Gerontik
Gerontik
Kelompok 8:
Annisa Fitri
Chandra Anggara
Intan Okta Kusuma
Navya Indriani
Raheme Zam Zam Sheira Banu
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia”. Keberhasilan dalam pembuatan
makalah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk
itu kami ucapkan terima kasih.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang
yang membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk
penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
A. Definisi Dokumentasi....................................................................................... 4
B. Contoh Format Asuhan Keperawatan .............................................................. 13
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan ......................................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta
jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah
ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau
7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan
menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan
hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968
adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun,
pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 :
64.05 tahun (BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun
waktu tahun 1990 – 2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret
2002:10). Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang
serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik,
biologi maupun mentalnya (Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan
mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai
dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kesempatan menjadi usila
semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila semakin bertambah.Dalam
Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa
keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-
1
sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan
dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik
dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan
manusia.Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada
pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan
lanjut usia, dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang
meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing
diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan
tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation).
Serta akan menjelaskan pula tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritiual, dan tentang dementia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu
mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta
maupun berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan
aktif di masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan pada lansia?
2
C. Tujuan
1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan
keperawatan pada usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual, dan
daya ingat pada lansia.
2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan
b. Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual pada
lansia
c. Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
4
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan
pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar
pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat
digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memilki
standar hukum.
c. Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data – data pasien tentang
kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan
mendeteksi kecendrungan yang mungkin terjadi.Dapat digunakan juga
sebagai bahan penelitian, karena data –datanya otentik dan dapat
dibuktikan kebenarannya.Selain itu, dokumentasi dapat digunakan
sebagai data statistic.
d. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang
kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan
bio-psiko-sosial-spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat
dari pelayanan keperawatan.
e. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan
adalah evaluasi tentang hal – hal yang berkaitan dengan tindakan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
f. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga
kesehatan, akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang
berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat bukti – bukti otentik
dari tindakan yang telah dilaksanakan, kegiatan tersebut akan berjalan
secara professional.
g. Sarana pendidikan lanjutan
5
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih
baik dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus
bagi tenaga perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan
h. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan.
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan
yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
6
mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin,
kemudian menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
2) Sosial
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan
mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa
bagi seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la
akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini
didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi
orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu
untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan
ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan
kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai
bergeser.Anak-anak sudah “jadi orang”, mungkin sudah punya
rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh.Rumah jadi sepi,
orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
7
b) Kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimilikinya.
c) Teori Pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas sehingg sering terjadi
kehilangan ganda ( triple loos ) yakni :
(1) Kehilangan peran ( loss of role )
(2) Hambatan kontak social ( Restrastion of Contacts and
Relation ship )
(3) Berkurangnya komitmen ( reuced commitmen to social
mores dan values )
3) Psikososial
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada
penghasilan. Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai
negeri atau ABRI, pension menyebabkan penghasilan berkurang
dan hilangnya fasilitas dan kemudahan kemudahan.Bagi para
profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah karena
masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi “non
profesional” pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh
karena itu, pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-
8
persiapan untuk alih profesi dengan latihan latihan keterampilan
dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui
sektor non formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya,
memasuki usialanjut umumnya tidak akan banyak berdampak pada
penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami
kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya
kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu
menjadi kendala : Untuk mencari nafkah, pada sisi lain menambah
beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada
kondisi ini. Perubahan-perubahan psikososial antara lain :
a) Pensiun
b) Kehilangan finansial ( income berkurang )
c) Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap segala fasilitasnya )
d) Kehilangan teman / kenalan atau relasi
e) Kehilangan pekerjaan / kegiatan
4) Psikologi
9
mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus
diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara
psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu
diperlukan sikap mental yang positif terhadap proses penuaan.
Menua tidak harus sakit-sakitan, juga tidak harus loyo dan
jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran yang sangat penting.
Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan
memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : “sebaik-baik manusia adalah
yang umurnya panjang dan baik amal perbuatannya”. Kalau
mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara kesehatan kita
sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita
sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.
5) Spiritual
10
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).Spiritual juga
disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap
mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain,
menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang
seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal
dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992)
menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu
dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal
sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang
menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
a) Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia
11
2004).Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu
dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi
agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Penguasa.Spirituailitas sebagai konsep dua
dimensi.Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau
Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi
tersebut (Hawari, 2002).
12
a) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya,
hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-
hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada
tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
13
.............................................................................................................................
............................................................................................…
3. Riwayat Keluarga
Gambarkan silsilah (kakek/nenek, orang tua, paman, bibi, saudara kandung,
pasangan, anak-anak)
Genogram : (Tiga Generasi)
4. Riwayat Pekerjaan
a. Status pekerjaan saat ini.............................................................
b. Pekerjaan sebelumnya................................................................
c. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan..................................................................................
