Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai

pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan

sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa.

Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan (pembengkakan)

dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma,

2013).

Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak

fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung

hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa

keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis

fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional

merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung

melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis

dan kecemasan (Saydam, 2011).

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO (2011)

adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup

tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut

Maulidiyah (2006), di Kota 2 Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%,

Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar

91,6%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan


salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di

rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, gastritis

menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2009

yaitu sebesar 202.577 kasus (11,18%). Gastritis adalah penyakit yang

banyakditemukan di masyarakat.Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gejala penyakit gastritis

diantaranya adalah nyeri pada ulu hati, mual, muntah, kembung, diare dan pusing.

Gastritis yang tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan berbagai

komplikasi diantaranya adalah peptic ulcer, gangguan absorbsi vitamin B12 dan

kanker lambung (Handayani, 2012). Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup

tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian

gastritis dibeberapakota di Indonesia ada yang tinggimencapai 91,6% yaitu di

Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,

Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak

31,2% (Sulastri, 2012).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan kota Bandar

Lampung, gastritis merupakan salah satu dari sepuluh besar penyakit terbanyak

pada tahun 2013 maupun tahun 2014 di hampir seluruh puskesmas kota Bandar

Lampung, dimana Puskesmas Rawat Inap Kemiling merupakan Puskesmas

dengan jumlah kasus gastritis terbanyak dengan jumlah 6.309 kasus (Dinkes kota

Bandar Lampung, 2014).


Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati,

rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas,

rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala

ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan penyakit gastritis atau

gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau

stres (Misnadiarly 2009).

Banyak cara yang digunakan untuk mengatasi hipersekresi asam lambung.

Menurut Neal (2006) terapi tukak lambung terutama ditujukan untuk menurunkan

sekresi asam lambung untuk memperbaiki keseimbangan antara faktor

agresif/ofensif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif dengan

meningkatkan resistensi mukosa lambung (pembentukan dan sekresi mukus,

sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan regenerasi sel epitel). Pengobatan

gastritis selama ini menggunakan obat kimia yang bersifat menetralkan atau

mengurangi asam lambung, seperti golongan antasida, menghambat sekresi asam

lambung (ranitidin dan simetidin) dan menghambat pompa proton yang

menstransfor H+ keluar dari sel parietal lambung (proton pump inhibitor) seperti

omeprazol, lansoprazol dan lain-lain. Keseluruhan obat-obatan sintetis 4 tersebut

tidak lepas dari efek samping. Diantara obat yang paling konvensional digunakan

untuk pengobatan gastritis adalah obat pompa proton inhibitor (PPI) seperti

omeprazol namun sebagian besar obat ini menghasilkan efek samping yang tidak

diinginkan (Neal, 2006).

Pemberian informasi mengenai pengonsumsian obat sangatlah penting

guna kesembuhan pasien. Ketidaktepatan akan menyebabkan sejumlah akibat


yang tidak diinginkan, seperti sakit bertambah lama atau kondisi medis memburuk

sehingga pasien perlu perawatan di rumah sakit atau rawatan rumah atau akibat

ekstrem, yaitu kematian. Akhirnya, timbul biaya sangat besar yang harus

ditanggung oleh masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan yaitu tidak hanya

biaya yang dikeluarkan untuk mengobati akibat ketidaktepatan yang

membahayakan, tetapi juga biaya obatobatan yang terbuang percuma dan

kehilangan waktu kerja (Rantucci, 2009).

Ada lima masalah yang berkaitan dengan ketidaktepatan, yaitu

menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu sedikit,

menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu banyak, frekuensi

minum obat yang tidak sesuai, tidak menggunakan atau mendapatkan obat yang

diresepkan, dan cara minum obat yang tidak benar. Kebanyakan di masyarakat,

obat antasida langsung diminum tanpa dikunyah saat sebelum dan setelah makan

sehingga apabila terdapat kesalahan dalam teknik dan saat 5 pengonsumsian obat

antasida maka dapat mengakibatkan angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit ini terus bertambah.

Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“hubungan obat ranitidin dan omeprazole dengan cepat turun nyeri pada pasien

gastritis di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2017”, dikarenakan di

Lampung belum ada yang melakukan penelitian ini.


1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan obat ranitidin dan

omeprazole dengan cepat turun nyeri pada pasien gastritis di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Tahun 2017?”

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Obat Ranitidin Dan Omeprazole Dengan

Cepat Turun Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Rumah Sakit Pertamina Bintang

Amin Tahun 2017.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi obat ranitidin di Rumah Sakit Pertamina

Bintang Amin Tahun 2017

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi obat omeprazole di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Tahun 2017

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi cepat turun nyeri di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Tahun 2017

d. Untuk mengetahui hubungan obat ranitidin dan omeprazole dengan cepat turun

nyeri pada pasien gastritis di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun

2017
1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

institusi pendidikan dan tempat penelitian yaitu di kecamatan Kemiling Bandar

Lampung dan Universitas Malahayati serta peneliti selanjutnya sebagai sumber

referensi dan sebagai tambahan informasi dan untuk kemajuan ilmu pengetahuan

tentang hubungan obat ranitidin dan omeprazole dengan cepat turun nyeri pada

pasien gastritis di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2017

1.3.2 Secara Praktik

Secara Praktik hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

a. Bagi Puskesmas Kemiling Bandar Lampung

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih mengerti tentang

Hubungan obat ranitidin dan omeprazole dengan cepat turun nyeri pada pasien

gastritis di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2017

b. Bagi responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan para responden tentang Hubungan obat ranitidin dan omeprazole dengan

cepat turun nyeri pada pasien gastritis di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin

Tahun 2017
1.4 Ruang Lingkup Peneliti

1.4.1 Judul Penelitian

Judul penelitian yang diambil adalah Hubungan obat ranitidin dan

omeprazole dengan cepat turun nyeri pada pasien gastritis.

1.4.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan


cross sectional. subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah rekam medik
seluruh pasien gastritis

1.4.3 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin

Tahun 2017

1.4.4 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai