Anda di halaman 1dari 19

TUTORIAL ELEKTRONIKA DASAR - RESISTOR

Judul
T
u
t
o
r
i
a
l
E
l
e
k
t
r
o
n
i
k
:
a

d
a
s
a
r

R
e
s
i
s
t
o
r
Penulis : Komarudin Surya
Copyright : Surya Putra Computama © 2003-2006
Aturan :
Materi ini boleh Anda Copy hanya untuk kepentingan Pribadi. Tidak
boleh diperjual-belikan, atau dimanfaatkan untuk kepentingan Komersial.
Pengutipan atau pemindahan materi ke situs Lain yang non profit di
ijinkan dengan ketentuan : Pernyataan Copyright, Penulis, dan aturan
yang ada dalam kotak ini, harus tetap berada diatas setiap Halaman dan
tidak boleh merubahnya, apalagi mengganti pernyataan copyright dan
penulisnya, serta harus ada link yang menghubungkan ke
http://www.suryacience.co.nr/. Tidak di ijinkan untuk dimuat di situs
Komersial atau media lain tanpa se-ijin dari Surya Putra Computama
cq: Surya Science Club.

PE N DAH U LUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemui suatu alat yang mengadopsi
elektronika sebagai basis teknologinya contoh ; Dirumah, kita sering melihat televisi,
mendengarkan lagu melalui tape atau CD, mendengarkan radio, berkomunikasi dengan
telephone. Dikantor kita menggunakan komputer, mencetak dengan printer, mengirim
pesan dengan faximile, berkomunikasi dengan telephone. Dipabrik kita memakai alat
deteksi, mengoperasikan robot perakit, dan sebagainya. Bahkan dijalan raya kita bisa
melihat lampu lalu-lintas, lampu penerangan jalan yang secara otomatis hidup bila malam
tiba, atau papan reklame yang terlihat indah berkelap-kelip dan masih banyak contoh
yang lainnya. Dari semua uraian diatas kita dapat membuktikan bahwa pada zaman
sekarang ini kita tidak akan lepas dari perangkat yang menggunakan elektronika sebagai
dasar teknologinya.

Revolusi besar-besaran terhadap elektronika terjadi sekitar tahun 1960-an, dimana saat itu
mulai ditemukan suatu alat elektronika yang dinamakan Transisor, sehingga
dimungkinkan untuk membuat suatu alat dengan ukuran yang kecil dimana sebelumnya
alat-alat tersebut masih menggunakan tabung-tabung facum yang ukurannya besar serta
mengkonsumsi listrik yang besar. Hanya dalam kurun waktu 10 tahun sejak ditemukan
nya transistor, ditemukan sebuah rangkaian terintegrasi yang dikenal dengan IC
( Integrated Circuit ) merupakan sebuah rangkaian terpadu yang berisi puluhan bahkan
jutaan transistor di dalamnya. Sehingga kita bisa melihat sebuah perangkat elektronika
semakin kecil bentuknya tetapi semakin banyak fungsinya sebagai contoh telephone
genggam ( Handphone ) yang anda pakai saat ini dengan telephone genggam yang anda
pakai beberapa tahun yang lalu. Yah semua itu berkat revolusi Silikon sebagai bahan
dasar pembuatan Transistor dan IC atau CHIP.

Baiklah, sampai disini saja gembar-gembor kita mengenai perkembangan elektronika.


Tentunya anda sudah tidak sabar lagi ingin segera mempelajari teknologi elektronika, tapi
bagi anda yang masih ingin mengetahui sejarah perkembangan elektronika anda bisa
mencarinya dari berbagi sumber lain.

KOMPONEN ELEKTRONIKA - RESISTOR


Resistor adalah komponen elektronika yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian
elektronika karena dia berfungsi sebagai pengatur arus listrik. Dengan resistor listrik
dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Tentunya anda bertanya-tanya, apa itu
resistor ?, seperti apa bentuknya ?, bagaimna cara kerjanya ?, oops..., nanti dulu saya baru
akan menjelaskannya.

sekarang anda lihat gambar 1-a, nah itu adalah salah satu bentuk dari resistor, apa ada
yang lain.?, masih banyak bentuk dan jenis dari resistor, coba saja anda buka salah satu
alat elektronika yang sudah rusak dan tidak terpakai, misalnya charger Handphone anda
atau radio saku anda. disitu anda akan lihat banyak sekali resistor bertebaran. dari yang
berbentuk bulat panjang seperti gambar 1-a, persegi empat, seperti tapal kuda, atau
tombol pengatur suara yang ada di radio tape, itu juga resistor. bahkan ada yang
berbentuk seperti beras. bila anda melihat di charger HP anda. Lalu bagaimana cara
kerjanya.?. sebelum anda melangkah lebih jauh mengenai cara kerja dari sebuah resistor,
saya ingin anda melihat animasi dibawah ini.

Ilustrasi Arus Air untuk mengetahui cara kerja

Setelah anda perhatikan animasi tadi, tentunya anda sudah mempunyai gambaran tentang
bagaimana prinsip kerja dari sebuah resistor. Yah anda anggap saja arus air yang ada di
animasi itu sebagai arus listrik, sedangkan bendungan sebagai resistornya. Jadi bila
bendungan 1 kita anggap sebagai resistor 1 dan bendungan 2 sebagai resistor 2, maka
besarnya arus tergantung dari besar kecilnya pintu bendungan yang kita buka. Semakin
besar kita membuka pintu bendungan semakin besar juga arus yang melewati bendungan
tersebut bila ingin lebih besar lagi arusnya, yah tidak usah dipasang bendungannya atau
dibiarkan saja, jadi bila kita menginginkan arus yang besar maka kita pasang resistor
yang nilai resistansi ( tahanan ) nya kecil, mendekati nol atau sama dengan nol atau tidak
dipasang sama sekali dengan demikian arus tidak lagi dibatasi. Nah seperti itulah kira-
kira fungsi Resistor dalam sebuah rangkaian elektronika.

Suatu fungsi dalam dunia teknik tentunya mempunyai satuan atau besaran, misalnya
untuk berat kita tahu bahwa pada umumnya satuannya adalah "gram", satuan jarak pada
umumnya orang memakai satuan " meter ". Nah untuk resistor satuannya adalah OHM,
jadi mulai sekarang kita biasakan untuk menyebut besarnya nilai suatu resistor atau
tahanan kita gunakan satuan OHM, yang sebenarnya berasal dari kata OMEGA. Maka
tidaklah heran bila lambang dari OHM berbentuk seperti tapal kuda orang yunani
menyebutnya omega entah kenapa demikian saya juga kurang paham karena saya bukan
ahli sejarah he he he . Ok, jadi bila nanti anda melihat rangkaian elektronika lalu disitu
tertulis misalnya 470 maka itu adalah sebuah resistor dengan nilai 470 OHM..,
paham..!!.

Didalam rangkaian elektronika resistor dilambangkan dengan angka " R " , sedangkan
icon nya seperti ini : . Ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain :
Resistor Carbon, Wirewound, dan Metal Film. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah
nilai resistansinya antara lain : Potensiometer dan Trimpot. Selain itu ada juga Resistor
yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR ( Light Dependent
Resistor ) dan Resistor yang yang nilai resistansinya berubah tergantung dari suhu
disekitarnya namanya NTC ( Negative Thermal Resistance ) agar lebih jelas coba anda
perhatikan gambar 1-a, dan animasi berikut ini :

Prinsip Dasar, Cara Kerja Sebuah LDR

Berbagai Macam Bentuk Resistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus
inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu
terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor
adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian
analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-
rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa
transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate,
memori, dan komponen-komponen lainnya.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Cara kerja semikonduktor
 2 Cara kerja transistor
 3 Jenis-jenis transistor
o 3.1 BJT
o 3.2 FET

 4 Referensi

[sunting] Cara kerja semikonduktor


Pada dasarnya, transistor dan tabung vakum memiliki fungsi yang serupa; keduanya
mengatur jumlah aliran arus listrik.

Untuk mengerti cara kerja semikonduktor, misalkan sebuah gelas berisi air murni. Jika
sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan tegangan DC tepat dibawah
tegangan elektrolisis (sebelum air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen), tidak akan
ada arus mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge carriers). Sehingga,
air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam dapur dimasukan ke dalamnya,
konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan bebas (mobile
carriers, ion) terbentuk. Menaikan konsentrasi garam akan meningkatkan konduksi,
namun tidak banyak. Garam dapur sendiri adalah non-konduktor (isolator), karena
pembawa muatanya tidak bebas.

Silikon murni sendiri adalah sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar ditambahkan,
seperti Arsenik, dengan sebuah proses yang dinamakan doping, dalam jumlah yang
cukup kecil sehingga tidak mengacaukan tata letak kristal silikon, Arsenik akan
memberikan elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus listrik.
Ini karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4.
Konduksi terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan
elektron dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk negatif, karena
pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah terbentuk.
Selain dari itu, silikon dapat dicampur dengan Boron untuk membuat semikonduktor tipe-
p. Karena Boron hanya memiliki 3 elektron di orbit paling luarnya, pembawa muatan
yang baru, dinamakan "lubang" (hole, pembawa muatan positif), akan terbentuk di dalam
tata letak kristal silikon.

