kedua yaitu otak
kiri yang menghubungkan syaraf memory, kecerdasan, berfikir,
daya ingat, rasional, yang disebut IQ pusat intelegensi, di sinilah
PUSAT AQAL yang berhubungan dengan syaraf di jantung.
Jantung bukan sekedar pemompa energi yang berupa darah menuju
ke otak, sebab jantung adalah pusat segala energi yang ada, detakan
jantung itu tidaklah bekerja otomatis, tapi di kendalikan oleh Sang
Maha Pengendali. Saat manusia memporsir daya otak kiri-nya,

54 |P e r i g i H a t i
maka jantung bereaksi, begitu juga jika perasaan cinta, benci,
senang, sedih, di otak kanan bangkit, maka akan bereaksi pada
jantung.
Imam Ghozali berpendapat dengan dasar ayat alqur‟an di
atas, bahwa ILMU itu bukan di otak, tapi di dalam qolbu,
penglihatan itu bukan pada mata, tapi di dalam qolbu, pendengaran
itu bukan pada telinga, tapi di dalam qolbu, pembicaraan itu bukan
pada mulut, tapi di jantung qolbu haqiqotun.. Otak, mata, telinga,
mulut, itu hanyalah peralatan yang berupa RAGA yang
dikendalikan oleh AQAL dan NAFSU yang terletak dalam
JANTUNG QOLBU. Lalu apakah Ruh itu?
‫يًب‬ِٞ‫زٌُ ٍَِِّ اىْعِيٌِْ إِىَّب قَي‬ِٞ‫ ٍََٗب أُٗر‬ِّٜ‫سْؤَىُ٘ َّلَ عَِِ اىشُّٗحِ ۖ قُوِ اىشُّٗحُ ٍِِْ أٍَْشِ سَث‬َٝ َٗ
wayas-aluunaka „ani rruuhi quli rruuhu min amri rabbii wamaa
uutiitum mina l‟ilmi illaa qaliilaa [17:85] Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit”. QS. al-isra 85
PUISI Apa arti hati dan atau qalbu 01 Sep 2013 | 10:37
Dibaca : 16572 Komentar : 0 Rating :0 HATI dan atau QALBU
berbeda-kah! Hati juga sering kali terjemahan sebagai „heart‟
(Inggris) yang bermakna jantung, karena itu bentuknya sering
digambarkan seperti jantung (♥). Hati digunakan sebagai
terjemahan „qalb‟ (Arab) meskipun bahasa Arab menyebut hati
„kibd‟. Hati digunakan sebagai terjemahan „heart‟ (Inggris) yang
sebenarnya adalah jantung. Lalu hati juga digunakan sebagai
terjemahan dari „liver‟ (Inggris) atau „hephar‟ (Latin). Sedangkan ,
Qalbu harus ditulis dengan huruf „q‟ karena teks Arabnya
menggunakan huruf (qaf). Di Indonesia banyak orang
menuliskannya dengan huruf „k‟ sehingga menjadi kalbu. Padahal
„k‟ adalah transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis (kalbu)

55 |P e r i g i H a t i
maknanya adalah anjing. Jadi jauh benar bedanya antara qalbu
(hatinurani) dengan kalbu (anjing). Sebagian orang menerjemahkan
qalbu dengan “hati”. Padahal hati (Inggris: liver) adalah organ
tubuh yang ada di kanan dada dan fungsinya menyaring racun atau
penyakit dari darah. Dalam Bahasa Arab hati disebut dengan
„kibdun‟ atau „kibdatun‟. Bahasa Arab `Amiyah menyebutnya
„kabid‟. Jadi orang Arab tidak pernah memahami qalbu sebagai hati
atau liver. Jadi sebenarnya apa itu hati, apa itu qalbu? Dua Macam
Qalbu : 1. Qalbu jismani, yaitu jantung Ada hadits tentang qalbu
yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para
ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi
sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada
hadits ini. a) Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w.
berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika
ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah
jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”. b) Hadits
di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda
fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh
manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak
maka seluruh jasad akan rusak? c) Bahasa Arab mengenal qalbu
dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai
„organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan
memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri‟. Jadi,
qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung??
Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh
jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad
akan rusak. 2. Qalbu ruhani, yaitu hati nurani. Ada juga jenis qalbu
yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan
terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah) Jadi kalau

56 |P e r i g i H a t i
banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam,bahkan
keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat
jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam?
Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung
orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada
jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang
dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud
dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti,
itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat
dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti
(sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa
Indonesia „qalbu ruhani‟ disebut dengan „hatinurani‟. Mungkin
karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam
pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi „hati‟
saja. Padahal ada perbedaan besar antara „hati‟ dengan „hatinurani‟
sebagaimana berbedanya „mata‟ dengan „mata kaki‟. Rupanya,
istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama
memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack,
serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you‟re always
in my heart, kamu selalu hadir di hati nuraniku). Maka apabila
mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya.
Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang
diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan
perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka
maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya
ruhaniah. Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan
„menghitam‟ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi,
metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan
berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita
akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik…

57 |P e r i g i H a t i
Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya
yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negatif di
tengah-tengah masyarakat. Untuk menghindari penyesalan diakhir
perbuatan yang akan dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada
hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu
setiap manusia dituntut untuk memahami hatinya atau bahasa lain
adalah "Qolbu". Pengertian "Qolbu" : Menurut Syekh Abu al-
Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy di dalam
kitabnya "at-Ta'rifat" : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan
yang terdapat dalam jiwa manusia. Dalam hadis Rasulullah Saw:
Dari Nu'man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw.
Bersabda:
‫ اىجسذ ٍعغخ إرا صيذذ صيخ اىجسذ مئ ٗإرا فسذد فسذ‬ٜ‫أال ٗإُ ف‬
‫ اىقيت‬ٜٕٗ ‫اىجسذ مئ أال‬
Artinya: " Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat
segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan
menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut
akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah
"Qolbu" yaitu hati ". ( Hadis Riwayat Bukhori ). Jika kita pahami
secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan dalam
kehidupan jiwa manusia, karena hati yang bersih akan melahirkan
jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap titah dari
Sang Ilahi Rabbi. Sebaliknya jiwa yang kotor disebabkan karena
jiwa tersebut memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar
aturan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Tanda-tanda hati yang
kotor atau sakit. Fitrah manusia adalah suci dan bersih dalam
menjalankan perintah agama, namun terkadang dalam perjalanan
kehidupannya, manusia sering lupa dan lalai serta terjerumus dalam
sifat-sifat "syaithoniyah". Untuk mengenal lebih jauh tanda-tanda
hati manusia yang telah kotor atau sakit, berikut ini salah satu

