Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

FUNGSI DAN MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT SIMALUNGUN

SUATU KAJIAN SEMIOTIK

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : ADY MAIZAL SIAHAAN


NIM : 040703001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


FUNGSI DAN MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT

SIMALUNGUN KAJIAN SEMIOTIK

OLEH :

ADY MAIZAL SIAHAAN


040703001

Diketahui / disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Warisman Sinaga, M.Hum Dra.Asriaty.R.Purba, M.Hum


Nip.196207161988031002 Nip.196211221987032001

Ketua Departemen Sastra Daerah

Drs. Baharuddin, M.Hum


Nip. 196001011988031007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Ady Maizal Siahaan, “Fungsi Dan Makna Ornamen Rumah Adat Simalungun
Suatu Kajian Semiotik”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pematang Purba,
Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun dibawah bimbingan Drs.Warisman Sinaga,
M.Hum dan Dra.Asriaty.R.Purba, M.Hum yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009
sampai Juli 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 jenis metode yaitu
Metode Deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya, Metode Pengumpulan Data yang terbagi atas 3 yaitu
Metode Observasi langsung dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian
guna merancang pengumpulan data yang diperlukan, Metode Wawancara yaitu
melakukan wawancara terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi
atau data-data tentang objek yang diteliti, Metode Kepustakaan (library research) yaitu
dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini dan
Metode Analisis Data yaitu kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh
suatu kebenaran atau ketidak-benaran dari suatu objek. Penganalisisan data dilakukan
dengan mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna ornamen rumah adat Simalungun.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil yaitu Ornamen yang berhasil dikumpulkan antara
lain Ornamen Suleppa, Ornamen Hambing Mardugu, Ornamen Pahu-Pahu Patundal
(Pakis Saling Bersandar ), Ornamen Gatip-Gatip (Kepala Ular Gatip), Ornamen
Jombut Uwou, Ornamen Tapak Raja Suleiman, Ornamen Bohi Bohi, Ornamen
Boraspati (Cicak ), Orname Bindu Matoguh, Ornamen Ipon-Ipon (Gigi-gigi), Ornamen
Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili), Ornamen Porkis Marodor ( Semut Beriring),
Ornamen Bodat Marsihutuhan ( Beruk Saling Berkutu), Ornamen Andorni Tabu
Mangganupi Desa, Ornamen Hail Putor (Kial Putar), Ornamen Pinar Sisikni
Tanggiling (Sisik Tenggiling), Ornamen Pinar Bunga Bongbong (Bunga Bongbong),
Ornamen Simarlipan-lipan ( Daun :Lipanlipan), Ornamen Pinar Paria-paria (Gambas
Paria), Ornamen Pinar Silombur Pinggan ( Daun Ramuan), Ornamen Bunga
SayurMatua ( Bunglon Bak Buaya). Ornamen yang terdapat dalam rumah adat
Simalungun tidak semua mengandung mistik akan tetapi diantaranya ada ornamen yang
hanya merupakan keindahan yang memperindah rumah adat Simalungun. Pembuatan
ornamen dengan melihat hal-hal yang terdapat di alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan
dan alam itu sendiri yang mereka yakini dapat memberikan perlindungan bagi mereka.
Ornamen diletakkan ditempat seperti tiang beranda, lesplang, sambahou, Nanggar, dan
lesplanghalipkip yang mana tempat tersebut merupakan kepercayaan yang memberikan
perlindungan bagi masyarakat Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberi rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses

pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ FUNGSI DAN MAKNA ORNAMEN

RUMAH ADAT SIMALUNGUN SUATU KAJIAN SEMIOTIK”.

Skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab, yakni bagian bab pertama adalah

pendahuluan yang dibagi atas: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan anggapan dasar, bagian bab kedua merupakan

tinjauan pustaka yang terdiri dari kepustakaan yang relevan, teori yang digunakan,

pada bab ketiga merupakan metode penelitian yang dibagi atas metode dasar, lokasi

penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan

data, metode analisis data. pada bab keempat merupakan sistem sosial budaya

masyarakat simalungun yang terdiri dari masyarakat, peta wilayah budaya dan

marga masyarakat simalungun, Sejarah terbentuknya pematang purba, Ornamen

Simalungun, dan pada bab terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran,

diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari penulis kemudian ditutup dengan

daftar pustaka dan lampiran.

Judul ini diperoleh dan dimunculkan berdasarkan data-data yang diperoleh dari

beberapa informan yang aktif mengetahui Ornamen Rumah Adat Simalungun.

Penulis mengangkat judul ini karena sepanjang pengetahuan penulis Ornamen

Rumah Adat Simalungun ini belum pernah diangkat dan dianalisis ataupun

dibukukan.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari, kalau skripsi ini belumlah sempurna. Penulis membuka diri

kepada semua pihak untuk memberikan saran serta masukan demi tercapainya

skripsi ini ke arah penyempurnaan.

Medan, Mei 2010

Penulis

( Ady Maizal Siahaan)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1..... Latar Belakang Masalah ............................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................... 5
1.5. Anggapan Dasar ........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kepustakaan yang Relevan ........................................ 7
2.2. Teori yang Digunakan ............................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Dasar ............................................................ 15
3.2. Lokasi Penelitian ....................................................... 16
3.3. Sumber Data Penelitian ............................................. 16
3.4. Instrumen Penelitian .................................................. 16
3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................ 17
3.6. Metode Analisis Data ................................................ 17

BAB IV Sistem Sosial Budaya Masyarakat Simalungun


4.1. Masyarakat ................................................................ 18
4.2. Peta Wilayah Budaya dan marga Masyarakat Simalungun 19
4.3. Sejarah terbentuknya pematang purba ....................... 22

ii
Universitas Sumatera Utara
4.4. Ornamen Simalungun .............................................. 25
4.4.1. Ornamen Ornamen Suleppat (Suleppat) ................... 26
4.4.2 Ornamen Hambing Marduga ................................... 28
4.4..3 Ornamen Gatip-Gatip (Kepala Ular Gatip) ................ 30
4.4.4 Ornamen Pahu-Pahu Patundal (Pakis Saling Bersandar ) 32
4.5.5 Ornamen Jombut Uwou (Jambul Merak) ................. 34
4.4.6 Ornamen Tapak Raja Suleman (Tapak Raja Suleiman) 36
4.4.7 Ornamen Bohi Bohi (Wajah-Wajah) ........................ 39
4.4.8 Ornamen Boraspati (cicak ) ..................................... 41
4.4.9 Ornamen Bindu Matoguh (Bindu Matoguh) ............. 44
4.4.10 Ornamen Ipon-ipon (Gigi-gigi) ................................. 46
4.4.11 Ornamen Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili) ...... 48
4.4.12 Ornamen Porkis Marodor ( Semut Beriring) ............ 50
4.4.13 Ornamen Bodat Marsihutuhan .................................. 52
4.4.14 Ornamen Andorni Tabu Mangganupi Desa ............... 54
4.4.15 Ornamen Hail Putor (Kial Putar) .............................. 55
4.4.16 Ornamen Pinar Sisikni Tanggiling ............................ 57
4.4.17 Ornamen Pinar Bunga Bongbong ............................ 59
4.4.18 Ornamen Simarlipan-lipan ........................................ 62
4.4.19 Ornamen Pinar Paria-Paria ....................................... 64
4.4.20 Ornamen Pinar Silobur Pinggan ............................... 66
4.4.21 Ornamen Bunga SayurMatua .................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Sarjana Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi

salah satu syarat ujian untuk meraih gelar Sarjana Sastra dalam bidang Bahasa dan

Sastra Batak di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Hari/Tanggal : …………………….

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A..Ph.D

Nip : 1312098531

Panitia Ujian :

No Nama Tanda Tangan

1. ……………………………… ………………………...

2. ……………………………… …………………………

3. ……………………………… …………………………

4. ……………………………… …………………………

5. ……………………………… …………………………

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Ady Maizal Siahaan, “Fungsi Dan Makna Ornamen Rumah Adat Simalungun
Suatu Kajian Semiotik”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pematang Purba,
Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun dibawah bimbingan Drs.Warisman Sinaga,
M.Hum dan Dra.Asriaty.R.Purba, M.Hum yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009
sampai Juli 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 jenis metode yaitu
Metode Deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya, Metode Pengumpulan Data yang terbagi atas 3 yaitu
Metode Observasi langsung dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian
guna merancang pengumpulan data yang diperlukan, Metode Wawancara yaitu
melakukan wawancara terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi
atau data-data tentang objek yang diteliti, Metode Kepustakaan (library research) yaitu
dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini dan
Metode Analisis Data yaitu kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh
suatu kebenaran atau ketidak-benaran dari suatu objek. Penganalisisan data dilakukan
dengan mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna ornamen rumah adat Simalungun.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil yaitu Ornamen yang berhasil dikumpulkan antara
lain Ornamen Suleppa, Ornamen Hambing Mardugu, Ornamen Pahu-Pahu Patundal
(Pakis Saling Bersandar ), Ornamen Gatip-Gatip (Kepala Ular Gatip), Ornamen
Jombut Uwou, Ornamen Tapak Raja Suleiman, Ornamen Bohi Bohi, Ornamen
Boraspati (Cicak ), Orname Bindu Matoguh, Ornamen Ipon-Ipon (Gigi-gigi), Ornamen
Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili), Ornamen Porkis Marodor ( Semut Beriring),
Ornamen Bodat Marsihutuhan ( Beruk Saling Berkutu), Ornamen Andorni Tabu
Mangganupi Desa, Ornamen Hail Putor (Kial Putar), Ornamen Pinar Sisikni
Tanggiling (Sisik Tenggiling), Ornamen Pinar Bunga Bongbong (Bunga Bongbong),
Ornamen Simarlipan-lipan ( Daun :Lipanlipan), Ornamen Pinar Paria-paria (Gambas
Paria), Ornamen Pinar Silombur Pinggan ( Daun Ramuan), Ornamen Bunga
SayurMatua ( Bunglon Bak Buaya). Ornamen yang terdapat dalam rumah adat
Simalungun tidak semua mengandung mistik akan tetapi diantaranya ada ornamen yang
hanya merupakan keindahan yang memperindah rumah adat Simalungun. Pembuatan
ornamen dengan melihat hal-hal yang terdapat di alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan
dan alam itu sendiri yang mereka yakini dapat memberikan perlindungan bagi mereka.
Ornamen diletakkan ditempat seperti tiang beranda, lesplang, sambahou, Nanggar, dan
lesplanghalipkip yang mana tempat tersebut merupakan kepercayaan yang memberikan
perlindungan bagi masyarakat Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai

suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki

kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang berbeda serta beraneka ragam. Hal

inilah menjadi kekayan bangsa, salah satunya suku Simalungun.

