Anda di halaman 1dari 16

58

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan langkah kerja yang

terstruktur dan sistematis untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang

terdapat dalam penelitian ini. Adanya pembuatan kerangka pemikiran dan

pola kerja ini diharapkan akan dapat memberikan hasil yang maksimal.

3.1 Lokasi Penelitian

Bangunan gedung yang akan dipakai untuk perancangan sistem sprinkler pada

tugas akhir ini adalah sebuah bangunan gedung sebagai sarana pendidikan di fakultas

biologi UNSOED yaitu gedung laboratorium atau gedung riset fakultas biologi

UNSOED yang terletak di jl. Dr Soeparno Karangwangkal Purwokerto Utara.

3.2 Tahap Pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data akan dilakukan pengumpulan data-data yang

berhubungan dengan permasalahan yang didapat. Data yang dikumpulkan berupa

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data-data yang berhubungan

dengan perancangan sistem sprinkler dan detektor, sistem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran pada gedung laboratorium UNSOED Purwokerto. Data

primer yang didapat yaitu data hasil studi lapangan tentang tata letak ruangan,

informasi tentang isi gedung dan data spesifikasi sprinkler dan detektor dari beberapa

toko. Sedangkan untuk data sekunder adalah layout gedung laboratorium, dan

dokumen-dokumen lain yang menunjang penulisan Tugas Akhir ini.

3.3 Tahap Pengolahan Data


59

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahapan dimana

proses pengolahan data tentang prosedur perancangan sistem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang meliputi :

- Pengklasifikasian sifat hunian

- Pengklasifikasian tentang sifat bahaya kebakaran dengan mengacu pada

SNI 03-3989-2000

- Pemilihan sprinkler, detektor dan pipa

- Perhitungan sprinkler dan detektor

- Perhitungan jarak perletakan antar sprinkler dan detektor

- Gambar perencanaan sistem sprinkler dan detektor pada gedung

laboratorium UNSOED Purwokerto

- Perhitungan total volume air dan perancangan bak reservoir

- Perancangan perpipaan dan pompa

- Analisis biaya perancangan sistem sprinkler untuk perbandingan dengan

biaya total proyek pembangunan.

3.3.1. Analisis Data

Kegunaan data-data yang diperoleh untuk metode penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Kegunaan peraturan SNI 03-3985-2000 dan SNI 03-3989-2000 adalah sebagai

acuan standar peraturan tentang perencanaan dan pemasangan sistem detektor,

alarm dan sistem sprinkler.

2. Data hasil survei gedung untuk memperoleh informasi tentang isi gedung dan tata

ruang gedung untuk mempermudah perancangan sistem sprinkler dan detektor.


60

3. Dokumen tata letak (layout) gedung, untuk mengetahui tata letak ruangan gedung

tersebut secara jelas dan rinci, baik lingkungan gedung dan daerah sekitar

bangunan gedung tersebut.

4. Daftar harga peralatan detektor, alarm dan peralatan sprinkler digunakan untung

menghitung estimasi biaya pemasangan sistem detektor, alarm dan sistem

sprinkler.

5. Dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan untuk kelancaran perancangan sistem

sprinkler dan detektor.

3.3.2 Cara Mengambil Kesimpulan

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja apabila segelnya pecah akibat

adanya panas dari api kebakaran. Adapun dalam menentukan perletakan kepala

sprinkler berdasarkan ketentuan pemasangan sprinkler yang telah ditetapkan

dalam peraturan yaitu.

S = Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang.

D = Jarak antara deretan kepala sprinkler.

Nilai S dan D :

Untuk bahaya kebakaran ringan, maksimum 4,6 meter.

Untuk bahaya kebakaran sedang, maksimum 4,0 meter.

Untuk bahaya kebakaran berat, maksimum 3,7 meter.