58 |P e r i g i H a t i
tandanya : Adanya sifat nifaq ( Munafik ) dalam jiwa manusia,
mari kita renungkan firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah :
ٍَِِِْْٞ‫ًِْ٘ اىْآخِ ِش ٍََٗب ٌُْٕ ثِ َُؤ‬َٞ ْ‫َقُ٘هُ آٍََّْب ثِبىيَّ ِٔ َٗثِبى‬ٝ ٍَِْ ِ‫ٍََِِٗ اىَّْبط‬. ‫َِ آٍَُْ٘ا‬ِٝ‫ُخَبدِعَُُ٘ اىيَّ َٔ َٗاىَّز‬ٝ
َُُٗ‫شْعُش‬َٝ ‫َخْذَعَُُ٘ إِىَّب أَّْ ُفسَُٖ ٌْ ٍََٗب‬ٝ ‫ٍََٗب‬. ٌ‫ قُيُ٘ثٌِِْٖ ٍَشَضٌ فَضَادٌَُُٕ اىئَُّ ٍَشَظًب َٗىٌَُْٖ عَزَاة‬ِٜ‫ف‬
َُُ٘‫َنْزِث‬ٝ ‫ٌٌ ثََِب مَبُّ٘ا‬ِٞ‫أَى‬.
Artinya : " Dan diantara manusia ada yang berkata " kami
beriman kepada Allah dan hari akhir ", padahal sesungguhnya
mereka itu bukanlah orang2 yang beriman. Mereka menipu Allah
dan orang2 yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri
sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit (
Nifaq ), lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka
mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta ". ( QS.al-
Baqarah : 8-10 ) Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka sifat
munafik akan menjadikan hati manusia bertambah kotor dan rusak,
karena pada dasarnya manusia yang memiliki sifat nifaq akan
terlihat diluar dirinya manis akan tetapi dalam bathinnya dia
memiliki sifat-sifat syaithoniyyah, apa saja sifat-sifat tersebut,
Syekh az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya "al-Kassyaf",
menggambarkan hati yang sakit karena sifat nifaq dalam diri
manusia adalah selalu condong untuk berbuat maksiat kepada Allah
Swt. Sedangkan Syekh Abu Zahrah dalam kitab tafsirnya "Zahratu
at-Tafasir", bahwasanya hati akan menjadi keras karena sifat nifaq
yang selalu menanamkan kedengkian dan selalu menghinakan
orang2 yang beriman. Penyakit hati tersebut menurut beliau tidak
ada obatnya, na'udzubillah. Membersihkan hati yang kotor Ketika
manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah Swt. Maka
sebaiknya bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan
dari Allah Swt. Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari
Allah Swt. maka hati sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak

59 |P e r i g i H a t i
segera di obati hati tersebut akan mengeras, sebagaimana di
isyaratkan dalam al-Quran surat al-Baqarah :
ُْٔ ٍِ ُ‫َزَفَجَّش‬ٝ ‫س َ٘ ًح َٗإَُِّ ٍَِِ اىْذِجَب َسحِ ىَََب‬ ْ ‫َ مَبىْذِجَب َسحِ َأْٗ َأشَذُّ َق‬َِٜٖ‫سذْ قُيُ٘ثُنٌُْ ٍِِْ ثَعْذِ رَِىلَ ف‬ َ ‫ثٌَُّ َق‬
َُّٔ‫َخِ اىيَّ ِٔ ٍََٗب اىي‬ْٞ‫خش‬ َ ٍِِْ ُ‫َْٖ ِجػ‬ٝ ‫َخْشُجُ ٍِ ُْٔ اىََْب ُء َٗإَُِّ ٍِ َْٖب ىَََب‬َٞ‫شَّ ّقَقُ ف‬َٝ ‫اىْؤََّْٖب ُس َٗإَُِّ ٍِ َْٖب ىَََب‬
َُُ٘‫ثِغَبفِوٍ عَََّب رَعََْي‬
Artinya: " Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras,
sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari
batu2 itu pasti ada sungai2 yang airnya memancar daripadanya.
Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata air daripadanya. Dan
adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah Swt. Dan
Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan ". ( QS.al-
Baqarah : 74 ) Oleh karena itu untuk menghindari kerasnya hati
cepatlah kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dari-
Nya, sebagaimana Allah perintahkan kepada orang2 yang beriman :
ٌُْ‫ِّئَبرِن‬َٞ‫ُنَفِّشَ عَ ْنُ ٌْ س‬ٝ َُْ‫ سَثُّنٌُْ أ‬َٚ‫عس‬ َ ‫وَ ِٓ َرْ٘ثَخً َّصُ٘دًب‬ ّ ‫ اى‬َٚ‫َِ آٍَُْ٘ا رُ٘ثُ٘ا إِى‬ِٝ‫َُّٖب اىَّز‬َٝ‫َب أ‬ٝ
ٌُُْٕ‫َِ آٍَُْ٘ا ٍَعَُٔ ُّ٘س‬ِٝ‫َ َٗاىَّز‬ٜ ّ ِ‫ اىئَُّ اىَّْج‬ِٛ‫ُخْض‬ٝ ‫ًَْ٘ ىَب‬َٝ ُ‫ ٍِِْ رَذْزَِٖب اىْؤََّْٖبس‬ِٛ‫ُذْخِيَنٌُْ جََّْبدٍ رَجْش‬َٝٗ
ٌ‫ش‬ِٝ‫ءٍ قَذ‬ٜ ْ َ‫وِ ش‬ ّ ُ‫ م‬َٚ‫َقُ٘ىَُُ٘ سَثََّْب أَرٌَِْْ ىََْب ُّ٘سََّب َٗاغْفِشْ ىََْب إَِّلَ عَي‬ٝ ٌِِّْٖ‫ََْب‬َٝ‫ِٖ ٌْ َٗثِؤ‬ِٝ‫ْذ‬َٝ‫َِْ أ‬َٞ‫ ث‬َٚ‫سْع‬َٝ
Artinya : " Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah
dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan2 mu dan memasukkan kamu kedalam surga2
yang mengalir dibawahnya sungai2, pada hari ketika Allah tidak
mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman bersama
dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, " Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami,
sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (SQ.at-
Tahrim:8) Syekh al-Hafidz Ibnu katsir dalam kitabnya "Tafsir al-
Quran al-'Adzim", menjelaskan bahwasanya seseorang yang
bertobat kepada Allah Swt, dia sungguh menyesali dosa2 yang
telah ia lakukan dan tidak akan mengulanginya lagi. Perbuatan

60 |P e r i g i H a t i
manusia bersumber dari hatinya, maka ketika hatinya selamat dari
sifat-sifat yang kotor maka perbuatan tersebut akan mencerminkan
prilaku yang islami dan jauh dari maksiat kepada Allah Swt. Maka
marilah sama-sama selamatkan hati kita dari sifat-sifat yang dapat
menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan didunia
maupun di akherat kelak. Karena semua yang kita miliki baik harta
benda maupun keturunan kita tidak dapat menolong diri kita
selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut diiringi dengan hati
yang bersih ( Qolbu as-Salim ), sebagaimana diisyaratkan oleh
Allah Swt, dalam surat as-Syu'ara :
ََُُْ٘‫ه َٗىَب ث‬
ٌ ‫َ ْفَعُ ٍَب‬ٝ ‫ًَْ٘ ىَب‬َٝ . ٌٍِٞ‫ت سَي‬
ٍ ‫ اىئََّ ثِقَ ْي‬َٚ‫إِىَّب ٍَِْ أَر‬
Artinya : " Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak
berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah Swt. dengan
hati yang bersih". (QS.as-Syu'ara: 88-89 ) Maka ketika hati setiap
jiwa manusia bersih, prilaku dia akan baik pula. Ketika perilaku
baik akan menghasilkan ketaatan kepada Allah Swt. dimanapun dia
berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan ummat
manusia. Mudah-mudahan Allah Swt. selalu membersihkan hati
kita dari sifat-sifat kotor yang dapat menjerumuskan jiwa dan raga
kita jauh dari Allah Swt menuju kepada hati yang bersih dan
selamat. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
TERBUKA MATA HATI MEMPERLIHATKAN
KEPADA KAMU AKAN HAMPIRNYA ALLAH S.W.T.
PENYAKSIAN MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA
KAMU AKAN KETIADAAN KAMU DI SAMPING WUJUD
ALLAH S.W.T. PENYAKSIAN HAKIKI MATA HATI
MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU HANYA ALLAH
YANG WUJUD, TIDAK TERLIHAT LAGI KETIADAAN
KAMU DAN WUJUD KAMU.

