Anda di halaman 1dari 5

Pengkajian Psikologi Padaa Pasien HIV/AIDS

Apabila seseorang sudah dinyatakan HIV positif tentu secara otomatis


bukanlah hak yang mudah diterima. Seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak
berguna, tidak ada harapan, takut, sedih, marah dan muncul perasaan lainnya.
Adapun faktor-faktor psikologis yang dapat meningkatkan kualitas hidup adalah
perasaan positif dan negatif, berfikir, belajar, memori, konsentrasi, harga diri, citra
tubuh dan penampilan. Kualitas hidup terdiri dari sebuah pendekatan untuk
meningkatkan kesenangan atau ke intervensi psikologi yang positif. (Frisch. 2006)

Pengalaman suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan


reaksi stres, frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka
dan ketidak pastian menuju pada adaptasi terhadap penyakit.

Tidak bisa dipungkiri masalah HIV/AIDS ini tidak saja menjadi


permasalahan kesehatan,tetapi juga menjadi permasalahan dan konsekuensi pada
aspek sosial, spiritual, dan psikologis (Nursalam & Kurniawati,2007).
Permasalahan pada aspek psikososial dan spiritual pada ODHA akan
menimbulkan permasalahan yang kompleks yang dapat mempengaruhi perjalanan
penyakit dan kondisi fisikODHA (Armiyanti, Rahayu & Aisah,2015).

Dampak HIV/AIDS pada aspek sosial dan spiritual seperti stigma,


diskriminasi, dan kehilangan iman pada ODHA akan menambah beban pada
aspek psikologis ODHA itu sendiri (Diatmi & Fridari, 2014). Maka dari
itu,penanganan pada aspek psikologis dianggap penting untuk menangani
dampak-dampak yang terjadi karena penyakit HIV/AIDS. Gangguan psikologis
yang dialami ODHA tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok oleh
Djoerban (1999, dalam Irawati, Subandi, & Kumolohadi, 2011) menjadi empat
jenis gangguan, yaitu gangguan afektif,gangguan kecemasan menyeluruh,
keinginan untuk bunuh diri, dan gangguan otak organik (delirium atau demensia
primer) yang disebabkan adanya infeksi oportunistik.

Hal utama yang dirasakan pada saat ODHA pertama di diagnosa yaitu
kecemasan terhadap kematian, walaupun tidak mengesampingkan kecemasan
lainnya (Irawati, Subandi & Kumolohadi, 2011). Kecemasan terjadi saat individu
merasa tidak nyaman padahal ia tidak mengetahui objek penyebab terjadinya
ketidaknyamanan tersebut (Comer,1992 dalam Videbeck, 2008).

Perawatan paliatif menurut HIV/AIDS Palliative Care Guideance US Dept Of


State (2006, dalam Nugroho, 2008) yaitu tindakan pelayanan perawatan untuk
mencegah,memperbaiki, mengurangi gejala-gejala yang timbul dari HIV/AIDS,
namun tidak untuk menyembuhkan, dan bertujuan untuk mencapai kualitas hidup
yangoptimal pada ODHA dan keluarganya dengan meminimalisir kesakitan
denganperawatan klinis, psikolgis, spiritual, dan sosial sepanjang perjalanan
penyakit HIV/AIDS. Perawat sebagai profesional kesehatan yang terlibat
langsung dalam perkembangan kesehatan klien khususnya klien dengan
HIV/AIDS memiliki peran penting sebagai care provider, advocator, dan health
educator dalam membantu klien menjalani pengobatan. Perawat merupakan faktor
yang berperan penting dalam pengelolaan kecemasan khusunya dalam
memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat
beradaptasi dengan sakitnya (Nursalam & Kurniawati, 2007).

a) Respons Adaptif Psikologis (penerimaan diri)


Pengalaman suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan
reaksi stres, frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka
dan ketidak pastian menuju pada adaptasi terhadap penyakit.

Tahapan reaksi psikologis pasien HIV (Grame Stewart, 1997) adalah seperti
terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Reaksi Psikologis Pasien HIV

Reaksi Proses Psikologis Hal-hal yang Biasa dijumpai


1. Shock Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
(kaget, tidak berdaya frustrasi, rasa sedih, susah,
goncangan acting out
batin)
2. Mengucilkan Merasa cacat dan tidak Khawatir menginfeksi orang
diri berguna, menutup diri lain, murung

3. Membuka Ingin tahu reaksi orang lain, Penolakan, stres, konfrontasi


status secara pengalihan stres, ingin
terbatas dicintai
Berbagi rasa,
4. Mencari Berbagi rasa, p Ketergantungan, campur tangan,
orang lain engenalan,kepercayaan, tidak percaya pada pemegang
yang HIV penguatan, dukungan rahasia dirinya
positif sosial

5. Status khusus Perubahan keterasingan Ketergantungan, dikotomi kita


menjadi manfaat khusus, dan mereka (sema orang dilihat
perbedaan menjadi hal yang sebagai terinfeksi HIV dan
istmewa, dibutuhkan oleh direspon seperti itu), over
yang lainnya identification
6. Perilaku Komitmen dan kesatuan Pemadaman, reaksi dan
mementingka kelompok, kepuasan kompensasi yang berlebihan
n orang memberi dan berbagi,
perasaan sebagi kelompok

7. Penerimaan Integrasi status positif HIV Apatis, sulit berubah


dengan identitas diri,
keseimbangan antara
kepentingan orang lain
dengan diri sendiri, bisa
menyebutkan kondisi
seseorang
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler.
Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat
keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan.

Terjadi penurunan imunitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor


yang penting menjadi perhatian tenaga kesehatan adalah stresor psikososial.
Reaksi pertama kali yang ditunjukkan setelah didiagnosis beranggapan bahwa
sudah tidak ada harapan lagi dan merupakan penderitaan sepanjang hidupnya.

Tabel 1.2

\: Pengelompokan MAsalah Keperawatan Pasien HIV/AIDS (menurut Teori


Adaptasi)

Masalah Fisik Masalah Psikis Masalah Sosial Masalah


Ketergantungan

1. SistemPernapa 1. Intergritas 1. Perasaan Perasaan


san: Dyspnea, Ego: Perasaan minder dan membutuhkan
TBC, tak berdaya/ tak berguna pertolongan
Pneumonia) putus asa di orang lain
2. Faktor stress: masyarakat
baru/ lama 2. Perasaan
3. Respons terisolasi/
psikologis: ditolak
Denial, marah,
Cemas,
irritable
1.
2. Sistem
Pencernaan
(Nausea-
Vomiting,
Diare,
Dysphagia, BB
turun 10%/3
bulan)
3. Sistem
Persarafan:
letargi, nyeri
sendi,
encepalopathy.
4. Sistem
Integumen:
Edema yg
disebabkan
Kaposis
Sarcoma, Lesi
di kulit atau
mukosa, Alergi.
5. Lain – lain :
Demam, Risiko
menularkan

Anda mungkin juga menyukai