Anda di halaman 1dari 13

77

BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

V.1 Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah


Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan prioritas masalah
melalui metode Hanlon kuantitatif, ditemukan masalah cakupan penemuan
kasus suspek TB Paru menjadi prioritas utama. Dilihat dari data target
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2017 untuk penemuan kasus
suspek TB Paru yang ada / ditemukan sebesar 16,11%, maka cakupan
pasien suspek TB Paru yang ada / ditemukan menjadi permasalahan yang
perlu dianalisis untuk mencari penyelesaikan/ solusinya.

V.2 Definisi operasional


Definisi suspect TB adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau
gejala klinis yang mendukung TB. Penemuan pasien suspect TB bertujuan
untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari
penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris,
menentukkan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien
TB, sehingga dapat dilakukkan pengobatan agar sembuh sehingga tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien
terdiri dari penjaringan terduga pasien, diagnosis, penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe pasien.

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar


akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya
tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap
gejala dan keluhan tersebut.

Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan


tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular
secara bermakna akan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan pebularan TB
yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan pasien merupakan salah
78

satu faktor penting dalam upaya pengendalian TB.

Stategi penemuan

1. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasi


tedampak TB dan pupulasi rentan.
2. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang
aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
3. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; di dukung
dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat.
4. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan
dan pengurangi keterlambatan pengobatan.
5. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:
- Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti
pada pasien dengan HIV, Diabetes Melitus dan Malnutrisi.
- Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang beresiko
tinggi terjadinya penularan TB, seperti: Lapas/Rutan, tempat
penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempat kerja, asrama dan
panti jompo.
- Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
- Kontak erat dengan pasien TB dan pasien resisten obat.
6. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tanda
yang sama dengan gelaja TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Pratical
Approach to Lung health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),
manajemen terdadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan
penemuan pasien TB di faskes, mengurangi terjadinya misopportunity dan
sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
7. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala:
- Gejala utama pasien TB paru adalah betuk berdahak semala 2 minggu
atau lebih. Batu dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
79

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa


kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
- Gelaja-gejala tersebut diatas dapat dijumpai ada penyakit paru selalin
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi Tb di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke fasyankes denga gejala tersebut
diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

Cakupan suspect TB Paru yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)


merupakan perbandingan antara jumlah kasus suspect TB Paru yang
ditemukan/ditangani sesuai standar dibandingkan dengan seluruh sasaran jumlah
perkiraan suspect TB Paru per periode Januari – April 2017 dikalikan 100%

Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara


target yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode
yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah mengunakan
diagram fish bone memakai data yang telah diolah dalam lima bulan terakhir yaitu
Januari - April 2017. Cara menganalisis penyebab masalah adalah dengan
menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input, proses, output, outcome,
serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang menyebabkan
timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang
ada, antara lain:
80

Tabel 5.1 Analisis Penyebab Masalah Cakupan Penderita Suspect TB


Paru yang Ditemukan Ditinjau dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


1. Terdapat dokter dan perawat 1. Kurangnya pelatihan untuk
yang dapat menentukan adanya kader P2 TB paru tentang
faktor-faktor yang dimiliki pada menemukan suspek TB paru.
pasien dengan TB paru BTA (+)
2. Koordinator program yang
khusus untuk program P2 TB
paru dengan baik melakukan
MAN
pencatatan dan pelaporan pasien
(Tenaga Kerja)
dengan
3. Terdapat analis laboratorium
yang terlatih untuk melakukan
pemeriksaan TB paru
4. Terdapat kader dan bidan desa
untuk membantu menjaring
pasien TB paru BTA (+)
1. Tersedianya dana operasional
dari Bantuan Operasional
MONEY
Kesehatan (BOK) dan Badan 1. Tidak ditemukan masalah
(Pembiayaan)
Layanan Umum Daerah
(BLUD)
1. Kurang efektifnya program
1. Penjaringan secara pasif
puskesmas dalam
promotif case finding
METHOD memberikan penyuluhan
2. Terdapat pedoman nasional
(Metode) kepada masyarakat tentang
tatalaksana TB Paru
TB

1. Tersedianya tempat untuk


1. Tidak ada nya ruang khusus
MATERIAL melakukan pemeriksaan
untuk mengumpulkan sampel
(Perlengkapan) seperti: puskesmas,
dahak
laboratorium dan pustu.

MACHINE 1. Tersedianya alat-alat 1. Tidak ditemukan masalah


(Peralatan) pemeriksaan untuk kasus
suspect TB Paru seperti pot
sputum, alat-alat lab yaitu
mikroskop, objek glass, bak
pewarna, reagen, pipet, dan
ose
1. Kurangnya kesadaran pasien
suspect TB dalam
LINGKUNGAN pengumpulan pot sputum
2. Berobat di tempat lain
(Rumah sakit, praktik
81

swasta, BKPM)
3. Kurangnya koordinasi
dengan balai pengobatan
lain seperti BKPM dalam
pencatatan dan pelaporan
TB

Tabel 5.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Penderita Suspect


TB Yang Ditemukan Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


1. Jadwal penyuluhan TB
2. Jadwal pelayanan di 1. Kurang efektifnya perencanaan
puskesmas, dan pustu dan pelaksanaan penyuluhan TB
3. Jadwal kunjungan rumah 2. Kurang efektifmya kunjungan
pasien dan keluarga yang rumah pasien dan keluarga yang
P1
kontak erat dengan pasien kontak erat dengan pasien
suspect TB suspect TB
4. Pengawasan dalam 3. Kurangnya pengawasan
pengumpulan pot sputum oleh pengumpulan sputum pasien
kader dan bidan desa suspect TB oleh kader.
1. Jadwal pelayanan terlaksana 1. Kurangnya pengawasan dari
sesuai dengan rencana kader dan petugas kesehatan
2. Pelaksanaan kunjungan dalam pengumpulan pot sputum
rumah pasien dan keluarga 2. Kurang efektifnya pelatihan
yang kontak erat dengan untuk kader dalam menjaring
pasien suspect TB kasus suspect TB
P2
3. Pengembalian pot sputum 3. Pelaksanaan tidak sesuai dengan
pada pasien suspect TB yang direncanakan sehingga
4. Pelaksanaan Pengawasan hasil tidak sesuai dengan yang
dalam pengumpulan pot diharapkan
sputum oleh kader dan bidan
desa
1. Kurangnya koordinasi dengan
1. Terdapatnya laporan balai pengobatan swasta dalam
mengenai jumlah pasien pencatatan dan pelaporan
P3
suspect TB pasien TB paru BTA (+)
2. Jumlah suspek TB paru yang
tidak memenuhi target
INPUT MONEY
 Tidak ditemukan masalah 82

1. Kurangnya pelatihan untuk


kader P2 TB paru tentang MAN
menemukan suspek TB paru. MATERIAL 1. Tidak ada nya ruang khusus untuk
mengumpulkan sampel dahak
1. Kurang efektifnya program
puskesmas dalam memberikan
METHOD
penyuluhan kepada masyarakat  Tidak ditemukan masalah
tentang TB MACHINE
Cakupan penderita suspect
TB yang ditemukan bulan
Januari – April 2017 di
Puskesmas Borobudur
1. Kurangnya perencanaan pelatihan petugas dengan cakupan 16,11% lebih
kesehatan dan kader rendah dari target dinkes
2. Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan yaitu sebesar 70% .
P1 LINGKUNGAN
1. Kurangnya kesadaran pasien suspect TB dalam
pengumpulan pot sputum
1. Kurangnya pengawasan dari kader 2. Adanya pasien yang berobat di tempat lain (Rumah
dan petugas kesehatan dalam
pengumpulan pot sputum sakit, praktik swasta, BKPM)
2. Kurang efektifnya pelatihan untuk 3. Kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan lain
kader dalam menjaring kasus P2
suspect TB seperti BKPM dalam pencatatan dan pelaporan TB
3. Pelaksanaan tidak sesuai dengan
yang direncanakan sehingga hasil
tidak sesuai dengan yang P3 1. Kurangnya koordinasi dengan balai
diharapkan pengobatan swasta dalam pencatatan dan Gambar 5.2 Diagram Fish Bone
pelaporan pasien TB paru BTA (+) Berdasarkan Pendekatan Sistem
PROSES 2. Jumlah suspek TB paru yang tidak
memenuhi target
83

V.3 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari bidan
koordinator program, dokter, dan perawat mengenai pasien suspect TB yang ditemukan,
maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas maka didapatkan penyebab masalah
yang paling mungkin, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya pengawasan pengumpulan sputum oleh kader dan bidan desa
2. Kurangnya evaluasi tentang pengawasaan deteksi dini TB
3. Kurangnya kesadaran pasien suspect TB dalam pengumpulan pot sputum
4. Kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan lain seperti BKPM dalam
pencatatan dan pelaporan kasus TB
5. Kurangnya ruang khusus untuk pengeluaran dahak
V.4 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, yaitu
dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan
penyebab masalah yang ada,
Tabel 5.3 Alternatif Pemecahan Masalah
No. Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah
pasien suspect TB dan keluarganya yang
Kurangnya pengawasan pengumpulan
1. tercatat oleh puskesmas untuk mengawasi
sputum oleh kader dan bidan desa
secara langsung sehingga pasien tidak lupa
mengumpulkan sputum
2. Pelatihan dan refreshing kader dan bidan desa
Kurangnya evaluasi tentang
2. untuk mengevaluasi kinerja dalam penjaringan
pengawasaan deteksi dini TB
pasien suspect TB

3. Melakukan secara rutin penyuluhan tentang


penyakit TB sehingga masyarakat sadar betul
akan bahaya TB
Kurangnya kesadaran pasien suspect 4. Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah
3.
TB dalam pengumpulan pot sputum pasien suspect TB dan keluarganya yang
tercatat oleh puskesmas untuk mengawasi
secara ketat sehingga pasien tidak lupa
mengumpulkan sputum
84

Kurangnya koordinasi dengan balai


pengobatan lain seperti BKPM dalam
5. Bekerja sama dengan balai pengobatan lain
pencatatan dan pelaporan kasus untuk memberikan informasi data jumlah
suspect TB pasien kasus suspect TB di wilayah puskesmas
4. 5. Kurangnya pelatihan tenaga Borobudur

kesehatan P2 TB Paruserta kader dan 6. Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru dan


kader mengenai kasus TB paru untuk
perencanaan pelatihan kasus TB Paru menjaring pasien suspek TB paru

V.5 Penentuan Pemecahan Masalah


Dari hasil analisis pemecahan masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya pelatihan tenaga kesehatan P2 TB Paruserta kader dan perencanaan
pelatihan kasus TB Paru
2. Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
3. Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya
yang tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien tidak
lupa mengumpulkan sputum
4. Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan dalam penjaringan pasien suspect
TB
5. Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang TB sehingga masyarakat sadar betul
akan bahaya TB
6. Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi data jumlah
pasien kasus suspect TB di wilayah puskesmas Borobudur
85

PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF


PEMECAHAN Pelatihan tenaga kesehatan P2 TB paru dan
1. Kurangnya pelatihan tenaga kader mengenai kasus TB paru untuk
kesehatan P2 TB Paruserta kader menjaring pasien suspek TB paru
dan perencanaan pelatihan kasus TB
Paru Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah

2. Kurangnya evaluasi tentang pasien suspect TB dan keluarganya yang

pengawasaan deteksi dini TB tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi


secara berkala sehingga pasien tidak lupa
3. Kurangnya kesadaran pasien suspect mengumpulkan sputum.
TB dalam pengumpulan pot sputum
Perlu di tingkatkan lagi pengawasan dan

4. Kurangnya koordinasi dengan balai evaluasi kinerja kader dan bidan dalam
pengobatan lain seperti BKPM penjaringan pasien suspect TB
dalam pencatatan dan pelaporan
kasus suspect TB Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang
TB sehingga masyarakat sadar betul akan
bahaya TB

Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk


memberikan informasi data jumlah pasien kasus
suspect TB di wilayah puskesmas Borobudur

Bagan 5.2 Diagram Alternatif Pemecahan Masalah

V.6 Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus


Mx IxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
menggunakan rumus M x I x V / C.
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :

1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
 Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
86

 Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah


 Vulnerability ( v ) Sensitivitas cara penyelesaian masalah
Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga
dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v.

2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost)
Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan kriteria matriks :

Tabel 5.4 Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Penyelesaian Nilai Uruta
Hasil akhir
Masalah Kriteria n
(M x I x V) /
M I V C
C
a) Pengeluaran sputum dilakukan secara 4 3 2 1 24 II
langsung di puskesmas
b) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke 5 4 3 2 30 I
rumah pasien suspect TB dan
keluarganya yang tercatat oleh
puskesmas untuk mengawasi secara ketat
sehingga pasien tidak lupa
mengumpulkan sputum
c). Pengawasan dan evaluasi kinerja kader 4 3 2 2 12 III
dan bidan dalam penjaringan pasien
suspect TB
d) Penjadwalan secara rutin penyuluhan 4 3 2 2 12 IV
tentang TB sehingga masyarakat sadar
betul akan bahaya TB
e) Bekerja sama dengan balai pengobatan 4 3 2 2 12 V
lain untuk memberikan informasi kasus
supect TB di wilayah puskesmas
Borobudur

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan


menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
87

penyebab masalah rendahnya cakupan suspect TB wilayah kerja Puskesmas Borobudur,


adalah sebagai berikut :
6. Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya
yang tercatat oleh data puskesmas untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien
tidak lupa mengumpulkan sputum Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung
di puskesmas
7. Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
8. Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan desa oleh petugas kesehatan
dalam penjaringan kasus
9. Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang TB sehingga masyarakat sadar betul
akan bahaya TB
10. Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi kasus
supect TB di wilayah puskesmas Borobudur

yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu:
1) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya
yang tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien tidak
lupa mengumpulkan sputum Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan desa
oleh petugas kesehatan dalam penjaringan kasus
2) Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
3) Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi kasus
supect TB di wilayah puskesmas Borobudur
88

V.7 PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


Tabel 5.5 Plan of Action Peningkatan Cakupan Pasien Suspect TB Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur

1. Kunjungan oleh tenaga Meningkatkan kesadaran Pasien Rumah pasien Koordinataor Juli - Puske Kunjung Meningkatnya
puskesmas ke rumah pasien pasien suspect TB untuk suspect TB, suspek TB TB, bidan Desember smas an dari pengetahuan kader
suspect TB dan keluarganya mengumpulakan sputum keluarga desa dan kader rumah ke tentang TB dan
yang tercatat oleh kader untuk dan menemukan kasus yang kontak rumah penjaringan pasien
mengawasi secara ketat baru TB dari keluarga dengan suspect TB
sehingga pasien tidak lupa yang kontak dengan pasien
mengumpulkan sputum pasien

2. Pengeluaran sputum dilakukan Mendapatkan sputum Pasien Laboratorium Dokter, Setiap Puske Edukasi Mendapatkan sputum
secara langsung di puskesmas pada pasien suspek TB suspek TB Puskesmas petuhas lab bulan smas dan pada pasien suspek TB
sehingga sputum dapat Borobudur puskesmas motivasi sehingga sputum dapat
langsung diperiksa langsung diperiksa

3. Bekerja sama dengan balai Mendapatkan angka Lembaga Puskesmas, Koordinator Setiap Puske Seminar Meningkatnya angka
pengobatan lain untuk cakupan pasien suspect kesehatan, Borobudur program TB bulan smas cakupan pasien suspect
memberikan informasi kasus TB di wilayah Puskesmas pustu, klinik TB di wilayah
supect TB di wilayah Borobudur pratama Puskesmas Borobudur
puskesmas Borobudur dan memiliki data BTA +
89

89

Anda mungkin juga menyukai