61 |P e r i g i H a t i
Apabila hati sudah menjadi bersih maka hati akan
menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia
akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi
tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya
sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya
menyedari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai
dirinya. Kesedaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam
betapa hampirnya Allah s.w.t dengannya. Lahirlah di dalam hati
nuraninya perasaan bahawa Allah s.w.t sentiasa mengawasinya.
Allah s.w.t melihat segala gerak-gerinya, mendengar pertuturannya
dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mukmin yang
cermat dan berwaspada. Di antara sifat yang dimiliki oleh orang
yang sampai kepada martabat Mukmin ialah: 1: Cermat dalam
pelaksanaan hukum Allah s.w.t. 2: Hati tidak cenderung kepada
harta, berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang
membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya. 3: Bertaubat
dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada
kejahatan. 4: Rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan
dengan sabar dan bertawakal kepada Allah s.w.t. 5: Kehalusan
kerohaniannya membuatnya berasa malu kepada Allah s.w.t dan
merendah diri kepada-Nya. Orang Mukmin yang taat kepada Allah
s.w.t, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan
rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid iaitu menyerahkan
urusan kehidupannya kepada Allah s.w.t. Dia tidak lagi khuatir
terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia
tidak lagi meletakkan pergantungan kepada sesama makhluk.
Hatinya telah teguh dengan perasaan reda terhadap apa jua yang
ditentukan Allah s.w.t untuknya. Bala tidak lagi menggugat
imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala
dan nikmat adalah sama iaitu takdir yang Allah s.w.t tentukan

62 |P e r i g i H a t i
untuknya. Apa yang Allah s.w.t takdirkan itulah yang paling baik.
Orang yang seperti ini sentiasa di dalam penjagaan Allah s.w.t
kerana dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah s.w.t. Allah
s.w.t kurniakan kepadanya keupayaan untuk melihat dengan mata
hati dan bertindak melalui Petunjuk Laduni, tidak lagi melalui
fikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata
hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kepada hatinya (kalbu).
Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menafikan
kewujudan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud Allah s.w.t.
Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh
hati.. Dia berasa benar-benar akan keesaan Allah s.w.t bukan
sekadar mempercayainya. Pengalaman tentang hakikat dikatakan
memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan
keesaan Allah s.w.t dan hati merasakan akan keadaan keesaan itu.
Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah s.w.t, tidak lagi
melihat kepada wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti
ini telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan. Dalam berkeadaan
demikian dia tidak lagi mengendahkan peraturan masyarakat. Dia
hanya mementingkan soal perhubungannya dengan Allah s.w.t.
Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan tidak
lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya boleh menyebabkan
orang ramai menyangka dia sudah gila. Orang yang mencapai
peringkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat. Hatinya jelas
merasakan bahawa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah s.w.t
dan segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t. Rohani manusia
melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada
tahap pertama terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar
menerangi akalnya. Seorang Mukmin yang akalnya diterangi Nur
Kalbu akan melihat betapa hampirnya Allah s.w.t. Dia melihat
dengan ilmunya dan mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul

63 |P e r i g i H a t i
yaqin. Ilmu berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata hati yang
terbuka sudah boleh melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata
ilmu tetapi melihat dengan mata hati. Keupayaan mata hati
memandang itu dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan
atau makrifat. Seseorang yang berada di dalam makam makrifat
dan mendapat keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperolehi
keyakinan yang dinamakan ainul yaqin. Pada tahap ainul yaqin
makrifatnya ghaib dan dia juga ghaib dari dirinya sendiri. Maksud
ghaib di sini adalah hilang perhatian dan kesedaran terhadap
sesuatu perkara. Beginilah hukum makrifat yang berlaku. Makrifat
lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
adalah pencapaian terhadap persoalan yang terpecah-pecah
bidangnya. Makrifat pula adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-
hakikat yang menyeluruh yaitu hakikat kepada hakikat-hakikat.
Tetapi, penyaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan
makrifat kerana penyaksian itu adalah hasil dari kemahuan keras
dan perjuangan yang gigih disertai dengan upaya hati dan
pengalaman. Penyaksian adalah setinggi-tinggi keyakinan.
Penyaksian yang paling tinggi ialah penyaksian hakiki oleh mata
hati. Ia merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan
haqqul yaqin. Pada tahap penyaksian hakiki mata hati, mata hati
tidak lagi melihat kepada ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya,
tetapi Allah s.w.t dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian,
dalam diam dan dalam tutur-kata. Penyaksian hakiki mata hati
melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita dengan-Nya. Tiada
lagi antara atau ruang antara kita dengan Dia. Dia berfirman: Dia
tidak terpisah dari kamu. Penyaksian yang hakiki ialah melihat
Allah s.w.t dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu.
Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup pandangannya
terhadap Allah s.w.t. Inilah makam keteguhan yang dipenuhi oleh

64 |P e r i g i H a t i
ketenangan serta kedamaian yang sejati dan tidak berubah-ubah,
bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan Ketetapan Yang
Teguh. Pada penyaksian yang hakiki tiada lagi ucapan, tiada
bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat, tiada pendengaran,
tiada kesedaran, tiada hijab dan semuanya sudah tiada. Tabir hijab
telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf,
tanpa abjad. Allah s.w.t dipandang dengan mata keyakinan bukan
dengan mata zahir atau mata ilmu atau kasyaf. Yakin, semata-mata
yakin bahawa Dia yang dipandang sekalipun tidak ada sesuatu
pengetahuan untuk diceritakan dan tidak ada sesuatu pengenalan
untuk dipamerkan. Orang yang memperolehi haqqul yaqin berada
dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah s.w.t pada setiap
ketika, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali kepada
kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang
demikian, di mana mata hatinya sentiasa menyaksikan Yang
Hakiki. Allah s.w.t dilihat dalam dua perkara yang berlawanan
dengan sekali pandang. Dia melihat Allah s.w.t pada orang yang
membunuh dan orang yang kena bunuh. Dia melihat Allah s.w.t
yang menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan,
menggerakkan dan mendiamkan. Tiada lagi perkaitannya dengan
kewujudan atau ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Esa, Allah
s.w.t meliputi segala sesuatu. Unttuk itu marilah kita kenali
kesehatan kalbu kita dengan melihat kadar rasa takutnya kepada
Allah, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
َٚ‫ََبًّب َٗعَي‬ِٝ‫َبرُُٔ صَادَرٌُْْٖ إ‬ٝ‫ٌِْْٖ آ‬َٞ‫ذْ عَي‬َٞ ِ‫َِ إِرَا رُمِشَ اىيَّ ُٔ َٗجَِيذْ قُيُ٘ثُُٖ ٌْ َٗإِرَا رُي‬ِٝ‫إَََِّب اىْ َُؤٍَُُِْْ٘ اىَّز‬
َُُ٘‫َ َزَ٘مَّي‬ٝ ٌِِّْٖ‫سَث‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati (kalbu) mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”

