Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyumbatan (kuratif),
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluuh, terpadu dan
berkesinambungan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk pengembalian status kesehatan akibat dari cacat atau
kehilangan fungsi tubuh untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
meningkat pula jumlah kasus trauma khususnya kecelakaan. Salah satu
kasunya adalah Fraktur akibat yang timbul apabila fraktur tidak segera
ditangani akan dapat menimbulkan penyakit, kelumpuhan, kecacatan bahkan
kematian. Hal ini didukung oleh kesalahan diagnostik, pengelolaan dan
penanganan komplikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan fraktur femur 1/3 distal sinistra?
2. Bagaimana penanganan fraktur femur 1/3 distal sinitra ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien fraktur fewmur 1/3 distal
sinistra ?

iii
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
I. Definisi
Fraktur adalah diskonmtunuitas struktur pada tulang (Sylvia Anderson,
1995 : 261). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Marilynn E.
Doenges, 2000 : 761).
Faraktur femur 1/3 distal adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas
tulang femur pada bagian ujung.
Sinistra adalah bagian badan tubuh sebelah kiri sedangkan dextra adalah
bagian tubuh sebelah kanan.
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa pengertian fraktur
femur 1/3 distal sinistra adalah terputusnya kontinuitas struktur tulnag
femur kiri pada 1/3 bagian ujung.

II. Etiologi
Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada
jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai
tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin
tidak ada.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang
tersebut tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang
menimapnya.

iii
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau ostepororsis.

III. Patofisiologi
Barbara C. Long menguraikan bahwa ketika tulang patah,
periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan
jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan
keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi
menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila
ditekan atau digerakkan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang
mengakibatkan syok neurogenik.
Sedangkan kerusakan pada system persarafan, akan menimbulkan
kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada
fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah
yang cidera.
Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh
karena trauma atau mecuatnya fragmen tulang yang patah. Apabila kulit
robek an luka memiliki hubungan dengan tulang yang patah maka dapat
mengakibatkan kontaminasi sehingga resiko infeksi akan sangat besar.

IV. Penatalaksanaan
1. Reposisi, mengembalikan allgment dapat dicapai dengan
manipulasi tertutup atau operasi terbuka.
2. Immobilisasi, mempertahankan posisi dengan
1. Fiksasi eksterna (gips dan traksi)
2. Fiksasi interna (orif), dengan lempeng logam (plate) dan nail yang
melintang pada cavum medularis tulang.

iii
3. Rehabilitasi mengembalikan fungsi normal bagian yang
cidera.
B. Asuhan Keperawatan Fraktur
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan, verifikasi /
pembuktian dan komunikasi data tentang pasien (Patricia A. Potter).
Pengkajian ini meliputi data-data tentang :
a. Informasi Biografikal / biodata
Adalah data factual demografik pasien, meliputi nama, tanggal lahir,
jenis kelamin, nama dan alamt anggota keluarga, status perkawinan,
agama dan ketaatan pelaksanaannya, pekerjaan, sumber perawatan
kesehatan dan tipe asuransi yang dimiliki.
b. Alasan membutuhkan perawatan kesehatan / keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit yang lalu, riwayat
keluarga, riwayat lingkungan dan riwayat psikososial.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen = menentukan lokasi / luasnya fraktur /
trauma.
2. Scan tulang = tomogram, scan CT / MRI, memperlihatkan fraktur
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Arteriogram = dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung darah lengkap = hitung mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh trauma multiple), peningkatan jmlah
leukosit adalah respon stress normal setelah trauma.
5. Kreatinin = trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
6. Profil koagulasi = perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi mutiple atau cedera hati.
d. Pola-pola Kesehatan Fungsional

