Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental

dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan

prosesnya (Widyastuti, 2009).

Keputihan (Flour albus) merupakan manifestasi klinis dari berbagai

macam infeksi yang abnormal, sehingga menimbulkan reaksi kejiwaan ,ini

bermanifestasi sebagai rasa kecemasan yang berlebihan, minder bahkan

membatasi kegiatan sosialnya.Ditambah lagi remaja putri pada umumnya malu

untuk menceritakan masalah yang berkaitan dengan organ kelamin apalagi untuk

memeriksakannya (Manuaba, 2010).

Faktor-faktor yang memicu berkembangnya keputihan (Flour albus)

antara lain karena pengetahuan tentang hygiene yang rendah,apalagi remaja

yang secara biologis servik-nya belum matang.Karena berada dalam masa

peralihan,maka pada remaja sering ditemukan masalah-masalah yang berkaitan

erat dengan tumbuh kembang tubuhnya.Terutama dalam hal ini adalah organ

reproduksi yang memberi dampak besar terhadap kehidupan remaja dimasa yang

akan datang. Terlebih pada remaja putri yang memang diciptakan Tuhan Yang

Maha Esa dengan bentuk dan fungsi tubuh yang sangat istimewa dan juga sangat
2

rentan terhadap gangguan dari luar, dalam hal ini Infeksi Saluran Reproduksi

(ISR) dengan gejala yang umum adalah Flour albus (Kemenkes RI, 2009).

Pada remaja, penyebab keputihan (Flour albus) adalah perilaku

pencegahan Flour albus yang kurang baik, yaitu hygiene yang buruk setelah

buang air kecil dan buang air besar, menyebabkan patogen mengkontaminasi

vulva. Cuci tangan yang tidak adekuat dapat mengiritasi atau kontaminasi bakteri

pada vulva. Pakaian ketat, celana dalam yang tidak menyerap juga dapat

menyebabkan iritasi (Wijayanti, 2009).

Untuk dapat melakukan perawatan genital hygiene yang benar, remaja

harus mengetahui tata cara atau upaya menjaga kebersihan dan kesehatan genital

hygiene. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya keputihan (Flour

albus) yaitu menjaga kebersihan terutama area vagina salah satunya dengan

mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari, menghindari seks bebas,

mengendalikan stress, yang harus diperhatikan ialah cara cebok/membilas yang

benar,menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang

tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang berlapis–

lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab

disekitar genitalia (Rendy, 2013).

Pengetahuan personal hygiene sangatlah penting bagi remaja putri untuk

mendapatkan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi khususnya

keputihan (Flour albus) agar mereka tahu bagaimana seharusnya mereka

bersikap ketika menghadapi keputihan yang nantinya akan berpengaruh terhadap


3

Flour albus yang dialaminya, apakah berperilaku sehat atau tidak sehat

(Kemenkes, RI, 2010).

Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami Flour albus 75%,

sedangkan wanita Eropa yang mengalami Flour albus sebesar 25%. Di

Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami Flour albus minimal satu kali

dalam hidupnya adalah remaja yang berumur 10-19 tahun dan 45% diantaranya

bisa mengalami Flour albus sebanyak dua kali atau lebih (BKKBN, 2013).

Berdasarkan data statistic Indonesia tahun 2014 dari 43,3 juta jiwa remaja

berusia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat.Remaja putri Indonesia

dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual,yang

merupakan salah satu penyebab terjadinya Flour albus dan 37,7% menderita

penyakit menular seksual (Riskesdas, 2015).

Flour albus yang dialami remaja saat ini akibat factor keinginan remaja

putri untuk melakukan hubungan intim,56% remaja putri berusia 13-16 tahun

sudah pernah berhubungan intim. Flour albus yang dialami remaja dalam 3 bulan

berturut-turut dan tidak diobati dengan benar akan menyebabkan terjadinya

kanker servik (Octaviyani, 2008).