65 |P e r i g i H a t i
(QS. Al-Anfaal: 2) Bagaimana Mengetahui kalbu memiliki rasa
takut kepada Allah? Tentunya hal ini dengan melihat tanda-
tandanya, diantaranya adalah: 1' Rasa gemetar pada tubuh dan rasa
tenang pada kulit dan hati ketika mendengar Al-Qur‟an,
sebagaimana Allah berfirman:
ُِِٞ‫شَُْ٘ سَثٌَُّْٖ ثٌَُّ رَي‬ َ‫خ‬ ْ َٝ َِِٝ‫َ رَ ْقشَعِشُّ ٍِ ُْٔ جُيُ٘دُ اىَّز‬ِّٜ‫ثِ مِزَبثًب ٍُ َزشَبثًِٖب ٍَثَب‬ِٝ‫دسََِ اىْذَذ‬ ْ َ‫اىئَُّ َّضَّهَ أ‬
َُّٔ‫ُعْيِوِ اىي‬ٝ ٍََِْٗ ‫شَب ُء‬َٝ ٍَِْ ِِٔ‫ ث‬ِٛ‫َْٖذ‬ٝ َِّٔ‫ اىي‬َٙ‫ ِرمْشِ اىئَِّ رَِىلَ ُٕذ‬َٚ‫فَََب ىَُٔ ٍِِْ جُيُ٘دُُٕ ٌْ َٗقُيُ٘ثٌُُْٖ إِى‬
‫َٕب‬
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu
Al-Qur‟an) yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang
disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk
baginya.” (QS. Az-Zumar: 23) Kekhusyu‟an hati ketika berdzikir
kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:
‫َِ أُٗرُ٘ا‬ِٝ‫نُُّ٘٘ا مَبىَّز‬َٝ ‫قِ َٗىَب‬ ّ‫ذ‬ َ ْ‫خشَعَ قُيُ٘ثٌُُْٖ ىِزِمْشِ اىيَّ ِٔ ٍََٗب َّضَهَ ٍَِِ اى‬ ْ َ‫َِ آٍَُْ٘ا أَُْ ر‬ِٝ‫َؤُِْ ىِيَّز‬ٝ ٌَْ‫أَى‬
َُُ٘‫شٌ ٍِ ٌُْْٖ فَبسِق‬ِٞ‫سذْ قُيُ٘ثُُٖ ٌْ َٗمَث‬ َ ‫ٌُِْٖ اىْؤٍََذُ فَ َق‬َٞ‫اىْنِزَبةَ ٍِِْ قَجْوُ َفؽَبهَ عَي‬
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka
seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka
lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid: 16)
Mendengarkan kebenaran dan tunduk terhadapnya, sebagaimana
Allah berfirman:
ِ‫ؤٍُِْْ٘ا ثِِٔ فَزُخْ ِجذَ ىَُٔ قُيُ٘ثُُٖ ٌْ َٗإَُِّ اىئََّ ىََٖبد‬َُٞ‫ذقُّ ٍِِْ سَّثِلَ ف‬ َ ْ‫َِ أُٗرُ٘ا اىْعِيٌَْ أََُّٔ اى‬ِٝ‫َعْيٌََ اىَّز‬ِٞ‫َٗى‬
ٌٍِٞ‫ صِشَاغٍ ٍُسْزَق‬َٚ‫َِ آٍَُْ٘ا إِى‬ِٝ‫اىَّز‬

66 |P e r i g i H a t i
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini
bahwasanya Al-Qur‟an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka
beriman dan tunduk hati (kalbu) mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang
yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 54) Selalu
kembali bertobat kepada Allah, Sebagaimana Allah berfirman:

ٍ ٍُِْٞ ٍ‫ت َٗجَبءَ ثِقَ ْيت‬


‫ت‬ ِ ْٞ َ‫َ اىشَّدَََِْ ثِبىْغ‬ِٜ‫خش‬
َ ٍَِْ
“Yaitu orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah
sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati
(kalbu) yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 33) Ketenangan dan
kewibawaan, sebagaimana Allah berfirman:
ِ‫ََبِِّٖ ٌْ َٗىِئَِّ جُُْ٘دُ اىسَََّبَٗاد‬ِٝ‫ََبًّب ٍَعَ إ‬ِٝ‫َضْدَادُٗا إ‬ِٞ‫َِ ى‬ٍِِْْٞ‫ قُيُ٘ةِ اىْ َُؤ‬ِٜ‫َْخَ ف‬ِٞ‫ أَّْضَهَ اىسَّن‬ِٛ‫َُٕ٘ اىَّز‬
‫ًَب‬ِٞ‫ًَب دَن‬ِٞ‫ض َٗمَبَُ اىئَُّ عَي‬ِ ْ‫َٗاىْؤَس‬
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
(kalbu) orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah
di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4) Berdebarnya
kalbu karena cinta kaum mukminin, sebagaimana Allah berfirman:
ْ‫ُ َٗىَب رَجْعَو‬
ِ ‫ََب‬ِٝ‫ِ سَجَقَُّ٘ب ثِبىْئ‬ َ ِٝ‫خَ٘اَِّْب اىَّز‬
ْ ِ‫َقُ٘ىَُُ٘ سَثََّْب اغْفِشْ ىََْب َٗىِئ‬ٝ ٌِِْٕ‫َِ جَبءُٗا ٍِِْ ثَعْذ‬ِٝ‫َٗاىَّز‬
ٌٌِٞ‫َِ آٍَُْ٘ا سَثََّْب إَِّلَ َسءُٗفٌ سَد‬ِٝ‫ قُيُ٘ثَِْب غِيًّب ىِيَّز‬ِٜ‫ف‬
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin
dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,
dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr:
10) 2. Selamatnya hati dari iri hati dan dengki. sebagaimana Allah
berfirman:

67 |P e r i g i H a t i
َ َْٞ‫ْنٌُْ إِرْ مُ ْزٌُْ أَعْذَاءً فَؤَىَّفَ ث‬َٞ‫عًب َٗىَب رَفَشَّقُ٘ا َٗارْمُشُٗا ِّعْ ََذَ اىئَِّ عَي‬ََِٞ‫َٗاعْزَصَُِ٘ا ثِذَجْوِ اىئَِّ ج‬
ِ
َُّٔ‫ُِِّ اىي‬َٞ‫ُج‬ٝ َ‫ شَفَب دُفْ َشحٍ ٍَِِ اىَّْبسِ فَؤَّْقَزَمٌُْ ٍِ َْٖب مَزَِىل‬َٚ‫خَ٘اًّب َٗمُ ْزٌُْ عَي‬
ْ ِ‫قُيُ٘ثِنٌُْ فَؤَصْجَذْزٌُْ ثِِْعََْزِِٔ إ‬
َُُٗ‫َبرِِٔ ىَعَيَّنٌُْ رَْٖزَذ‬ٝ‫ىَنٌُْ آ‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imraan: 103)
Apabila hati kita telah demikian maka bersyukurlah kepada Allah
SWT dengan mempertahankannya dan memeliharanya agar dapat
istiqomah. Nam n sebaliknya bila tanda-tanda ini belum ada maka
hendaknya banyak lagi bertaubat.

68 |P e r i g i H a t i
Alqur‟an sendiri telah menegaskan, bahwa Ruh itu adalah
urusan-Nya, Kita tidak tahu melainkan sedikit, sedikit bagi Allah
ٚ‫ سجذبّٔ ٗ رعبى‬akan pengetahuan manusia.
Ruh ibarat Energi, ruh dalam lafadz arab, berasal dari kata
“riih” ‫بح‬ٝ‫ س‬yang maknanya angin.
Dalam ilmu pengetahuan eksak, gerakan angin itu terjadi
karena reaksi energi elektromagnetic, yang terus bergerak, energi
elektromagnetic ini dalam unsur atom disebut elektron yang kita
rasakan sebagai energi aliran listrik. Dan ternyata, tiada satupun
profesor di dunia yang dapat menjelaskan apakah listrik itu dengan
paten, seperti halnya tiada seorang ulama‟ yang dapat menjelaskan
apakah ruh itu.Yang kita tahu, hanyalah sebatas pengertian bahwa,
ruh itu adalah energi yang dapat menghidupkan benda organik,
sedangkan listrik itu adalah energi yang dapat menghidupkan benda
anorganik.
Jadi, ruh itu bukanlah seperti di film atau gambar, yang
berbentuk bayangan, atau asap, sungguh berlepas diri tentang hal
itu. Begitu juga listrik, bukan lah petir yang berapi, terang, seperti
dalam gambar, itu hanyalah reaksi percikan api, yang panas,
sedangkan listrik sendiri tidak berwarna, tidak terlihat, juga bukan
kalor atau panas.. Kesimpulannya
RAGA itu di kendalikan oleh AQAL dan NAFSU yang
terletak dalam QOLBU yang dapat hidup karena ada RUH dengan
KUASA ٚ‫اهلل سجذبّٔ ٗ رعبى‬
Demikianlah artikel tentang Letak Akal, Nafsu dan Ruh
Manusia Menurut Islam yang bersumber dari sini. Semoga
bermanfaat dan menambah wawasan anda. Akhir kata, selamat
menjalankan Ibadah Puasa.
Ada empat istilah yang digunakan Al-Quran dalam
menunjukkan makna hati, yaitu, shard, Qolb. Fuad atau afidah dan

69 |P e r i g i H a t i
albab. Istilah-istilah ini mengambarkan lapisan-lapisan hati
manusia dan kecenderungannya, baik ataupun buruk. Kalau
seseorang menggunakan hatinya dalam arti shard, qalb dan
fuadnya, maka ia bias baik dan bias juga buruk. Tetapi kalau ia
menggunakan albab, maka orang itu sudah pasti baik.
1. Shadr berarti hati bagian luar,
2. Qalb berarti hati bagian dalam,
3. Fuad atau afidah berarti hati yang lebih dalam, sedangkan
4. Albab berarti hati yang paling dalam atau hati sanubari atau hati
nurani.