Dalam tabung hampa, pembawa muatan (elektron) akan dipancarkan oleh emisi
thermionic dari sebuah katode yang dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung
hampa tidak bisa membuat pembawa muatan positif (hole).

Dapat disimak bahwa pembawa muatan yang bermuatan sama akan saling tolak menolak,
sehingga tanpa adanya gaya yang lain, pembawa-pembawa muatan ini akan terdistribusi
secara merata di dalam materi semikonduktor. Namun di dalam sebuah transistor bipolar
(atau diode junction) dimana sebuah semikonduktor tipe-p dan sebuah semikonduktor
tipe-n dibuat dalam satu keping silikon, pembawa-pembawa muatan ini cenderung
berpindah ke arah sambungan P-N tersebut (perbatasan antara semikonduktor tipe-p dan
tipe-n), karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.

Kenaikan dari jumlah pencemar (doping level) akan meningkatkan konduktivitas dari
materi semikonduktor, asalkan tata-letak kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam
sebuah transistor bipolar, daerah terminal emiter memiliki jumlah doping yang lebih
besar dibandingkan dengan terminal basis. Rasio perbandingan antara doping emiter dan
basis adalah satu dari banyak faktor yang menentukan sifat penguatan arus (current gain)
dari transistor tersebut.

Jumlah doping yang diperlukan sebuah semikonduktor adalah sangat kecil, dalam ukuran
satu berbanding seratus juta, dan ini menjadi kunci dalam keberhasilan semikonduktor.
Dalam sebuah metal, populasi pembawa muatan adalah sangat tinggi; satu pembawa
muatan untuk setiap atom. Dalam metal, untuk mengubah metal menjadi isolator,
pembawa muatan harus disapu dengan memasang suatu beda tegangan. Dalam metal,
tegangan ini sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari yang mampu menghancurkannya.
Namun, dalam sebuah semikonduktor hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa
juta atom. Jumlah tegangan yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam
sejumlah besar semikonduktor dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di
dalam metal adalah inkompresible (tidak bisa dimampatkan), seperti fluida. Sedangkan
dalam semikonduktor, listrik bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan. Semikonduktor
dengan doping dapat dirubah menjadi isolator, sedangkan metal tidak.

Gambaran di atas menjelaskan konduksi disebabkan oleh pembawa muatan, yaitu


elektron atau lubang, namun dasarnya transistor bipolar adalah aksi kegiatan dari
pembawa muatan tersebut untuk menyebrangi daerah depletion zone. Depletion zone ini
terbentuk karena transistor tersebut diberikan tegangan bias terbalik, oleh tegangan yang
diberikan di antara basis dan emiter. Walau transistor terlihat seperti dibentuk oleh dua
diode yang disambungkan, sebuah transistor sendiri tidak bisa dibuat dengan
menyambungkan dua diode. Untuk membuat transistor, bagian-bagiannya harus dibuat
dari sepotong kristal silikon, dengan sebuah daerah basis yang sangat tipis.
[sunting] Cara kerja transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor,
bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET),
yang masing-masing bekerja secara berbeda.

Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan


dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam
BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion
zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk
mengatur aliran arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama
mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya
(dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik
utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan
tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat
artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

[sunting] Jenis-jenis transistor

PNP P-channel

N-
NPN
channel

BJT JFET

Simbol Transistor dari Berbagai Tipe

Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:

 Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide


 Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC,
dan lain-lain
 Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET,
MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated
Circuit) dan lain-lain.
 Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
 Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power
 Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,
Microwave, dan lain-lain
 Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-
lain

[sunting] BJT

BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja
BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang terminal positif atau negatifnya
berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E),
kolektor (C), dan basis (B).

Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan
perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang
mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada
koletor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan dengan β atau hFE. β biasanya
berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.

[sunting] FET

FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET
(IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET
(MOSFET). Berbeda dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah dioda
dengan kanal (materi semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini
membuat N-channel JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga
membentuk sebuah dioda antara antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan
tabung vakum) bekerja di "depletion mode", keduanya memiliki impedansi input tinggi,
dan keduanya menghantarkan arus listrik dibawah kontrol tegangan input.

FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion mode. Mode
menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan dengan source saat FET
menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion
mode, gate adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement
mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif,
aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-
polaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan
hampir semua JFET adalah tipe depletion mode.

