Anda di halaman 1dari 6

Sistem koloid (selanjutnya disingkat “koloid” saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)

dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1
- 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan,
misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi).

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan udara),
industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup
luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala
besar.

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya.
Beberapa jenis koloid:

 Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut
aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol
padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
 Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol
detergen dan tinta).
 Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak
saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
 Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam,
alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
 Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).

Berikut adalah beberapa sifat koloid :

Efek Tyndall

Gerak Brown

Adsorbsi Koloid

Koagulasi Koloid

Koloid Pelindung

Dialisis

Elektroforesis
7. Peranan Koloid dalam
Kehidupan Sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara
b. Penggumpalan lateks
c. Membantu pasien gagal ginjal
d. Penjernihan air

e. Sebagai deodorant
f. Sebagai bahan makanan dan obat
g. Sebagai bahan kosmetik
h. Sebagai bahan pencuci
Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel
zat yang berukuran koloid (fase terdipersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm, ukuran yang dimaksud
dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel (Purba, 2006:282).

Koloid merupakan suatu sistem dispersi yang ukuran partikelnya lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil
dari suspensi (campuran kasar) (Retnowati, 2008:141). Koloid terdiri dari dua bentuk, yaitu fase
terdispersi (zat yang didispersikan) dan medium pendispersi (medium yang digunakan untuk
mendispersikan) (Kamaludin, 2010:422).

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau
suspensi. Contoh larutan: larutan gula, larutan garam, spritus dan alkohol 70%. Contoh koloid: susu,
santan, sabun, selai, mentega, dan mayonnaise. Contoh suspensi: air sungai yang keruh, campuran air
dengan pasir.

Perbandingan Larutan, Koloid dan Suspensi


Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya antara larutan dan suspensi. Berdasarkan ukuran
zat yang didispersikan, maka sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut
(Retnowati, 2008:142):

Larutan, Koloid dan Suspensi

1. Dispersi kasar (suspensi), bila partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran lebih besar dari
100 milimikron (100 nm).
2. Dispersi halus (koloid), bila partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran 1 sampai 100
milimikron.
3. Dispersi molekuler (larutan sejati), bila partikel-partikel zat yang terdispersi lebih kecil dari 1
nm.

Berikut ini adalah perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi:


Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi

Sifat-sifat Koloid
Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Berikut
penjelasan sifat-sifat koloid (Retnowati, 2008:142):

a. Efek Tyndall
Pada dispersi koloid, partikel-partikel koloid cukup besar sehingga dapat memantulkan dan
menghamburkan sinar ke sekelilingnya, yang dikenal dengan Efek Tyndall. Sedangkan, larutan sejati
tidak menunjukkan efek Tyndall.

Efek Tyndall
b. Gerak Brown
Bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi koloid yang diamati dengan alat ultramikroskop, maka
akan tampak partikel koloid sebagai partikel yang kecil yang memantulkan sinar dan bergerak acak. Hal
ini dikarenakan molekul-molekul medium dispersi yang lebih kecil bergerak dengan kecepatan yang
relatif tinggi, mengakibatkan tumbukan dengan partikel yang lebih besar (berukuran koloid) dengan tidak
henti-hentinya dari semua sisi pada saat yang sama. Maka, terjadilah gerak zig-zag secara acak, yang
dikenal sebagai gerak Brown.

Gerak Brown

c. Elektroforesis
Bila arus listrik dengan tegangan rendah dialirkan ke dalam dispersi koloid, maka partikel-partikel koloid
bergerak menuju elektrode positif atau elektrode negatifnya. Ini membuktikan bahwa partikel-partikel
koloid dalam medium pendispersinya bermuatan listrik. Gerak partikel koloid dalam medan listrik disebut
elektroforesis.

d. Adsorpsi
Mengapa partikel koloid bermuatan listrik? Hal ini terjadi karena permukaan partikel-partikel koloid dapat
menarik partikel-partikel bermuatan listrik di sekitarnya. Proses ini disebut adsorpsi. Beberapa proses
yang menggunakan sifat adsorpsi adalah pemutihan gula tebu, pembuatan obat norit, dan penjernihan
air.

Adapun beberapa hal yang terkait dengan sifat-sifat koloid adalah (Retnowati, 2008:145):

1. Muatan koloid, dapat terjadi sebagai akibat dari penyerapan partikel- partikel bermuatan
padapermukaan partikel koloid.
2. Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid.
3. Koloid pelindung yaitu koloid yang dicampurkan kedalam koloid lain, sehingga sistem koloid
yang ditambahkan tersebut menjadi stabil.
4. Dialisis adalah pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu dengan menggunakan selaput
semi parmeabel.
Jenis-jenis Koloid
Pada sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi sistem koloid dikelompokkan menjadi (Retnowati,
2008:141):

1. Sol. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa pendispersinya
berupa cairan. Contohnya: sol emas, tinta, dan cat.
2. Sol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa
pendispersinya padatan. Contohnya: gelas berwarna, dan intan hitam.
3. Emulsi. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa pendispersinya
cairan. Contohnya: susu, santan, dan minyak ikan.
4. Emulsi padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi berupa cairan dan fasa
pendispersinya berupa padatan. Contohnya: jelly, mutiara, dan keju.
5. Aerosol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa padatan dan fasa
pendispersinya berupa gas. Contohnya: asap dan debu.
6. Aerosol cair. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa cairan dan fasa
pendispersinya berupa gas. Contohnya: kabut, awan, dan hair spray.
7. Buih. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa pendispersinya berupa
cairan. Contohnya: buih sabun, dank rim kocok.
8. Buih padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas dan fasa pendispersinya
berupa padatan. Contohnya: karet busa dan batu apung.

Anda mungkin juga menyukai