Suku Simalungun pada umumnya berdiam di daerah Kabupaten

Simalungun dan batas-batas wilayahnya meliputi, di sebelah Utara berbatasan

dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, di sebalah Timur berbatasan dengan

daerah Kabupaten Asahan, di sebelah Selatan berbatasan dengan daerah

Kabupaten Toba Samosir termasuk Pulau Samosir (Laut Tawar Danau Toba),dan

di sebelah Barat berbatasan dengan daerah Kabupaten Karo. Adapun daerah yang

didiami suku Simalungun di daerah Kabupaten Simalungun seperti Panei

Tongah, Saribu Dolok, Tanah Jawa, Pematang Raya, Pematang Purba dan lain-

lain. Di daerah tersebut dijumpai mayoritas suku Simalungun yang menggunakan

adat istiadat dan kebudayaan Simalungun. Salah satunya ornamen yang terdapat

di rumah adat Simalungun yang ada di desa Pematang Purba, Kecamatan Purba.

Kebudayaan ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia

dengan belajar.

Universitas Sumatera Utara


Koentjaraningrat (1971:5) mengatakan, “Kebudayaan ialah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar”. Dari pendapat

sarjana di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rumah adat Simalungun

merupakan hasil karya masyarakat Batak Simalungun pada zaman dahulu yang

mempunyai nilai religi yang tinggi.

Penelitian ini merupakan penelitian tentang tanda yang ditinjau dari segi

semiotik yang terfokus pada ornamen rumah adat Simalungun. Ornamen

merupakan suatu unsur yang memperindah bangunan, baik berupa bangunan

hunian biasa, rumah besar berupa bangunan adat, ataupun bangunan istana.

Pada hakikatnya, setiap bangunan diberi tanda hiasan-hiasan berupa

ornamen yang memberikan kesan keagungan serta keindahan pada bangunan

tersebut. Banyak bangunan tradisional berupa peninggalan masa lalu dilengkapi

dengan tanda hiasan-hiasan, baik berupa ornamen atau berupa pahatan-pahatan

maupun ukiran Penggunaan tanda hiasan-hiasan yang sering memberi suatu

makna khusus terhadap bangunan sehingga antara bangunan dengan hiasan

menjadi suatu kesatuan utuh dalam perwujudannya sebagai bangunan yang

diagungkan. Konsep penyatuan tanda hiasan pada bangunan merupakan suatu

tradisi yang dilakukan oleh para perancang bangunan pada masa lalu hingga

masa sekarang ini (Situmorang, 1997:54).

Rumah adat Simalungun merupakan bangunan tradisional yang ditandai

ornamen yang keseluruhan ornamen memiliki hal-hal yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


lambang yang bermakna adat-istiadat. Pembuatan ornamen rumah adat

Simalungun akan melewati berbagai proses perencanaan yang matang dan tidak

terlepas dari adat-istiadat yang telah ditetapkan sebagai sumber hukum yang

berlaku di tengah-tengah masyarakat.

Ornamen yang dianalisis adalah ornamen yang khusus pada rumah adat

Simalungun, karena rumah adat Simalungun merupakan suatu bangunan

monumental yang sangat bernilai tinggi dengan ornamen yang melekat di

dinding rumah adat tersebut.

Menurut De Boer dalam Yanti (1920:1) mengatakan, “Ornamen adalah

suatu tanda desain tradisional yang sangat bernilai tinggi yang berkaitan erat

dengan mistik dan kepercayaan asli kesukuan, di mana ornamen tersebut

mempunyai makna dan kebahagiaan penghuninya”.

Sitepu (1996:202) mengatakan, “Seni ukir (ornamen) adalah tanda


sederhana untuk menolak bala menangkal roh jahat dan berupa pengobatan”.
Jadi ornamen yang terdapat di dinding rumah adat Simalungun pada zaman
dahulu bukan sekedar untuk keindahan saja, akan tetapi setiap lembar papan
yang dihiasi ornamen tersebut mempunyai makna yakni kekuatan gaib yang
menjaga si pemilik rumah dari mara bahaya.
Akan tetapi, saat sekarang ini, karena kemajuan zaman dan agama, maka

ornamen yang terdapat di dinding rumah adat Simalungun dianggap sebagai

hiasan belaka yang berfungsi memperindah bangunan.

Sitepu (1996:202) mengatakan bahwa dalam perkembangan dari waktu ke

waktu kebiasaan membuat ornamen tersebut tidak lagi dipandang dari segi

kekuatan daya penangkalnya, lukisan itu telah dipandang sebagai sesuatu yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki daya keindahan sehingga dikembangkan sebagai suatu karya seni.

Sehingga pada saat sekarang ini ornamen dalam masyarakat Simalungun sudah

mengalami kepunahan. Hal ini disebabkan karena sedikit sekali ahli yang berniat

untuk menggali dan melestarikan kebudayaan - kebudayaan yang ada di daerah.

Di samping itu, untuk mendirikan rumah adat Simalungun bahannya sangat

sulit didapatkan, termasuk orang yang mengerti tentang pembuatan rumah dan

ukiran seni Simalungun pun pada saat ini sudah sangat jarang ditemui. Hal itu

dapat mengakibatkan hilangnya kebudayaan yang ada pada suatu daerah akibat

kurangnya para ahli yang mampu untuk menciptakan suatu karya seni (ornamen)

yang memiliki kekuatan. Pada saat sekarang ini ornamen dalam masyarakat

Simalungun hanya dipandang sebagai suatu yang memiliki keindahan sehingga

dikembangkan sebagai karya seni.

Untuk itulah, kekayaan budaya seperti rumah adat Simalungun sangat

perlu dijaga kelestariannya agar tidak mengalami kepunahan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan, sebagai berikut :

1. Bentuk ornamen apa sajakah yang terdapat pada rumah adat Simalungun?

2. Apakah fungsi ornamen rumah adat Simalungun?

3. Apakah makna ornamen rumah adat Simalungun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dilakukan adalah :

1. Mengetahui bentuk ornamen pada rumah adat Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


2. Mengetahui fungsi ornamen dalam rumah adat Simalungun.

3. Mengetahui makna ornamen dalam rumah adat Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini maka akan dapat menjadi motivasi

untuk mengenal ornamen rumah adat Simalungun lebih dalam lagi,

2. Sebagai bahan inventarisasi budaya Simalungun yang mulai hilang karena

perkembangan zaman,

3. Menjadi sumber informasi bagi mahasiswa di Depertemen Sastra Daerah

Fakultas Sastra USU Medan, khususnya tentang ornamen rumah adat.

1.5 Anggapan Dasar

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu membuat suatu anggapan

dasar. Menurut Anwar Syah dalam Yanti (2003:10), “Anggapan dasar adalah

titik tolak pemikiran haruslah berdasarkan kebenarannya” (tidak perlu

dibuktikan lagi). Dari pendapat sarjana di atas jelaslah bahwa anggapan dasar

haruslah berdasarkan kebenaran yang objektif, Maksud kebenaran yang objektif

di sini adalah bahwa anggapan dasar tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.

Karena itu, penulis menganggap bahwa ornamen rumah adat Simalungun

merupakan karya sastra yang memiliki nilai seni yang indah yang memberikan

fungsi dan makna bagi masyarakat Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka.

Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber

dari pendapat para ahli-ahli, emperisme (pengalaman penelitian), dokumentasi,

dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Ada beberapa pendapat para ahli ilmuwan tentang semiotika, yaitu:

Leech (2001 : 191) mengatakan semiotika adalah teori tentang petanda dan

penanda dalam perkembangan semiotika modern. Muncul dua ahli yang menjadi

pelopor dalam bidang kajian semiotika yaitu Ferdinand de Saussure (1857 -

1913) dan Charles Sanders Pierce (1839 - 1914).

Ferdinand de Saussure (1991 : 1) mengatakan semiotika adalah ilmu

tentang tanda yang ada dalam kehidupan masyarakat. Semiotika memiliki dua

aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk

formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda

adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.

Pierce, mengatakan semiotika adalah setiap gagasan adalah tanda. Pierce

juga menekankan proses studi tanda. Semiotik bagiannya adalah doktrin dari sifat

esensial dan variasi fundamental dari semiosis.

Universitas Sumatera Utara


Pradopo (2001 : 71) mengatakan teori semiotika adalah ilmu tentang tanda-

tanda. Ilmu ini menganggap fenomena social masyarakat dan kebudayaan itu

merupakan tanda-tanda. Semiotika ini mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,

yang memungkinan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda adalah sesuatu

yang mewakili sesuatu yang lain berupa penglaman pikiran, perasaan, gagasan,

dan lain-lain, yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa melainkan berbagai

hal yang melingkupi kehidupan disekitar kita. Tanda berupa tulisan, karya seni,

sastra dan lukisan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

dengan judul. Adapun buku-buku yang digunakan dalam memahami dan

mendukung penelitian penulis adalah:

1. Buku yang berjudul Mengenal Lukisan dan Ukiran Tradisional

Simalungun, yang ditulis oleh M. D Purba dan S A Lingga Sitopu. Buku

ini membahas tentang bentuk, fungsi, dan makna Lukisan-Ukiran dalam

ornamen tradisional Simalungun Gorga

2. Yanti,(2003) : “Fungsi dan Makna Gorga (Ornamen) Dalam Masyarakat

Batak Toba” . Skripsi ini membahas tentang ornamen dalam rumah adat

Batak Toba, fungsinya dalam masyarakat Toba, dan makna yang terdapat

pada setiap ornamen yang ada pada masyarakat Batak Toba.

3. Buku karangan Sitepu Sempa, dkk (1996), yang berjudul Pilar Budaya

Karo. Di buku ini membahas tentang cara pembuatan,makna dan fungsi

ornamen dalam masyarakat Karo.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Teori yang Digunakan

Berdasarkan judul penelitian ini maka teori yang digunakan untuk

mendeskripsikan fungsi dan makna ornamen dalam rumah adat batak

Simalungun adalah teori semiotik. Kata semiotika berasal dari kata Yunani

semeion, yang berarti tanda, maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah

cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi

penggunaan tanda. (Zoest 1993 : 1).

Menurut Peirce (2001) tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.

Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain.

Yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang

dapat melingkupi kehidupan di sekitar kita. Tanda dapat berupa bentuk tulisan,

karya seni, sastra, lukisan dan patung.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon (icon), indeks

(index), dan simbol (symbol).

1. Ikon (icon) adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan;

misalnya, potret dan peta.

2. Indeks (index) adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,

Universitas Sumatera Utara


atau tanda yang langsung mengacu kepada kenyataan.Contoh yang paling

jelas adalah asap sebagai tanda adanya api.

3. Simbol (symbol) adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antar penanda dan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau

semena, hubungan bedasarkan konvensi atau (perjanjian) masyarakat.

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada rumah adat

Simalungun, diantaranya tercipta dan diciptakan atas dorongan pengaruh

lingkungan seperti alam, manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ornamen

yang ada pada masyarakat Simalungun juga diletakkan pada tempat yaitu

Landasan dinding (sambahou), Tullak (alat tenun), Tiang rumah adat

Simalungun, Ragi panei, bulang-bulang, Tiang beranda, Bingkai jendelah pada

rumah adat, Kotak perhiasan, Lesplang atas, Tangan tangga dan pinggiran

sambahou dan senduk bambu yang tehnik pembuatannya diukir dan pada derpih

dengan cara membuat lubang membentuk gambar cicak yang membermakna

kekuatan pada derpih rumah adat.

Beberapa tempat tersebut dianggap sebagai tanda yang menghalangi

masuknya roh-roh jahat yang akan membinasakan orang yang berada di dalam

rumah adat dan yang memberikan perlindungan bagi anggota keluarga. Beberapa

tempat tersebut juga melatar-belakangi dari kekuatan pencipta, alam, dan

Universitas Sumatera Utara


penghancur. yang merupakan sumber dari kepercayaan setiap masyarakat

Simalungun.

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Peirce (2003 : 43) membagi ikon

menjadi empat jenis :

1. Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras

menunjukkan kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan

orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan.

2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh :foto,

diagram, peta, dan tanda baca.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berdasarkan pengalaman

langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya

disebabkan oleh segala sesuatu. Contoh: pantai yang sering merenggut nyawa

orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang

bermakna berbahaya, dilarang mandi di sini.

4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu.

Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.

Tanda yang ditunjukkan dicent sinsign dalam ornamen rumah adat Karo

ditunjukkan pada ornamen yang memiliki mistik yang merupakan penghalang

bagi roh-roh jahat di udara untuk masuk ke dalam rumah adat. Salah satunya

ornamen Boraspati (cicak). Ornamen Boraspati (cicak) merupakan pagar rumah

10

Universitas Sumatera Utara


yang menolak segala mahluk jahat untuk masuk ke rumah dan diletakkan pada

dinding rumah adat Simalungun.

Peirce membagi klasifikasi Indeks menjadi tiga jenis :

1. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum.

Misalnya, rambu lalu lintas.

2. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada obyek

tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, “Mana buku

itu?” dan dijawab, “Itu!”

3. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan

menunjuk subyek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar

di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka

yang dilarikan kerumah sakit.

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada rumah adat Simalungun,

di antaranya tercipta dan diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti

alam, manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Peirce membagi klasifikasi Simbol menjadi tiga jenis :

1. Rhematic Symbol atau Symbolic rheme, yakni tanda yang dihubungkan

dengan objeknya melalui asosiasi nilai umum. Misalnya, kita melihat gambar

harimau.Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita katakan demikian,

karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat

yang namanya harimau.

11

Universitas Sumatera Utara


2. Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung

menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang

berkata, “Pergi” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan

sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita kenal hanya kata. Kata –

kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi

yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. Otak secara

otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera

menetapkan pilihan atau sikap.

3. Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap

sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

Seseorang berkata, “Gelap”, sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan

gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau

alasan, mengapa seseorang berkata demikian. Tentu saja penilaian tersebut berisi

kebenaran.

Namun yang paling dekat pengkajiannya pada ornamen adalah simbol.

Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani ”sym-ballein” yang berarti

melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide

(Hartoko dan Rahmanto, 1998 : 133). Ada pula yang menyebutkan symbolos,

yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang

(Herusatoto, 2000 : 10).

12

Universitas Sumatera Utara


Semua simbol melibatkan tiga unsur: simbol itu sendiri, satu rujukan atau

lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan

dasar bagi semua makna simbolik.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976)

disebutkan, “Simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan,

lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung

maksud tertentu. Misalnya, warna putih melambangkan kesucian, padi lambang

kemakmuran”.

Dengan demikian, dalam konsep Peirce simbol diartikan sebagai tanda yang

mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol

sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya

konvensional. Berdasarkan konvensi itu pula masyarakat pemakainya

menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan

menafsirkan maknanya.

Mempelajari ornamen tradisional Simalungun, merupakan satu hal yang

menarik karena diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti alam,

manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang mereka dapat dari hasil buah

pikirannya.

Seniman pencipta ornamen, baik dahulu maupun sekarang, menyadari bahwa

di balik nilai-nilai keindahan masih terdapat nilai-nilai rohaniah lain yang

mempunyai arti kekuatan batin. Hal ini berhubungan dengan makna dari

ornamen yang akan dibahas pada bab pembahasan. Untuk itulah penulis memilih

13

Universitas Sumatera Utara


teori ini sebagai suatu landasan berpijak dalam meneliti bentuk, jenis, dan fungsi

dalam ornamen Simalungun.

14

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode yang bertujuan agar penelitian tersusun

secara sistematis. Metode adalah cara bertindak menurut sistem atau sistem

tertentu (Sudartono,1995 : 41). Sedangkan arti kata “penelitian” dalam kamus

besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan

penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

suatu persoalan. Jadi dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian ialah upaya

untuk menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh

kebenaran terhadap suatu objek permasalahan.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam skipsi ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subyek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. (Nawawi 1991 : 63). Dalam

metode deskriptif, penulis akan berusaha mengungkapkan dan memaparkan hasil

yang sebenarnya sesuai dengan keadaannya sekarang.

15

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Pematang Purba,

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Penduduk desa ini bermata

pencaharian petani, pedagang, dan pegawai. Penulis memilih lokasi ini karena

disana ditemui rumah adat disertai dengan ornamen yang menghiasi rumah adat

Simalungun.

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini diperoleh dari keterangan informan yang

mengerti tentang ornamen yang terdapat di dalam rumah adat Simalungun.

Kemudian penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research)

yang bertujuan untuk mencari buku-buku yang berhubungan dengan masalah

penelitian sehingga dapat mendukung penelitian ini.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat perekam (tape recorder) yang digunakan untuk mewawancarai informan

sehubungan dengan objek penelitian

2. Kamera, yang digunakan untuk mengambil foto objek

3. Alat tulis dan kertas, yang digunakan untuk mencatat segala hal yang

dianggap penting dan berhubungan dengan objek penelitian.

16

Universitas Sumatera Utara


3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode observasi langsung, yaitu dengan cara mengamati secara langsung

objek penelitian, guna merancang pengumpulan data yang diperlukan.

2. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara terhadap informan yang

dianggap dapat memberikan informasi atau data-data tentang objek yang

diteliti

3. Metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari data dari buku-

buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

3.6 Metode Analisis Data

Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga

dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak-benaran dari suatu objek.

Penganalisisan data dilakukan dengan mendeskripsikan bentuk, fungsi dan

makna ornamen rumah adat Simalungun. Data yang diperoleh dari masyarakat

sangat berpengaruh terhadap fungsi dan makna terhadap nilai-nilai budaya yang

ada pada masyarakat Simalungun pada zaman dahulu sampai sekarang.

17

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SIMALUNGUN

4.1. Masyarakat

Daerah Sumatera Utara terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi

dan pegunungan. Daerah pantai terletak sepanjang pesisir timur, barat dan

bersambung dengan dataran rendah. Dataran Karo, Toba dan Humbang

merupakan dataran tinggi, sedangkan pegunungan Bukit Barisan yang yang

membujur di tengah–tengah dari utara ke selatan merupakan daerah pegunungan.

Luas daerah Sumatera Utara sekitar 71.680 km2 dan terletak antara 1 dengan 4

lintang utara dan antara 98 dengan 100 bujur timur. Penduduk pribumi Sumatera

Utara terdiri atas suku Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Pakpak Dairi,

Mandailing dan Nias, dengan mata pencaharian sehari–hari adalah bertani.

(Saragih 2007 : 42)

Simalungun adalah kumpulan dari kerajaan Batak Timur. Dahulu

pemerintah dipegang oleh raja-raja beserta partuanon. Simalungun dinamakan

juga Batak Timur. Oleh karena letaknya adalah di sebelah Timur dari daerah

Batak lainnya. Para ahli berpendapat bahwa timbulnya nama Batak Timur ini ada

kaitannya kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti kerajaan Panei, Dolok Silau,

Silimakuta, Purba dipimpin oleh marga purba.

Purba dalam bahasa Simalungun berarti Timur yang berasal dari bahasa

sanksekerta Purwo ”Timur”.

18

Universitas Sumatera Utara


Beberapa ahli yang mengungkapkan asal mulanya nama Simalungun

diantaranya :

a. Menurut U. Hamdar Damanik Simalungun berasal dari kata Si – ma –

lungun, yaitu bertitik tolak dari pemecahan secara etimologis. Si adalah

sebagai kata penunjuk, Ma adalah awalan dan lungun sunyi atau rinduh.

b. Menurut K. Sipayung Simalungun berasal dari Siou – ma – lungun, siou

adalah daerah atau wilayah, ma adalah awal, dan lungun adalah sunyi atau

rinduh.

c. Menurut T.MS. Purba Raya Simalungun berasal dari Silaou-ma- lungun,

yakni dengan menghubungkan kerajaan Silou sebagai lanjutan dari kerajaan

Nagur dan lain-lain dengan perpindahan penduduk (mingrasi) dan wabah

penyakit sampar,

d Menurut D. Kenan Purba Simalungun Berasal dari Sima-lungun. Sima

artinya sisa, lungun artinya kesedihan. Dalam bahasa daerah Simalungun

biasa disebut sima-sima ni lungun yang akhirnya dilafazkan menjadi

”Simalungun” (TBA. Purba Tambak, 1982:12)

Jadi Simalungun secara umum berarti daerah atau wilayah yang selalu

dirindukan.

4.2. Peta Wilayah Budaya dan Marga Masyarakat Simalungun

Meneliti peta Sumatra Utara dibagian utara sebelah timur dari bukit

Barisan. Di kaki pengunungan Simanuk-manuk.terbentanglah suatu dataran yang

19

Universitas Sumatera Utara


menghijau sepanjang jauh mata memandang. Dipisah tepi pantai lautan yang

berkilau-kilau, dijepit gunung melintang disisi upuk barat dari pengunungan

Simanuk-manuk yang menghijau, sejak abad XV sampai abad XX situasi yang

mendatar itu, menyusut seluas kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan

beberapa kabupaten : Deli Serdang, Asahan, Tapanuli (Toba Samosir) termasuk

pulau Samosir (Laut Tawar Danau Toba) dan Karo.

Situasi sebelum abad XV dari cukilan sejaran yang termasuk wilayah

Simalungun meliputi daerah Bah Sihilang (Besitang), perbatasan Aceh dengan

daerah Langkat (Pantai Pulau Sumatra sebelah Timur) sampai sungai Siak seri

Indragiri daerah Bengkalis.

Berdasarkan marga sejak suku simalungun berkembang di daerah

kediamnya di wilaya Simalungun, dapat diketahui dari berita misalnya legenda

yang dirangkaikan pada susunan masyarakat. Unsur yang mengaturnya disebut

partongah (menengai segalah kepentingan masyarakat) yang biasa dijabat oleh

parbapaan yaitu yang tertua. Dan ini disingkat dengan gelar partuanon

(bangsawan) yang keturunanya berhak memekai gelar ”tuan” dibelakang nama.

Gelaran tuan pertanda kedudukannya lebih tinggi dari anggota masyarakat

lainya dalam rangka susunan masyakat Simalungun. Peredikat tuan bukan karena

kaya atau bukan karna terpandang/ berrwibawah dalam masyarakat. Hal ini

memang diwariskan kepada anak laki-laki atau adiknya yang dinilai cukup

mampu. Pemilikan gelar tuan bukan berdasarkan marga tetapi disebabkan gelar

keturunan bangsawan dan kedudukannya dalam masyarakat sebagai pemerintah

20

Universitas Sumatera Utara


atau penguasa adat. Dibawah ini terbagi gelaran tuan berdasarkan marganya :

yaitu :

1. Gelaran tuan dari marga damanik berasal dari keturunan marga damanik

baribah atau damanik parbapa yang meliputi daerah pematang siantar marihat,

pematang sipolha, pematang bandar, parbapaan bangun, parbapaan dolok

malela, pematang sidamanik dan sebagainya.

2. Gelaran tuan dari marga sinaga yang berasal dari keturunan raja tanah jawa,

bosar maligas, keturunan parbapaan diwilayah kerajaan tanah jawa seperti

tuan girsang sipangan bolon, tuan parapat, tuan sibaganding dan sebagainya.

3. Gelaran tuan dari marga Poerba yang berasal dari keturunan Raja Dolog

Silou, Partuanon Silou Kahean dan keturunan Parbapaan. Keturunan kerajaan

Panei, Partuanon Dolog batu Nanggar dan keturunan Parbapaan dalam

kerajaan Panei (marga Purba Suha). Keturunan Tuan Poerba (marga Purba

Pakpak). Keturunan Tuan Silimakuta (marga Girsang) dan sebagainya.

4. Gelaran tuan dari marga Saragih yang berasal dari keturunan Kerajaan Raya,

Tuan Raya Kahean, dan keturunan Parbapaan yang meliputi: Parbapaan Raya

Tongah, Raya Bayu, Raya Usang, Silou Buttu, Bulu Raya, Huta Dolog,

Manak Raya, Sorba Dolog Raya, dan lain-lain.

Demikianlah pembagian gelar Tuan dalam peradaban suku Simalungun yang

telah berlaku sejak diketahui semula dalam pertumbuhan masyarakatnya.

21

Universitas Sumatera Utara


4.3. Sejarah Terbentuknya Desa Purba

Kerajaan poerba sebelum tahun 1906 adalah partuanon termasuk kerajaan

Dolog Silou. Tuan Poerba adalah keturunan marga Poerba, menurut legenda

datang dari pakpak Dairi sebagai pengembara. Dalam suatu pristiwa asik

memburu seekor burung bernama “Tuntung Batu” sebesar burung Rajawali,

akhirnya tiba di suatu bukit daerah berhutan kemudian dikenal negeri Poerba

sesuai nama marga pengembara menjadi raja di wilayah Poerba.

Demikian generasi penerus dari pengembara, hasil perkawinan, dengan

putri juta penjelmaan seekor burung, keturunannya menyebut marga Poerba

Pakpak.

Dalam legenda tidak jelas bahwa si pengembara oarang Pakpak, tetapi

disebut datangnya dari Negeri Pakpak Dairi. Kalau si pengembara yang menjadi

Raja di Negeri Poerba, kegemarannya termasuk Marultop (Sumpit) adalah suatu

legenda umum bagi marga Poerba. Dimana ada marga Poerba tidak terpisah dari

Ultop. Dalam paduan legend Maroltop berarti marga Poerba Dari Raja Dolog

Silou adalah satu keturunan dengan marga Poerba di negeri poerba. Ditinjau dari

sudut sejaran dan peradapan bahwa negeri Poerba sebelum temasuk daerah

wilayah kerajaan Dolog Silou.peradaban Simalungun memberi kepastian bahwa

setiap pejabat yang menduduki bagian-bagian wilayah yang termasuk daerah

kerajaan adalah ditempati keluarga Raja yang bergelar Tuan semarga dan satu

nenek dengan raja.

22

Universitas Sumatera Utara


Legenda lain dapat juga terjadi pada marga Poerba yang merantau ke tanah

Karo disana menjadi marga Poerba karo-karo. Berasal dari cerita lengenda anak

baru lahir dibuang di suatu hutan, disana dibesarkan seekor harimau. Setelah

dewasa lalu pergi berburuh dengan Ultop. Pada suatu waktu di suatu gua bertemu

dengan seorang bidadari, akhirnya bersatu dalam perkawinan. Tuan poerba

dalam kerajaan Poerba telah turun temurun berkuasa, dan yang terakhir tahun

1945, dengan daerah perbapaan sebagai berikut : parbapaan hinalang, parbapaan

Nagori, parbapaan Bandar Seribu, Parbapaan Siboro dan Parbapaan Poerba

Seribu. Wilayah kerajaan Purba Menurut pembagian Wilayah administratif

Pemerintahan R.I sejak tahun 1950 menjadi Kecamatan poerba di Tigarunggu.

Negeri yang menjadi wilayah marga Poerba dulu diketahui sebagai berikut:

1. Kerajaan Dolog Silou di Pematang Dolog Silou oleh Marga Poerba

Tambak.

2. Kerjaan Panei di Pematang Panei oleh Marga Poerba Suha (Sidasuha).

3. Kerajan Poerba di Pematang Poerba oleh Marga Poerba Pakpak.

4. Kerajaan Silimakuta di Nagasaribu oleh Marga Girsang (dalam tarombo

dimasukkan pada klan marga Poerba).

4.4. Ornamen Rumah Adat Simalungun

Rumah adat Simalungun merupakan bangunan tradisional yang ditandai

ornamen yang keseluruhan ornamen memiliki hal – hal yang berhubungan

dengan lambang yang bermakna adat istiadat. Dalam pembuatan ornamen rumah

adat Simalungun akan melewati berbagai proses perencanaan yang matang dan

23
Universitas Sumatera Utara
tidak terlepas dari adat istiadat yang telah ditetapkan sebagai sumber hukum yang

berlaku di tengah – tengah masyarakat, melalui sidang adat raja, yang kemudian

dikirim kepada ahli kesenian .

Setiap lembar papan yang dihiasi ornamen pada masyarakat Simalungun

ada yang bermakna keindahan, kekeluargaan dan yang mengandung unsur mistik

untuk menjaga pemilik rumah dan sebagai pengerat sistim kekeluargaan pada

masyarakat Simalungun. Ornamen yang diteliti pada skripsi ini adalah ornamen

yang terdapat pada Rumah adat Simalungun.

4.4.1 Ornamen Suleppat (Suleppat)

a.Bentuk

Ornamen Suleppat berbentuk Siku tangan Saling berkaitan yang bagian

tengahnya berbentuk bunga persegi empat yang memiliki warna hitam, putih, dan

merah. Merupakan kekuatan untuk menjaga kelangsungan hidupnya di alam dari

24
Universitas Sumatera Utara
segala macam gangguan yang di timbulkan oleh alam. Hal tersebutlah yang

melatarbelakangi masyarakat Simalungun membentuk ornamen suleppat yang

mereka percaya dapat melindungi dari segala niat jahat yang berusaha

mengganggu ketentraman pemilik rumah. Diletakan Pada “landasan dinding”

(sambahou) rumah bolon, rumah adat, pada tullak (alat tenun) dan lain-lain.

b.Fungsi

Ornamen ini berfungsi untuk menolak segala niat jahat orang yang

berusaha untuk mengganggu ketentraman penghuni rumah adat Simalungun dan

memberikan kesan keindahan. Penolakan berarti menepis segala hal-hal yang

tidak baik karena masyarakat Simalungun pada zaman dahulu masih percaya

akan adanya roh-roh jahat yang hendak mengganggu ketentraman penghuni

rumah adat Simalungun. sehingga mereka mempercayai ornamen suleppat dapat

dijadikan penangkal untuk menggagalkan segala niat jahat orang tersebut.

Ornamen ini terletak pada “landasan dinding” (sambahou) rumah bolon, rumah

adat Simalungun pada tullak (alat tenun) dan lain-lain.

c.Makna

Makna ornamen suleppat dalam masyarakat Simalungun berupa persatuan

menengakkan kekuatan bangsa dan mempersatu tali persaudaran penghuni rumah

adat Simalungun. Ornamen suleppat akan menjaga keamanan dari setiap anggota

25

Universitas Sumatera Utara


keluarga dari segala niat jahat orang. Niat jahat tersebut bentuknya tidak terlihat

karena dibuat untuk menghancurkan dan membinasakan orang yang ada dalam

rumah adat. Roh-roh jahat tersebut dikirim dengan bantuan dukun yang berusaha

untuk merusak keharmonisan para anggota keluarga yang tinggal dalam rumah

adat.

Niat jahat yang dikirim orang tersebut akan menjadikan pertengkaran

antara satu keluarga dengan keluarga lainnya yang tinggal di rumah adat. Jadi

kekuatan jahat yang dikirim yang melalui dukun tersebut juga dapat

membinasakan orang penghuni rumah adat. Sehinga di percaya ornamen

suleppat dapat menghancurkan niat jahat tersebut dan menjaga ketentraman

anggota keluarga yang ada dalam rumah adat. Ornamen suleppat dipercaya dapat

menghalau dan menggelincirkan segala niat jahat orang tersebut sehingga

ketentraman rumah akan terjaga.

26

Universitas Sumatera Utara


4.4.2 Ornamen Hambing Mardugu (Kambing Berlaga)

a.Bentuk

Ornamen ini bermotif tanduk dan gigi yang merupakan tiruan kambing

berlaga. Terjemahan secara bebas ornamen ini adalah kambing berlaga Tanduk

yang gigih beradu. Bahan dasar ornamen ini adalah kayu yang tehnik

pembuatannya diukir dan dipahat sesuai kambing berlaga yang menjaga

kerhamonisan keluarga serta penghuni rumah adat Simalungun. Di letak diatas

“sambahou” dari rumah bolon.(cipta-kelam).

b.Fungsi

Ornamen hambing mardugu berfungsi sebagai makna keindahan itu

terlihat pada Ornamen Hambing Mardugu yang memberikan kesan keindahan.

Ornamen ini berfungsi sebagai hiasan yang memperindah rumah adat

Simalungun. Ornamen hambing mardugu tidak mengandung unsur mistik akan

tetapi hanya merupakan sebagai keindahan dan doa masyarakat Simalungun pada

penciptanya.

c.Makna

27
Universitas Sumatera Utara
Makna yang terdapat pada ornamen hambing mardugu keberanihan

menghadapi tantangan. Selain itu ornamen ini juga mempunyai makna keindahan

yang memberikan kesan indah pada “sambahou” dari rumah bolon.

4.4.3 Ornamen Gatip-Gatip (Kepala Ular Gatip)

a. Bentuk

Ornamen gatip-gatip ini bermotif tiruan dari ular ”gatip”, akan tetapi

ornamen ini menyerupai kepala ular “gatip” berbisa. Oranamen ini merupakan

gambaran kepala ular gatip yang saling berjejeran yang memiliki warna hitam,

merah dan putih. Terjemahan secara bebas ornamen ini adalah yang berkaitan

dengan kepala ular ”gatip” atau rangkaian kepala ular ”gatip” yang saling

berjejeran yang berarti cepat mendapatkan perubahan rezeki. Biasanya ornamen

28
Universitas Sumatera Utara
gatip-gatip diletakkan sebagai hiasan pada kain ”ragi panie”, bulang-bulang atau

tudung wanita masyarakat Simalungun dan tiang beranda.

b.Fungsi

Berfungsi sebagai pertanda perubahan cepat tentang rezeki (jadi lebih baik atau

tidak), memperoleh yang baik dalam masyarakat Simalungun yang berhubungan

dengan kepercayaan mereka bahwa hal-hal yang baik yang tidak melanggar

norma yang harus dipegang dan tidak merugikan banyak orang.

c.Makna

Makna yang terdapat pada ornamen gatip-gatip ialah makna perjumpaan

dengan ular “gatip” pertanda perubahan cepat tentang rejeki (jadi lebih baik atau

tidak). Perubahan cepat tentang rezeki (jadi lebih baik atau tidak) tersebut dapat

menghasilkan suatu kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Simalungun

apabila mereka tidak melanggar norma yang berlaku. Sesuai dengan kepercayaan

mereka terhadap makna ornamen gatip-gatip.