6. Riwayat Rekreasi
a. Hobby/minat....................................
b. Keanggotaan organisasi...................
c. Liburan.............................................
7. Sumber/Sistem Pendukung
a. ( ) Dokter.
b. ( ) Perawat
14
c. ( ) Rumah sakit/Puskesmas/Klinik
d. ( ) Pelayanan kesehatan di rumah
e. Lain-lain, Sebutkan .............................................
1) Nama Dosis
.............................................. ...............................
............................................. ...............................
............................................. ...............................
15
2) Bagaimana/kapan menggunakanya :
...............................................................
4) Tanggal resep.........................................
5) Status Imunisasi
6) Tetanus, Difteri.......................................
7) Influensa................Pneumoni..................
g. Alergi.......................................................
1) Obat-obatan.............................................
2) Makanan..................................................
3) Kontak substansi......................................
4) Faktor-faktor lingkungan..........................
..........................................................
h. Nutrisi
16
4) Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (misal :
pendapatan tidak adekuat, kurang transportasi, masalah
menelan/mengenyah, stres emosional)
.....................................................................................................
i. Kebiasaan
1. Kelelahan
2. Perubahan nafsu makan
3. Demam
4. Keringat malam
5. Kesulitan tidur
6. Sering pilek, infeksi
7. Penilaian diri terhadap status kesehatan
8. Kemampuan untuk melakukan AKS
Integumen Ya Tidak
17
1. Pruritus
2. Perubahan pigmentasi
3. Perubahan tekstur
4. Sering memar
5. Perubahan rambut
6. Perubahan kuku
7. Pemajanan lama terhadap matahari
8. Pola penyembuhan lesi, memar
Hemapoetik Ya Tidak
1. Perdarahan/memar abnormal
2. Pembengkakan kelenjar limfa
3. Anemia
4. Riwayat tranfusi darah
Kepala Ya Tidak
Sakit kepala
Pusing
Perubahan penglihatan
Nyeri
18
Air mata berlebihanPruritis
Diplopia
Kabur
Foto pobia
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran
Tinitus
Vertigo
Sensitivitas pendengaran
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Hidung Ya Tidak
Rinorea
Rabas
19
Epistaksis
Obstruksi
Mendengkur
Alergi
Riwayat infeksi
Sakit tenggorokan
Lesi/ulkus
Serak
Perubahan suara
Kesulitan menelan
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
20
Leher Ya Tidak
Kekakuan
Nyeri/nyeri tekan
Benjolan/massa
Keterbatasan gerak
Payudara Ya Tidak
Benjolan/massa
Nyeri/nyeri tekan
Bengkak
Pernafapasan Ya Tidak
Batuk
Sesak nafas
Hemopteses
Sputum
Mengi
Asma/alergi pernafasan
21
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada
Palpitasi
Sesak nafas
Ortopnea
Murmur
Edema
Varises
Kaki timpang
Parestesia
Disfagia
Mual/muntah
Hematemesis
22
Perubahan nafsu makan
Intoleran makanan
Ulkus
Nyeri
Ikterik
Benjolan/massa
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rektum
Perkemihan Ya Tidak
Disuria
Menetes
Ragu-ragu
Dorongan
Hematuria
23
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontinensia
Batu
Infeksi
Genitalia Ya Tidak
Lesi
Rabas
Nyeri testikuler
Massa testikuler
Masalah prostat
Penyakit kelamin
Impotensi
24
Lesi
Rabas
Nyeri pelvic
Penyakit kelamin
Infeksi
G..................P..................A...................
Muskuloskletal Ya Tidak
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
25
Kram
Kelemahan otot
Nyeri punggung
Protesa
Persyarafan Ya Tidak
Sakit kepala
Kejang
Serangan jatuh
Paralisis
Paresis
Masalah koordinasi
Tic/tremor/spasme
Parastesia
Cedera kepala
Masalah memori
26
Endokrin Ya Tidak
Intoleran panas
Intoleran dingin
Goiter
Pigmentasi kulit/tekstur
Perubahan rambut
Polifagia
Polidipsi
Poliuria
27
5 Keluar masuk 5 10
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan di 0 5
permukaan datar
8 Naik turun 5 10
tangga
9 Mengenakan 5 10
pakaian
Keterangan :
a. >130 : Mandiri
28
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat semua jawaban lalu catat
jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Jumlah :
29
Interpretasi hasil :
Samarinda,...............................
Mahasiswa,
.........................…
30
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua
warkat asli yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan merupakan bukti
pencatatan dalam pelaporan yang dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya.
Dokumentasi keperawatan ini mengacu pada nursing proses yang terdiri dari
pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu
masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah demensia yang
lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia tersebut,
solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes
ini sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya.
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia karena
kebutuhan mereka haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia secara tidak
sadar suka terganggu dan butuh di motivasi oleh seorang perawat agar kebutuhan
bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi.
31
DAFTAR PUSTAKA