iii
Pengkajian komponen ini dnegan menggunakan konsep model Gordon
(1991-1992) dikutip oleh Long 1996 meliputi :
1. Persepsi kesehatan – pemeliharanaan kesehatan :
Persepsi kesehatan pasien tentang kesehatan umum dan bagaimana
mengatur kesehatan (menurut Klien)
2. Pola Nutrisi
Pola masukan makanan dan cairan, pada pasien paska pembedahan
ada kemungkinan dijumpai penurunan masukan karena mual,
muntah akibat efek anestesi dan penambahan masukan melalui
jalur parenteral.
3. Pola Eliminasi
Pola dan fungsi eksresi (usu, kandung kemih dan kulit), pada
bagian paska pembedahan dapat dijumpai penggunaan kateter dan
penurunan frekuensi BAB akibat penurunan motilitas usus sebagai
efek anestesi.
4. Pola Kognitif dan Persepsi
Keadekuatan alat sensori dan kemampuan fungsional kognitif,
penurunan fungsi mungkin dijumpai karena efek anestesi dan
kurangnya pemahaman dn pemberian informasi atau sumber-
sumber informasi.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pola latihan, aktivitas, memanfaatkan waktu luang dan rekreasi.
Pada pasien paska pembedahan orif femur 1/3 distal sinistra
didapatkan data penurunan fungsi ini akibat nyeri luka operasi dan
pembatasan aktivitas sebagai terapi imonilisasi.
6. Istirahat dan Tidur
Pola tidur dan periode, relaksasi selama 24 jam dan juga kualitas
dan kuantitas serta bantuan tidur.
7. Pola peran dan hubungan
Persepsi pasien tentang peran yang utama dan tanggung jawab
dalam situasi kehidupan sekarang.

iii
8. Pola Konsep Diri – persepsi diri
Sikap individu mengenai dirinya, persepsi diri mengenai citra
tubuh.
9. Pola Koping-penanganan masalah
Pola koping umum dan efektif pada toleransi terhada[ stress sistem
pendukung dan kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan
dan mengubah situasi.
10. Pola Seksualitas – reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan pasien dalam hal
seksualitas.
11. Pola Nilai dan Keyakinan

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawaan yang ditegakkan pada pasien fraktur (Marilyn E.
Doenges)
a. Nyeri berhubungan dnegan spasme otot, pergerakan
fragmen tulang, edema, cidera pada jaringan lunak, alat traksi /
immobilisasi, stress dan anestessi.
b. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dnegan penurunan / interupsi thrombus.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan degan tak
adekuatnya pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringa,
terpapar pada lingkungan) prosedur invasive, traksi tulang.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromoskuler (nyeri/ketidaknyamanan).
e. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan
dengan kehialngan integritas tulang.
f. Aktual / resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan cidera tusuk (Fraktur terbuka,

iii
bedah perbaikan, pemasangan traksi pen/kawat / sekrup) eprubahan
sensasi, perubahan sirkulasi, akumulasi ekskresi / sekret, immobilitas
fisik.
III. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergerakan
fragmen tulang, edema, cidera pada jaringan lunak, alat traksi /
immobilisasi, stress dan anestesi.
Tujuan : menyatakan nyeri tulang
Kriteria hasil : menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi
dalam aktivitas dnegan tepat dan emnunjukkan
penggunaan ketrampilan. Relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.
Intervensi :
1. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips, pembebat, traksi.
2. Dukung an tinggikan ekstremitas yang terkena.
3. Evaluasi keluhan nyeri
4. Dorong menggunakan teknik menejemen stress contoh : Relaksasi
progresif, latihan nafas dalam.
5. Berikan obat sebelum perawatan aktivits.
b. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan penurunan / interupsi aliran drah, cidera vaskuler
langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.
Tujuan : memeprtahankan perfusi jaringan
Kriteria hasil : perfusi jaringan dapat dieprtahankan, dibuktikan oleh
terabanya nadi, kulit kering / hangat, sensasi normal,
sensori biasa, tanda vital stabil dan keluaran urine
adekuat untuk situasi.
Intervensi :
1. Lakukan pengajian neuromuskuler
2. Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali indikasi.