[sunting]

Sekilas
Tentang
Penguba
han
Daya
DC-DC
Tipe
Peraliha
n
Home Pendahuluan
Halaman Muka
Dalam ELEKTRO edisi nomor 24 yang lalu, telah dibahas dua
Sajian Utama macam cara pengolahan daya: tipe linier dan tipe peralihan
Komputer (switching). Tergantung dari jenis aplikasinya, masing masing
Komunikasi tipe memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dalam
Energi perkembangannya, tipe peralihan nampak semakin terlihat
kepopulerannya terutama karena kelebihannya dalam mengubah
daya secara jauh lebih efisien dan pemakaian komponen yang
ukurannya lebih kecil. Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa
metodologi yang termasuk dalam tipe peralihan, khususnya yang
digunakan untuk mengubah daya DC-DC.

Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau


dikenal juga dengan sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama
untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi
besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan
dari proses DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya DC
yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Pada
dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai
adalah dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan
antara sisi keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama.
Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi
penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state
electronic switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT,
GTO. Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC
Chopper yaitu penaikan tegangan dimana tegangan keluaran yang
dihasilkan lebih tinggi dari tegangan masukan, dan penurunan
tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari tegangan
masukan.

Prinsip dasar Pengubah DC-DC Tipe Peralihan

Untuk lebih memahami keuntungan dari tipe peralihan, kita lihat


kembali prinsip pengubahan daya DC-DC tipe linier seperti
terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengubah tipe linier

Pada tipe linier, pengaturan tegangan keluaran dicapai dengan


menyesuaikan arus pada beban yang besarannya tergantung dari
besar arus pada base-nya transistor:

V0 = IL . RL (1)
Dengan demikian pada tipe linier, fungsi transistor menyerupai
tahanan yang dapat diubah ubah besarannya seperti yang juga
terlihat dalam Gambar 1. Lebih jauh lagi, transistor yang
digunakan hanya dapat dioperasikan pada batasan liniernya
(linear region) dan tidak melebihi batasan cutoff dan selebihnya
(saturation region). Maka dari itu tipe ini dikenal dengan tipe
linier. Walau tipe linier merupakan cara termudah untuk mencapai
tegangan keluaran yang bervariasi, namun kurang diminati pada
aplikasi daya karena tingginya daya yang hilang (power loss)
pada transistor (VCE*IL) sehingga berakibat rendahnya efisiensi.
Sebagai alternatif, maka muncul tipe peralihan yang pada
prinsipnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengubah tipe peralihan

Pada tipe peralihan, terlihat fungsi transistor sebagai electronic


switch yang dapat dibuka (off) dan ditutup (on). Dengan asumsi
bahwa switch tersebut ideal, jika switch ditutup maka tegangan
keluaran akan sama dengan tegangan masukan, sedangkan jika
switch dibuka maka tegangan keluaran akan menjadi nol. Dengan
demikian tegangan keluaran yang dihasilkan akan berbentuk
pulsa seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Tegangan keluaran

Besaran rata rata atau komponen DC dari tegangan keluaran dapat


diturunkan dari persamaan berikut:

(2)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa tegangan keluaran DC dapat
diatur besarannya dengan menyesuaikan parameter D. Parameter
D dikenal sebagai Duty ratio yaitu rasio antara lamanya waktu
switch ditutup (ton) dengan perioda T dari pulsa tegangan keluaran,
atau (lihat Gambar 3):

(3)
dengan 0  D  1. Parameter f adalah frekuensi peralihan
(switching frequency) yang digunakan dalam mengoperasikan
switch. Berbeda dengan tipe linier, pada tipe peralihan tidak ada
daya yang diserap pada transistor sebagai switch. Ini
dimungkinkan karena pada waktu switch ditutup tidak ada
tegangan yang jatuh pada transistor, sedangkan pada waktu switch
dibuka, tidak ada arus listrik mengalir. Ini berarti semua daya
terserap pada beban, sehingga efisiensi daya menjadi 100%.
Namun perlu diingat pada prakteknya, tidak ada switch yang
ideal, sehingga akan tetap ada daya yang hilang sekecil apapun
pada komponen switch dan efisiensinya walaupun sangat tinggi,
tidak akan pernah mencapai 100%.

Pengubah Buck

Gambar 4 menunjukkan rangkaian dasar dalam metoda Buck.


Dalam metoda ini, tegangan keluaran akan lebih rendah atau sama
dengan tegangan masukan. Disamping itu, jika pada
pengoperasiannya arus yang mengalir melalui induktor selalu
lebih besar dari nol (CCM - Continuous Conduction Mode), maka
hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan
adalah sebagai berikut:
V0 = D . Vin (4)

Gambar 4. Pengubah Buck

Keuntungan pada konfigurasi Buck antara lain adalah efisiensi


yang tinggi, rangkaiannya sederhana, tidak memerlukan
transformer, tingkatan stress pada komponen switch yang rendah,
riak (ripple) pada tegangan keluaran juga rendah sehingga
penyaring atau filter yang dibutuhkan pun relatif kecil.
Kekurangan yang ditemukan misalnya adalah tidak adanya isolasi
antara masukan dan keluaran, hanya satu keluaran yang
dihasilkan, dan tingkat ripple yang tinggi pada arus masukan.
Metoda Buck sering digunakan pada aplikasi yang membutuhkan
sistim yang berukuran kecil.

Pengubah Boost

Jika tegangan keluaran yang dinginkan lebih besar dari tegangan


masukan, maka rangkaian Boost dapat dipakai. Topologi Boost
terlihat pada Gambar 5. Pada operasi CCM, tegangan keluaran
dan tegangan masukan diekspresikan seperti:

(5)
Gambar 5. Pengubah boost

Boost juga memiliki efisiensi tinggi, rangkaian sederhana, tanpa


transformer dan tingkat ripple yang rendah pada arus masukan.
Namun juga Boost tidak memiliki isolasi antara masukan dan
keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkatan
ripple yang tinggi pada tegangan keluaran. Aplikasi Boost
mencakup misalnya untuk perbaikan faktor daya (Power Factor),
dan untuk penaikan tegangan pada baterai

Pengubah Buck-Boost

Metoda Buck-Boost tidak lain adalah kombinasi antara Buck dan


Boost, seperti terlihat pada Gambar 6, dimana tegangan keluaran
dapat diatur menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari tegangan
masukan. Dalam operasi CCM, persamaan tegangan yang dipakai
adalah:

(6)
Gambar 6. Pengubah Buck-Boost

Yang menarik untuk dicatat dari Buck-Boost adalah bahwa


tegangan keluaran memiliki tanda berlawanan dengan tegangan
masukan. Oleh karena itu metoda ini pun ditemui pada aplikasi
yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage inversion) tanpa
transformer. Walaupun memiliki rangkaian sederhana, metoda
Buck-Boost memiliki kekurangan seperti tidak adanya isolasi
antara sisi masukan dan keluaran, dan juga tingkat ripple yang
tinggi pada tegangan keluaran maupun arus keluaran.

Pengubah Boost-Buck atau Cuk

Cara lain untuk mengkombinasikan metoda Buck dan Boost dapat


dilihat pada Gambar 7 dan dikenal dengan nama Boost-Buck atau
Cuk. Seperti halnya metoda Buck-Boost, tegangan keluaran yang
dihasilkan dapat diatur menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari
tegangan masukan. Persamaan tegangan yang berlaku pada CCM
pun sama dengan Buck-Boost (persamaan 6). Metoda Cuk juga
digunakan pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan
(voltage inversion) tanpa transformer, namun dengan kelebihan
tingkat ripple yang rendah pada arus masukan maupun arus
keluaran.

Gambar 7. Pengubah Cuk

Sambungannya:

Pengubah SEPIC
Buku ini ditujukan bagi mereka yang ingin mendalami dalam bidang
mikrokoprosesor khususnya mikrokontroler, baik untuk mereka yang ingin
menambah pengetahuan, berekperimen, maupun untuk aplikasi, atau lebih jauh dapat
dimanfaatkan untuk;
•Para penggemar (hobbys) elektronik
•Para mahasiswa teknik elektro, teknik fisika dan teknik informatika yang ingin
mendalami bidang mikrokontroler atau sedang dalam pembuatan tugas akhir.
•Referensi bagi para dosen dan mahasiwa di perguruan tinggi, terutama untuk
mata kuliah sistem mikroprosesor/mikrokontroler.
•Referensi bagi para instruktur / guru dan murid Sekolah Menengah Umum,
Sekolah Teknik, Akademi Teknik.
•Panduan bagi para teknisi di Industri
•Panduan bagi para peneliti di Lembaga Penelitian.
Banyak buku elektronika, yang kebanyakan terjemahan, gaya bahasanya
sangat sulit dicerna, akibatnya sulit untuk memahami isi dari buku tersebut, untuk itu
penulis mencoba menyajikan dalam bahasa dan gaya penulisan yang mudah
dimengerti, bukan bahasa teknis atau skripsi. Meskipun demikian ada beberapa istilah
yang masih menggunakan kata asing, karena belum ada bahasa baku dan jika
diterjemahkan justru akan membingungkan. Penulis juga memberikan ilustrasi-ilustrasi
sederhana guna pemahaman yang mungkin bagi sebagian pembaca menilai
terlalu betele-tele.
Dasar dari mikrokontroler adalah mikroprosesor, oleh karena itu dalam buku
ini mula-mula dibahas mengenai mikroprosesor dan komponen-komponen pendu-kungnya
secara umum lebih dahulu baru kemudian lebih menjurus ke mikrokontroler,
khususnya mikrokontroler dari ATMEL. Hal ini akan banyak membantu bagi mereka
yang baru belajar tentang mikroprosesor atau mikrokontroler.
Pembaca diharapkan sudah mengetahui mengenai dasar-dasar elektronika,
teknik digital dasar dan sistem bilangan, karena dalam buku ini tidak akan dibahas
secara terperinci. Jika belum memahami, ada baiknya mendalami terlebih dahulu
dengan membaca buku-buku dalam bahasa Indonesia yang telah tersedia.
Sumber referensi buku ini dari hasil penelitian mahasiswa Teknik Elektro
Undip, penelitian dosen, penelitian penulis, aplikasi di industri, buku textbook dan
internet Beberapa contoh proyek adalah tugas akhir mahasiswa.
Elektronika praktis adalah teori dan pengalaman, tanpa pengalaman tiada
artinya, suatu persoalan muncul setelah aplikasi, karena beberapa parameter tak
terkirakan dapat terjadi, apalagi diterapkan di lapangan atau lingkungan industri. Oleh
karena itu bagi para pembaca yang ingin mendalami mikronkontroler harus praktek
dengan mulai membangun proyek-proyek yang sederhana.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semuanya saja yang telah membantu
hingga dapat diterbitkannya buku ini, dan penulis mengharapkan buku ini berguna
iv
Dasar Mikrokontroler

Jika kita ingin membuat projek atau tugas akhir yang


menggunakan mikroprosesor 8086/8088 tampaknya saat ini cukup sulit
karena dibutuhkan biaya yang besar serta diperlukannnya EPROM
Programmer. Cara lain yang lebih gampang dan murah ialah kita
mengembangkan aplikasi menggunakan kit mikrokontroler ( main board)
yang sudah ada di pasaran. Kit tersebut umumnya terdiri dari
mikrokontroler, memori serta interface untuk koneksi ke lcd, ke PPI atau
ke port serial komputer. Kita tinggal membuat program serta
menyambungkan dengan board atau komponen tambahan saja.
Membangun aplikasi Elektronika berbasis embedded system merupakan
topik yang sangat hangat saat ini. Apalagi mikrokontroler tertentu sudah
mendukung aplikasi yang terhubung ke jaringan computer (network
microcontroller).
Ada perbedaan yang cukup penting antara Mikroprosesor dan
Mikrokontroler. Jika Mikroprosesor merupakan CPU (Central Processing
Unit) tanpa memori dan I/O pendukung dari sebuah komputer, maka
Mikrokontroler umumnya terdiri dari CPU, Memori , I/O tertentu dan unit
pendukung, misalnya Analog to Digital Converter (ADC) yang sudah
terintegrasi di dalam mikrokontroler tersebut. Kelebihan utama dari
Mikrokontroler ialah telah tersedianya RAM dan peralatan I/O Pendukung
sehingga ukuran board mikrokontroler menjadi sangat ringkas. Terdapat
berbagai jenis mikrokontroler dari berbagai vendor yang digunakan
secara luas? di dunia. Diantaranya yang terkenal ialah dari Intel, Maxim,
Motorolla , dan ATMEL. Beberapa seri mikrokontroler yang digunakan
secara luas ialah 8031, 68HC11, 6502 , 2051 dan 89S51. Mikrokontroler
yang mendukung jaringan komputer seperti DS80C400 tampaknya akan
menjadi primadona pada tahun-tahun mendatang . Untuk mencoba kit
mikrokontroler, anda dapat membeli kit kami bernama SMART52
berbasiskan 89S52 , SmartAVR atau kit produksi lainnya, dapat anda
pesan di situs penulis di www.toko-elektronika.com

Pengenalan Mikrokontroler AT89C51


Mikrokontroler AT89C51 ialah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan
4KB Flash Programmable dan Erasable Read Only Memory (PEROM).
Mikrokontroler berteknologi memori non volatile kerapatan tingi dari Atmel
ini kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-51 (seperti
mikrokontroler 8031 yang terkenal dan banyak digunakan beberapa
waktu lalu) baik pin kaki IC maupun set instruksinya serta harganya yang
cukup murah. Oleh karena itu, sangatlah tepat jika kita mempelajari
mikrokontroler jenis ini. Anda juga diharapkan mempelajari versi terbaru
yaitu berseri AT89S51. Informasi lebih detail mengenai interfacing dan
penerapan aplikasi pada mikrokontroler 89C51 dapat Anda temukan pada
buku Saya sebelumnya.
AT89C51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal
sebesar 128 byte dengan alamat 00H-7FH dapat diakses menggunakan
RAM address register. RAM Internal ini terdiri dari Register Banks dengan
8 buah register (R0-R7).Memori lain yaitu 21 buah Special Function
Register dimulai dari alamat 80H-FFH. RAM ini beda lokasi dengan Flash
PEROM dengan alamat 000H -7FFH.

FF
Special Function
Register
80
RAM Internal 7F

00
Gambar 1 Alamat RAM Internal

Sebagai perbandingan kapasitas memori, Tabel 16.1


menampilkan kapasitas memori dari mikrokontroler seri AT89X.
« Selamat Datang !!!
Spesifikasi Komputer Kuno-ku »
Pengenalan Mikrokontroller
Kemarin, ada seorang teman yang sedang mempelajari mikrokontroller bertanya
kepada saya tentang apa yang dimaksud dengan PUSH, POP, PSW dan bagaimana cara
transfer data melalui serial port pada mikrokontroller, khususnya AT89S51. Akan tetapi,
akan sangat susah bagi saya untuk menjelaskannya jika kita tidak mengerti dahulu apa itu
mikrokontroller, baik secara hardware maupun software. Karenanya saya akan mencoba
untuk menjabarkannya sedikit demi sedikit. Dan mohon koreksinya jika ada kesalahan
dalam penjelasan saya nanti.

Sebuah mikrokontroller sesungguhnya sama saja dengan CPU komputer yang kita
kenal, hanya saja bentuknya yang dibuat jauh lebih kecil dan hampir semua fungsi
periferal pada komputer desktop ada pada sebuah chip mikrokontroller. Seperti halnya
dalam sebuah CPU Desktop, sebuah chip mikrokontroller juga terdiri dari :

1. <!--[if !supportLists]-->Mikroprosesor, berfungsi sebagaimana sebuah prosesor


yang kita kenal, seperti: Athlon64-nya AMD ataupun Pentium 4-nya Intel. Sama
halnya pada prosesor desktop, mikroprosesor sebuah mikrokontroller juga terdiri
dari : CPU (Central Processing Unit), ALU (Aritmathic and Logic Unit), PC
(Program Counter), SP (Stack Pointer) dan Register.
2. <!--[endif]-->Read Only Memory (ROM), befungsi seperti halnya
harddisk,sehingga data tidak hilang jika mikrokontroller dimatikan.
3. <!--[endif]-->Random Access Memory (RAM), berfungsi seperti halnya
RAM/Memori yang kita kenal sekarang.
4. <!--[endif]-->Paralel Input Output (PIO), berfungsi sebagaimana layaknya port
IDE, LPT dll. PIO ini pada dasarnya adalah chip 8255 yang terintegrasi.
5. <!--[endif]-->Serial Input Output (SIO), berfungsi mirip dengan COM1 dan
COM2.Counter dan Clock.

Secara teknis, mikrokontroller AT89S51 merupakan mikrokontroller 8 bit yang


kompatibel dengan standar industri MCS-51 baik dari segi pemrograman dan kaki tiap
pin, yang mana masing-masing pin tersebut mempunyai fungsi yang berbeda tergantung
kehendak pembuat program (programmer).

Tulisan ini dikirim pada pada Mei 25, 2007 1:38 am dan di isikan dibawah Mikrokontroller. Anda dapat
meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. Anda dapat merespon, or trackback dari
website anda.

Teknologi
Mengajarkan Nilai Kemanusiaan Lewat Robot
Oleh Kris Razianto Mada

Dua siswa SMP Petra 3 Surabaya berusaha memecahkan badan mobil- mobilan. Mereka ingin
mengambil dinamo dari mainan itu untuk dipasang di robot sumo yang tengah mereka rakit.
Satu anak memegang mobil-mobilan dan temannya memegang tang untuk menghancurkan
badan mainan itu sedikit demi sedikit. Setelah 10 menit, dinamo dari mainan itu bisa dilepas dan
siap dipasang di robot.