4.4.4 Ornamen Pahu-Pahu Patundal (Pakis Saling Bersandar )

29

Universitas Sumatera Utara


a.Bentuk

Ornamen pahu-pahu patundal bermotif tumbuh-tumbuhan yang

merupakan tiruan dari tumbuhan pakis akan tetapi ornamen ini menyerupai

pucuk-pucuk pakis pada bagian atas yang saling bersandar dan berlainan arah.

Dalam arti yang luas ornamen ini adalah pucuk-pucuk pakis yang berangkaian,

tersusun secara teratur yang menunjukkan kekompakan kesegala arah, untuk

tujuan bersama. Ornamen tersebut di pahat dari bahan kayu sebagai hiasan pada

kain penggendong, buluh ukiran, tiang beranda dan lesplang atas.

b.Fungsi

Ornamen pahu-pahu patundal diletakkan pada hiasan kain penggendong,

buluh ukiran, tiang beranda dan lesplang atas yang berfungsi menunjukkan

kemurah hati masyarakat Simalungun dalam melakukan kegiatan mereka sehari-

hari. Untuk kekompakan dalam tujuan bersama serta sebagai ventilasi udara yang

memberikan kesegaran pada rumah adat masyarakat Simalungun karena ornamen

ini di tempatkan di bagian depan yang berbentuk pucuk-pucuk pakis dari rumah

adat Simalungun.

c.Makna

Ornamen pahu-pahu patundal merupakan gambaran pucuk-pucuk pakis

yang bersandar dan berlainan arah. Ornamen pahu-pahu patundal ini mempunyai

30

Universitas Sumatera Utara


makna sebagai kekompakan yang saling menguatkan dalam hidup bermasyarakat

dari orang-orang yang ingin berniat jahat dan mengganggu ketentraman penghuni

rumah bolon atau rumah adat Simalungun. Makna ini di tunjukkan pada pucuk-

pucuk pakis tersebut untuk tujuan bersama.

4.4.5 Ornamen Jombut Uwou (Jambul Merak)

a.Bentuk

Ornamen ini bermotif gambar jambul merak yang merupakan tiruan dari

jambul burung merak yang indah, anggun dan agung. Ornamen ini berwarna

merah dan putih yang mendominasi dan warna hitam sebagai warna dasarnya.

Adapun ornamen ini bermotif jambul merak agar saling menghargai dan

menghormati untuk menciptakan kerukunan dalam masyarakat Simalungun.

31

Universitas Sumatera Utara


Hal tersebutlah yang melatarbelakangi masyarakat Simalungun

membentuk ornamen Jombut Uwou (Jambul Merak) yang mereka percaya dapat

menggelincirkan segala niat jahat yang berusaha mengganggu ketentraman

pemilik rumah. Bahan dasar ornamen ini adalah kayu yang tehnik pembuatannya

di ukir dan dibuat berbentuk jambul merak.

b.Fungsi

Ornamen ini berfungsi sebagai penolakan niat jahat bagi orang yang

hendak mengganggu keutuhan permasuri dan ketentraman keluarga, dan

memberikan kesan keindahan dalam rumah adat Simalungun. Penolakan berati

menepis segala hal-hal yang tidak baik karena masyarakat Simalungun pada

zaman dahulu percaya akan adanya roh-roh jahat yang hendak menggangu

kentraman penghuni rumah adat Simalungun, sehingga mereka percaya ornamen

Jombut Uwou (Jambul Merak) dapat dijadikan penangkal untuk menggagalakan

segala niat jahat terhadap penghuni rumah adat. Ornamen ini juga

memperlihatkan tugas dari masing-masing kepala keluarga yang ada dalam

rumah adat. Terdapat dalam rumah bolon antara “lopou” dengan “rumah”.

32

Universitas Sumatera Utara


c.Makna

Ornamen ini merupakan gambaran jambul merak. Ornamen ini

mempunyai makna yang tidak jauh dari fungsinya yaitu makna penolak niat jahat

dan keindahan serta berupa keamanan dalam rumah adat Simalungun. Ornamen

Jombut Uwou (Jambul Merak) akan menjaga keamanan dari setiap anggota

keluarga dari segala niat jahat orang. Niat jahat tersebut bentuknya tidak terlihat

karena dibuat untuk menghancurkan dan membinasakan orang yang ada dalam

rumah adat. Roh-roh jahat tersebut dikirim dengan bantuan dukun yang berusaha

untuk merusak keharmonisan para anggota keluarga yang tinggal dalam rumah

adat.

Agar setiap penghuni rumah bolon masyarakat Simalungun saling

menghargai yang patut dihargai dan dihormati.

33

Universitas Sumatera Utara


4.4.6 Ornamen Tapak Raja Suleman (Tapak Raja Suleiman)

a.Bentuk

Ornamen ini bermotif geometris yang berupa Garis Saling melingkar tak

dapat Diketahui yang mana ujung pangkalnya. Nama ornamen ini merupakan

nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti mahluk jahat mulai yang kecil

sampai yang besar. Ornamen ini terdapat pada pada ruas bambu rumah adat yang

menggambarkan posisi masing-masing ruang dalam rumah adat Simalungun.

Ornamen ini juga menandakan kepercayaan masyarakat bahwa raja Suleman

merupakan raja yang ditakuti oleh roh-roh jahat. Diukir pada ruas bambu untuk

penjaga rumah atau pekarangan / ladang ( keterangan dari orang-orang tua turun

temurun, gambar ini diperdapat dari kitab suci taurat).

c.Fungsi

Tapak Raja Suleiman ini dalam masyarakat Simalungun diukir pada

punggung senduk-nasi (dari bambu). Makan yang disenduk dengan ini, hilang zat

34

Universitas Sumatera Utara


racun jika ada.(keterangan dari orang-orang tua temurun, gambar ini

diperdapatkan dari kitab suci taurat) yang berfungsi sebagai

1. Penolakan niat jahat orang, Ornamen Tapak Raja Suleiman akan menolang

mereka untuk menghancurkan niat jahat orang yang datang secara nyata

maupun tidak nyata dalam masyarakat Simalungun. Mereka percaya bahwa

Tapak Raja Suleiman sebagai penolong mereka untuk menghadapi roh-roh

jahat yang ada di udara.

2. Ornamen Tapak Raja Suleiman juga menunjukkan status yang berbeda dalam

masyarakat Simalungun, sebagai status raja atau golongan bangsa tanah yang

sangat berperan dalam acara adat, akan tetapi saling menghargai dan

menyanyangi dengan golongan rakyat biasa yang dalam masyarakat

Simalungun.

b.Makna

Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan dan

makna kekuatan.

1. Makna Kekeluargaan

Makna Kekeluargaan terlihat pada ornamen tapak raja Suleiman yang

menunujukkan status dari keluarga raja Atau bangsa tanah yang menyayangi

golongan rakyat biasa dalam masyarkat Simalungun.

2. Makna Kekuatan

35
Universitas Sumatera Utara
Tapak raja suleiman merupakan kekuatan pada masyarakat Simalungun yang

dipercayai bahwa tapak raja Suleman akan menjaga pemilik rumah dari

segala niat buruk orang dan yang menunjukkan status raja sebagai orang yang

lebih tinggi kedudukannya dan yang dihormati dalam masyarakat

Simalungun. Serta membingungkan menyesatkan pendatang yang bermaksud

jahat.

4.4.7 Ornamen Bohi Bohi (Wajah-Wajah)

a.Bentuk

Ornamen ini bermotif profil wajah manusia. Akan tetapi ornamen ini

dibuat menyerupai gambar wajah manusia. Yang menandakan bahwa masyarakat

Simalungun memiliki wajah yang sangat ramah, selalu waspada dan hormat

terhadap lingkungan sekitarnya. Terjemahan secara bebas ornamen ini adalah

profil wajah manusia yang berarti pagar rumah yang berfungsi melindungi

36

Universitas Sumatera Utara


penghuni rumah bolon/rumah adat masyarakat Simalungun. Bahan dasar

ornamen ini adalah kayu yang teknik pembuatannya diukir, serta di tempatkan

pada ujung “sambahou” (kedepan dan kebelakang) dirumah adat Simalungun.

b.Fungsi

Ornamen ini merupakan pagar rumah yang berfungsi menjaga pemilik

rumah dari orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman dari pemilik

rumah. Mereka percaya bahwa kekuatan jahat yang ada di sekitar mereka dapat

merusak keharmonisan yang ada dalam rumah adat. Untuk menghalau kekuatan

jahat itu mereka percaya bahwa Bohi Bohi (Wajah-Wajah) sebagai penolak

kekuatan jahat.

Pelindung yang melindungi seisi penghuni rumah adat dan masyarakat

Simalungun agar terhindar dari perbuatan jahat orang lain yang memiliki niat

yang akan mengganggu ketentraman orang yang ada dalam rumah adat.

c.Makna

Makna yang terdapat pada ornamen bohi bohi ialah makna kekeluargaan

serta makna kekuatan itu terlihat dari hubungan antar masyarakat Simalungun

dengan masyarakat lain. Dimana masyarakat Simalungun mempunyai wajah

ramah, pandangan waspada dan hormat terhadap lingkunganya. Masyarakat

Simalungun memiliki keyakinan ornamen Bohi bohi ini akan menjaga setiap

anggota keluarga dan masyarakat Simalungun dari niat jahat. Yang menandakan

37

Universitas Sumatera Utara


ornamen bohi bohi sebagai pagar rumah yang melindungi orang yang ada dalam

rumah adat.

4.4.8 Ornamen Boraspati (cicak )

a.Bentuk

Bentuk ornamen yang terdapat pada gambar ini bila di perhatikan secara

seksama akan hampir mirip dengan rupa hewan yang menyerupai gambar cicak.

Ornamen ini dalam masyarakat Simalungun diartikan sebagai lambang untuk

kerukunan.

Ornamen Boraspati (cicak) yang biasa hidup dirumah yang diartikan

sebagai lambang melindungi penghuni rumah adat Simalungun dari gangguan

niat jahat seseorang terhadap masyarakat Simalungun. Ornamen ini juga

memperindah tiap dinding rumah adat Simalungun serta di tempatkan Pada

dinding rumah sebelah luar.

38

Universitas Sumatera Utara


b.Fungsi

Ornamen Boraspati (cicak) ini dalam masyarakat Simalungun diletakan

pada dinding rumah / sebelah luar rumah adat Simalungun yang berfungsi

sebagai :

1. Tolak Bala

Tolak bala merupakan penolakan masyarakat Simalungun terhadap segala

bahaya yang datangnya dari roh-roh jahat di udara yang dapat mengganggu

ketentraman orang yang berada dalam rumah adat.

Didalam rumah adat Simalungun terdiri dari tiga belas rumah tangga yang

semuanya diikat oleh rasa kesatuan yang merasa senasib sepenanggungan,

sehingga untuk menghindari hal-hal yang merusak keharmonisan yang

datangnya dari luar mereka percaya bahwa ornamen boraspati (cicak) akan

menjaga mereka.

2. Pagar Rumah

Ornamen ini merupakan pagar rumah yang berfungsi menjaga pemilik rumah

dari orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman dari pemilik rumah

adat Simalungun. Mereka percaya bahwa kekuatan jahat yang ada di sekitar

mereka dapat merusak keharmonisan yang ada dalam rumah adat Simalungun

untuk menghalau kekuatan jahat itu.

Mereka percaya bahwa ornamen boraspati sebagai penolak kekuatan jahat

atau pelindung yang melindungi seisi rumah orang tersebut agar terhindar

39

Universitas Sumatera Utara


dari perbuatan jahat orang lain yang memiliki niat yang akan mengganggu

ketentraman orang yang ada dalam rumah adat.

c.Makna

Makna dalam ornamen boraspati ini tidak jauh dari fungsinya yaitu

sebagai makna kekuatan dan kepercayaan

1. Makna kekuatan ini ditunjukkan pada saat pembangunan rumah yang tidak

memakai paku sebagai bahan dalam bangunan akan tetapi mempergunakan

boraspati sebagai paku yang merupakan tali yang mengikat setiap lembar

papan yang ada dalam rumah adat. Masyarakat Simalungun memiliki

keyakinan boraspati lebih kuat untuk menjaga ketahanan rumah dari

gangguan alam seperti gempa, karena setiap lembar yang di ikat oleh pengret-

ret lebih kuat dan lebih tahan lama.

b. Makna Kepercayaan dimana mereka percaya bahwa ornamen boraspati

memberikan perlindungan yang menolak segala niat jahat orang dan sebagai

pagar rumah yang melindungi orang yang ada dalam rumah.

40

Universitas Sumatera Utara


4.4.9 Ornamen Bindu Matoguh (Bindu Matoguh)

a.Bentuk

Bentuk ornamen Bindu Matoguh terdiri dari dua segi empat yang saling

bertimpaan jadi delapan penjuru yang melambangkan pertahanan dari seluruh

arah penjuru. Penyingkiran yang tidak baik itu merupakan kekuatan ornamen

Bindu Matoguh untuk menjaga lingkungan dan manusia dari roh-roh alam

semesta yang ditimbulkan oleh manusia sendiri ataupun alam yang berusaha

mengganggu dan merusak ketentraman desa dan pemilik rumah adat

Simalungun.

Ornamen ini bermotif geometris. Bahan dasar ornamen ini adalah kayu

yang tehnik pembuatannya di ukir dan dibuat saling bertimpaan membentuk dua

segi empat bersusun jadi delapan penjuru.

b.Fungsi

Ornamen ini memiliki fungsi sebagai penyingkir yang tidak baik dalam

masyarakat Simalungun yang memiliki arti apabila seorang tamu hendak

41

Universitas Sumatera Utara


memasuki kampung atau rumah. Ada anggapan masyarakat bahwa tidak semua

orang mempunyai sifat baik apalagi kalau ada orang asing yang datang ke

kampung atau ke rumah,.maka ornamen Bindu Matoguh ini juga berfungsi untuk

menjaga pemilik rumah atau orang kampung yang sedang berburu kehutan.

Apabila penghuni kampung di hutan memiliki ketakutan, akibat adanya

gangguan dari binatang buas seperti ular, harimau dan hewan-hewan liar yang

berusaha mengganggu dan mengancam jiwa mereka, maka ornamen ini

dipercayai, maka hal-hal buruk tidak akan terjadi.

c.Makan :

Pertahanan kesegalah arah penjuru. Makna yang terdapat pada ornamen

ini adalah makna kekuatan dan makna kepercayaan

1. Makna Kekuatan

Ornamen Bindu Matoguh mempunyai kekuatan untuk menjaga orang

kampung dari niat jahat orang ketika mereka kedatangan tamu dari luar

desa yang tidak dikenal.

Masyarakat Simalungun menganggap setiap orang yang tidak dikenal

belum tentu mempunyai niat baik maka ornamen bindu matoguh akan

memiliki kekuatan untuk menjaga orang kampung dan pemilik rumah dari

segala ancaman dan gangguan yang datangnya terlihat maupun tidak

terlihat. Gangguan yang terlihat seperti merusak hubungan persaudaraan

masyarakat yang menghuni kampung dan gangguan yang tidak terlihat

berupa gangguan yang dikirim lewat udara dengan bantuan dukun.

42

Universitas Sumatera Utara


2. Makna kepercayaan

Makna Kepercayaan terlihat dari kepercayaan masyarakat Simalungun pada

ornamen bindu matoguh, ornamen ini juga dipercaya akan memperkuat roh

orang yang akan berburu kehutan ketika mereka berjumpa dengan hewan

binatang buas di hutan dengan melukisan ornamen ini di tanah dan

memijaknya dengan kaki kanan.

4.4.10 Ornamen Ipon-ipon (Gigi-gigi)

a.Bentuk

Ornamen Ipon-ipon ini bermotif gigi dengan warna dasar hitam, putih dan

merah ini mempunyai bentuk seperti gigi yang teratur. Pembuatan ornamen ini

dengan cara diukir dan dipahat dengan cara melihat bentuk gigi yang kuat dan

tersusun rapi. Motif yang ada pada ornamen ini menyerupai bentuk gigi yang

teratur. Kesan rapi dan teratur itulah yang melatar belakangi pembuatan ornamen

Ipon-ipon sebagai pemisah antar dua bentuk ukiran atau hiasan pinggiran.

Ornamen ini merupakan gambar gigi yang tersusun rapi yang bahan dasar

43
Universitas Sumatera Utara
ornamen ini adalah kayu yang teknik pembuatanya di ukir dan dipahat sesuai

gambar gigi yang tersusun rapi. Warna dasar ornamen diambil dari warna gigi

yang putih yang berati kejujuran setiap masyarakat Simalungunn yang menjaga

keharmonisan setiap penghuni rumah adat Simalungun.

b.Fungsi

Ornamen Ipon-ipon (Gigi-gigi) merupakan gambar gigi yang berupa

kejujuran setiap masyarakat Simalungun yang berfungsi menunjukan hubungan

setiap masyarakat Simalungun terhadap penghuni rumah adat dan masyarakat

Simalungun. Dan sebagai penolak segala bala yang ada pada masyarakat

Simalungun yang mengganggu ketentraman rumah dan memberikan kesan

keindahan pada pemisah antara dua bentuk ukiran atau hiasan pinggiran.

c.Makna

Makna yang terdapat pada ornamen ini tidak jauh dari fungsinya yaitu

sebagai makna keindahan dan kekeluargaan serta ramah dan hormat pada semua

orang. Makna keindahan pada ornamen ini terlihat pada keindahan susunan gigi

yang teratur dan rapi, serta kebersamaan atau kekompakan yang ditonjolkan oleh

masyarakat Simalungun. Unsur mistik dalam ornamen ini tidak ada, akan tetapi

masyarakat Simalungun percaya bahwa ornamen Ipon-ipon (Gigi-gigi) akan

menjaga setiap penghuni rumah adat dari niat jahat seseorang. Makna keindahan

yang memberikan kesan indah pada pemisah antara dua bentuk ukiran atau

hiasan pinggir.

44

Universitas Sumatera Utara


4.4.11 Ornamen Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili)

a.Bentuk

Ornamen ini berbentuk tumbuh-tumbuhan yang sedang mekar yang

menunjukkan keindahan seperti bunga “Hambili” yang dapat dijadikan benang.

Motif tumbuhan yang ada pada ornamen ini menyerupai tumbuhan bunga

hambili. Kesan cantik dan indah itulah yang melatar belakangi pembuatan

ornamen bunga hambili. Cara pembuatanya di ukir dan di pahat yang di

tempatkan pada ujung tiang, pinggir ukiran-ukiran lain.

b.Fungsi

Ornamen Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili) Berfungsi sebagai makna

keindahan itu terlihat pada ornamen pinar bunga hambili yang memberikan

kesan keindahan dan menolang mereka untuk menghancurkan niat jahat orang

yang datang secara nyata maupun tidak nyata dalam masyarakat Simalungun.

c.Makna

45
Universitas Sumatera Utara
Ornamen bunga “Hambili” diletakkan pada ujung tiang, pinggir ukiran-

ukiran lain rumah adat Simalungun yang bermakna sebagai keindahan yang

memperindah rumah adat Simalungun serta menghemat bahan-bahan yang

diperlukan dalam kehidupan.

4.4.12 Ornamen Porkis Marodor ( Semut Beriring)

a.Bentuk

Ornamen ini dibentuk pada pinggir tabung, pinggir ukiran-ukiran lain

rumah adat Simalungun. Tehnik pembuatan ornamen ini dengan cara di ukir dan

dipahat. Pembuatan ornamen ini dilakukan dengan melihat semut yang saling

beriringan yang ada di alam sekitar sehingga ornamen ini menyerupai hewan

semut yang saling bekerja sama

Ornamen ini pembuatannya tidak mengandung unsur mistik, sehingga

ornamen ini hanya merupakan keindahan bagi masyarakat Simalungun. Semut

yang teratur, rajin, tabah bertugas beriringan (bekerja sama) yang harus dijadikan

46

Universitas Sumatera Utara


contoh dan ditiru oleh masyarakat Simalungun. Diletakkan pada pinggir tabung,

pinggir ukiran-ukiran lain.

b.Fungsi

Ornamen Porkis Marodor ( Semut Beriring) berfungsi sebagai penolak segala

bala yang ada pada masyarakat Simalungun yang mengganggu ketentraman

rumah. Setiap bahaya datangnya tidak disangka-sangka maka setiap anggota

keluarga yang berada dalam rumah adat akan mempunyai tugas yang sama untuk

saling menjaga anggota keluarga. Ornamen ini juga memperlihatkan tugas dari

masing-masing dari setiap anggota keluarga yang ada dalam rumah adat.

Kerajinan dan ketabahan hati masyarakat Simalungun tersebut bisa terlihat

dari sikap kerja keras mereka pada pertanian dan sikap gotong-royong mereka

saat akan mendapatkan hasil pertanian yang mau berbagi dengan orang lain.

c.Makna

Makna ornamen porkis marodor yang merupakan tiruan dari hewan semut

yang saling beriringan, teratur, rajin dan tabah bertugas (bekerja sama) yang

layak dicontoh dan ditiru oleh masyarakat Simalungun karena kerajinan dan

ketabahan semut baik dijadikan contoh. Serta nasehat agar selalu waspada dan

dapat terhindar dari segalah maslah agar supaya jangan terkicuh.

47

Universitas Sumatera Utara


4.4.13 Ornamen Bodat Marsihutuhan ( Beruk saling berkutu)

a.Bentuk

Ornamen ini dibentuk dari beruk, motif ornamen ini diambil dari gambar

hewan. Hewan ini berupa beruk yang berbaris mencari kutu. Ornamen ini

dibentuk pada lesplanghalipkip di rumah adat. Teknik pembuatan ornamen ini

dengan cara diukir dan dipahat. Pembuatan ornamen ini dilakukan dengan

melihat hewan-hewan yang ada di alam sekitar sehingga ornamen ini menyerupai

beruk saling berkutu. Ornamen ini pembuatannya tidak mengandung unsur

mistik, sehingga ornamen ini hanya merupakan keindahan bagi masyarakat

Simalungun.

b.Fungsi

Ornamen Bodat Marsihutuhan ( Beruk saling berkutu) berfungsi Untuk

menolak segala niat jahat orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman

satu keluarga yang memiliki konflik dan memberikan kesan keindahan pada

lesplanghalipkip di rumah adat sepanjang rumah adat Simalungun.

48

Universitas Sumatera Utara


c.Makna

Ornamen bodat marsihutuhan (Beruk saling berkutu) yang merupakan

tiruan dari hewan beruk yang saling berkutu memberikan makna keindahan pada

masyarakat Simalungun. Manusia harus kerja saling meringankan beban,

Menghindarkan kericuan, memelihara ketertiban. Makna yang mengandung

mistik pada ornamen ini tidak ada, karena ornamen ini dibentuk dengan melihat

keindahan alam sekitar. Keindahan akan hewan alam sekitar yang merupakan

beruk tersebut yang saling berkutu yang sangat indah yang terdapat pada

lesplanghalipkip di rumah adat Simalungun.

4.4.14 Ornamen Andorni Tabu Mangganupi Desa (Pucuk semangka)

a.Bentuk

Ornamen ini berbentuk pucuk semangka subur kesemua arah. Bahan dasar

ornamen ini adalah papan yang di ukir dan dipahat membentuk pucuk semangka.

Bentuk yang melatar belakangi pembuatan pada ornamen ini di latar belakangi

oleh masyarakat Simalungun. yang melihat bunga semangka yang menyebar

49
Universitas Sumatera Utara
kesemua arah menunjukkan kemampuan masyarakat Simalungun untuk berbaur

dan beradaptasi demi semua usaha untuk kepentingan bangsa dan negara.

b.Fungsi

Ornamen Andorni Tabu Mangganupi Desa (pucuk semangka) berfungsi

sebagai hiasan yang memperindahan. Keindahan itu terlihat pada ornamen

andorni tabu mangganupi desa yang memberikan kesan keindahan pada tabung-

tabung buluh, tullak (alat tenun), kotak-kotak perhiasan yang terdapat di dalam

rumah adat Simalungun.

c.Makna

Makna yang terdapat pada ornamen ini ialah makna kekeluargaan

kesatuan menyesuaikan diri dengan semua usaha kepentingan bangsa dan negara.

Serta makna keindahan itu terlihat pada ornamen andorni tabu mangganupi desa

yang memberikan kesan keindahan pada tabung-tabung bulu, tullak (alat tenun)

dan kotak-kotak perhiasan.

50
Universitas Sumatera Utara
4.4.15 Ornamen Hail Putor (Kail Putar)

a.Bentuk

Ornamen berbentuk gambar mata kail pancing dengan kaitannya.

Ornamen ini bermotif seperti mata kail pancing dengan warna dasar hitam, putih,

dan merah. Bahan dasar ornamen ini adalah papan yang tehnik pembuatannya

dengan cara di ukir yang menyerupai mata kail pancing. Ornamen ini

pembuatannya tidak mengandung unsur mistik, diletakkan pada tiang-tiang

rumah bolon rumah adat.

b.Fungsi

Ornamen hail putor ini juga berfungsi suatu gambaran tutur dalam

masyarakat Simalungun yang menunjukkan hubungan seseorang dengan yang

lain sehingga kedudukan dan statusnya lebih jelas (sapaan dalam keluarga). Doa

masyarakat Simalungun kepada penciptanya, zaman dahulu percaya pada

kekuatan gaib dan roh-roh halus sebagai suatu bentuk kekuatan yang dapat

membahagiakan dan menghancurkan.

51

Universitas Sumatera Utara


c.Makna

Ornamen hail putor yang merupakan tiruan dari mata kail pancing. Yang

mengandung makna memperluas dan mempererat semua pergaulan. Hail Putor

yang merupakan mata kail pancing memberikan kesan keindahan dan

keangungan rumah sehingga ornamen diletakkan pada tiang-tiang rumah bolon

rumah adat.

4.4.16 Ornamen Pinar Sisikni Tanggiling (Sisik Tenggiling)

a.Bentuk

Ornamen ini berbentuk dari kulit hewan yang menunjukkan kesan

keindahan. Pembuatan ornamen ini dengan cara diukir dan dipahat menyerupai

sisik kulit hewan. Motif ukiran kulit hewan ini menyerupai sisik tenggiling.

Selain menunjukkan kesan cantik dan indah dalam ukiran ornamen ini juga

mempunyai kesan kekuatan seperti sisik tenggiling yang kuat dan keras yang

melatar belakangi pembuatan ornamen pinar sisikni tanggiling.

52

Universitas Sumatera Utara


Kulit hewan yang merupakan sisik dari tenggiling yang terdapat pada

ornamen ini sangat keras dan sangat sulit untuk mendapatkannya. Akan tetapi

memberikan keindahan yang sangat indah ditengah-tengah perpaduan variasi

pinggir ukiran lain. Kesan cantik dan indah itulah yang melatar belakangi

pembuatan Ornamen pinar sisikni tanggiling.

b.Fungsi

Ornamen pinar sisikni tanggiling berfungsi mencegah segala hal-hal

buruk yang disebabkan oleh lingkungan yang dikirim melalui roh-roh jahat yang

tidak terlihat oleh mata yang berusaha untuk mengganggu ketentraman dari

masyarakat Simalungun. Ornamen pinar sisikni tanggiling akan menjaga pemilik

rumah dari segala bentuk niat jahat orang yang berusaha untuk mengganggu

ketentraman rumah.

c.Makna

Makna dalam ornamen pinar sisikni tanggiling ialah makna kekuatan dari

semua makluk yang mempunyai pertahanan diri sebagai perlindungan yang

menolak segala niat jahat orang dan sebagai pagar rumah yang melindungi orang

yang ada dalam rumah adat Simalungun.

53
Universitas Sumatera Utara
4.4.17 Ornamen pinar bunga bongbong (Bunga Bongbong)

a.Bentuk

Ornamen Pinar Bunga Bongbong berbentuk persegi empat yang bagian

tengahnya berbentuk kotak-kotak seperti wajid yang bersusun dan berjejer serta

bermotif geometris. Ornamen ini terbuat dari bambu yang dibelah dan dianyam

sedemikian rupa membentuk segi empat yang diletakkan pada anyaman tepas

atau gedek rumah adat Simalungun. Kotak-kotak tersebut terdiri dari berbagai

bentuk kotak-kotak yang dibentuk dan diwarnai dengan bahan yang berwana

hitam dan putih.

Adapun ornamen ini diambil dari gambar Bunga Bongbong. Bunga

Bongbong dalam kepercayaan masyarakat Simalungun pada zaman dahulu akan

menjaga kelangsungan hidup do alam dari segalah macam gangguan yang timbul

oleh alam itu sendiri.

54
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi masyarakat Simalungun

membentuk Ornamen pinar bunga bongbong (Bunga Bongbong) yang mereka

percaya dapat menggelincirkan segala niat jahat yang berusaha mengganggu

ketentraman penghuni rumah adat Simalungun.

b.Fungsi

Ornamen pinar bunga bongbong (Bunga Bongbong) diatas yang diletakkan

pada anyaman tepas atau gedek rumah adat Simalungun yang berfungsi yakni :

1. Penolakan kepada segala niat jahat

Penolakan berarti menepis segala hal-hal yang tidak baik karena masyarakat

Simalungun pada zaman dahulu masih percaya akan adanya roh-roh jahat

yang hendak mengganggu ketentraman rumah. Roh-roh jahat itu dikirim

melalui bantuan dukun yang gunanya untuk merusak dan membinasakan

orang yang tinggal di rumah, sehingga mereka mempercayai ornamen Pinar

Bunga Bongbong (Bunga Bongbong) dapat dijadikan penangkal untuk

menggagalkan segala niat jahat orang tersebut.

2. Sebagai ventilasi udara

Ornamen pinar bunga bongbong di letakkan pada ayaman tepas atau gedek

depan rumah adat Simalungun memiliki fungsi sebagai ventilasi udara.

Ornamen ini akan memberikan cahaya matahari karena ornamen ini

diletakkan pada ayaman tepas atau gedek rumah adat yang dibuat dengan cara

dianyam sehingga udara segar masuk melalui ornamen tersebut.

55
Universitas Sumatera Utara
c.Makna

Ornamen pinar bunga bongbong memiliki makna berupa keamanan.

Ornamen Pinar Bunga Bongbong akan menjaga keaman akan setiap anggota

keluarga dari setiap niat jahat orang untuk merusak keharmonisan para anggota

keluarga yang tinggal dalam rumah adat. yang akan menjadikan pertengkaran

antara satu keluarga dengan keluarga lainnya yang tinggal di rumah adat.

Susunan rapi penangkis terhadap yang buruk-buruk serta menghalau dan

menggelincirkan segala niat jahat orang tersebut sehingga ketentraman rumah

akan terjaga.

4.4.18 Ornamen Simarlipan-lipan ( Daun Lipanlipan)

a.Bentuk

Ornamen simarlipan-lipan bermotif geometris berbentuk Tumbuhan-

tumbuhan berdaun mirip lipan-lipan. Warna dasar ornamen ini ialah hitam dan

putih yang mana ornamen ini tumbuh juga di tanah gersang. Ornamen ini

terdapat pada bagian Pada tiang nanggar dalam rumah bolon

56

Universitas Sumatera Utara


b.Fungsi

Ornamen ini berfungsi sebagai hiasan yang memperindah rumah adat

Simalungun. Ornamen simarlipan-lipan tidak mengandung unsur mistik akan

tetapi hanya merupakan sebagai keindahan dan doa masyarakat Simalungun pada

penciptanya.

c.Makna

Makna yang terdapat pada Ornamen simarlipan-lipan ini tidak jauh dari

yaitu sebagai makna keindahan dan keamanan. Agar supaya Dimana pun berada

undang-undang tetap di patuhi. Ornamen simarlipan-lipan akan menjaga

keamanan dari setiap anggota keluarga dari segala niat jahat orang. Niat jahat

tersebut bentuknya tidak terlihat karena dibuat untuk menghancurkan dan

membinasakan orang yang ada dalam rumah adat. Roh-roh jahat tersebut dikirim

dengan bantuan dukun yang berusaha untuk merusak keharmonisan para anggota

keluarga yang tinggal dalam rumah adat. Niat jahat orang tersebut akan

menjadikan pertengkaran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya yang

tinggal di rumah adat. Kekuatan jahat tersebut juga dapat membinasakan orang

yang ada di rumah adat. Dengan datangnya penyakit yang secara tiba-tiba

sehingga sebelum terjadi hal-hal tersebut harus dicegah.

57

Universitas Sumatera Utara


4.4.19 Ornamen Pinar Paria-Paria (Gambas Paria)

a.Bentuk

Ornamen ini berbentuk tumbuh-tumbuhan seperti buah sayur Gambas

Paria yang menunjukkan keindahan. Pembuatan ornamen ini dengan cara diukir

dan dipahat dengan cara melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di alam sekitar.

Motif tumbuhan yang ada pada ornamen ini menyerupai tumbuhan gambas paria.

Mengisi antara beberapa bentuk ukiran dan memperindah keseluruhannya.

b.Fungsi

Ornamen Pinar Paria-Paria (Gambas Paria) mengisi antara beberapa

bentuk ukiran dan memperindah keseluruhannya yang berfungsi sebagai :

1. Doa masyarakat Simalungun kepada penciptanya. Masyarakat Simalungun

pada zaman dahulu percaya pada kekuatan gaib dan roh-roh halus sebagai

suatu bentuk kekuatan yang dapat membahagiakan dan menghancurkan. Oleh

karena itu kepercayaan animesme merupakan sistem religius yang mereka

anut.

58

Universitas Sumatera Utara


2. Ornamen ini berfungsi sebagai hiasan yang memperindah rumah adat

Simalungun. Ornamen pinar paria-paria tidak mengandung unsur mistik

akan tetapi hanya merupakan sebagai keindahan dan doa masyarakat

Simalungun pada penciptanya.

c.Makna

Adapun makna yang terdapat pada ornamen pinar paria-paria terlihat

pada kecermatan, kerapian membentuk keindahan. Keindahan gambas paria

tersebut menunjukkan keiklasan dan kemurnian hati masyarakat Simalungun

yang saling berbagi.

4.4.20 Ornamen Pinar Silobur Pinggan ( Daun Ramuan)

a.Bentuk

Ornamen pinar silobur pinggan berbentuk Daun Pinar Silobur Pinggan

(Daun Ramuan). Ornamen tersebut dipahat dari bahan kayu. Adapun ornamen ini

bermotif tumbuh-tumbuhan karena merupakan tiruan dari daun ramuan obat

penangkal racun. Bahan dasar pembuatan ornamen ini adalah papan yang diukir

59

Universitas Sumatera Utara


dan dipahat yang diletakan pada tiang dalam, tabung buluh, tempat alat-alat

tenun.

b.Fungsi

Ornamen pinar Silobur Pinggan berfungsi sebagai penolak yang dapat

menghancurkan niat jahat dan menjaga ketentraman anggota keluarga yang ada

dalam rumah adat. Ornamen Pinar Silobur Pinggan di percaya dapat menghalau

dan menggelincirkan segala niat jahat orang tersebut sehingga ketentraman

rumah akan terjaga.

c.Makna

Ornamen pinar Silobur Pinggan dalam masyarakat Simalungun memiliki

makna yaitu pendirian tetap, ramah dan rukun dapat membantu mengatasi

kesedihan orang lain serta manjaga keaman dari setiap anggota keluarganya dari

segala niat jahat orang. Keindahan ukiran daun ramuan tersebut menunjukkan

keiklasan dan kemurnian hati masyarakat Simalungun yang mau berbagi dengan

sesamanya.

60

Universitas Sumatera Utara


4.4.21 Ornamen Bunga SayurMatua ( Bunga Lanjut Usia)

a.Bentuk

Bentuk ornamen yang terdapat pada gambar ini bila diperhatikan secara

seksama akan hampir mirip dengan bunga raya warna merah menyala. Ornamen

ini dalam masyarakat simalungun diartikan sebagai persatuan dan kemampuan

seseorang untuk berbaur dilingkungan yang baru dimanapun dia berada.

Ornamen ini dibentuk pada “parasanding” (tempat-tempat barang-barang dalam

rumah), pada tiang dalam dan lain-lain dengan cara diukir dan dipahat.

Pembuatan ornamen ini dilakukan dengan melihat tumbuh-tumbuhan yang ada di

alam sekitar sehingga ornamen ini menyerupai bunga raya yang sedang mekar

dan bewarna merah menyala. Ornamen ini pembuatannya tidak mengandung

unsur mistik, sehingga ornamen ini hanya merupakan keindahan dan

kekompakan bagi masyarakat Simalungun

61

Universitas Sumatera Utara


b.Fungsi

Ornamen Bunga Sayurmatua diletakkan pada “parasanding” rumah adat

Simalungun yang berfungsi sebagai keindahan yang memperindah rumah adat

Simalungun. Ornamen Bunga Sayurmatua yang menunjukkan bunga raya merah

menyala yang sedang mekar menunjukkan kesan indah dan cantik.

Kesan indah itulah yang melatar belakangi pembuatan ornamen ini.

Tehnik pembuatan ornamen ini dengan cara diukir dan di pahat pada

“parasanding” rumah adat Simalungun, karena ornamen ini berfungsi

memberikan kesan indah dan cantik pada tiang dalam rumah adat Simalungun.

Bunga raya yang sedang mekar itulah yang melatar belakangi ornamen Bunga

Sayurmatua yang jika sedang mekar akan memperlihatkan keindahannya.

c.Makna

Makna yang terdapat dalam ornamen Bunga Sayurmatua makna

keindahan dan makna bersosialisasi yaitu dengan cara usaha menyesuaikan diri

agar kompak dimana saja. Ornamen Bunga Sayurmatua yang merupakan tiruan

dari bunga raya yang sedang mekar memberikan keindahan pada masyarakat

Simalungun. Bunga raya memberikan kesan indah dan keagungan rumah

sehingga ornamen ini diletakkan pada “parasanding” (tempat-tempat barang-

barang dalam rumah), pada tiang dalam dan lain-lain.

62

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Ornamen yang berhasil dikumpulkan yaitu Ornamen Suleppa, Ornamen

Hambing Mardugu, Ornamen Pahu-Pahu Patundal (Pakis Saling Bersandar

), Ornamen Gatip-Gatip (Kepala Ular Gatip), Ornamen Jombut Uwou,

Ornamen Tapak Raja Suleiman, Ornamen Bohi Bohi, Ornamen Boraspati

(Cicak ), Orname Bindu Matoguh, Ornamen Ipon-Ipon (Gigi-gigi), Ornamen

Pinar Bunga Hambili ( Daun Hambili), Ornamen Porkis Marodor ( Semut

Beriring), Ornamen Bodat Marsihutuhan ( Beruk Saling Berkutu), Ornamen

Andorni Tabu Mangganupi Desa, Ornamen Hail Putor (Kial Putar),

Ornamen Pinar Sisikni Tanggiling (Sisik Tenggiling), Ornamen Pinar Bunga

Bongbong (Bunga Bongbong), Ornamen Simarlipan-lipan ( Daun

:Lipanlipan), Ornamen Pinar Paria-paria (Gambas Paria), Ornamen Pinar

Silombur Pinggan ( Daun Ramuan), Ornamen Bunga SayurMatua ( Bunglon

Bak Buaya).

2. Ornamen yang terdapat dalam rumah adat Simalungun tidak semua

mengandung mistik akan tetapi diantaranya ada ornamen yang hanya

merupakan keindahan yang memperindah rumah adat Simalungun

63

Universitas Sumatera Utara


3. Pada rumah adat Simalungun ornamen menunjukkan kesan indah dan

keagungan dari rumah adat yang mana setiap ornamen juga memiliki fungsi

dan makna yang berhubungan dengan adat istiadat yang terdapat pada

masyarakat Simalungu.

4. Pembuatan ornamen yang ada pada masyarakat Simalungun dengan melihat

hal-hal yang terdapat di alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam itu

sendiri yang mereka yakini dapat memberikan perlindungan bagi mereka.

5. Ornamen dalam masyarakat Simalungun juga diletakkan ditempat seperti tiang

beranda, lesplang, sambahou, Nanggar, dan lesplanghalipkip yang mana

tempat tersebut merupakan Kepercayaan yang memberikan perlindungan bagi

masyarakat Simalungun.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap Fungsi Dan Makna Ornamen

Rumah Adat Simalungun dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Ornamen yang ada dalam rumah adat Simalungun memiliki banyak nilai

sosial yang bermakna adat istiadat dalam masyarakat Simalungun yang perlu

dijaga dan dilestarikan.

2. Untuk mengetahui Nilai-nilai yang terkandung dalam ornamen rumah adat

Simalungun perlu diadakan penelitian lanjutan karena masih banyak nilai –

nilai yang terdapat pada ornamen yang ada di Simalungun.

64

Universitas Sumatera Utara


3. Pada masyarakat Simalungun perlu untuk menjaga kelestarian rumah adat

yang saat ini sudah mulai mengalami kepunahan.

65

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

Letak Geografis

Nagori pematang purba adalah salah satu dari 9 (sembilan) nagori dan 1 (satu)

kelurahan di kecamatan Purba kabupaten Simalungun, terletak pada ketinggian ±

1.200 meter dari permukaan laut, secara umum berikilim dingin dan sejuk

dengan batas – batas sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan : Nagori Urungan Purba

- Sebelah Selatan berbatsan dengan : Keluran Haranggaol Horisan

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Nagori Purba Tongah

-Sebelah Barat berbatass\an dengan : Nagori Purna Sipinggan

Nagori Pematang Purba Mempunyai topografi yang bervariasi yaitu datar,

bergelombang dan berbukit hingga kemiringan 300.

Luas wilayah nagori Pematang Purba Yaitu : ± 2.600 Ha yang terdiri dari :

1.pemukiman umum :10 Ha

2. Perkantoran : 48 M

3. sekolah :2 Ha

4. Gereja :1,5 Ha

5. Museum : 1,5 Ha

6. Losd (Tempat Pertemuan) : 300 M

7. Kuburan : 5,5 Ha

8. Sawah : 50 Ha

9. Jalan : 6 Ha

66

Universitas Sumatera Utara


10. Ladang : 1.335 Ha

11. Padang ilalang : 500 Ha

12. Pada rumput : 6,5 Ha

13. Hutan Asli : 650 Ha

14. PT : 2 Ha

15. Lain-lain : 20 Ha

67

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Boer dalam Yanti. 2003. Fungsi dan Makna Gorga dalam masyarakat
Batak Toba.

Hartoko dan Rahmanto dalam Sobur Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung. PT


Remaja Rosdakarya.

Herusatoto dalam Sobur Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung.


PT Remaja Rosdakarya.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan Indonesia.jakarta:


PT.Gramedia.

Nanawi Hadari. 1991. Metode Penelitian. Balai Pustaka :Jakarta

Poerwardarminta. W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. P.N. Balai


Pustaka : Jakarta.

Purba MD,Letkol Purn dan Lingga SA, Sitopu.1979. Mengenal Lukis dan Ukir
Tradisional Simalungun.M.D.Purba :Medan

Purba . T.B.A. Sejarah Simalungun 1982. Pematang Siantar


(kalangan sendiri)

Sitepu dkk, 1996. Pilar Budaya Karo. Medan. FKK

Sudartono.1996. Metodologi Penelitian. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Syah , Anwar. 1993. Dasar-dasar Metode Penelitian. Medan : IKIP

Saragih Risdo, 2007. Makna Tawar Bentar Pada Masyarakat Karo.

Zoest 1993. Semiotika : yayasan Sumber Agung Jakarta

68
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai