Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PUSKESMAS PURWOKERTO BARAT


3.1 Sejarah Puskesmas
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan
penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada
tahun 1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam
Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya
mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan
kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari
kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai
Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya
masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui
rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan
diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4
macam yaitu : 1) puskesmas tingkat desa, 2) puskesmas tingkat kecamatan
3) puskesmas tingkat kewedanan, 4) puskesmas tingkat kabupaten. Pada
tahun 1979 mulai dirintis pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan
atau desa, untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu
kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedangkan
yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini dikenal sampai
sekarang.
3.2 Tujuan Pendirian Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
3.3 Jam Kerja Puskesmas
Jadwal Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Purwokerto
Barat terdiri dari satu shift yaitu :
Senin – Kamis Jum’at Sabtu
07.15 - 14.15WIB 07.15 - 11.15 WIB 07.15 - 12.45 WIB

29
3.4 Struktur Organisasi Puskesmas

KEPALA PUSKESMAS
dr. NUR ARIAWANTI P., MM

KASUBAG TATA USAHA


SUPRIYANTO

SIP KEPEGAWAIAN RUMAH TANGGA KEUANGAN


HERI SEPTIADI / EUREKA PERDANI, SE SURIP SUJIMAN RADISUN /
SANTI ELITA, Amd. Keb NUR’AENI

UPAYA KESEHATAN JARINGAN


MASYARAKAT UKP, KEFARMASIAN & PELAYANAN PUSK &
BUDI LESTARI, Amd. Keb LABORATORIUM JEJARING
dr. ROOSDIANA CH FASYANKES
SUYATMI, Amd. Keb

UKM ESENSIAL & PERKESMAS UKM PENGEMBANGAN


SUBAGYO, SKM PARWATI, S.ST BP UMUM PUSTU
30

dr. ROOSDIANA CH SRI WIDIASTUTI


GIZI
PROMKES
HESTI KES. JIWA / PKDR
WISNU MURTI, S.ST BP GIGI PUSLING
PURWANDARI, S.Gz NUGRAHENI E,
KES. LANSIA drg. DEWININGSIH YUSTINA K
AMK
WAHYU HP, Amd. Keb
KESLING PERKESMAS KES. GIGI MASY JEJARING
SUBAGYO, SKM TRIS LESTARI, AMK KIA - KB
OLIVIA R, AMKG / FASYANKES
KES. KERJA SUYATMI
DIAH RETNO K, ELFI ZURAIDA
TRIS LESTARI, AMK
KIA – KB AMKG
PARWATI, S., ST POSBINDU IGD
BATRA
SANTI ELITA, Amd. dr. NUR ADINI R
DYAH
RETNOWATI Keb
P2P
dr. NUR ADINI R UKS / UKGS GIZI LABORATORIUM
KES. OLAH RAGA HESTI P, S.Gz NURSASI, Amd. AK
YUSTINA K / OLIVIA R,
OLIVIA R, AMKG
 PENGENDALIAN PTM : YUSTINA K AMKG
 P2 MENULAR : FARMASI
IVA - IMS
1. P2 TB – KUSTA : LAELA NOOR M, AMK ADI KUNCORO,
WAHYU HP, Amd. Keb
2. P2 ISPA : SRI WIDIATUTI S.Farm., Apt
3. P2 DIARE : NANDA RIZKI Z, AMK RECORDING / REPORTING
4. P2 MALARIA : SUBAGYO, SKM LOKET
ADI KUNCORO, S.Farm., Apt / ELFI ZURAIDA /
 SURVEILAN : SUBAGYO, SKM EUREKA PERDANI, SE
 IMUNISASI : SURIP SUJIMAN AHMAD PRAYITNO

29
3.5 Personalia Puskesmas
Tenaga kerja yang terlibat di Puskesmas terbagi menjadi dua bagian
yaitu: tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dimana tenaga
kesehatan terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat, dan Apoteker, Asisten
Apoteker yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian
dengan persyaratan Surat Izin Kerja yang harus dipenuhi oleh tenaga
kerja farmasi, sedangkan tenaga kerja non kesehatan yaitu tenaga
administrasi umum, administrasi keuangan, kasir, dan pekerja yang
bekerja membantu pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
3.6 Tugas, Wewenang, dan TanggungJawab masing-masing Jabatan
A. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
B. Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyaraka
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses Pelayanan Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

30
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.
k. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
l. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
m. melaksanakan rekam medis;
n. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
o. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
p. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
q. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi
medis dan Sistem Rujukan.
C. Tanggung Jawab
(1) Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.
(2) Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut:
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki
kompetensi manajemen kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
(3) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di
Puskesmas.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Kepala Puskesmas merencanakan dan mengusulkan
kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
(5) Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak
tersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.

31
3.7 Jenis-Jenis Obat di Puskesmas
1. Obat Bebas
a.Parasetamol 500mg
b.Hemafort
c.Neo koaminal syr 60ml
2. Obat Bebas Terbatas
a.Guaifenesin 100mg
b.Molexflu kap 500mg
c.Laxana(Bisacodil 5mg)
3. Obat Keras
a.Amoxicilin 500mg
b.Asam mefenamat 500mg
c.Dexamethasone 0,5mg
4. Obat Narkotik dan Psikotropik
a.Diazepam
3.8 Pengelolaan Puskesmas
3.8.1 Perencanaan Barang/Obat
Perencanaan merupakan proses kegiatan untuk menentukan jenis dan
jumlah Obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan
2. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional
3. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan ini setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di
Puskesmas. Proses yang dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data mutasi Obat, dan
rencana pengembangan. Selain itu juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.

32
Proses perencanaan kebutuhan Obat pertahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian
Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO).
Perencanaan Puskesmas Purwokerto Barat menggunakan metode
konsumsi yaitu berdasarkan pemakaian tiga bulan sebelumnya
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat Puskesmas diwilayah
kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih.
3.8.2 Pengadaan Barang/ Obat
Tujuan permintaan adalah memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Permintaan obat di Puskesmas Purwokerto Barat dilakukan melalui
LPLPO setiap tiga bulan sekali dan melalui PKO (Permintaan Kekurangan
Obat) sewaktu-waktu apabila kekurangan obat sebelum batas waktu tiga
bulan.
3.8.3 Pembelian Barang/Obat
Pembelian barang dikususkan untuk obat-obat dan BMHP(Bahan
Medis Habis Pakai) yang tidak tersedia di gudang farmasi kabupaten.
3.8.4 Penyimpanan Barang
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia dipuskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan

33
2. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
Penyimpanan di gudang obat Puskesmas Purwokerto Barat
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out). Obat dipisahkan berdasarkan jenisnya dan dikontrol melalui
kartu stok.
3.8.5 Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa
Prosedur ini mengatur tata cara penangana obat rusak dan kadaluarsa
yang ada di puskesmas purwokerto barat.
1. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan obat di gudang farmasi
puskesmas.
2. Petugas farmasi mengidentifikasi perbekalan farmasi yang
rusak/kadaluarsa.
3. Petugas farmasi memisahkan perbekalan farmasi yang
rusak/kadaluarsa.
4. Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi yang
rusak/kadaluarsa pada tempat terpisah dari penimpanan obat yang
lainya.
5. Petugs farmasi membuat cataan,no,bacth,jumlah dan tanggal
kadaluarsa.
6. Petugas farmasi melaporkan perbekalan farmas yang rusak/kadaluarsa
ke kepala Puskesmas.
7. Kepala puskesmas membuat berita acara pemeriksaan /penelitian yang
rusak /kadaluaarsa kegudang farmasi kabupaten
8. Kepala puskesmas membuat berita acara serah terima perbekalan
farmasi yang rusak / kadaluarsa ke dinas kesehatan kabupaten.
9. Perbekalan farmasi di kembalikan ke gudang farmasi Kabupaten.
10. Kepala puskesmas Mendokumentasikan berita acara tersebut melalui
kepala tata usaha Puskesmas.

34
3.8.6 Pengelolaan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan pada Apoteker Pengelola Apotik (APA) untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pelayanan resep sepenuhnya menjadi tanggungjawab APA.
Permenkes No. 26/MENKES/PER/I/1981 BAB III pasal 10 dan 13
menyatakan bahwa resep harus ditulis jelas dan lengkap. Resep harus
dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga
tahun.
Dalam resep harus memuat :
1. Nama, alamat dan ijin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio), nama setiap obat atau komposisi
obat (invocatio).
3. Tanda R/ pada bagian kiri pada penulisan resep.
4. Aturan pakai (signatura).
5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).
6. Jenis hewan, nama serta alamat pemiiknya untuk resep dari dokter
hewan.
7. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Copy resep yaitu salinan tertulis dari suatu resep. Salinan resep
memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat
pula :
1. Nama dan alamat Apotek.
2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek.
3. Nama dokter dan tanggal pembuatan resep.
4. Tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek untuk obat narkotika.
5. Tanda detur untuk obat yang sudah diserahkan atau tanda ne detur
untuk obat yang belum diserahkan.
6. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

35
Salinan resep harus ditanda tangani petugas apotek. Resep atau
salinan resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik
selama tiga tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan
kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut perundang-undangan yang berlaku.
Pengelolaan resep meliputi resep-resep yang sudah dilayani, disimpan
menurut tanggal dan nomor penerimaan atau pembuatan resep, resep yang
emngandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya, ditandai garis
merah dibawah nama obatnya. Resep yang sudah disimpan selama tiga
tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
3.8.7 Administrasi
Bagian administrasi membuat pembukuan dan laporan. Pembukuan
dan laporan yang dilakukan di puskesmas
1. Buku Surat Pesanan
2. Buku Penerimaan Barang
3. Kartu Stok atau Kartu Gudang
4. Kartu Stelling atau Kartu Barang

3.8.8 Pengelolaan Psikotropik dan Narkotika


3.8.8.1 Pengadaan dan pembelian
Permintaan obat di Puskesmas Purwokerto Barat dilakukan melalui
LPLPO setiap tiga bulan sekali dan melalui PKO (Permintaan Kekurangan
Obat) sewaktu-waktu apabila kekurangan obat sebelum batas waktu tiga
bulan.
3.8.8.2 Penyimpanan
narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Yang
terbuat dari kayu atau bahan lain yang kokpoh dan di tempelkan ke tembak
agar lebih kokoh dengan kunci rangkap dua sehingga lebih ama
Penyimpanan di gudang obat Puskesmas Purwokerto Barat

36
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out). Obat dipisahkan berdasarkan jenisnya dan dikontrol melalui
kartu stok.
3.8.8.3 Pelaporan
a. Narkotika
Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinas
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial kabupaten/kota dan dibuat tembusan
ke Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial propinsi, Balai Besar POM
dan untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap
bulannya. Laporan bulanan narkotika berisi nomor urut, nama sediaan,
satuan, jumlah pada awal bulan, pemasukan, pengeluaran, dan persediaan
akhir bulan serta keterangan. Khusus untuk penggunaan morphin, pethidin,
dan derivatnya dilaporkan dalam lembar tersendiri disertai dengan nama
dan alamat pasien serta nama dan alamat dokter.
b.Psikotropika
Pelaporan psikotropika dilakukan setiap tiga bulan sekali. Laporan
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Kepala Balai Besar/Balai POM setempat, Kepala Dinas
Kesehatan Tingkat Provinsi dan arsip yang bersangkutan.
3.8.9 KIE
Pengertian dan kerja sama pasien dengan regimen obat yang ditulis
adalah suatu persyaratan vital untuk terapi yang efektif. Apoteker
mempunyai suatu tanggung jawab menyajikan informasi dan konseling
yang cukup kepada pasien, untuk memaksimalkan pengertian mereka
tentang regimen obat. Sasaran konseling pengobatan pasien adalah untuk
meningkatkan hasil terapi dengan mendorong penggunaan obat yang tepat.
Fase edukasi/konseling obat pasien adalah perencanaan dan persiapan
untuk konseling; pelaksanaan konseling dan mengevaluasi konseling
(Siregar dan Endang, 2006).
Komunikasikan strategi yang relevan kepada personel pelayan
kesehatan yang penting secara verbal atau tertulis.

37
3.8.10 Evaluasi Puskesmas
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas
pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan
dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang
dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena
itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan
pelayanan kefarmasian secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien.
Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh:
audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
3.8.11 Strategi Perkembangan Puskesmas
Berdasarkan analisa SWOT, Puskesmas Purwokerto Barat mempunyai
kekuatan dan peluang yang memadai, sehinga strategi yang gunakan untuk
pengembangan adalah strategi Offensive/Agresive.
Pada grafik SWOT menunjukan bahwa puskesmas memiliki kekuatan
yang memadai untuk menjawab peluang-peluang yang ada.Kelemahan dan
ancaman relatif dapat dikendalikan, sehingga diupayakan agar tidak
menghambat pengembangan pelayanan yang direncanakan.Strategi yang
digunakan adalah Offensive/Agresive, dimana dilakukan pengembangan
yang dapat menjawab peluang-peluang yang ada.
3.8.12 Control Inventory
Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu

38
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di
unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari:
a) Pengendalian persediaan;
b) Pengendalian penggunaan; dan
c) Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

39

Anda mungkin juga menyukai