Anda di halaman 1dari 4

KONSEP PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Konsep penanganan permukiman kumuh ini secara umum memiliki konsep dasar yang
berbeda tergantung dengan tipologi permukiman kumuhnya karena memiliki karakteristik
permasalahan yang berbeda. Namun konsep dan rencana penanganannya menjadi holistik dan
komprehensif sesuai arahan Rencana Tata Ruang Kota Balikpapan. Untuk itu pengembangan
konsep dan rencana penanganan kawasan kumuh Kota Balikpapan harus terintegrasi karena
memiliki alur tahapan penanganan yang terpadu.
Dalam mendukung konsep penanganan permukiman kumuh perlu adanya strategi
penanganan dalam satu kesatuan untuk mencapai hasil penanganan yang optimal dan tepat
sasaran. Adapun strategi penanganan kawasan kumuh Kota Balikpapan secara umum adalah
sebagai berikut:

1. Strategi Penanganan Skala Sosial


a. PEMDA meningkatkan Konsolidasi Lahan dengan output berupa Surat Hibah/Izin
Pakai/Izin Dilewati, Dokumen LARAP dan Ganti Rugi (Bila Diperlukan)
b. PEMDA menyusun Rencana Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat (Bila diperlukan)
c. Pembentukan Kelompok Pemanfaat & Pemelihara Setempat pada Setiap Kegiatan
Infrastruktur

2. Strategi Penanganan Skala Lingkungan


a. Peningkatan Keterlibatan Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD pada Setiap Perencanaan
Kegiatan Infrastruktur Kota
b. Penyusunan Dokumen Izin Lingkungan pada Setiap Kegiatan Infrastruktur Kota
(Utamanya mengacu pada PP Nomor 27 Tahun 2012)
c. Penertiban Pelaksanaan Mitigasi Dampak Lingkungan Sesuai Persyaratan Dokumen
Lingkungan (SPPL/UKL-UPL/AMDAL)

3. Strategi Penanganan Skala Ekonomi


a. Peningkatan ciri khas/ citra kawasan sebagai bentuk daya tarik kawasan yang
mengundang kegiatan/ aktivitas ekonomi
b. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sekitar serta pihak swasta
untuk meningkatkan fungsi industry rumah tangga sebagai bentuk pengembangan
kawasan seiring dengan pengembangan dan penanganan atau perbaikan infrastruktur
kawasan permukiman
c. Pembentukan kelompok kerja pemberdayaan masyarakat terkait dengan pembiayaan
beserta pelaksanaan program penanganan kawasan permukiman yakni terkait dengan
kerjasama dalam hal pembiayaan baik melalui pemerintah, swasta (CSR) maupun
swadaya mengingat masyaraat setempat merupakan pemakai/ penerima hasil
pemanfaatan.

Adapun konsep umum penanganan kawasan permukiman kumuh dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

4.2.1 SOSIAL
Dalam konsep penanganan kawasan permukiman pada aspek social sangat dibutuhkan
kolaborasi dari berbagai pihak Kolaborasi adalah proses yang mendasar dari bentuk kerjasama
yang melahirkan kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian konsensus,
kepemilikan dan keterpaduan pada semua aspek organisasi. Sehingga kata kunci dari kolaborasi
adalah keterpaduan, atau yang dikenal dengan harmonisasi. Dalam mempercepat penanganan
perumahan dan permukiman kumuh, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah membutuhkan kerjasama yang melibatkan semua pihak. Kerjasama yang
dibutuhkan adalah kerjasama yang tidak biasa, yakni kerjasama berkesinambungan. Kerjasama
diharapkan melahirkan sinergi, baik horizontal (antara Pemda, masyarakat dan dunia usaha)
maupun vertikal (antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah). Dibutuhkan penanganan
secara bersama-sama karena kekumuhan terbukti melemahkan sendi kehidupan sosial dan
menurunkan kualitas kota. Kekumuhan dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan
kualitas hidup, setidaknya dari aspek kesehatan, lingkungan dan pendidikan. Tanpa upaya
bersama, penanganan kumuh sulit teratasi. Dibutuhkan peran banyak pihak.
Sasaran Penanganan kumuh tidak hanya pada ranah fisik saja, melainkan meliputi berbagai
bidang untuk mewujudkan terjadinya :
1. perubahan perilaku sosial melalui suatu transformasi peningkatan kapasitasdan proses
pembelajaran di masyarakat
2. peningkatan kesejahteraan di kelompok masyarakat sasaran
3. peningkatan kualitas permukiman dalam Skala Kota
4. upaya nyata mewujudkan Urban Good Governance

Dalam membangun kolaborasi direkomendasikan untuk menjalankan hal-hal berikut :