iii
3. Kaji keseluruhan panjang eekstremitas yang cedera untuk
pembengkakan / pembentukan edema.
4. SElidiki tanda eskemia ekstremitas tiba-tiba.
5. Dorong pasien untuk latihan jari /sendi distal cedera secara rutin.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak
adekuatnya pertahanan primer (keruskan kulit, trauma, jaringa,
terpapar pada lingkungan / prosedur invasif, traksi tulang.
Tujuan : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Kriteria hasil : bebas drainase parulen atau eritem dan demam.
Intervensi :
1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
2. Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh isis insersi.
3. Kaji tonus otot, refleks endon dalam dan kemampuan berbicara.
4. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema lokal /
eritema keekstremitas cedera.
5. Awasi pemeriksaan laboratorium : hitung darah lengkap, LED,
kultur dan sensivitas luka /seram / tulang.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengahn
kerusakan neuromuskler ( nyeri / ketidaknyamanan, terapi restriktif /
immonilsasi tungkai).
Tujuan : meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada
tingkat yang paling tinggi yang mungkin.
Kriteria hasil : memprtahankan posisi fungsional, meningkatnya
kekuatan / fungsi yang sakit dan menunjukkan teknis
yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi :
1. Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan cedera / pengobatan.
2. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik / rekreasi.
3. Tinggikan eketremitas yang sakit.
4. Jelaskan pantangan dan keterbatasan dalam aktivitas.
5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan.

iii
e. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan
dengan kehilangan integritas tulang.
Tujuan : memeprtahankan stabilitas dan posisi fraktur.
Kriteria hasil : menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan
stabilisasi pada sisi fraktur dan menunjukkan
pembentukan kalus / mulai penyatuan fraktur dengan
tepat.
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring . ekstremitas sesuai indikasi.
2. Letakkan papan dibawah tempat tidur.
3. Sokong fraktur dengan bantal.
4. Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema.
5. Kaji ulang foto Rontgen.
f. Aktual / resiko tinggi terhadap kerusakan integrutas
kulit / jaringan berhubungan dengan cedera tusuk (fraktur terbuka,
bedah perbaikan, permasalahan, pemasangan traksi pen / kawat /
sekrup) perubahan sensasi, perubahan sirkulasi, akumulasi ekskresi,
immobilisasi fisik.
Tujuan : ketidaknyamanan hilang
Kriteria hasil : menyatakan ketidaknyamanan hilang menunjukkan
perilaku / teknik untuk mencegah keruakan kulit /
memudahkan penyembuhan luka dan mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu / penyembuhan lesi
terjadi.
Intervensi :
1. Masae kulit dan penonjolan tulang.
2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
3. Ubah posisi dengan sering.

iii
IV. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan keperawatan
yang ada dan perencanaan keperawatan yang telah disusun dnegan
melibatkan tim keehatan yang lain serta pasien dan keluarga.
V. Evaluasi Keperawatan
Menurut Patricia A. Potter bahwa Evaluasi keperwatan dilakukan
setelah implementasi diterapkan dan mengacu pada kriteria hasil yang
telah disusun sebagai tolak ukur keberhasilan.

iii
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Fraktur Femur mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara
jenis-jenis patah tulang. Umumnya Fraktur Femur terjadi pada batang
Femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter,
substrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif.
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak,
ditemukan apda funcho laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya
deformitas angulasi kelateral atau angulasi anterior, endo /eksorotas.

III.2 Saran
- Pada Fraktur femur tertutup dialkukan traksi kulit dan
metode ekstensi Buk.
- Setelah traksi kulit apat dipilih pengobatan non operatif
atau operatif.

iii
DAFTAR PUSTAKA

- Marillyn,E.Doengoes, 2000, Penerapan Proses


Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : I Made Kariyasa,
Edisi 2, EGC, Jakarta.
- Long, Barbara C, 2000, Perawatan Medikal Bedah I, Alih
Bahasa : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung.
- Price, Silvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, 1995,
Patofisiologi Proses-proses Penyakit, EGC
- Potter, P.A dan Anne G. Perry, 2000, Fundamental Of
Nursing : Concepts process & practice, The CV Mosby Company, St Louis

iii
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL FRAKTUR FEMUR
CLAVICULA

Disusun Oleh :
HERNI AFRIYANTI
04.03.0232
E / KP / V

iii
ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkan
berkat, rahmat, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
MUSKULUSKELETAL FRAKTUR FEMUR”.
Tugas ini merupakan laporan suhan keperawatan yang ditujukan untuk
memenuhi tugas mengganti inhal praktikum medikal bedah.
Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh
berbagai pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas ini banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu tanggapan dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis dari semua pihak demi
kebaikan penulisan tugas ini.

Yogyakarta, 29 Desember 2005

iii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
B. Latar Belakang ............................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................ 2


A. Konsep Dasar .............................................................................. 2
B. Askep Fraktur.............................................................................. 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
iii

Anda mungkin juga menyukai