Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

1. Defenisi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai
pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia
(Mansjoer, 2000). Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada
parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007).
Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2. Anatomi paru (Tortora, 2012)

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada
sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada
ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer
(Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen
dan karbon dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta
alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut
dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006).

3. Etiologi
Menurut (Smeltzer and Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
a. Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain :
- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza
b. Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii
(PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
c. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk
kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan
selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena
mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi.
Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan
nafas protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar
akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan selang
nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung
mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi tersembunyi.

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000):
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu,
ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction
rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
Sedangkan menurut (Price,2006), yaitu:
a. Pneumonia bacterial
Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak,
disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar
diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung, penggunaan
otot-otot aksesoris pernafasan
b. Pneumonia virus
Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan
bersambungan (bounding)
c. Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat,
hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder
d. Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.

5. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru.
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia adalah
bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang merupakan
sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae. Kuman
pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh
darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi pneumokokus
invasif bias berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan
mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga
kematian.

Pathway

6. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi
menyertai pneumonia adalah:
- abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
- efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
- empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,
- gagal nafas,
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
- meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,
- pneumonia interstitial menahun,
- atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
- rusaknya jalan nafas,
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Darah perifer lengkap


Pada pneumonia virus atau mikoplasma, umunya leukosit normal atau
sedikit meningkat, tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit
(Sectish and Prober, 2007). Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis
antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear
khususnya granulosit. Leukositosis hebat (30.000/mm3) hampir selalu
menunjukkan pneumonia bakteri. Adanya leukopenia (<5.000/mm3)
menunjukkan prognosis yang buruk. Kadang-kadang terdapat anemia ringan
dan peningkatan LED. Namun, secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer
lengkap dan LED tidak dapat membedakan infeksi virus dan bakteri secara
pasti (Said, 2008)

2. Uji serologi
Uji serologis untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipik
memiliki sensitivitas dan spesifisitas rendah. Pada deteksi infeksi bakteri
atipik, peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis
(Said, 2008).

3. Pemeriksaan mikrobiologis
Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin
dilakukan, kecuali pada pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen
pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru (Said, 2008). Spesimen dari
saluran napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena
tingginya prevalens kolonisasi bakteri (McIntosh, 2002).

4. Pemeriksaan rontgen toraks


Foto rontgen tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang rawat inap. Kelainan pada foto
rotgen toraks tidak selalu berhubungan dengan manifestasi klinis. Kadang
bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul
gejala klinis, namun resolusi infiltrat seringkali memerlukan waktu yang lebih
lama bahkan setelah gejala klinis menghilang. Ulangan foto rontgen thoraks
diperlukan bila gejala klinis menetap, penyakit memburuk, atau untuk tindak
lanjut. Umumnya pemeriksaan penunjang pneumonia di instalasi gawat
darurat hanyalah foto rontgen toraks posisi AP (Said, 2008).

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly (2008) penatalaksanaan untuk pneumonia
bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum
mencakup:
- Oksigen 1 – 2 L/menit
- IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
- Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi
- jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

Anda mungkin juga menyukai