1. Memperkuat kapasitas kelompok-kelompok komunitas kota agar mampu berpartisipasi
aktif di setiap proses penanganan permukiman kumuh dan pencegahannya .
2. Bangun kemitraan strategis, bukan kerjasama yang bersifat sementara. Kemitraan
strategis adalah aliansi strategik, sebuah hubungan by design, yang merupakan
kesepakatan yang timbul antara Masyarakat, SKPD, akademisi, city changer dan Dunia
Usaha untuk saling berbagi biaya, risiko, dan manfaat yang diperoleh dengan
mengembangkan peluang baru.
3. Bangun komitmen bahwa bisnis layanan penanganan kumuh saat ini tidak mungkin lagi
“go it alone” (Pramono; 2015). Untuk mampu menanggapi beraneka tantangan dalam
lingkungan yang senantiasa berubah, diperlukan suatu spektrum baru praktik manajemen
yang hanya terjadi jika berkolaborasi.
4. Kolaborasi yang dilakukan direkomendasikan berbentuk inovasi teknologi (research &
development), inovasi mandiri dalam organisasi, restrukturisasi pelayanan, dan
penerapan teknologi informasi. Di negara maju aliansi strategis dianggap sebagai “jalan
keluar terakhir” dalam strategi manajemen dan perolehan profit. Secara prinsip aliansi
seharusnya tidak menggambarkan “merger” atau “akusisi” para pihak yang terlibat
didalamnya, terhadap yang kecil-menengah, melainkan harus berkolaborasi dalam
kesetaraan.
5. Kolaborasi sebagai kemitraan strategis adalah suatu cara untuk meng-generate dampak
sinergitas dalam manajemen sumberdaya sehingga menghasilkan sejumlah sumberdaya
(multisources)melalui :
a Perluasan (diversifikasi) pengembangan operasi pelaksanaan
b operasi dalam ruang lingkup kegiatan yang sudah ada hingga timbul kesadaran
kolektif bahwa sumberdaya manajerial dan teknologi tidaklah memadai (lagi) untuk
dijalankan secara sendiri-sendiri (single source) dalam menanggapi tantangan
pembangunan yang makin cepat mengalami perubahan.
c Upaya memadukan sumberdaya internal organisasi dengan sumberdaya mitra
kerjasama dan sumberdaya institusi lainnya, maka para pihak memiliki kemungkinan
membuka diri untuk menciptakan produk baru. Kemitraan dalam penanganan kumuh
sebagai bagian dari layanan pemerintah untuk berbagi urusan pemerintahan wajib
yang dapat didesentralisasikan (konkuren) memiliki tiga aspek penting, yaitu Cakupan
layanan(services of scope), proses layanan (services of speed), Efek berjejaring
(network effect).
6. Jalankan (eksekusi) pengaturan atau penertiban di wilayah-wilayah permukiman
kumuh termasuk kepastian bermukim, keamanan kepemilikan dan administrasi
pertanahan, pengaturan kelembagaan, aturan-aturan perlindungan lingkungan,
perencanaan, dan pengendalian pembangunan, serta pengaturan partisipasi untuk
semua stakeholders terutama kelompok-kelompok masyarakat rentan.
7. Lakukan pengaturan pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan infrastruktur,
yang menjamin keamanan dan keselamatan penghuninya.

Konsep penanganan permukiman kumuh berdasarkan kajian social memiliki strategi


penanganan:
a. Bersama PEMDA memberikan kemudahan dalam sertifikasi lahan/ bangunan warga
yang belum memiliki IMB/ SHM/ HGB
b. Bersama PEMDA menertibkan bangunan sempadan sungai dengan penataan dan
pembangunan jalan inspeksi sempadan sungai selebar 2 m, Sekaligus mendukung aturan
bufferzone wilayah sungai/ saluran parit besar
c. Konsolidasi lahan dengan utput administrasi berupa surat hibah/ izin pakai/ izin dilewati
atau Dokumen Konsolidasi Lahan (LARAP) dan ganti rugi bila diperlukan

4.2.2 EKONOMI
Konsep penanganan permukiman kumuh berdasarkan kajian Ekonomi memiliki strategi
penanganan sebagai beikut:
a. Peningkatan ciri khas/ citra kawasan sebagai bentuk daya tarik kawasan yang
mengundang kegiatan/ aktivitas ekonomi
b. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sekitar serta pihak swasta
untuk meningkatkan fungsi industry rumah tangga sebagai bentuk pengembangan
kawasan seiring dengan pengembangan dan penanganan atau perbaikan infrastruktur
kawasan permukiman
c. Pembentukan kelompok kerja pemberdayaan masyarakat terkait dengan pembiayaan
beserta pelaksanaan program penanganan kawasan permukiman yakni terkait dengan
kerjasama dalam hal pembiayaan baik melalui pemerintah, swasta (CSR) maupun
swadaya mengingat masyaraat setempat merupakan pemakai/ penerima hasil
pemanfaatan

4.2.3 LINGKUNGAN
Konsep penanganan permukiman kumuh berdasarkan kajian Lingkungan memiliki
strategi penanganan sebagai beikut:
a. Penertiban dan penataan bangunan sempadan sungai/ saluran parit besar yakni dengan
pembangunan jalan inspeksi yang terintegrasi terhadap utilitas system drainase,
persampahan, air limbah, air minum, Ruang Terbuka Hijau dan pengamananan kebakaran
b. Peningkatan konektifitas sambungan rumah pembuangan air limbah, menuju IPAL
Komunal eksisting yang telah ada di lapangan
c. Akses jalan inspeksi memberikan kemudahan dalam pelayanan pengumpulan/
pengangkutan persampahan (sampah terpilah) menuju transfer depo
d. Bersama PEMDA akan disusun Dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Dampak
Lingkungan (UKL – UPL) sesuai kriteria persyaratan izin lingkungan menurut Permen PU
No. 10 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai