Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah Serius Untuk Kualitas Rantai

Dingin (Cold Chain) Penyimpanan Vaksin


0
Oleh Rokom pada 26 April 2017 Umum

Jakarta, 26 April 2017

Keberhasilan program imunisasi tidak bisa dipisahkan dari ketersediaan rantai dingin (cold
chain) hingga ke Puskesmas agar mampu menjaga serta menjamin kualitas vaksin yang
diberikan kepada sasaran. Rantai dingin atau cold chain terdiri dari lemari es dan freeze
untuk menyimpan vaksin, dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat
pelayanan imunisasi, terutama untuk kegiatan di luar gedung/lapangan.

“Dengan rantai dingin yang standar kualitasnya baik, kualitas vaksin yang diberikan akan
tetap terjaga”, tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan, dr. H.M. Subuh, MPPM, kepada sejumlah media pada kegiatan temu media dalam
rangka Pekan Imunisasi Dunia tahun 2017 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta
Selatan, Selasa siang (25/4). Pekan Imunisasi Dunia atau World Immunization Week 2017
diselenggarakan pada tanggal 24-30 April 2017.

Sampai dengan akhir 2016, sudah 78,8% puskesmas memiliki lemari es penyimpan vaksin
yang sesuai standar. Sementara itu, pada tahun 2017 disediakan lagi 1.861 buah lemari es,
yang saat ini dalam proses pendistribusian dan pemasangan di fasilitas kesehatan di daerah.
Rencananya pada tahun 2018 akan disediakan lagi sebanyak 1.045 buah, sehingga, pada akhir
tahun 2018, Kementerian Kesehatan memastikan ketersediaan rantai dingin untuk
mendukung pelaksanaan program imunisasi di seluruh Puskesmas dapat terpenuhi, yakni
9.951 Puskesmas akan memiliki coldchain sesuai standar.
“Saat ini, sudah 92,2% atau lebih kurang sebanyak 9.800 Puskesmas yang sudah memiliki
rantai dingin terstandar”, ujarnya.

Selain pemenuhan dari segi jumlah, Pemerintah juga memperhatikan aspek kualitas rantai
dingin untuk penyimpanan vaksin di Puskesmas, demikian juga halnya termos untuk
membawa vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional.

“Kepada teman-teman Puskesmas saya sering katakan, cold chain Anda ini kualitas bintang
lima. Tidak berisik dan tidak berbunga es. Pemerintah tidak main-main untuk program
imunisasi, untuk kesehatan masyarakat”, tandas dr. Subuh.

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan
biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Di dalam Permenkes Nomor
12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan bahwa vaksin merupakan
produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu, yakni pada
suhu 2 s.d 8ºC untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku), dan pada suhu -15 s.d -25 ºC
untuk vaksin yang sensitif panas. Sekarang, hanya vaksin polio yang masih memerlukan
tempat penyimpanan dengan suhu dibawah 0°C. Sejumlah vaksin, seperti Hepatitis B, DPT-
HB-Hib, IPV, DT, Td akan berpotensi menjadi rusak jika terpapar suhu beku. Sedangkan
vaksin Polio, BCG, dan Campak akan berpotensi rusak jika terpapar suhu panas. Namun
secara umum, vaksin akan rusak jika terpapar oleh sinar matahari secara langsung.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor
hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021)5223002, dan alamat email
kontak@kemkes.go.id

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Oscar Primadi, MPH

Anda mungkin juga menyukai