Anda di halaman 1dari 5

mekanisme obat kortikosteroid

KORTIKOSTEROID

Terdapat dua sistem pengaturan fungsi tubuh untuk menyesuaikan dan mempertahankan diri
terhadap perubahan pengaruh lingkungan agar keadaannya selalu konstan dan seimbang
(homeostasis), yakni melalui pengaturan oleh Sistem Saraf Vegetatif (Otonom) dan Sistem Kelenjar
Endokrin.

Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hasil sekresinya (berupa hormon) langsung ke
dalam sistem pembuluh darah, karena tidak mempunyai saluran atau kelenjar buntu. Ada tiga bentuk
struktur kimia hormon yaitu Hormon Peptida/protein(kelenjar pankreas, hipotalamus), Hormon Asam
Amino (Tirosin, Adrenalin / Noradrenalin) dan Hormon Steroid (Estrogen, Progesteron dan
Kortikosteroid).

Kortikosteroid dan hormon kelamin (androgen dan estrogen) dihasilkan oleh kelenjar anak ginjal
(adrenal) bagian korteks (kulit). Sedangkan kelenjar adrenal bagian medulla(sumsum) menghasilkan
adrenalin dan noradrenalin.

Kelenjar adrenal mensekresi 2 hormon kortikosteroid yaitu Glukokortikoid danMineralokortikoid.


Kedua kortikosteroid ini lazim disebut adrenokortikoid. Glukokortikoid utama pada manusia
adalah kortisol dan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Kedua kortikosteroid ini disintesis dari
kholesterol.

Perbedaaan kedua kortikosteroid ini disajikan pada tabel berikut :


Glukokortikoid Perbedaan Mineralokortikoid
Kortisol Senyawa Utama Aldosteron
Metabolisme : Metabolisme :
Karbohidrat, Protein dan Lemak Mineral dengan mengatur
Efek utama
Mineral dengan mengatur retensi Na dan Sekresi K, H
retensi Na dan K
ACTH (Adreno Corticotropin Sekresi dipengaruhi Kadar Mineral (Na dan K) dan
Hormon) oleh Volume Plasma.

Mekanisme Kerja kortikosteroid

Seperti hormon steroid lain, adrenokortikoid mengikat reseptor sitoplasmik intraseluler pada jaringan
target. Ikatan kompleks antara kortikosteroid dengan reseptor protein akan masuk ke dalam inti sel
dan diikat oleh kromatin. Ikatan reseptor protein-kortikosteroid-kromatin mengadakan transkripsi
DNA, membentuk mRNA dan mRNA merangsang sintesis protein spesifik.
Seperti telihat pada gambar berikut :
Efek-efek Kortikosteroid

A. Glukokortikoid
1. Merangsang glikogenolisis (katalisa glikogen menjadi glukosa) danglikoneogenolisis (katalisa lemak /
protein menjadi glukosa) sehingga kadar gula darah meningkat dan pembentukan glikogen di dalam
hati dan jaringan menurun. Kadar kortikosteroid yang meningkat akan menyebabkan gangguan
distribusi lemak, sebagian lemak di bagian tubuh berkurang dan sebagian akan menumpuk pada
bagian muka (moonface), tengkuk (buffalo hump), perut dan lengan.

2. Meningkatkan resistensi terhadap stress. Dengan meningkatkan kadar glukosa plasma,


glukokortikoid memberikan energi yang diperlukan tubuh untuk melawan stress yang disebabkan,
misalnya oleh trauma, ketakutan, infeksi, perdarahan atau infeksi yang melemahkan. Glukokortikoid
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan jalan meningkatkan efek vasokontriktor
rangsangan adrenergik pada pembuluh darah.

3. Merubah kadar sel darah dalam plasma. Glukokortikoid menyebabkan menurunnya komponen sel-sel
darah putih / leukosit (eosinofil, basofil, monosit dan limfosit). Sebaliknya glukokortikoid
meningkatkan kadar hemoglobin, trombosit dan eritrosit.

4. Efek anti inflamasi. Glukokortikoid dapat mengurangi respons peradangan secara drastis dan dapat
menekan sistem imunitas (kekebalan).

5. Mempengaruhi komponen lain sistem endokrin. Penghambatan umpan balik produksi kortikotropin
oleh peningkatan glukokortikoid menyebabkan penghambatan sintesis glukokortikoid lebih lanjut.

6. Efek anti alergi. Glukokortikoid dapat mencegah pelepasan histamin.

7. Efek pada pertumbuhan. Glukokortikoid yang diberikan jangka lama dapat menghambat proses
pertumbuhan karena menghambat sintesis protein, meningkatkan katabolisme protein dan
menghambat sekresi hormon pertumbuhan.

8. Efek pada sistem lain. Hal ini sangat berkaitan dengan efek samping hormon. Dosis tinggi
glukokortikoid merangsang asam lambung dan produksi pepsin dan dapat menyebabkan kambuh
berulangnya (eksaserbasi) borok lambung (ulkus). Juga telah ditemui efek pada SSP yang
mempengaruhi status mental. Terapi glukokortikoid kronik dapat menyebabkan kehilangan massa
tulang yang berat (osteoporosis). Juga menimbulkan gangguan pada otot (miopati) dengan gejala
keluhan lemah otot.