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan siswa di SMAN Surulangun

berjumlah 922 orang, (Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun

2018). Data yang diperoleh dari SMAN Surulangun pada bulan Januari tahun

2018 jumlah siswa kelas X berjumlah 360 orang, kelas XI berjumlah 265

orang, kelas XII berjumlah 297 orang.


4

Survei awal yang di lakukan pada tanggal 27 Januari 2018 dengan

melakukan wawancara kepada 12 siswi di SMAN SURULANGUN kelas X dan

XI,10 siswi kelas X pernah mengalami Flour albus dan 2 siswi kelas X belum

pernah mengalami Flour albus, serta 8 siswi kelas X masih belum memahami

dan mengerti tentang Flour albus, serta belum mengerti cara menjaga area

genital dengan baik, hal ini dikarenakan siswi kelas X masih belum banyak

mendapatkan informasi serta pengalaman dari sekolah menengah pertama, serta

4 siswi kelas XI sudah mengerti tentang flour albus dan cara menjaga area

genetalia yang mereka dapatkan dari orang tua dan sumber informasi. Sedangkan

siswi kelas XI sudah banyak mendapatkan informasi baik dari sekolah maupun

dari informan lainnya.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik meneliti masalah dengan judul

proposal penelitian “Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene

Dengan Kejadian Keputihan (Flour albus) pada Remaja Putri Di SMAN

Surulangun Tahun 2018”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan masalah peneliti yaitu masih

tingginya angka kejadian Flour albus pada remaja putri sehingga dirumuskan

pertanyaan penelitian “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dan Pelaksanaan

Genital Hygiene Dengan Kejadian Flour albus pada Remaja Putri Kelas X Di

SMAN Surulangun Tahun 2018? ”


5

C. Tujuan Penelitian

1. TujuanUmum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku personal hygiene

dengan kejadian keputihan (Flour albus) pada remaja Di Kelas X SMAN

Surulangun Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri terhadap kejadian

keputihan (Flour albus) pada remaja Kelas X Di SMAN Surulangun Tahun

2018.

b. Mengetahui gambaran perilaku personal hygiene remaja putri terhadap

kejadian keputihan (Flour albus) pada remaja Kelas X Di SMAN

Surulangun Tahun 2018.

c. Mengetahui gambaran kejadian keputihan (Flour albus) pada remaja putri

Kelas X Di SMAN Surulangun Tahun 2018

d. Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan kejadian

keputihan (Flour albus) pada remaja Kelas X Di SMAN Surulangun Tahun

2018.

e. Mengetahui hubungan perilaku personal hygiene remaja putri terhadap

kejadian keputihan (Flour albus) pada remaja putri Kelas X Di SMAN

Surulangun Tahun 2018.


6

D. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan atau acuan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, serta dapat memberikan informasi ilmiah

yang dapat bermanfaat dalam materi pembelajaran serta dapat menambah

bacaan bahan perpustakaan, pengetahuan serta materi dalam penerapan

praktek keperawatan terhadap penyuluhan yang berhubungan dengan

pengetahuan dan perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan (flour

albus).

2. Secara Praktis

Nilai dari variabel-variabel yang diukur dari hasil penelitian ini

memberikan manfaat informasi, insipirasi dan masukan bagi pihak sekolah

sekaligus bermanfaat dalam peningkatan pengetahuan dan perilaku personal

hygiene bagi :

a. Bagi Puskesmas
Hasil masukan ini dapat berguna sebagai masukan dalam

merencanakan seerta menentukan kebijakan program kesehatan

khususnya dalam meningkatkan personal hygiene bagi masyarakat

dalam wilayah kerja Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas

Utara.
7

b. Bagi Remaja Putri


Sebagai informasi ilmiah yang bermanfaat untuk menambah wawasan

bagi remaja putri guna meningkatkan perilaku personal hygiene yang

baik.

c. Bagi Peneliti selanjutnya


Dapat dijadikan sebagai sarana ilmu pengetahuan bagi peneliti

selanjutnya dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai