Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan Indonesia memiliki gugusan pulau-pulau kecil dan besar
yang berjumlah 17.508 pulau dengan garis pantai terpanjang di dunia
setelah Kanada, yaitu 81.290 km (Rangka dan Ratnawati, 2008). Sumber
daya perairan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegitanan perikanan
salah satunya adalah budidaya tiram mutira. Tiram mutira merupakan
hewan penghasil mutira yang mana menjadi salah satu perhisan paling
digemari sehingga usaha budidaya tiram mutira menjadi salah satu andalan
dari sektor perikanan.
Perairan indonesia memiliki bentuk yang beragam salah satunya
perairan yang memiliki lekukan teluk yang relatif tenang dari ancaman angin
musiman, sehingga cocok untuk lokasi pengembangan budidaya tiram
mutiara (Pinctada maxima). Teknik budidaya tiram mutiara pada mulanya
dikuasai oleh tenaga asing (Jepang) khusus untuk hatchery dan operasi
penyuntikan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi bidang
kelautan, maka pada dekade tahun 1980an telah terjadi alih teknologi dari
tenaga asing ke tenaga kerja Indonesia (Hamzah dan Setyono, 2010;
Hamzah, 2008a).
Jenis tiram mutiara yang hidup dan menyebar di perairan Indonesia
antara lain: Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucuta, P. chemnitis dan
Pteria penguin. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dari kedua genus
Pinctada dan Pteria diketahui bahwa genus Pinctada pengembangannya
telah lebih maju dibandingkan dengan genus Pteria. Dari keempat jenis
tersebut yang umumnya banyak diminati oleh pengusaha budidaya tiram
mutiara adalah dari jenis P. maxima. Tiram mutiara merupakan salah satu
biota laut yang hampir semua bagian dari tubuhnya mempunyai nilai jual,
baik mutiara, cangkang, daging dan organisme tiram itu sendiri (benih

1
2

maupun induk). Hal ini terbukti banyaknya permintaan larva tiram mutiara
masih dalam spat kolector antar perusahan maupun nelayan yang terfokus
pada budidaya pembesaran di Nusa Tenggara Barat.
Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu komoditas
perikanan penting yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi andalan
usaha budidaya di Indonesia. Budidaya tiram mutiara (P. maxima) sangat
ditentukan oleh proses pembenihan. Proses pembenihan sangat
menentukan kualitas dan kuantitas tiram yang akan dihasilkan.
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Autore Pearl
Culture adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pengalaman, pengetahuan kerja, dan keterampilan
mengenai teknik pembesaran dan pemeliharaan budidaya tiram
mutiara
2. Menambah wawasan, gambaran dan pemahaman mengenai kondisi
real dunia kerja perikanan, khususnya mengenai teknik budidaya
tiram mutiara. Mengembangkan kemampuan dasar mahasiswa
tentang tata cara kerja di suatu perusahaan dan bersosialisasi di
tempat bekerja nanti sesuai dengan minat masing-masing.
1.3 Ruang Lingkup
Kegiatan dalam praktik kerja lapangan (PKL) ini mencakup teknik
pembenihan, pembesaran tiram mutiara dan pemeliharaannya secara
berkala di laut dengan metode longline.
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT.
Autore Pearl Culture, Jl. Raya Senggigi km 28, Dusun Teluk Nara, Desa
Malaka, Kecamatan. Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Barat dan waktu pelaksanaanya dalam kurun waktu 22 hari kerja
terhitung dari tanggal 14 Juli – 14 Agusutus 2017. Waktu kegiatan PKL di
PT. Autore Pearl Culture dimulai dari jam 06.30 – 14.30 WITA

Anda mungkin juga menyukai