Untuk jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya

kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 meter dan dalam hal sistem bahaya

kebakaran sedang atau sistem bahaya kebakaran berat tidak boleh melebihi dari 2

meter. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit, maka jarak kepala sprinkler
61

dan dinding tidak boleh melebihi 1,5 meter. Dan apabila gedung yang mempunyai

sisi terbuka, jarak kepala sprinkler sampai sisi terbuka tidak boleh lebih dari 1,5

meter.

Berdasarkan SNI 03-3989-2000 tentang Tata cara perencanaan dan

pemasangan sistem sprinkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada

bangunan gedung jarak maksimum antar sprinkler untuk bahaya kebakaran ringan

adalah 4,6 meter sehingga jari-jari jangkauannya adalah 2,3 meter. Kemudian

dapat dihitung jumlah kepala sprinkler tiap luas bangun, yaitu :

Gambar 3.1 Jarak antar kepala sprinkler

X = jarak antar kepala sprinkler dengan overlap

R = jari-jari pancaran sprinkler = 2,3 m

X2 + X2 = (2R)2

2X2 = 4R2

2X2 = 4 (2,3 m)2

X2 = 10,58 m2

X= √ 10,58 m2
X = 3,25 m
62

Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. kemudian

dilakukan perhitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk

perbandingan.

Gambar 3.2 Jarak kepala sprinkler ke dinding

X = jarak kepala sprinkler ke dinding

R = jari-jari pancaran sprinkler = 2,3 m

X2 + X2 = R2

2X2 = (2,3)2

X2 = 2,645 m2

X= √ 2,645 m2
X = 1,63 m = 1,7 m (mendekati nilai standardnya).

a.) Perhitungan sprinkler

- Kebutuhan air untuk bahaya kebakaran ringan 3,75 liter/detik

- Diameter lubang sprinkler 0,5 inchi

- Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m

- Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi

overlapping sebesar ¼ area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang

tidak terkena pancaran air.


63

X = 4,6m – (1/4 x 4,6m)

= 4,6m – 1,15m

= 3,45 m

Maka, L = 3,25m x 3,25m = 10,56 m2

Contoh perhitungan pada gedung segi empat lantai 1 ruang laboratorium.

- Panjang = 8 m

- Lebar =8m

- Luas = 64 m2

- Jumlah sprinkler = 64 m2 / 10,56 m2

= 6,06

= 6 buah sprinkler

b.) Cara perhitungan detektor

Cara perhitungan detektor menggunakan tabel faktor pengali dibawah ini.

Ketinggian langit-langit Faktor pengali (%)


0 – 3,0 m 100
3,0 – 3,6 m 91
3,6 – 4,2 m 84
4,2 – 4,8 m 77
4,8 – 5,4 m 71
5,4 – 6,0 m 64
6,0 – 6,7 m 58
6,7 – 7,3 m 52
7,3 – 7,9 m 46
7,9 – 8,5 m 40
8,5 – 9,1 m 34
S = Jarak antar detektor

Detektor asap (S) adalah 12 x faktor pengali

Detektor panas (S) adalah 7 x faktor pengali

Disimbolkan :
64

Jarak Antar Detektor = S, Jumlah Detektor Panjang = JDP, Jumlah Detektor Lebar

= JDL, Total Jumlah Detektor = TJD, Panjang = P, Lebar = L.

Misalkan tinggi atap 4 meter maka faktor pengali adalah 84

Jadi S = 84% x 12 m = 10,08 m

No Ruangan P/S JDP L/S JDL TJD=JDPxJDL


1. R.Serba 18/10,08 1,78≈2 15,5/10,08 1,53≈2 2x2=4
Guna
Jumlah total detektor 4 buah
Ket : satuan P, L, S dalam meter dan satuan JDP, JDL, TJD dalam buah.

c.) Spesifikasi Pompa

1. Head

Head di dalam perpompaan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

energi tiap satuan berat. Head dari instalasi pompa dapat dibedakan menjadi head

statis dan head dinamis. Ada tiga bagian dari head yaitu:

- Head total pompa

Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air

seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan

dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut:

2
Vd
H=ha+ Δhp+h1+
2×g ….................................

(3.1)

Keterangan:

H : Head total pompa (m)

h1: Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan (m)


65

Δhp: Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)

p 2− p 1
Δhp=
ρ xg .......................................................

(3.2)

Ha: Head statis total (m)

Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi

isap.; tanda positif dipakai apabila muka air di sisi keluar lebih tinggi dari

pada sisi isap.

Head pada pompa biasanya disebabkan oleh kerugian gesek didalam

pipa, belokan – belokan, reduser, katup – katup, dan sebagainya. Di bawah ini

akan diberikan cara perhitungannya satu persatu.

- Head kerugian

Head kerugian yang terjadi pada instalasi disebabkan oleh gesekan didalam

pipa. Pengaruh kecepatan terhadap rugi-rugi pada instalasi dinyatakan dalam

bilangan reynold yang didefinisikan sebagai berikut:

VxD
Re =
μ ....................................................... (3.3)

Keterangan:

Re : Bilangan reynolds (tak berdimensi)

D : Diameter dalam saluran (m)

V : Kecepatan aliran cairan (m/s)


66

 : Kekentalan mutlak cairan (absolute viscosity, kg.s/m3)

Kekentalan mutlak cairan dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Sifat-sifat fisik air (Air di bawah 1 atm dan air jenuh di atas 1000 C)

(Sumber: Sularso,1996)

- Kerugian gesekan dalam pipa

Kerugian gesekan didalam pipa tergantung pada panjang pipa. Untuk

menghitung besarnya kerugian akibat gesekan didalam pipa digunakan

persamaan:

2
LxV
hf =fx
2 xDxg .................................................

(3.4)

Keterangan:

hf : Head karena kerugian gesekan/ friction (m)


67

f : Koefisien kerugian gesekan (bilangan reynold,Re)

L : Panjang saluran (m)

D : Diameter dalam saluran (m)

V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s)

g : Kecepatan gravitasi (m/s2)

Untuk memperoleh nilai f dapat dilihat pada tabel 3.1 di atas.

- Kerugian head di katup

Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut:

2
V
hf =f v x
2 xg ...................................................

(3.5)

Keterangan:

hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)

fv : Koefisien kerugian gesekan. Harga fv untuk berbagai katup


dalam keadaan terbuka penuh dapat dilihat pada lampiran

V : Kecepatan rerata aliran (m/s)

g : Kecepatan gravitasi (m/s2 )

- Kerugian head pada fitting

Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran

pipa, bentuk penampang, atau arah aliran berubah. Kerugian head di tempat-

tempat transisi yang demikian itu dinyatakan dalam rumus:


68

2
V
hf =fx
2 xg ...................................................

(3.6)

Nilai f di dapatkan dengan menggunakan persamaan dibawah ini

3,5 0,5
D θ
f =0, 131+1,847 ( )( )
2R 90 .....................

(3.7)

Keterangan:

D : Diameter dalam saluran (m)

R : Jari-jari lengkung sumbu belokan (m)

θ : Sudut belokan (derajat)

f : Koefisien kerugian gesekan

V : Kecepatan rerata aliran (m/s)

g : Kecepatan gravitasi (m/s2 )

- Head yang tersedia

Dalam mencegah terjadinya kavitasi maka diusahakan agar tidak satu

bagianpun aliran didalam pompa yang mempunyai tekanan uap jenuhnya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka didefinisikan suatu besaran yang berguna

untuk memperkirakan keamanan pompa terhadap terjadinya kavitasi yaitu tekanan

hisap positif netto (Net Possitif Suction Head- NPSH). Ada dua jenis NPSH yang

harus dipertimbangkan, yaitu NPSH yang dibutuhkan dan NPSH yang tersedia.
69

NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap

pompa (ekuivalen dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa, dikurangi dengan

tekanan uap jenuh zat di tempat tersebut. NPSH yang tersedia dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

H sv =( P a / γ ) −( Pv / γ )−H S −H LS
.......................(3.8)

Keterangan:

Hsv : NSPH yang tersedia ( m )

Pa : Tekanan Atmosfir (kgf/m2)

Pv : Tekanan uap jenuh (kgf/m2)

γ : Berat zat cair persatuan volume (kgf/l)

Hs : Head isap statis (m) bertanda positip (+) jika pompa terletak di
atas permukaan zat cair yang diisap, dan bertanda negatip (-) jika
di bawah.

HLS : Head di dalam pipa isap (m)

Agar pompa dapat bekerja dengan baik, NPSH yang tersedia harus lebih

besar daripada NPSH yang dibutuhkan. Untuk menentukan besarnya NPSH yang

dibutuhkan secara teliti harus dilakukan pengujian terhadap pompa. Data NPSH

yang dibutuhkan ini biasanya dapat diperoleh dari pabrik yang memproduksi

pompa tersebut. Tetapi dalam perancangan, NPSH yang diperlukan biasanya

diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut:


70

H svN =σH N ........................................................

(3.9)

Keterangan:

HsvN : NSPH yang diperlukan (m)

σ : koefisien kavitasi thoma

HN : Head total pompa (m)

n : Banyaknya putaran (rpm)

d.) Analisis volume total air yang digunakan untuk sistem sprinkler. Analisis

perhitungan volume ini dihitung dengan rumus :

V=QxT

Dimana, V = Volume kebutuhan air (m3)

Q = kapasitas air (dm3/menit)

Q = Q tiap sprinkler x jumlah sprinkler yang pecah

= 80 dm3/menit x 12 sprinkler (1 zona aktif)

= 960 dm3/menit

T = Waktu operasi sistem

Keterangan :

T = 30 menit (bahaya kebakaran ringan)

T = 60 menit (bahaya kebakaran sedang)

T = 90 menit (bahaya kebakaran berat)

e.) Analisis perhitungan total biaya sistem detektor, alarm dan sistem sprinkler.
71

Analisis ini dilakukan berdasarkan jumlah perhitungan detektor, alarm dan kepala

sprinkler yang direncanakan serta kebutuhan pipa, pompa yang digunakan dalam

perancangan sistem sprinkler pada gedung laboratorium biologi UNSOED ini.

Perhitungan total biaya sistem sprinkler ini dengan cara memperoleh informasi

spesifikasi harga peralatan yang direncanakan dengan melakukan metode

wawancara dan permintaan brosur pada perusahaan penyedia peralatan proteksi

kebakaran.

Dari uraian diatas, tahapan-tahapan proses dalam pengerjaan tugas akhir ini
dapat dibuat flowchart seperti berikut :

Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Penetapan tujuan dan


perumusan Masalah

Pengumpulan Data :

1. Layout gedung laboratorium biologi UNSOED


2. Daftar harga peralatan sprinkler, detektor dan alarm
3. Data informasi tentang gedung dan peralatan yang
tersimpan dalam gedung.

Analisa Data
1. Analisa data sistem detector, alarm dan
sistem sprinkler dengan peraturan
2. Pengklasifikasian bangunan dan tingkat
bahaya kebakaran gedung
72

Pengolahan Data
1. Menghitung jumlah sprinkler dan detektor
2. Perancangan layout sprinkler dan detektor
3. Menghitung volume air dan merancang bak
reservoir, pipa dan pompa
4. Menghitung total biaya perancangan
Tidak
Analisa

ya
Kesimpulan dan Saran

Selesai

3.4 JADWAL PENELITIAN

Waktu yang direncanakan untuk melakukan penelitian ini adalah selama 3

(tiga) bulan, dengan schedule sebagai berikut :

Bulan ke
No Jenis Kegiatan 1 2 3
1 Studi literatur, survey lapangan dan
pengumpulan data
2 Penyusunan proposal
3 Pengolahan data dan analisis
4 Analisis pembahasan serta kesimpulan
dan saran
5 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
6 Penggandaan laporan
73

Anda mungkin juga menyukai