Sebelum memasang, mereka harus melepas dulu dinamo di rangka robot. "Dinamo bawaan
robot tenaganya kurang besar, nanti kalah kalau diadu. Makanya kami ganti dengan dinamo dari
mobil-mobilan. Harganya murah, karena kami tidak boleh membeli alat terlalu mahal," ujar Ryan,
salah seorang anak itu.

Di sebelah mereka, seorang anak berusaha menyolder komponen- komponen elektronik ke


papan modul pengontrol robot. Beberapa kali ia meletakkan solder ke tempat penyangga karena
belum cukup panas. "Aduh, jangan bantu dulu Pa. Biar aku selesaikan sendiri, cuma menunggu
solder saja," ujar anak itu saat ayahnya mendekat.

Selang beberapa meja dari anak itu, tiga siswi berusaha memasang salah satu komponen
elektronik. Satu siswi menjepit komponen dengan tang kecil, satu siswi memegang modul, satu
lagi memegang solder. "Hati-hati, jangan sampai kena jariku. Coba tes dulu, siapa tahu belum
cukup panas," ujar salah satu dari mereka mengingatkan.

Pembimbing Kelompok Ilmiah Remaja SMP Petra 3 Surabaya Gunawan Siswoyo menuturkan,
banyak pelajaran didapat para siswa dari Pelatihan Merakit Robot di salah satu pusat
perbelanjaan di kawasan Wonokrokomo, Minggu (15/10) itu. Para siswa terutama mempelajari
cara merakit robot, beberapa konsep fisika dan elektronika. "Namun, yang paling penting, mereka
mempelajari penerapan beberapa nilai kemanusiaan," ujarnya.

Para instruktur sama sekali tidak menyinggung mengenai toleransi, ketekunan, dan kesabaran.
Namun, hampir semua siswa terlihat menerapkan itu.

Toleransi terlihat saat mereka membahas bagaimana cara terbaik memasang suatu komponen di
papan modul. Setiap pelajar akan mengeluarkan pendapat. Namun, tidak ada yang berusaha
menjegal pendapat temannya. Bila pendapat itu layak, akan diterapkan. Bila tidak, pengusul tidak
diejek.

Para instruktur memang meminta agar perakitan robot diselesaikan secara berkelompok. Selain
membiasakan bekerja sama, juga untuk menekan biaya.

Satu robot membutuhkan bahan seharga Rp 150.000. Harga itu rata- rata ditanggung oleh tiga
siswa dalam satu kelompok. Dengan membatasi harga, siswa dilatih memahami bahwa tidak
semua harus mahal. Selain itu, siswa diajarkan untuk tetap berusaha mewujudkan sesuatu,
meski bisa membeli. "Mereka bisa membeli robot lebih bagus dan lebih mahal. Namun, mereka
tetap suka ikut pelatihan ini," ujar Gunawan.

Hampir setiap siswa dalam pelatihan itu berusaha menyelesaikan sendiri pekerjaan masing-
masing. Bila kesulitan, mereka akan berhenti sebentar sambil menghembuskan napas atau
menoleh ke kanan dan kiri untuk mengurangi ketegangan. Setelah itu, mereka kembali berkutat
pada pekerjaan masing-masing.

Tidak ada anak yang meminta bantuan orangtua atau saudaranya. "Bisa jadi mereka malu kalau
minta bantuan orang lain. Itu bagus, karena mereka dibiasakan menyelesaikan pekerjaan dengan
kemampuan sendiri" ujar Gunawan.

Padahal, tidak mudah memasang komponen-komponen kecil di modul elektronik itu. Meski
sudah ada petunjuk di mana dan bagaimana suatu komponen dipasang, mereka tetap harus
meneliti mana yang harus dipasang. Mereka harus bisa menggunakan timah sesedikit mungkin
agar tidak menutup permukaan modul.

"Di latihan pertama, saya harus melepaskan hasil solderan berkali- kali karena timahnya terlalu
banyak. Sulit sekali melepasnya karena tidak boleh menggores modul supaya tidak rusak," ujar
Kevin, salah seorang peserta latihan.

Ia tidak tahu ada pelajaran nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan dalam pelatihan itu. Namun, ia
tidak mau mengeluh saat merakit robotnya. Ia juga tidak mau meminta bantuan orang lain. "Kalau
bertanya dengan guru tidak apa-apa. Saya kan tidak tahu semuanya. Cuma kalau minta bantuan
memasang saya tidak mau, malu kalau curang," tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai