Anda di halaman 1dari 9

IV.

PERMASALAHAN FARMASETIKA DAN PENYELESAIAN

No. Permasalahan Penyelesaian

1 Bentuk sediaan yang cocok dengan sifat Maka dibuat sediaan steril salep mata dari
fisika, kimia, dari bahan aktif jika dibuat Neomycin sulfat dalam bentuk gel.
suatu sediaan steril untuk mata.
2. Karena sediaan dibuat gel Dalam basis gel diperlukan suatu bahan
pembentuk gel, yaitu gelling agent. Gelling agent
yang digunakan adalah CMC-Na.
3. Karena sediaan menggunakan pelarut air Untuk menjaga kestabilannya, maka ditambahkan
yang cukup banyak, sehingga pengawet taitu kombinasi methylparaben dan
memungkinkan terkontaminasi mikroba. propylparaben.
4. Karena Methylparaben dan Propyl Ditambahkan propylenglicol sebagai kosolven
paraben sukar larut dalam air. untuk melarutkan methyl paraben dan propyl
paraben.
5. Karena dibuat sediaan steril. Maka pembuatan salep mata ini harus dilakukan
metode sterilisasi dengan cara aseptik.
6. Wadah yang cocok untuk sediaan steril Agar terlindung dari cahaya dan panas maka
salep mata dipilih wadah tube.

V. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama bahan Jumlah Kegunaan

1. Neomycin sulfat 0,715% Antibiotik (zat aktif)


2. CMC-Na 3,5% Gelling agent
3. Methyl Paraben 0,18% Pengawet
4. Propyl paraben 0,01% Pengawet
5. Propylenglikol 10% Kosolven/penetran
6. Aquadest Ad 100% Solven

VI. PERHITUNGAN BAHAN

1. Neomycin sulfat :

2. CMC-Na :

3. Methyl paraben :

4. Propyl paraben :

Pengenceran propyl paraben 1 : 10


Propyl paraben 50 mg
CMC-Na ad 500mg

Hp :

5. Propylenglikol :

6. Aquadest : ad 10 gram

VII. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan
2. semua bahan yang digunakan ditimbang
a. Neomycin sulfat0,36 gram
b. CMC-Na 1,75 gram
c. Methyl paraben 0,09 gram
d. Propyl paraben 0,06 gram
e. Propylenglikol 5 gram
f. Aquadest ad 10 gram
3. CMC-Na dikembangkan dengan cara : CMC-Na ditaburkan ke dalam air panas sebanyak 40 ml
didalam mortir, dibiarkan selama 15 menit sampai mengembang, kemudian digerus sampai
homogen dan terbentuk mucilago.
4. Neomycin sulfat dilarutkan dengan air, didalam bekker glass
5. Methyl paraben dilarutkan dengan propylrnglicol, di bekker glass
6. Propyl paraben dilarutkan dengan propylenglicol, di bekker glass
7. Setelah mucilago terbentuk, Neomycin sulfat ditambahkan ke dalam mortir.
8. Larutan metyl paraben ditambahakan ke dalam mortir.
9. Larutan propyl paraben ditambahakan ke dalam mortir.
10. Sisa propylenglicol ditambahakan ke dalam mortir, lalu digerus sampai homogen.
11. Gel yang sudah terbentuk, dimasukkan kedalam wadah / tube. Kemudian dikemas dan diberi
etiket. Lalu dimasukkan ke dalam wadah sekunder
12. Dilakukan evaluasi sediaan setelah 7 hari.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No. Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Hasil pengamatan


sampel
1 Uji organoleptis Evaluasi organoleptis 3 wadah Pada tube 1, 2 dan 3
dilakukan dengan cara memiliki kesamaan
sediaan diamati secara warna dan bau yaitu
visual dengan indera warna kuning bening
penglihatan, penciuman, dan tidak berbau.
diraba dengan
menggesekkan jari untuk
mengetahui tekstur dari
sediaan.
2. Uji Ph Evaluasi uji ph dilakukan pada sampel ph yang
dengan cara mencelupkan didapat adalah 5.
ph meter ke dalam
larutan yang akan diuji,
kemudian
membandingkan
perubahan warna pada ph
meter dengan indikator
universal untuk
menentukan ph larutan.
3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan Pada sediaan yang
dengan cara mengoleskan dihasilkan homogen
secara rata sediaan gel dan tidak terdapat
neomycin sulfat pada kaca butiran-butiran halus.
arloji, kemudian diamati
dengan cara diterawang.
Selanjutnya amati sediaan
dengan menggunakan
jari, untuk mengetahui
teksturnya.

Uji Organoleptis

Kriteria Yang diinginkan Hasil

Warna Putih kekuningan Kuning bening

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Evaluasi Uji Homogenitas


No. Wadah Homogenitas
1. Wadah 1 Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat di terawang di arloji,
tidak ada butiran-butiran halus zat yang tidak tercampur.
2. Wadah 2 Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat di terawang di arloji,
tidak ada butiran-butiran halus zat yang tidak tercampur.
3. Wadah 3 Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat di terawang di arloji,
tidak ada butiran-butiran halus zat yang tidak tercampur.

IX. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan gel steril Neomycin sulfat 0,715%
yang ditujukan untuk obat luar atau sediaan topikal yang berfungsi sebagai salep steril mata.
Dibuat formulasi sediaan gel Neomycin sulfat, dimana Neomycin sulfat sebagai zat aktifny, CMC-
Na sebagai Gelling agent, Methyl paraben dan Propyl paraben sebagai pengawet, propylenglicol
sebagai kosolven, dan air sebagai pembawa.

Zat aktif yang digunakan yaitu Neomycin sulfat yang berfungsi sebagai antibiotik atau
sebagai antiinfeksi yang digunakan untuk mata. Syarat kadar Neomycin sulfat untuk sediaan
topikal sebanyak 7,15 mg/g, maka dalam percobaan ini digunakan Neomycin sulfat sebanyak
0,715%. Dalam pembuatan gel pasti membutuhkan basis gel, maka untuk membuat suatu basis
gel diperlukan bahan pembentuk gel disebut Gelling agent. Gelling agent yang digunakan dalam
praktikum ini adalah CMC-Na sebanyak 3,5%. CMC-Na ini termasuk golongan polimet yang dapat
menghasilkan gel yang jernih. Sediaan gel mudah sekali ditumbuhi mikroorganisme karena
didalam sediaan mengandung air yang cukup banyak, oleh karena itu didalam sediaan
ditambahakan kombinasi pengawet Methyl paraben sebanyak 0,18% dan propyl paraben
sebanyak 0,01% untuk mencegah tumbuhnya mikroba dan gel dapat stabil jika disimpan dalam
jangka waktu yang lama.

Pembuatan sediaan gel yang steril meliputi mensterilisasikan semua alat yang akan
digunakan pada proses pembuatan sedian gel ini, kemudian pengembangan gelling agent
terlebih dahulu dengan air panas dengan jumlah tertentu yang dibutuhkan, dan tunggu sampai
dingin. Bahan-bahan yang larut dalam air, dilarutkan terlebih dahulu dalam air dengan jumlah
tertentu yang sudah ditentukan. Lalu bahan-bahan yang sudah dilarutkan dicampurkan dengan
Gelling agent yang sudah dikembangkan sampai terbentuk massa gel.

Sebelum dibuat sediaan gel utama, dilakukan optimasi dahulu, Tujuannya untuk
mengamati ketepatan formulasi agar membentuk massa gel yang homogen dan stabil. Proses
pembuatan gel optimasi sama dengan pembuatan gel utama, hanya jumlah optimasi dibuat
sebanyak 10 gram. Hasil optimasi gel yang baik adalah tetap stabil dan homogen. Sedangkan
terjadi sebaliknya, maka perlu dilakukan re-formulasi atau penyususnan ulang formulasi hingga
diperoleh sediaan yang diiginkan. Pada optimasi yang kami buat, pengamatan optimasi gel
Neomycin sulfat menggunakan CMC-Na menunjukkan kestabilan yang baik dan homogen, tidak
lengket.

Setelah sediaan jadi, dilakukan Uji organoleptis, Uji ph, dan uji homogenitas. Pada uji
organoleptis, didapatkan hasil sediaan yang berwarna kuning bening jernih dengan struktur gel
yang homogen dan tidak lengket. Pada uji ph, didapatkan ph sediaan adalah 5. Maka diketahui
bahwa sediaan Gel Neomycin sulfat ini memiliki ph yang stabil. Pada uji homogenitas, sediaan
terlihat homogen dan terlihat satu fase saat diterawang pada kaca arloji, tidak ada btiran-butiran
halus zat yang tidak tercampur.
X. KESIMPULAN

Sediaan salep yang kami buat adalah Gel steril Neomycin sulfat, dimana Formulasi kami gunakan
untuk sediaan steril ini adalah sebagai berikut.

No. Nama bahan Jumlah Kegunaan

1. Neomycin sulfat 0,715% Antibiotik (zat aktif)


2. CMC-Na 3,5% Gelling agent
3. Methyl Paraben 0,18% Pengawet
4. Propyl paraben 0,01% Pengawet
5. Propylenglikol 10% Kosolven/penetran
6. Aquadest Ad 100% Solven

Dibuat sediaan steril salep mata dari Neomycin sulfat dalam bentuk karena waktu kontak
salep dengan larutan obat mata jauh lebih lama 2-4x. Dalam pembuatan Gel mata Neomycin sulfat
ini membutuhkan Gelling agent yaitu CMC-Na, dan pengawet yaitu kombinasi Methyl paraben
dengan Propyl parabe, juga Propylenglicol sebagai pelarut. Pembuatan sedian steril gel mata
Neomycin ini menggunakan metode sterilisasi secara aseptik karena cara ini merupakan yang paling
cocok untuk sediaan salep.

XI. SARAN

Semoga pada praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diperhatikan lagi dalam
hal :

 Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi


 Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktikum yang dilakukan dapat lebih
maksimal dan evaluasi pun dapat kami lakukan sesuai prosedur.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1978.

Formularium Nasional, Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


1979.

Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan. Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana
Rahardja 2007.

Obat Obat Penting, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Goodman and Gilman. 2002

Dasar Farmakologi dan terapi volume 2 Jakarta: Buku Kedokteran EGC Ministry of Health. 2006

The 15th Edition of the Japanese Rowe, Raymond C. Handbook of Excipients. 6th ed., 2009 :
Pharmaceutical Press Sean C. Sweetman. 2009.

Martindale Thirty-sixth edition. UAS: Pharmaceutical Press. Turk J Med Sci. 2004
Systemic Responses to Burn Injury. Istanbul-Turkey: Departement of Physiology, Faculty of Medicine,
Marmara University.

Anda mungkin juga menyukai