DI SUSUN OLEH :
DEDE WENAS
E1A1 13 007
2. Muh. Fadli
1) Koefisien analisa harga satuan adalah angka – angka jumlah kebutuhan bahan
maupun tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu
satuan tertentu. koefisien analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal
perhitungan rencana anggaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat
koefisien analisa harga satuan menjadi kunci menghitung dengan tepat perkiraan
anggaran biaya bangunan.
begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan diatas
untuk menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran diperlukan 0.20 hari tukang batu,
maka untuk menyelesakan 100 m2 plesteran dibutuhkan 0.20 x 100 = 20 hari
kerja untuk satu tukang, nah jika kita ingin menyelesaikan pekerjaan plesteran
tersebut dalam waktu 5 hari maka diperlukan tukang batu sebanyak 20 hari : 5 = 4
tukang batu.
Disini kita buat perhitungan pada salah satu pekerjaan bangunan yang sering
dilaksanakan yaitu pasangan dinding batu bata. Untuk dapat menghitung
kebutuhan pasir dan semen kita perlukan data luas pasangan batu bata dan
koefisien analisa harga satuan yang cara mencarinya sudah kita bahas pada artikel
sebelumnya berjudul “Cara menghitung koefisien analisa harga satuan
bangunan“, Misalnya kita buat contoh seperti ini
9,68 kg semen
0,045 m3 pasir pasang
70 bh batu bata
Data diatas hanya sebagai contoh yang nilai koefisienya dapat berbeda-beda
sesuai standar perhitungan yang digunakan seperti SNI atau RAB rahasia masing-
masing perusahaan.
pasir
Dari data analisa harga satuan diatas dapat kita ketahui bahwa untuk
melaksanakan pasangan batu bata seluas 1 m2 membutuhkan pasir sebanyak 0,05
m3 per m2, pasangan batu bata yang kita kerjakan seluas 18m2.
Jika kita hendak membeli ke toko bangunan dalam satuan truck colt kapasitas 1
m3 maka dapat kita hitung jumlah pasir yang harus dibeli yaitu 0,81 m3 : 1 m3 =
0,81 truck colt
Jadi kebutuhan pasir adalah 0,81 m3 atau 0,81 truck colt, Nah.. berdasarkan
perhitungan tersebut maka kita bisa membeli pasir sebanyak satu Colt.
Pada Prinsipnya cara perhitungan sama dengan waktu mencari jumlah pasir yaitu
koefisien analisa harga satuan semen pada pasangan dinding batu bata per m2
dikalikan volume luas dinding yang akan dipasang yaitu
Jadi kebutuhan semen dalam satuan zak jika isi per kantong 50 kg maka
dibutuhkan 174,24 kg : 50kg = 3,4848 zak.
Jadi untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen dibutuhkan dua data
penting yaitu koefisien analisa harga satuan dan volume pekerjaan, kecuali jika
sudah mempunyai pengalaman berulang-ulang sehingga dapat memperkirakan
dilapangan misalnya untuk memasang batu bata seluas sekian biasanya
membutuhkan sekian zak semen, namun untuk laporan tertulis tetap lebih teliti
jika menggunakan koefisien analisa harga satuan bangunan untuk mencari
kebutuhan material.
Cara mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya bangunan ?
untuk mencari koefisien analisa harga satuan di indonesia bisa dlakukan dengan
berbagai macam cara, diantaranya adalah:
a) Metode CPM
1. Proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event
(finish).
2. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
3. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES
Teknik Menghitung critical path method:
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk
menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu
tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu
peristiwa (E).
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila
kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai
paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.
EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan
tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar
dari kegiatan terdahulu.
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai
paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang
bersangkutan.
LS(i-j) = LF(i-j) – t
Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka
waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai
paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
Jaringan Kerjanya :
Forward Pass:
Backward Pass:
Penentuan Jalur:
Selisih Forward Dan Backward Pass:
Kegiatan Kritis adalah kegiatan yang memiliki selisih nol (0) yaitu: A, F, I,
J
Jalur Kritis adalah jalur yang melalui kegiatan yang memiliki selisih 0: 1–
6–11–14–15
b) Metode PDM
Start-to-start (SS ij): Waktu lead dari hubungan SS ij, aktivitas “I” harus
dimulai bersamaan atau beberapa waktu (lead) sebelum aktivitas “J” dapat
dimulai.
Start-to-finish (SF ij): Waktu lead dari hubungan SF ij, aktivitas “I”
dimulai bersamaan atau beberapa waktu (lead) sebelum aktivitas “J” dapat
selesai.
Lead: penambahan waktu pada aktifitas I, terdapat pada hubungan di SS ij
dan SF ij.
Lag: penambahan waktu pada aktifitas I, terdapat pada hubungan di SS ij
dan SF ij, yang menyebabkan perlambatan/penundaan (delay) pada
aktivitas J karena harus menunggu “dari” aktivitas benar-benar selesai;
Slack (Float): Jumlah waktu yang diijinkan dalam perlambatan suatu
proyek dari waktu dimulainya tanpa memperlambat waktu akhir
penyelesaian proyek keseluruhan;
Contoh Perhitungan dengan menggunakan Metode Jaur Kritis
Aktivitas
Durasi
NO Aktivitas
Hari Mendahului LEAD LAG
1 Cast Beam 25
Prestress
2 14 1 SS FF,5 Hari
Beam
3 Place Beam 7 2 FS