Shadr
Karena pengertiannya sebagai hati bagian luar, maka istilah
sadr biasa pula diartikan sebagai dada. Hanya dada disini tidak
hanya berarti fisik, tetapi juga non fisik, seperti aqal dan hati. Ini
kerena menurut Amir An-Najr, sadr merupakan pintu masuknya
segala macam godaan nafsu, penyakit hati dan juga petunjuk dari
Tuhan. Sadr juga merupakan tempat masuknya ilmu pengetahuan
ke dalam dirinya manusia. Dada adalah wilayah pertempuran
utama antara kekuatan positif dan negatif dalam diri kita, tempat
kita di uji dengan kecendrungan-kecendrungan nagatif nafsu. Kalau
sisi positif itu yang dominan, maka dada dipenuhi oleh cahaya dan
berada dalam pengawasan jiwa ilahi. Tapi jika sebaliknya yakni sisi
negatif yang dominan, seperti dengki, syahwat, keangkuhan, atau
kepedihan, penderitaan atau tragedi yang berlangsung lama, maka
dada akan dilingkupi oleh kegelapan. Hati akan mengeras dan
cahaya bhatiniyah menjadi redup.
Kalau hati sudah teracuni, banyak penyakit yang bakal
muncul di kemudian hari. Racun-racun hati itu banyak macamnya,
di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul

70 |P e r i g i H a t i
kalam. Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang
sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati
dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah.

Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar


tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan
mengakibatkan kerasnya hati. Dalam salah satu hadits shahih
Rasulullah SAW pernah bicara kepada sahabat Mu'adz:
"Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan
itu semua (ibadah-ibadah)?" "Baik, ya Rasulullah", jawab Mu'adz.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Cegahlah ini" (sambil
mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya).
Lalu mu'adz berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan
dimintai tanggung jawab dari apa yang kita ucapkan?" Kemudian
Rasulullah SAW bersabda: "Kamu wahai Mu'adz, tidaklah
seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke
dalam Neraka melainkan karena hasil dari lisannya." (Diriwayatkan
oleh Imam At-Tirmidzi). "Ada dua lubang yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam Neraka, yaitu mulut dan
kemaluan." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya).

71 |P e r i g i H a t i
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah:
"Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?"
Lalu dijawab oleh Nabi : "Tahanlah olehmu lisanmu."

Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda:


"Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari
apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua
pahanya (kemaluan), maka aku jamin untuknya Surga." (HR. Al-
Bukhari).
Maksud dalam hadits ini adalah, barangsiapa yang bisa
memelihara apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari
semua perkataan yang tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang
ada di antara kedua pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di
tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah
Surga. Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga
bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman
kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia
diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah
SAW bersabda: "Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang
apabila ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya."

72 |P e r i g i H a t i
Berkata Sahl: "Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak
berguna maka ia tidak layak dikatakan shiddiq".
Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain
maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Demi Allah, tidaklah
beriman, demi Allah tidaklah beriman", kemudian ditanyakan
siapakah gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah?
Jawabnya, "orang yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman
lantaran kejahatannya. "Hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya,
tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya,
dicitaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu
dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia,
walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan
dibenci-Nya.
Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu
syahwatnya itu diridhai-Nya atau dimurkai-Nya, dan ia
menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah.
Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia
membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi
maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas
dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan
lebih ia cintai daripada ridha Allah Dengan demikian maka
hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari ucapan yang
tidak berguna seperti berdusta, suka mengadu domba, ucapan yang
keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang
lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati
sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati
akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat
atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak

73 |P e r i g i H a t i
racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau
tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya.
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun
adalah merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan
juga penyebab matinya hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak:
"Meninggalkan dosa dan maksiat dapat menjadikan hidupnya hati,
dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan perbuatan
dosa dalam dirinya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya
menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan diri dari
racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada racun
hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit
dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan
taubat dan istighfar.

DNA: Pikiranmu Jadi Sumber Penyakit dan Kesembuhan


Selama ini kita masih sulit memahami bagaimana
mekanisme pikiran positif dapat mempengaruhi kesuksesan,
kesehatan, dan kebahagiaan kita. Lima abad lalu bahkan baru 5
dekade yang lalu, manusia percaya bahwa kesakitan atau
kesembuhan murni datang dari Sang Pencipta sebagai cobaan.
Sebelum dunia kesehatan dan medis menemukan fatogen-fatogen
eksternal dan internal, bibit penyakit seperti Malaria, Kolera, Tifus
dianggap sebagai kiriman setan atau cobaan dari Tuhan. Begitu
juga, masyarakat kita saat inipun sempat mengabaikan aspek unsur
kimiawi yang terkandung dalam batu Ponari yang dapat
menyembuhkan + fakor sugesti/pikiran positif dan langsung men-
judge bahwa itu syirik (ada setan) atau sebaliknya itu mukzizat dari
Allah/Tuhan yang diperantarakan.
Jika boleh saya menilai, maka pola sikap dan pemikiran
“short-cut” (asal bunyi tanpa observasi, data dan pengujian) seperti

74 |P e r i g i H a t i
itu tidak jauh berbeda dengan pola pemikiran kita 5 abad yang lalu,
hanya saja saat ini masyarakat telah memiliki knowledge yang lebih
mengenai patologi. Namun, pemikiran yang sengaja kita batasi
untuk mengeksplor lebih mendalam fenomena-fenomena alam
sebagai source of knowledge tampaknya menjadi penghalang
terbesar kemajuan pendidikan teknologi bangsa kita. Ini
berimplikasi tumbuhnya kultur bangsa yang hanya lebih cenderung
menjadi bangsa pengguna (customer-consumer) produk luar, bukan
producer atau inventor.

DNA dan Kehidupan


Pertanyaan sekarang adalah apakah kita percaya bahwa
penyakit, kesehatan ataupun penyembuhan bergantung pada
faktor-faktor lain seperti pikiran dan mental kita? Benarkah
sebagian besar penyakit muncul dari pikiran negatif kita? Sebelum
kita mempercayai sesuatu (dalam konteks ini), alangkah lebih
baiknya kita melakukan investigasi dan penelusuran mendetil.
Seperti tulisan saya sebelumnya mengenai Analisis Faktor
Penyembuhan Air Ponari, saya mengemukakan bahwa
kemungkinan faktor penyembuhan ala Ponari adalah faktor mental,
sugesti, dan probability unsur kimia yang terkandungnya. Selain
itu, saya juga melampirkan salah satu hasil penelitian mengenai
dampak sugesti pada penyembuhan di Barat. Dan juga fenomena-
fenomena seperti mengapa kita merasa mulai sembuh tatkala baru
menemui sang dokter.
Dan pada kesempatan ini, saya akan mengutip hasil
penelitian Kazuo Murakami, Ph.D (Profesor Genetika) dalam
bukunya, “The Divine Message of DNA“, yang membuka tabir
tersembunyi di dalam DNA, “prosesor”-nya sel-sel tubuh kita.
DNA (DeoxyriboNucleic Acid) atau asam deoksiribonukleat

75 |P e r i g i H a t i
merupakan asam nukleat yang berisi kode genetik yang berfungsi
sebagai blue print (cetak biru) segala aktivitas kita terutama sel
kita. Dengan informasi DNA, maka sel dan jaringan di kepala akan
menumbuhkan rambut yang terus tumbuh, sedangkan bulu di alis
akan tumbuh dengan panjang tertentu (hm..coba kalo bulu alis atau
mata tumbuh terus), begitu juga sel jari, telinga, mata dan
seterusnya. DNA menjadi fondasi pertumbuhan sel, menyusun
dengan tepat protein dan molekul RNA, lalu membentuk jaringan,
organ hingga tubuh kita. Dalam hal ini, DNA sangat
mempengaruhi aspek fisik kehidupan kita. Sedangkan aspek fisik
(lingkungan) turut mempengaruhi mental kita, begitu juga
sebaliknya.

Pengaruh Pikiran Pada Kesehatan dan Penyakit Secara Ilmu


DNA
Dalam buku “The Divine Message of DNA” (DM-DNA)
yang telah diterbitkan Mizan dengan judul “Tuhan dalam Gen
Kita“, dikatakan bahwa kode-kode genetik DNA memiliki
karakteristik on (nyala) dan off (padam). Tiap orang memiliki DNA
yang mengandung semua bakat sekaligus perintang (bukan bakat)
yang terprogram dalam 70 triliun kombinasi kode gen. Artinya
kode gen bakat piano dan anti-nya telah terprogram dalam gen kita.
Hanya saja, apakah gen bakat kita cenderung atau sebaliknya
antinya yang aktif (mirip mekanisme on-off pada sistem digital 0-1
atau biner). Begitu juga, gen kanker beserta antinya, gen tumor
beserta antinya, gen cerdas beserta antinya, akan aktif atau tidak
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan [aspek lingkungan :
makanan, lingkungan, suara, dst] dan pikiran. Begitu juga hipotesa
graviton pasti memiliki antinya yakni anti-graviton.

76 |P e r i g i H a t i
Idealnya adalah kode gen positif yang aktif, sedangkan gen
yang berbahaya dinonaktifkan. Dan berpikir positif merupakan
kunci penting dalam mengaktifkan kode tersebut. Jika kita
mengerti tentang sistem mikroprosesor atau mikrokontroller, maka
kita akan mudah mengerti gen aktif sebagai high state (misalnya 5
volt DC) dan gen non-aktif sebagai low state (misalnya 0 volt
DC). Dalam hal ini, berpikir positif merupakan “tombol” untuk
mengaktifkan gen-gen positif dan memadamkan kode gen negatif,
dan sebaliknya berpikir negatif menjadi “tombol” untuk
mengaktifkan gen negatif dan memadamkan gen positif. Berbagai
kasus dan penelitian diungkapkan secara rinci di buku Kazuo
Murakami, Ph.D tersebut.
Konsep pikiran positif dan negatif telah menjadi frasa yang
sangat familiar di telinga kita yakni “berpikirlah positif“, atau
“ambil sisi positif“. Berpikir positif hendakya disertai rasionalitas
terlebih dalam mengambil suatu keputusan. Di sisi lain, sejak kecil
sebagian dari kita lebih banyak mendapat porsi informasi negatif
daripada positif. Kita cenderung mudah mengingat hal-hal negatif
ketimbang hal positif yang kita alami atau peroleh. Terlebih dalam
kondisi buruk, kita akan sulit untuk berpikir positif.

77 |P e r i g i H a t i
Pikiran Positif dan Negatif dari Aspek Entropi
Kazuo Murakami berusaha menjelaskan perbedaan pikiran
positif dan negatif dari aspek entropi.

Gambar Struktur DNA

Entropi merupakan istilah dalam dunia fisika maupun kimia


yang menjelaskan fenomena ketidakteraturan alam semesta yang
dipelajari dalam Second Thermodynamic Law (Hk. Termodinamika
II). Hal ini dapat dijelaskan sederhana dalam fenomena dimana
setetes tinta akan menyebar luas dalam sebuah baskom berisi penuh

78 |P e r i g i H a t i
air. Dan mengapa tinta tidak berkumpul saja dalam satut titik atau
tidak menyebar?
Fenomena penyebaran setetes tinta merupakan hukum alam
yang alami yakni entropi. Hanya saja, apakah penyebaran secara
cepat atau lebih lambat tergantung pada faktor-faktor luar seperti
suhu/pemanasan, konsentrasi, atau pengadukan. Jika airnya cukup
dingin (agak membeku) dan kita tidak mengaduknya, maka tinta
tersebut tidak akan menyebar cepat. Hal ini serupa dengan kejadian
sehari-hari kita. Ketika kita menghadapi masalah atau sakit, apakah
batin kita bertambah tergoncang atau sebaliknya. Semakin batin
dan pikiran kita tergoncang, maka penderitaan atau penyakit kita
akan semakin parah. Sedangkan jika batin dan pikiran kita tenang
dan berpikir positif, maka penderitaan atau penyakit kita akan
berkurang bahkan dengan bantuan obat + do‟a, penyakit dapat kita
sembuhkan. Hal ini mirip dengan mengangkat tetesan tinta di atas
es, bukanlah air yang mendidih. Sehingga pada fenomena Ponari,
terlepas dari kandungan kimiawi pada batu tersebut, kita akan
mudah mengerti bahwa penyembuhan pasien sangat ditentukan
oleh faktor mental atau sugesti sang pasien.
Penyebaran setetes tinta ini merupakan fenomena
penguraian atau dalam materi atau zat lain mengalami
ketidakteraturan atau pembusukan. Inilah disebut sebagai entropi.
Tinta akan mudah bercampur dengan air (bahkan tanpa energi
luar), sedangkan untuk memisahkan tinta dari air dibutuhkan energi
ekstra. Fenomena tinta juga berlaku untuk semua jenis materi,
termasuk materi penyusun tubuh kita (DNA).
Sejak kita dilahirkan, tubuh kita sedang mengalami
perubahan, dan secara bertahap tubuh kita akan tumbuh dan
kemudian menuju ambang kematian atau kehancuran. Satu-satunya
alasan ilmiah mengenai hal ini adalah keberadaan gen kita yang

79 |P e r i g i H a t i
cenderung bergerak menuju penguraian atau kehancuran. Ini adalah
fenomena alami, sangat alami (hukum alam atau Tuhan). Dalam
kata lain, tubuh kita terlahir dengan dilengkapi oleh sebuah
program untuk mematikan sel.
Jika gen tiba-tiba bekerja dengan kemampuan penuh,
hasilnya adalah kematian mendadak karena gen-gen itu akan
rusak. Namun, biasanya gen kita bekerja untuk menjaga agar kita
tetap hidup dan mencegah peningkatan entropi. Dengan kata lain,
hidup dapat dilihat sebagai menjalani proses yang secara alami
bergerak menuju kematian dan penguraian serta mengarahkannya
pada keteraturan ….. (DM-DNA : Kazuo Murakami Chapter 2)
Ini berarti bahwa tubuh juga memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan nilai entropi yang stabil, atau memperlambat
proses meningkatnya entropi. Kemampuan tubuh untuk
memperlambat peningkatan entropi (gen-gen) sangat ditentukan
oleh faktor mental kita. Gen-gen dan enzim-enzim yang diproduksi
sesuai perintah masing-masing memiliki peran penting untuk
mengurangi entropi. Tapi perlu diingat bahwa kecenderungan
tubuh adalah menyembuhkan secara bertahap, bukan perubahan
mendadak.
Jika kita menerapkan prinsip entropi pada konsep pikiran
positif dan negati, wajarlah untuk menganggap bahwa pikiran
positif menyebabkan pengurangan entropi, sementara berpikir
negatif menyebabkan peningkatan entropi. Anda akan melihat
mengapa hal ini terjadi dalam penelitian diabetes – tertawa yang
akan dijelaskan berikutnya ….. (DM-DNA : Kazuo Murakami
Chapter 2)
Kazuo Murakami, Ph.D melakukan penelitian mengenai
efek pikiran positif/gembira yakni tertawa dengan pikiran negatif
(tegang, jemu, bosan) pada penderita diabetes. Penelitian tersebut

80 |P e r i g i H a t i
mendapatkan hasil spektakuler yakni tawa (rasa senang) memiliki
efek menguntungkan bagi tingkat glukosa darah. Mereka
menemukan bahwa 23 gen teraktivitasi berkat pasien tertawa. Dan
salah satu gen yang berhasil Tim Kazuo Murakami identifikasikan
ketika seseorang tertawa (pikiran positif) adalah gen reseptor D4
dopamin (DRD4), yang terkait dengan penghambatan kerja enzim
adenyil cyciase, yang memegang peranan penting dalam
peningkatan glukosa darah. Sedangkan hal ini (pengaktifan gen-
gen positif) tidak terjadi pada pasien yang kondisinya tegang, jemu,
bosan.

Efek Pikiran Positif dan Pikiran Negatif


Dari penelitian-penelitian efek pikiran positif terhadap gen
yang menjadi sumber utama pertumbuhan dan fungsi sel, maka
dapat ditarik satu pengetahuan baru yakni emosi positif dapat
memicu tombol genetik. Jika tubuh dapat direpresentasikan sebagai
sistem yang terdiri dari mental/batin/pikiran dan tubuh/fisik/DNA,
maka antara tubuh dan batin akan memiliki hubungan saling terkait
(dependence relationship). Untuk manusia secara umum, maka
ketika mentalnya bermasalah (stress, tegang, takut), maka fisiknya
pun akan terganggu. Fisiknya akan mudah terserang penyakit dan
bibit penyakit. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang mengalami
penderitaan fisik, maka hal tersebut dapat mempengaruhi batin atau
mentalnya.
Tentu kadar kesalingterkaitan antara batin dan fisik sangat
tergantung pada kematangan mentalnya. Yakni dalam hal ini
berhubungan dengan pengalaman (kedewasaan), iman (keyakinan),
kebiasaan atau latihan (training dan motivasi). Sehingga, cara
termurah dan efektif dalam menguatkan mental adalah do‟a yang
semua agama mengajarkannya. Dari do‟a, shalat, zikir, meditasi

81 |P e r i g i H a t i
atau sejeninya, maka bagi seseorang yang memiliki pemahaman
yang baik terhadap ajaran agama, akan lebih mudah menghadapi
tantangan lingkungan (faktor lingkungan, masyarakat, bahkan
tubuh bagi mental, dan pikiran bagi tubuh). [Catatan : tubuh dapat
menjadi lingkungan bagi sistem mental/pikiran, begitu juga
sebaliknya unsur mental/pikiran dapat menjadi sumber eksternal
(lingkungan) bagi DNA/tubuh kita).
Dengan pemahaman ini, seyogyanya seorang yang memiliki
kedalaman praktik dan pemahaman suatu agama akan memiliki
keadaan mental yang stabil dan selalu memancarkan emosi positif
dari hati dan pikirannya. Batinnya tidak akan mudah goyah ketika
pujian atau celaan menimpa dirinya. Di kala mendapat keuntungan
dan rezeki, batinnya akan stabil dan tetap memancarkan emosi
positif yakni grateful (bersyukur), humble (rendah hati) dan
generous (bermurah hati). Begitu juga, ketika giliran
ketidakberuntungan menimpanya, grateful, humble dan generous
tetap terpatri dalam mentalnya. Sehingga secara kasat mata, maka
seseorang yang bergebu-gebu dan lantang menghujat dan memaki
orang lain karena berbeda pendapat atau berbeda keyakinan, akan
menjadi objek pertanyaan besar yakni “benarkah ia telah
menjalankan agamanya dengan baik dan benar?”

Sehat atau Sakit datang dari Pikiranmu


Ini merupakan bagian akhir dari tulisan saya. Jika kita
telusuri secara mendalam, sangat tergantung pada pikiran atau
sikap mental kita. Sugeti merupakan cara efektif untuk
mengaktifkan gen positif dan memadamkan gen negatif. Sugesti
dapat muncul dari keyakinan kuat atas do‟a, keyakinan kuat pada
benda/materi (obat, jimat, batu, dsb), dorongan keluarga dan
sahabat (misalnya : menjenguk rekan sakit), dan masih banyak lagi.

82 |P e r i g i H a t i
Inilah mengapa orang dengan beragam agama dan kepercayaan
bahkan bagi mereka yang tidak percaya sama Tuhan sama
sekalipun, dapat mengalami penyembuhan asalkan mereka percaya
atau memiliki sugesti akan penyembuhan yang disertai “perantara”.
Perantara dapat berupa obat tradisional, jamu, obat kimia,
urut/pijak, terapi infra merah, air putih dan sejenisnya.
Jadi, kekuatan berpikir positif memiliki pengaruh yang
sangat besar pada tiap orang. Hal ini terlihat jelas ketika seseorang
jatuh sakit. Jika seseorang dokter memberitahu pasiennya bahwa ia
(pasien yang bermental kurang stabil) menderita kanker, hal ini
akan membuat pasien mengalami depresi yang berujung pada
memburuknya kondisi kesehatan. Sehingga hal ini pun diterapkan
oleh dokter-dokter untuk tidak memberitahu secara langsung
kepada pasien yang mengalami penyakit kronis yang sulit
disembuhkan seperti kanker.
Dalam sisi lain, seorang akan mulai mengalami
penyembuhan yang sangat progresif tatkala mendapat dorongan
dan motivasi dari keluarga, sahabat dan dokter yang merawat.
Bahkan tidak sedikit orang mendapat “keajaiban” penyembuhan
dengan latar suku, ras, agama yang berbeda-beda. Dalam penelitian
genetika ini, maka proses ini disebut sebagai penyembuhan diri
sendiri. Konsep penyembuhan diri sendiri telah muncul sejak
zaman dahulu kala, bahkan hewan-hewan dihutan pun melakukan
hal yang sama ketika mereka (hewan) jatuh sakit. Hal ini dapat
dijelaskan karena tubuh (DNA) memiliki kode genetik untuk
melakukan penyembuhan sendiri. Hanya saja, apakah
pikiran/mental kita mengizinkan tubuh kita untuk melakukan
penyembuhan sendiri? Apakah pikiran/mental/kebiasaan hidup
mengizinkan perubahan dalam cara makan (jenis makanan, sayur,

83 |P e r i g i H a t i
buah, alami atau buatan), atau kebiasaan (rokok, alkohol, zat aditif
dan adiktif)?
Jika batin/mental mengizinkan (berusaha) berpikir positif
dan penyembuhan serta sehat, maka kebahagiaan, kesembuhan, dan
hidup sehat akan menjadi milik kita. Karena pada hakekatnya,
dalam setiap gen kita memiliki potensi untuk menimbulkan
penyakit, dan pada saat yang sama, juga gen dapat mencegah
penyakit. Hanya saja, kita mau milih yang mana, untuk hidup
dengan pemikiran positif atau negatif. Apakah kita mengingankan
hidup sehat atau berpenyakit, tergantung pada mental Anda. So,
jangan lupa untuk terus memancarkan pikiran positif ke setiap
elemen kehidupan.
Jadi, apakah Anda percaya bahwa sakit atau sehat sangat
bergantung dari pikiran Anda? Jika percaya, kembangkan pikiran
positif yang tentunya disertai rasionalitas. Agar sehat dan cerdas.

1. Hati Yang Sehat dan Bersih


Allah berfirman dalam Qur‟an surat As-Syu’aro ayat 88-
89:

Artinya: “(yaitu) hari dimana harta dan anak-anak laki-laki


tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih.”
Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa mengingat
Allah SWT. Ketika mendengar ayat-ayat Allah maka hatinya
bergetar dan semakin bertambah keimanannya. Hati yang bersih
menempatkan cintanya hanya kepada Allah SWT. Ia akan rela
melakukan apapun yang Allah perintahkan, dan berusaha untuk
selalu menjauhi apa yang telah dilarang-Nya.

84 |P e r i g i H a t i
Orang yang memiliki hati yang bersih akan selalu merasa
bersalah dan bersedih jika suatu waktu ia lupa dan lalai karena
tidak memanfaatkan waktunya dengan semaksimal mungkin. Ia
akan merasa sayang jika waktunya hanya terbuang sia-sia untuk
sekedar bermain game, nonton tv, ngobrol, nongkrong, melamun,
tidur tanpa mengenal waktu. Karena baginya waktu itu amatlah
berharga untuk dilakukan dengan sesuatu yang jauh lebih
bermanfaat.
Orang yang berhati bersih akan menumpahkan rasa
cintanya hanya karena Allah, membencipun karena Allah dan
memberi atau menerima tak lain hanya karena Allah semata.

2. Hati Yang Mati


Hati yang mati yaitu hati yang keras laksana batu. Sangat
bertolak belakang dengan hati yang bersih. Hati yang mati jauh dari
hidayah dan sulit menerima kebenaran. Nasehat yang diberikan
ibarat angin lalu bahkan dianggap merendahkan derajatnya.
Hati yang telah mati sama sekali tidak mengenal Rabbnya,
tidak mau beribadah, tidak patuh dan taat atas perintah Allah dan
Rasulnya. Ia seperti orang tuli yang tidak mau mendengar nasehat,
seperti orang bisu yang tidak bisa bertanya dan seperti orang buta
yang tidak bisa melihat kebenaran.
Allah berfirman dalam Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 18:

Artinya: “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka


akan kembali (ke jalan yang benar)“.
Ia tidak akan pernah merasa takut, selalu mengikuti kata
hati yang tidak peduli dengan kemurkaan Allah SWT. Mencintai
sesuatu karena nafsu dan membenci pun karena nafsu. Maka
apabila berkumpul dengan para pemilik hati yang telah mati
85 |P e r i g i H a t i
merupakan suatu bencana, bergaul dengan mereka adalah racun,
dan duduk-duduk dengan mereka adalah suatu kehancuran.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi


mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan,
mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan
bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah: 6-7)
Ibnul Qayyim dalam bukunya “Ighatsatul Lahfan min
Mashasyidisy Syaithan” menyatakan: “Ketika nafsu telah menjadi
pemimpinnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan sebagai
supirnya dan kelalaian sebagai kendaraanya, itu merupakan salah
satu indikasi dari matinya hati“.

3. Hati Yang Sakit


Yaitu hati yang senantiasa gundah, ragu dan tidak pernah
merasakan ketenangan dan kenikmatan dalam ibadah. Sahabat
muslimah masih ingat kan sumber-sumber penyakit hati?, Hati
yang sakit itu bersumber dari lemahnya akhlak, tidak ada kehati-
hatian, terlena dengan kehidupan dunia, perasa dan menyia-nyiakan
waktu. Jika keenam sumber masalah pada hati itu tidak terjaga,
maka hati akan menjadi sakit.
Orang yang hatinya sakit, ketika membaca atau mendengar
lantunan ayat suci Al-Qur‟an, ia tidak akan menikmati bacaan,
tidak akan bergetar hatinya bahkan ia tidak betah berlama-lama
membaca Al-Qur‟an. Ini disebabkan karena di dalam hatinya
terdapat penyakit ujub, riya dan takabur sehingga tidak pernah
merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap jengkal hidupnya.
86 |P e r i g i H a t i
Di dalam hati yang sakit terdapat dua penyeru yakni
penyeru untuk kembali pada ketaatan dan penyeru yang
mengajaknya dalam kemaksiatan, syahwat dan fitnah dunia.
Mereka yang termasuk kedalam kelompok ini adalah mereka yang
menegakkan syiar Islam dengan dalih rekonsiliasi, toleransi, saling
menghargai dan rasa tidak enak. Sehingga mereka menebar
“penyakit hati” di masyarakat dan dalam setiap pergaulannya.
Sahabat semoga kita tergolong pada hati yang bersih, sehat
dan selamat. Jika kita memiliki hati yang sakit, segeralah diobati
dan ditangani secepatnya. Kebanyakan umat Islam saat ini berada
pada golongan hati yang sakit. Karena mereka melakukan ketaatan,
beribadah secara rutin namun tetap tidak bisa mengendalikan diri
pada kesenangan dunia. Maka berkumpullah dengan orang-orang
shaleh, InsyaaAllah hati kita akan lebih kuat, lebih bersih dan suci.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, dari Abdullah bin Nu‟man ra, Rasulullah SAW
bersabda:
‫ت‬
ْ َ‫سد‬
َ َ‫س ُد مُيُّهُ وَِإذَا ف‬
َ َ‫ص َيحَ اىْج‬
َ ‫ث‬
ْ َ‫صيَح‬
َ ‫س ِد ٍُضْ َغ ًة ِإذَا‬ َ َ‫أَالَ وَإَُِّ فًِ اىْج‬
ُ‫س ُد مُيُّ ُه أَالَ وَ ِهًَ اىْ َقيْت‬
َ َ‫س َد اىْج‬
َ َ‫ف‬
“… ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat sekerat
darah, yang apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya. Dan
apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah
bahwa sekerat darah tersebut adalah hati. (HR. Bukhari Muslim)

Imam al-Ghazali mengungkapkan, “bahwa hati merupakan


sesuatu yang paling berharga dalam diri manusia. Karena dengan
hatilah, seseorang mampu mengenal Allah, beramal untuk
mengharapkan ridha-Nya dan juga guna mendekatkan diri kepada-
Nya. Sedangkan jasad pada hakekatnya hanyalah menjadi pelayan
dan pengikut hati, sebagaimana seorang pelayan terhadap tuannya.”
87 |P e r i g i H a t i
Dalam perumpamaan lain, syaitan itu digambarkan seperti
seekor anjing lapar yang mendekati seorang insan. Jika ia tidak
memegang suatu makanan seperti daging atau roti, maka akan
dengan mudah mengusir anjing ini. Namun jika dalam genggaman
tangannya terdapat daging, roti dan makanan lainnya, maka akan
lebih sulit mengusir anjing tersebut. Perlu adanya kekuatan ekstra
guna mengusirnya, dengan kekuatan tangan, kaki atau kayu dan
tongkat, barulah ia dapat mengusir anjing itu. Demikian pula
dengan hati yang dikuasai hawa nafsu serta jauh dari dzikrullah.
Sudah barang tentu ia menjadi mangsa para syaitan yang kelaparan.
Dan untuk mengusirnya juga diperlukan tenaga ekstra, berbeda
dengan hati yang hampa dari nafsu…
Inilah sensitifas hati seorang insan, yang ternyata sangat
rentan akan godaan. Oleh karenanya tidak heran, jika Rasulullah
SAW sering mengungkapkan doa yang cukup masyhur;
‫ف‬
ْ ِّ‫ة صَس‬
ِ ْ‫ وٌََب ٍُصَسِّفَ اىْ ُقُيى‬،َ‫عيَى دٌِِْْل‬
َ ‫ة ثَجِّثْ ُقُيىْثََْب‬
ِ ْ‫ٌَب ٍُقَيِّتَ اىْ ُقُيى‬
َ‫عحِل‬َ ‫عيَى طَب‬ َ ‫ُقُيىْثََْب‬
“Wahai Pembolak balik hati, tetapkanlah hati kami dalam
agama-Mu. Wahai Pemutar balik hati, tetapkanlah hati kami untuk
taat kepada-Mu.”
“Orang yang hatinya bahagia akan suka menolong dan
membahagiakan orang lain, tetapi sebaliknya ada orang mengaku
hamba allah jiwanya derita akan gembira bila melihat orang lain
derita seperti dirinya”.
Demikianlah uraian akan pentingnya hati seseorang hamba
allah, untuk menjalami hidup yang menginginkan selamat di dunia
dan akhirat baik di institusi keluarga, lingkungan tempat tinggal,
tempat kerja dan di dunia yang sangat singkat ini.

88 |P e r i g i H a t i

Anda mungkin juga menyukai