B. Mineralokortikoid
Efek mineralokortikoid mengatur metabolisme mineral dan air. Mineralokortikoid membantu kontrol
volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit (terutama Na dan K), dengan jalan meningkatkan
reabsorbsi Na+, meningkatkan eksresi K+ dan H+. Efek ini diatur oleh aldosteron (pada kelenjar
adenal) yang bekerja pada tubulus ginjal, menyebabkan reabsorbsi natrium, bikarbonat dan air.
Sebaliknya, aldosteron menurunkan reabsorsi kalium, yang kemudian hilang melalui urine.
Peningkatan kadar aldosteron karena pemberian dosis tinggi mineralokortikoid dapat menyebabkan
alkalosis (pH darah alkalis) dan hipokalemia, sedangkan retensi natrium dan air menyebabkan
peningkatan volume darah dan tekanan darah.

Indikasi Pemberian Kortikosteroid

1. Terapi pengganti (substitusi) pada insufisiensi adrenal primer akut dan kronis
(disebut Addison’s disease), insufisiensi adrenal sekunder dan tersier.
2. Diagnosis hipersekresi glukokortikoid (sindroma Cushing).
3. Menghilangkan gejala peradangan : peradangan rematoid, peradangan tulang sendi
(osteoartritis) dan peradangan kulit, termasuk kemerahan, bengkak, panas dan nyeri yang
biasanya menyertai peradangan.
4. Terapi alergi. Digunakan pada pengobatan reaksi alergi obat, serum dan transfusi,
asma bronkhiale dan rinitis alergi

Efek Samping dan Komplikasi

Efek samping terjadi umumnya pada terapi dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang
kortikosteroida. Adapun efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi meliputi :
1. Metabolisme glukosa, protein dan lemak; Atropi otot, osteoporosis dan penipisan
kulit.
2. Elektrolit ; Hipokalemia, alkalosis dan gangguan jantung hingga terjadi gagal jantung
(cardiac failure).
3. Kardiovaskular; Aterosklerosis dan gagal jantung
4. Tulang; Osteoporosis dan patah tulang yang spontan
5. Otot; Kelamahan otot dan atropi otot.
6. SSP dan Psikis; Gangguan emosi, euforia, halusinasi, hingga psikosis.
7. Elemen pembuluh darah; Gangguan koagulasi dan menurunkan daya kekebalan
tubuh (immunosupresi)
8. Penyembuhan luka dan infeksi; Hambatan penyembuhan luka dan meningkatkan
risiko infeksi
9. Pertumbuhan; Mengganggu pertumbuhan anak, kemunduran dan menghambat
perkembangan otak
10. Ginjal; Nokturia (ngompol), hiperkalsiuria, peningkatan kadar ureum darah hingga
gagal ginjal.
11. Pencernaan; Tukak lambung (ulcus pepticum).
12. Pankreas; Peradangan pankreas akut (pankreatitis akut).
13. Gigi; Gangguan email dan pertumbuhan gigi.

Timbulnya efek samping dan komplikasi terkait dengan beberapa faktor, yaitu :
1. Cara pemberian
2. Jumlah pemberian
3. Lama pemberian
4. Dosis pemberian
5. Cairan yang diberikan
6. Kadar albumin dalam darah
7. Penyakit bawaan.

Contoh Obat-obat Kortikosteroid

Beberapa obat kortikosteroid disajikan pada tabel berikut :

Aktivitas 1)
Obat (Generik) Contoh (Patent) Anti- Retensi Bentuk Sediaan
Topikal
Inflamasi Na
Glukokortikoid kerja
singkat (8-12 jam)
Hidrokortison Cortef 1 1 1 Oral, suntikan, topikal
Kortison Cortone 0,8 0 0,8 Oral, suntikan, topikal
Glukokortikoid kerja
sedang (18-36 jam)
Prednison Hostacortin 4 0 0,3 Oral
Prednisolon Delta-Cortef, Prelone 5 4 0,3 Oral, suntikan, topikal
Metilprednisolon Medrol, Medixon 5 5 0 Oral, suntikan, topikal
Triamsinolon Kenacort, Azmacort 5 5 0 Oral, suntikan, topikal
Fluprednisolon Cendoderm 15 7 0 Oral, topikal
Glukokortikoid kerja
lama (1-3 hari)
Betametason Celestone 25-40 10 0 Oral, suntikan, topikal
Deksametason Oradexon, Decadron 30 10 0 Oral, suntikan, topikal
Parametason Dillar, Monocortin 10 0 Oral, suntikan
Mineralokortikoid
Fludrokortison Florinef, Astonin 10 10 250 Oral, suntikan, topikal
Desoksikortikosteron 0 0 20 Suntikan, pelet
Keterangan : Aktivitas 1) menggambarkan potensi relatif terhadap Hidrokortison.
DAFTAR PUSTAKA

; ISO Indonesia; Volume XXXV; Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia; PT. AKA; Jakarta; 2001
Harkness, Richard; Interaksi Obat; Penerbit ITB; Bandung; 1989
Kasan, Umar; Hormon Kortikosteroid; Penerbit Hipokrates; Jakarta; 1997
Katzung, G. Bertram; Farmakologi Dasar dan Klinik; Edisi keenam; EGC; Jakarta; 1998
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R; Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan; EGC; Jakarta; 1996
Mutschler, Ernst, Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung, 1991
Mycek, J. Mary, Harvey, A. Richard dan Champe, C. Pamela; Farmakologi, Ulasan Bergambar; Edisi
kedua; Widya Medika; Jakarta 2001
Tan, Hoan, Tjay dan Rahardja, Kirana; Obat-obat Penting; Edisi Keempat; 1991
Woodley, Michele dan Whelan, Alison; Pedoman Pengobatan; Edisi Pertama; Yayasan Essentia Medica dan
Andi Offset; Yogyakarta; 1995

Anda mungkin juga menyukai