Anda di halaman 1dari 9

LOKASI BATU SALURAN KEMIH

Sundari Lovea Nuranti


030 12 264

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 23 JULI 2018
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)

I. DEFINISI
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :


 Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain
sehingga dikenal sebagai daerah stone belt seperti di
India, Thailand, Indonesia, dll. Sedangkan daerah Bantu
di Afrika Selatan sangat jarang ditemukan batu saluran
kemih.
 Iklim dan Temperatur
 Asupan Air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih.
 Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
 Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas.

II. ETIOLOGI
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih tetapi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan
batu adalah :

2
1. Teori Nukleasi : Batu terbentuk didalam urine karena adanya inti batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)
akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu
dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,globulin


dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Teori Penghambat Kristalisasi : Urine orang normal mengandung zat-zat


penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat,
mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu
berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu didalam saluran kemih.

III. GAMBARAN KLINIS


Tanda dan gejala klinis penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya,
besarnya dan morfologi dari batu. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda
umum, yaitu hematuria, baik hematuria nyata ataupun mikroskopik. Selain itu, bila
disertai infeksi saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan
mungkin demam atau tanda sistemik lain.

3
 Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati
bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokalises sehingga
bercabang menyerupai tanduk rusa yang disebut batu staghorn (lebih dari dua kaliks
ginjal).
Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan
infeksi. Nyeri didaerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang
terus-menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri
tekan atau ketok arcus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang
terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis,
sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
 Batu Ureter

4
Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan
batu ureter terhenti.karena peristaltis, akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang
timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas ke regio
inguinal. Selama batu bertahan ditempat yang menyumbat, selama itu kolik akan
berulang-ulangsampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk
lewat.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama urine. Batu ureter juga dapat sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa
nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila
keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa
hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi
umum.

 Batu Kandung Kemih


Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung kemih,
aliran yang mula-mula lancer secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan
nyeri. Pada anak laki-laki, nyeri menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya
sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang dan pada anak perempuan
menggosok-gosok vulva . Bila pada saat sakit tersebut pederita berubah posisi, suatu saat
air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi
infeksi yang sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap
suprapubik.

 Batu Prostat
Pada umumya batu prostat juga berasal dari kemih yang secara retrograd
terdorong ke dalam prostat dan mengendap, yang akhirnya menjadi batu yang kecil. Pada
umumnya batu ini tidak memberikan gejala klinis sama sekali karena tidak menyebabkan
gangguan pasase kemih.

5
 Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung
kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di
tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars prostatika,
bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa naviculare. Bukan tidak mungkin dapat
ditemukan ditempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan
nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya diverticulum, abses, fistel proksimal, dan
uremia karena obstruksi urin.

IV. DIAGNOSIS
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruki saluran kemih, infeksi,
dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit, Trombosit).
 Urine rutin (pH, Bj urine, sedimen urine)
Untuk menentukan hematuria, leukosituria, dan kristaluria.
 Kultur urine
Untuk menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
 Faal ginjal (Ureum, Creatinin)
Bertujuan untuk mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan untuk
mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP.
 Kadar elektrolit
Untuk mencari factor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar :
kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam darah maupun urine).
2. Pemeriksaan Radiografi imaging
 Ultrasonografi (USG)
- Dapat menunjukkan ukuran , bentuk dan posisi batu

6
- Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi
kontras radiologi
- Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem ductus kolektikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu
ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
 Foto Polos Abdomen
- Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu
- Dapat membedakan batu radioopak/kalsifikasi.
- Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat
untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup
bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu
dalam ginjal dan luar ginjal.

Urutan Radio-opasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih


Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/sistin Non-opak

 Intra-Venous Pielografi (IVP)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
IVP dapat mendeteksi adanya batu semiopak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

 Urogram

7
- Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling)(batu asam urat,
xanthin, 2,8-dihidroksiadenin ammonium urat)
- Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolectikus
- Menunjukkan kelainan anatomi

Tinjauan Pustaka

1) Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta : 1997
2) Purnomo B, Buku Dasar-dasar Urologi, Edisi I, CV.Sagung Seto, Jakarta : 2000
3) Sudoyo ari, et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, BP FKUI,
Jakarta : 2006
4) http://www.webmd.com/hw-popup/extracorporeal-shock-wave-lithotripsy-eswl
5) http://www.southend.nhs.uk/NR/rdonlyres/3939B135-F307-43B1-8DDE-
1A6AC987577C/0/Renogram.pdf
6) http://www.emedicine.com/med/topic3024.htm
7) http://www.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=journals/iju/vol5n1/stone.xl
8) http://www.peteducation.com/article.cfm?cls=1&cat=1372&articleid=3015

8
9

Anda mungkin juga menyukai