Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat

serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan referat dan

laporan kasus yang berjudul “Disentri dengan Dehidrasi Berat”.

Tiada gading yang tak retak, begitu pun referat ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan

mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga referat ini dapat

menambah wawasan dan bermanfaat bagi penulis dan pihak yang bersangkutan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 9 April 2018

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih

dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang

air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa

disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan

berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung

lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari

penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan

Virus, Bakteri, dan Parasit.

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan

kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh

dunia setiap tahun. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare

per tahun. Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh

dunia, meskipun tatalaksana sudah maju. Diare masih merupakan masalah di

Indonesia, dilaporkan 60 juta pasien per tahun 70-80% mengenai anak berusia di

bawah 5 tahun.

Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa

balita sakitnya untuk rawat jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%)

dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan. Sedangkan berdasarkan studi awal

yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC Treatment)
Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku

mendapatkan saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare

akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%),

Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Sehingga, penting untuk mensosialisasikan

tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya

dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk

mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.

Oleh sebab itu, penyusunan referat kasus ini bertujuan untuk menjelaskan

lebih dalam tentang Disentri dengan Dehidrasi Berat dan ditujukan untuk praktisi

klinis yang membaca referat kasus ini. Diharapkan setelah membaca laporan kasus

ini, pembaca dapat sedikit atau pun lebih banyak mengerti tentang Disentri dengan

Dehidrasi Berat dan tatalaksananya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

Disentri dengan Dehidrasi Berat mengenai definisi, etiologi, faktor resiko,

pathogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Disentri dengan Dehidrasi Berat

beserta patofisiologi dan penangananannya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengansakit

perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur

lendir dan darah.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka

yangmenyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas

yangdisebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1 ) sakit di perut yang sering

disertaidengan tenesmus, 2 ) berak-berak, dan 3 ) tinja mengandung darah dan

lendir

2.2 Etiologi

Disentri dapat disebabkan oleh Shigella Sp. maupun Amoeba

1. Shigella sp.

Merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Organisme

Shigella menyebabkan disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi

pada kolon melalui enterotoksin dan invasi bakteri. Secara klasik, Shigellosis

timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses

berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa

darah, kemudian feses berdarah setelah 3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala

rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang lebih parah menetap

selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan

status karier kronis dapat terjadi. Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat


terjadi, termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis seperti meningismus, dan

Hemolytic Uremic Syndrome. Artritis oligoartikular asimetris dapat terjadi

hingga 3 minggu sejak terjadinya disentri. Pulasan cairan feses menunjukkan

polimorfonuklear dan sel darah merah. Kultur feses dapat digunakan untuk

isolasi dan identifikasi dan sensitivitas antibiotik. Terapi dengan rehidrasi yang

adekuat secara oral atau intravena, tergantung dari keparahan penyakit. Derivat

opiat harus dihindari. Terapi antimikroba diberikan untuk mempersingkat

berlangsungnya penyakit dan penyebaran bakteri. Trimetoprim

sulfametoksazole atau fluoroquinolon dua kali sehari selama 3 hari merupakan

antibiotik yang dianjurkan.

2. Amoeba

E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai

mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi

mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di

dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.

2.3 Patofisiologi

1. Shigella sp.

MO  kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal invasi ke

sel epitel mukosa usus  multiplikasi  penyebaran intrasel dan intersel 

produksi enterotoksin  ↑ cAMP  hipersekresi usus (diare cair, diare

sekresi).  produksi eksotoksin (Shiga toxin)  sitotoksik  infiltrasi sel

radang  nekrosis sel epitel mukosa  ulkus-ulkus kecil  eritrosit dan

plasma keluar ke lumen usus  tinja bercampur darahinvasi ke lamina propia

 bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1).


2. Amoeba

Bentuk histolitika (trofozoit)  invasi ke sel epitel mukosa usus nekrosis

jaringan mukosa usus  produksi enzim histolisin  invasi ke jaringan

submukosa  ulkus amoeba  ulkus melebar dan saling berhubungan

membentuk sinus-sinus submukosa  malabsorpsi  kerusakan permukaan

absorpsi  ↑ massa intraluminal  tekanan osmotik intraluminal  diare

osmotik

2.4 Diagnosis

1. Shigella sp.

Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri

shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah

dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,

didapatkan darah dan lendir dalam tinja.

Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.

Muntah-muntah.

Anoreksia.

Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.

Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis

(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2. Disentri amoeba

Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.

Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler

(≤10x/hari)

Sakit perut hebat (kolik)


Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada

1/3 kasus). Amoeba

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan tinja Makroskopis

suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit

dalam tinja Benzidin test

- Pemeriksaan tinja Mikroskopis

leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .

- Biakan tinja

Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.

- Pemeriksaan darah rutin

leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan

leukopenia

2.5 Tatalaksana

Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah

atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.

- Cairan dan elektrolit

Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral.

Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat

badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus

untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak

muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau

oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.
Berikut gambar untuk menentukan derajat dehidrasi dan rencana terapi yang

akan diberikan.

- Diet dan Antibiotik

Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari,

kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan. Pengobatan spesifik

Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan

antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi

diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan jenis

yang lain. Pemberian Ampisilin dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula

dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama

3-5 hari.
- Pencegahan

Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara:

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara

teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengera


BAB 3

KESIMPULAN

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit

perut dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari

disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp . dan disentri

amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica. Manifestasi klinis disentri

basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-kecil dan banyak, darah dan

tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir. Manifestasi klinis disentri amuba

berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah dantenesmus jarang. Diagnosis dari

disentri dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

lanjutan. Tatalaksana berupa menangani dehidrasi akibat diare dan pemberian

antibiotic.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Panduan Sosialisasi

Tatalaksana Diare Anak. Bakti Husada. 1-40.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. ISSN 2088. 1-44.

Zulkifli Lukman Amin. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol. 42 no. 7.

504-508.

Anda mungkin juga menyukai