LAPORAN ANTARA
SURVEI INVESTIGASI
DAN DESAIN (SID)
ALUR PELABUHAN/
KOLAM PELABUHAN
BATANJUNG KAPUAS
KATA PENGANTAR
Laporan Interim ini menyajikan Kegiatan Survei dan Hasil dari kegiatan
survei. Adapun sistematika penyusunan Laporan Interim ini sebagai
berikut:
Bab 5: Kegiatan Survei dan Penentuan Koordinat
Bab 6: Survei Hidrografi
Bab 7: Surveu Hidro-Oseanografi
Bab 8: Pengolahan Data Hasil Survei
Bab 9: Gambar Hasil Survei
Bab 10: Rencana Kerja Selanjutnya
Demikian laporan pendahuluan ini disusun dan kepada semua pihak yang
memberikan bantuan, atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kocko Koswara
Direktur Utama
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Kegiatan Pembuatan Benchmark........................................ 5-3
Gambar 5.2 Prinsip penentuan posisi dengan GPS................................ 5-4
Gambar 5.3 Metodestatik PPP................................................................ 5-4
Gambar 5.4 Kegiatan penentuan koordinat teliti ..................................... 5-5
Gambar 5.5 Prinsip ilustrasi metode pengukuran waterpass .................. 5-6
Gambar 6.1 Metode pemeruman dengan lajur survei ............................. 6-1
Gambar 6.2 Lajur survei saat pemeruman .............................................. 6-2
Gambar 6.3 Mekanisme konektivitas peralatan pemeruman .................. 6-3
Gambar 6.4 Kegiatan instalasi peralatan pemeruman ............................ 6-3
Gambar 6.5 Penentuan posisi realtime saat pemeruman ....................... 6-4
Gambar 6.6 Proses perekaman data selama survei berlangsung .......... 6-4
Gambar 6.7 Visualisasi hasil survei batimetri ......................................... 6-6
Gambar 7.1 Kegiatan pengukuran arus .................................................. 7-1
Gambar 7.2 Ilustrasi Pengukuran Kuat Arus Dengan Current Meter ...... 7-2
Gambar 7.3 Pembuatan palem dan pengamatan pasang surut ............. 7-3
Gambar 7.4 Ilustrasi pengikatan vertikal nilai LWS ke BM...................... 7-3
Gambar 7.5 Kegiatan pengikatan elevasi sebagai referensi ke benchmark ... 7-4
Gambar 7.6 Mekanisme penggunaan Grab Sampler.............................. 7-5
Gambar 7.7 Ilustrasi Nansen Bottler ....................................................... 7-5
Gambar 7.8 Kegiatan pengambilan sampel sedimen ............................. 7-6
Gambar 8.1 Vektor arus pada titik 1 (neap) ............................................ 8-1
Gambar 8.2 Current rose pada titik 1 (neap) .......................................... 8-1
Gambar 8.3 Vektor arus pada titik 1 (spring) .......................................... 8-2
Gambar 8.4 Current rose pada titik 1 (spring) ......................................... 8-2
Gambar 8.5 Vektor arus pada titik 2 (neap) ............................................ 8-2
Gambar 8.6 Current rose pada titik 2 (neap) .......................................... 8-3
Gambar 8.7 Vektor arus pada titik 2 (spring) .......................................... 8-3
Gambar 8.8 Current rose pada titik 2 (spring) ......................................... 8-3
Gambar 8.9 Vektor arus pada titik 3 (neap) ............................................ 8-4
Gambar 8.43 Grafik koefisien koreksi lokasi (SPM, 1984) .................... 8-35
Gambar 8.44 Pengukuran panjang fetch .............................................. 8-36
Gambar 8.45 Diagram alir perhitungan hindcasting gelombang ........... 8-37
Gambar 8.46 Waverose Batanjung ....................................................... 8-39
Gambar 9.1 Layout batimetri 1 dari 15.................................................... 9-1
Gambar 9.2 Layout batimetri 2 dari 15.................................................... 9-2
Gambar 9.3 Layout batimetri 3 dari 15.................................................... 9-2
Gambar 9.4 Layout batimetri 4 dari 15.................................................... 9-3
Gambar 9.5 Layout batimetri 5 dari 15.................................................... 9-3
Gambar 9.6 Layout batimetri 6 dari 15.................................................... 9-4
Gambar 9.7 Layout batimetri 7 dari 15.................................................... 9-4
Gambar 9.8 Layout batimetri 8 dari 15.................................................... 9-5
Gambar 9.9 Layout batimetri 9 dari 15.................................................... 9-5
Gambar 9.10 Layout batimetri 10 dari 15 ................................................ 9-6
Gambar 9.11 Layout batimetri 11 dari 15 ................................................ 9-6
Gambar 9.12 Layout batimetri 12 dari 15 ................................................ 9-7
Gambar 9.13 Layout batimetri 13 dari 15 ................................................ 9-7
Gambar 9.14 Layout batimetri 14 dari 15 ................................................ 9-8
Gambar 9.15 Layout batimetri 15 dari 15 ................................................ 9-8
Gambar 9.16 Profil sepanjang centerline alur pelayaran ........................ 9-9
Gambar 9.17 Profil melintang centerline pelayaran 0+0000 ................... 9-9
Gambar 9.18 Profil melintang centerline pelayaran 0+1000 ................... 9-9
Gambar 9.19 Profil melintang centerline pelayaran 0+2000 ................. 9-10
Gambar 9.20 Profil melintang centerline pelayaran 0+3000 ................. 9-10
Gambar 9.21 Profil melintang centerline pelayaran 0+4000 ................. 9-10
Gambar 9.22 Profil melintang centerline pelayaran 0+5000 ................. 9-11
Gambar 9.23 Profil melintang centerline pelayaran 0+6000 ................. 9-11
Gambar 9.24 Profil melintang centerline pelayaran 0+7000 ................. 9-11
Gambar 9.25 Profil melintang centerline pelayaran 0+8000 ................. 9-12
Gambar 9.26 Profil melintang centerline pelayaran 0+9000 ................. 9-12
Gambar 9.27 Profil melintang centerline pelayaran 0+10000 ............... 9-12
Gambar 9.28 Profil melintang centerline pelayaran 0+11000 ............... 9-13
DAFTAR TABEL
5.1 Pendahuluan
5.1.1 Gambaran Umum
Dalam rangka penyusunan Desain Pengerukan di Pelabuhan Batanjung
Kapuas Kalimantan Tengah, diperlukan analisis fisik yang cukup
mendalam guna mendukung analisis dan penentuan desain kolam dan
alur pelayaran. Analisis fisik pelabuhan perlu dilakukan dengan melakukan
survei dan pengambilan data. Survei lapangan atau survei primer
dilakukan guna melihat kondisi eksisting kolam pelabuhan dan alur
masuknya baik kondisi kedalaman atau batimetri dan juga keadaan fisis
dari parameter oseanografi di kawasan tersebut.
1. Koordinat UTM
Koordinat proyeksi kedua BM dalam system Universal Transverse
Mercator zona 50 South ditunjukkan pada Tabel 5.3 di bawah.
2. Koordinat Geodetik
Koordinat Geodetik kedua BM dalam datum World Geodetic System
(WGS) 1984 ditunjukkan pada Tabel 5.4 di bawah.
Lajur survei yang digunakan pada saat akuisisi batimetri adalah tegak
lurus garis pantai untuk lajur utama dan sejajar untuk lajur silang. Interval
lajur yang digunakan adalah 50 meter untuk area keseluruhan dengan
total luas sekitar 1000 Hektar. Detail lajur survei rencana dalam
pemeruman yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 6.2.
7.1.2 Peralatan
Peralatan yang digunakaan saat pengukuran arus adalah current meter
propeller tipe AOTT hydrological services australia OSS-B1. Ilustrasi
kegiatan pengukuran arus ditunjukkan pada Gambar 7.1
7.2.2 Peralatan
Pengamatan pasang surut dilakukan dengan palem pasut atau tide gauge
visual. Palem pasut ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat dengan
syarat tidak kering pada saat air surut dan tidak terbenam sepenuhnya
pada saat air pasang. pengamatan dilakukan dengan mencatat posisi
B T. 2 B T. 1
Beda tinggi
T .P
Elevasi
BM
0
Nol P eilscaal
7.3.2 Peralatan
Pengambilan Sampel Sedimen dasar dilakukan pada posisi pengamatan
arus dengan menggunakan Grab Sampler. Sampel kemudian di uji di
laboratorium dengan standart KAN untuk mengetahui properti dari sampel
sedimen tersebut. Metode uji yang dilakukan pada sampel sedimen
adalah uji saringan. Pengambilan sampel sedimen dasar dilakukan pada 3
titik berbeda di lokasi dermaga. Cara kerja dari grab sampler yang
digunakan untuk mendapatkan sampel sedimen adalah alat diturunkan ke
dasar perairan dengan menggunakan tali rantai, kemudian ketika tiba di
dasar perairan alat lalu mengambil sampel sedimen dengan mekanisme
yang diperlihatkan pada Gambar 7.6 berikut.
2.00
Data
Elevasi (m)
1.50
LS
1.00 Admiralty
0.50
0.00
( )= + cos + sin
Dimana:
= periode komponen ke k
LS
Komponen o
Amp (m) Pha ( )
So 1.11 0
M2 0.2507 8.12
S2 0.0475 82.53
N2
K2 0.0129 104.93
K1 0.6064 358.68
O1 0.3251 100.65
P1 0.2007 28.32
M4 0.0152 313.51
MS4 0.0211 311.51
Sketsa urutan tiap elevasi muka air untuk 0,00 LWS, MSL, HWS yang
dicapai saat itu maupun berdasarkan perhitungan. Secara umum
pergerakan pasang surut dapat dinyatakan dengan persamaan :
= + cos(15° + )+ cos(30° + )
Dimana :
Maka elevasi tinggi muka air tiap jam dapat diperhitungkan yaitu : , ,
dan seterusnya. Dalam metode Admiralty komponen (benda langit) yang
mempengaruhi pasang surut adalah 7 komponen. Fungsi umum untuk
setiap komponen pasang surut tersebut adalah:
= cos( . − )
Harga cos( ) dan sin( ) berubah tiap hari dengan pengecualian untuk
pasang surut komponen . Perubahan ini didekati dengan fungsi:
Dimana;
360° − = + 11.5 −
Dimana;
+
=
+
Admiralty
Komponen o
Amp (m) Pha ( )
So 1.113 0
M2 0.2864 309.93
S2 0.0426 59.38
N2 0.0357 219.15
K2 0.0115 59.38
K1 0.6422 345.81
O1 0.3015 55.02
P1 0.2139 345.81
M4 0.0153 21.4
MS4 0.0316 217.14
yang digunakan sebagai input perhitungan tipe pasang surut dan elevasi
penting yaitu LWS, HWS, dan MSL seperti pada Tabel 8.3 berikut;
Formzhal 3.123742455
Tipe Pasut Diurnal
Rata-rata Selisih (m) -0.005181732
RMS (m) 0.13114225
Gambar 8.32 Hasil uji saringan pada sampel sedimen dasar di titik 1
Gambar 8.33 Hasil uji saringan pada sampel sedimen dasar di titik 2
Gambar 8.34 Hasil uji saringan pada sampel sedimen dasar di titik 3
Tabel 8.4 Hasil uji TSS pada sampel sedimen layang atau air laut
Gambar 8.35 Klasifikasi jenis sampel sedimen dasar berdasarkan uji saringan
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
November Desember
Gambar 8.36 Windrose BMKG
1. Musim
Pada bulan Oktober-Maret terjadi musim angin barat (Muson Barat).
Terlihat pada windrose kecenderungan angin bertiup dari Barat, ada pun
pada bulan Oktober sedang dalam masa transisi musim sehingga
persentase angin dari timur tetap signifikan. Gambar 8.37 menunjukkan
ilustrasi angin muson barat
Agustus 5.6
September 5.8
Oktober 6
November 5
Desember 5
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
November Desember
Gambar 8.39 Windrose NOAA
1. Musim
Pada bulan Desember-Maret terjadi musim angin barat (Muson Barat).
Terlihat pada windrose kecenderungan angin bertiup dari Barat, ada pun
pada bulan November sedang dalam masa transisi musim sehingga
persentase angin dari timur tetap signifikan. Pada bulan April-Oktober
terjadi musim angin timur (Muson Timur). Terlihat pada windrose
kecenderungan angin bertiup dari Tenggara.
Kecepatan rata-rata setiap bulan berkisar antara 4.8 – 7.8 m/s, dengan
kecepatan maksimum mencapai 25.8 m/s pada bulan Desember 1996.
Koreksi Elevasi
Koreksi Stabilitas Temperatur
Koreksi Lokasi
Koreksi Tegangan Angin
a. Koreksi Elevasi
10
(10) = ( )
dengan:
= (10)
dengan:
c. Koreksi Lokasi
dengan:
.
= 0.71
dengan:
Panjang fetch dihitung dengan cara mengukur panjang lintasan garis lurus
antara lokasi studi dengan garis pantai terdekat.
Panjang fetch efektif dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan
berdasarkan persamaan berikut:
∑ cos
=
∑ cos
dengan:
Mengingat data angin dari NOAA secara durasi waktu lebih dapat
diandalkan dikarenakan durasi tinjauan yang lebih besar dan rentang
waktu sampel yang lebih singkat, perhitungan waverose hanya dilakukan
untuk data angin dari NOAA. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar
8.45 berikut.
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
November Desember
Gambar 8.45 Waverose Batanjung
8.5.1 Arah
Dari Gambar 8.45 di atas, dapat dilihat bahwa arah gelombang datang
berubah setiap bulannya. Pada bulan Desember hingga Maret, gelombang
dominan merambat dari arah Barat – Barat Laut. Bulan April merupakan
bulan transisi arah gelombang. Dapat terlihat bahwa mulai terjadi
pergeseran distribusi arah gelombang menuju dominan arah Tenggara.
Gelombang dominan dari Tenggara ini bertahan hingga bulan November
sebelum kembali lagi ke pola sebelumnya di bulan Desember. Arah
gelombang dominan ini ditunjukkan pada Tabel 8.9
8.5.2 Tinggi
Distribusi tinggi gelombang dapat dilihat secara langsung pada Gambar
8.45 di atas. Pada gambar tersebut terlihat bahwa tinggi gelombang
dengan jumlah kejadian terbesar sepanjang tahun berada pada rentang 0-
2 m. Ketinggian gelombang terbesar terjadi pada bulan Desember 1996
dengan ketinggian 7.53 m. Adapun rata-rata dari tinggi gelombang yang
terjadi adalah sebesar 1.51 m dengan rata-rata bulanan ditunjukkan pada
Tabel 8.10 berikut.