Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Air bersih adalah salah satu sumber daya yang paling berharga karena fungsinya
dalam membangun kehidupan. Populasi dunia terus meningkat dalam setiap tahun. Manusia
cenderung berkembang biak semakin banyak sehingga populasi dunia mencapai tiga kali
lipat hanya dalam jangka waktu satu abad dan akan terus meningkat sebanyak 40% sampai
50% dalam 50 tahun mendatang. Angka ini diestimasi dari kecenderungan pertumbuhan
dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan populasi juga berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, teknologi, industrialisasi dan laju urbanisasi . Selain itu, pertumbuhan populasi
juga menyebabkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan polusi pada air. Masalah
penyediaan air bersih merupakan masalah yang perlu ditangani secara detail dan
menyeluruh karena masalah tersebut akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Penelitian saat ini terfokus pada masalah air yaitu dengan menemukan cara
untuk mendapatkan air bersih. Pemurnian air adalah proses untuk menghilangkan pengotor
seperti ion logam, senyawa organik, padatan tersuspensi dan kontaminan biologis untuk
mendapatkan air bersih. Air bersih dapat dibuat dari air sungai dan air laut.

Membran adalah teknologi pemisahan dengan efisiensi yang tinggi serta harga yang
cukup murah untuk kebutuhan pemurnian air. Membran berbasis polimer merupakan
membran yang sering digunakan di industri karena lebih murah dan mempunyai unjuk kerja
tertinggi. Akan tetapi, membran polimer mempunyai ketahanan mekanik dan termal yang
rendah sehingga tidak dapat digunakan pada proses dengan keadaan ekstrim. Beberapa
metode modifikasi telah dilakukan untuk menambah kekuatan membran tersebut. Makalah
ini akan membahas tentang pengaplikasian membran berbasis polimer termasuk material,
preparasi, modifikasi, dan beberapa contoh aplikasi lainnya pada proses pengolahan air.
Gambar 1. Diagram blok dari unit membrane
BAB II
LATAR BELAKANG

Teknologi Membran Dalam Pengolahan Air


2.1 Prinsip Membran
Membran adalah unit pemisah yang memisahkan umpan menjadi konsentrat dan
permeat. Persamaan neraca massa untuk sistem tersebut adalah sebagai berikut :

𝑄𝑓 𝑥 𝐶𝑓=𝑄𝑐 𝑥 𝐶𝑐+ 𝑄𝑝 𝑥 𝐶𝑝
Persamaan tersebut didasarkan neraca massa terlarut.
Keterangan :
 Qf adalah laju alir volumetrik umpan
 Qc adalah laju alir volumetrik konsentrat
 Qp adalah laju alir volumetrik permeat
 Cf adalah konsentrasi umpan
 Cc adalah konsentrasi konsentrat
 Cp adalah konsetrasi permeat

Membran dapat dibagi sebanyak empat jenis berdasarkan tekanan operasi :


1. Mikrofiltrasi (MF), dapat memisahkan partikel dengan ukuran sebesar 0,1 sampai
0,5 𝜇m. Penggunaan mikrofiltrasi sangat cocok untuk menurunkan kekeruhan
(turbidity) yang disebabkan oleh partikel terlarut dan mikroorganisme. Material
membran yang digunakan dapat berasal dari polimer organik seperti polipropilen
atau polikarbonat, keramik, dan metal alloy. Terdapat 2 mekanisme pemisahan:
a. Dead-end Microfiltration
Biasa disebut juga “conventional process”. Aliran air mengarah langsung ke
membran dan partikel padatan akan terakumulasi diatas permukaan
membran hingga dilakukan backwash (cuci terbalik), jika tidak ada
backwash maka laju alir dapat menurun hingga nilainya 0 karena semua
partikel padatan menyebabkan blocking (penutupan pori) sampai menutup
semua pori membran. Setelah dilakukan backwash, padatan yang
terakumulasi diatas permukaan membran akan dibersihkan dan kemudian
ditampung untuk dibuang.
b. Cross-flow Microfiltration
Aliran air pada cross-flow microfiltration secara turbulen sepanjang
membran sehingga dapat mencegah terjadinya akumulasi partikel padatan
diatas permukaan membran. Jenis membran yang digunakan biasanya
berbentuk tabung (misal: tubular membrane, holow fiber membrane). Air
yang tidak terfiltrasi dan mengandung partikel padatan (retentate) akan
dialirkan keluar atau difilter kembali. Istilah “cross-flow” digunakan karena
aliran air umpan (feed) dan aliran air terfiltrasi (permeate) mengarah sudut
90 derajat (tangential). Prosess ini sangatlah banyak digunakan dan hasilnya
bagus untuk air umpan yang memiliki konsentrasi tinggi partikel padatan.

2. Ultrafiltrasi (UF), dapat memisahkan partikel dengan ukuran sebesar 0,05 sampai
0,005 𝜇m.Kemampuan pemisahan pada ultrafiltrasi jauh lebih baik dibandingkan
mikrofiltrasi. Istilah “ultra” secara bahasa berarti yang teramat sangat, dimana
semua mikroorganisme dapat terpisah sempurna termasuk juga makromolekul
seperti protein yang biasanya dihasilkan oleh mikroorganisme, adapun air dan
molekul rendah akan melewati membran. Pada beberapa industri, teknik pemisahan
dan pemurnian makromolekul (103-106 Dalton) dalam larutan akan menggunakan
ultrafiltrasi. Secara prinsipnya, ultrafiltrasi sama dengan mikrofiltrasi dimana
terdapat 2 proses mekanisme: dead-end dan cross-flow. Perbedaan utamanya adalah
ukuran pori membran yang jauh lebih kecil dibandingkan mikrofiltrasi.
Umumnya material yang digunakan untuk membran ultrafiltrasi adalah polimer
seperti polysulfone, polypropylene, cellulose acetate, dan polylactic acid, akan
tetapi ada juga yang menggunakan membran keramik untuk aplikasi suhu tinggi.
Gambar dibawah adalah aplikasi membran ultrafiltrasi yang membedakan dengan
membran mikrofiltrasi. Hasil akhir berupa air bersih yang masih mengandung
garam-garam terlarut.

3. Nanofiltrasi (NF), dapat memisahkan partikel dengan ukuran sebesar 0,5 sampai
1nm. Penggunaan istilah “nano” mengacu pada pori membran yang berukuran nano
(artinya pangkat -9), yaitu 1-5 nm. Membran nanofiltrasi memiliki kemampuan
menahan ion divalen seperti ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+), akan
tetapi dapat melewatkan ion monovalen seperti ion natrium (Na+) dan ion kalium
(K+) . Untuk senyawa organik dengan berat molekul 200-300 dapat difilter dengan
sempurna seperti sukrosa (gula pasir). Kemampuannya yang sangat spesifik dalam
filtrasi menjadikan nanofiltrasi sebagai pilihan yang tepat terkait dengan efektifitas,
kelayakan, dan ekonomis. Penggunaan nanofiltrasi meliputi demineralisasi,
penghilangan senyawa warna, dan desalting. Design membran biasanya seperti
membran reverse osmosis dalam bentuk spiral wound (lihat gambar dibawah).

4. Reverse Osmosis (RO), dapat memisahkan partikel dengan ukuran 10 MWCO.


Peristiwa osmosis banyak terjadi dialam karena disebabkan oleh perbedaan tekanan
yang dipisahkan oleh membran semipermeabel dimana cairan yang sedikit
mengandung zat terlarut (larutan encer) akan mengalir ke cairan yang banyak
mengandung zat terlarut (larutan pekat). Jika aliran air berlawanan dengan peristiwa
osmosis dimana air mengalir dari larutan pekat ke larutan encer karena diberikan
gaya dorong (driving force) maka disebut osmosis terbalik atau reverse osmosis,
yang disingkat RO (lihat gambar dibawah).

Membran RO mampu memfilter mulai dari bakteri hingga ion monovalen yang
terkandung didalam air. Ukuran porinya yang sangat kecil kurang dari 1 nm dapat
secara efektif menghasilkan air murni, akan tetapi membutuhkan energi yang besar
dengan tekanan sekitar 50 bar tergantung dari jumlah komponen zat terlarut dalam
air, dengan demikian teknologi RO sedikit berbeda dengan teknologi filtrasi
membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, atau nanofiltrasi, karena gaya dorong bukan
hanya dipengaruhi oleh tekanan tapi konsentrasi zat terlarut melalui proses difusi.
Teknologi membrane RO banyak digunakan untuk pemurnian air minum dari air
laut, penghilangan garam dan material terlarut lainnya dalam air. Design membran
RO berbentuk spiral wound dan gambar dibawah sebagai ilustrasi proses filtrasi
yang dilakukan oleh membran RO.

MF dan UF sudah digunakan untuk memproduksi air minum sekitar 15 tahun yang
lalu. Selain itu, membran juga dipisahkan berdasarkan bentuk modulnya yaitu Spiral
Wound, hollow fiber, dan flat-sheet.Selain itu, membran juga dapat dioperasikan pada beda
tegangan listrik seperti yang ditemukan di Elektrodialisis (ED), Elektrodialisis balik (EDR),
dan Elektrodeionisasi (EDI).
Membran juga dapat dibagi berdasarkan driving force :
1. Pressure Driven (MF, UF, NF, dan RO)
2. Vacuum Driven (MF dan NF)
3. High Voltage Current (EDR dan EDI)
4. Osmotic Pressure (FO dan PRO)
Membran dapat digolongkan berdasarkan jenis unit atau modulnya. Penggolongan
tersebut dibagi menjadi bentuk membran yang paling umum. Contohnya spiral wound,
hollow fiber, plate and frame dan lain- lain. Bentuk modul yang paling sering digunakan
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pembagian Jenis Modul pada Membran

2.2 Material Penyusun Membran Pengolah Air


Material yang digunakan untuk membran mempunyai sifat-sifat untuk proses
pemisahan. Pemisahan melalui membran mempunyai mekanisme-mekanisme sendiri
berdasarkan diameter pori yang digunakan. Pada operasi dengan temperatur dan tekanan
tertentu, membran harus dapat berfungsi secara maksimal. Untuk itu, pemilihan material
dilakukan dengan meninjau fungsi dari membran yang akan dibuat.
Material yang digunakan dalam membran pengolahan air adalah material yang
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Hidrofilik, yaitu material yang dapat berinteraksi tarik-menarik dengan air.
2. Permeabilitas Air, Material tersebut harus mempunyai kemampuan untuk
melewatkan senyawa air.
3. Selektivitas , Selain kemampuan melewati, membran yang digunakan juga harus
selektif, khususnya dalam memisahkan air dengan pengotor-pengotornya
4. Mempunyai sifat anti-bakterial, kebutuhan air minum dan kemurnian lebih tinggi
menyebabkan peningkatan kualitas air. Salah satu masalah terbesar dalam
memproduksi air adalah kadar bakteri. Air merupakan tempat berkembang biaknya
bakteri khususnya di dalam membran yang cenderung statis. Untuk itu membran
tersebut harus dapat membunuh bakteri-bakteri yang menempel pada permukaan
membran pemisah.
5. Mempunyai sifat ketahanan mekanik yang kuat. Dalam pengolahan air dengan
membran , dibutuhkan tekanan operasi yang cukup tinggi untuk melewatkan
partikel yang diinginkan melewati pori-pori membran. Contoh yang paling ekstrem
adalah desalinasi air laut yang mencapai tekanan operasi 50-70 bar.

Material penyusun utama membran dapat berupa logam, polimer, keramik, dan lain-lain.
Untuk pemanfaatan pengolahan air, membran yang sering digunakan untukmemisahkan air
dari kotorannya adalah membran polimer.
Polimer adalah senyawa yang terdiri dari banyak monomer. Polimer mempunyai
sifat yang beragam bergantung pada senyawa penyusunnya dan susunan antar-molekul
pada polimer. Polimer yang sering digunakan dalam pembuatan membran dapat dilihat di
tabel 1.

Tabel 1 Jenis Polimer Umum dan Sifatnya dalam Pembuatan Membran


Struktur Polimer Karakteristik

 Hidrofobik
 Ikatan Hidrogen
 Mudah fouling
 Kurang hidrofobik
 Berikatan hidrogen dengan air
 Dapat merejeksi protein dan
polisakarida
 Sangat hidrofobik
 Tidak mudah fouling

Tabel 1 memperlihatkan material membran yang hidrofobik. Membran lainnya yang


dapat dipakai dalam pembuatan membran pengolahan air adalah polialkohol (PA), polivinil
alkohol (PVA), Selulosa Asetat (CAc), dan Poliakrilonitril (PAN). Membran PDMS sering
digunakan untuk memisahkan senyawa organik dari larutan air Membran-membran tersebut
mempunyai sifat hidrofilik. Akan tetapi, membran-membran tersebut mudah terkena
fouling dan tidak tahan pada tekanan tinggi. Membran-membran hidrofobik cenderung
bersifat kuat dan tidak mudah fouling. Membran tersebut sangat banyak. Untuk
mengoptimasi kegunaan tersebut dibuatlah beberapa membran modifikasi. Membran
tersebut dibuat melalui penampuran polimer dan material lainnya. Material tersebut sering
disebut komposit.

2.3 Aplikasi Membran dalam Pengolahan Air


Penggunaan membran dalam pengolahan air beragam termasuk desalinasi air laut,
water softening, pemurnian limbah industri dan rumah tangga, produksi air utra-murni
untuk industri pangan, farmasi dan proses. Penggunaan membran mempunyai banyak
keuntungan salah yaitu dari segi fleksibilitas, biaya, tidak memerlukan banyak energi,
stabil, mudah untuk dikontrol, dan dapat diperbesar dalam rentang operasi yang beragam.
Walaupun begitu masih banyak sekali masalah yang muncul dari proses berbasis membran
termasuk fouling, pengolahan konsentrat, umur membran dan ketahanan mekanik, termal,
dan kimiawi.
Kegunaan membran dalam dalam produksi air minum antara lain adalah dengan
penggunaan membran reverse osmosis. Modul membran dapat didesain dengan 4 cara yaitu
: satu tahap, dua tahap, two-pass, three center. Sebelum masuk ke reverse osmosis, air
diolah terlebih dahulu dengan penyaring dan ultrafiltrasi.Contoh lain adalah membran
ultrafiltrasi yang digunakan dalam industri makanan , kimia , dan nuklir.
Pengolahan air limbah juga menggunakan teknologi berbasis membran yaitu
bioreaktor membran (MBR). Membran tersebut dicelupkan dalam tangki limbah dan
menyaringnya menggunakan mikroba yang tumbuh pada membran. Membran ini cocok
untuk aplikasi yang membutuhkan efluent yang besar. Umumnya, MBR digunakan sebagai
pengolah awal yang dilanjutkan dengan pengolahan dengan nanofiltrasi, dan reverse
osmosis. Biaya penyediaan MBR juga semakin menurun dari tahun ke tahun yaitu sekitar
400 US$/m2 pada 1992, 100 US$/m2 pada tahun 2000. Biaya operasi MBR saat ini sudah
mencapai 0,25-1,25 US$/ m2. MBR sudah digunakan di Kubota Jepang sebanyak 237
buah, Mitsubishi (Jepang) sebanyak 185 buah sebagai pengguna terbanyak. Perusahaan lain
yang menggunakan MBR antara lain Zenon dan Orelis.
Penggunaan membran PVA dalam pengolahan air laut telah dibuat dengan jenis
hollow fiber Pengolahan produced water diperlukan juga dalam industri minyak dan gas
karena kebutuhan air yang sangat vital. Produksi air dalam industri minyak dan gas akan
terus bertambah seiring berjalannya waktu dengan teknologi membran yang baru.

Gambar 3. Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum dengan Teknologi Membran
BAB III
ISI

3.1. Tahap Pembuatan dan Preparasi


Pembuatan membran dapat dilakukan dengan beberapa metode tergantung dari jenis
material dan fungsi dari membrane tersebut. Metode yang umumnya digunakan adalah
sintering, pelonggaran, track-etching, leaching, inversi fasa.

(A)

(B)
Gambar 4. Metode Preparasi Membran (A) Evaporasi (B) Pengendapan celup
Preparasi membran adalah proses penyiapan membran untuk digunakan. Proses preparasi
yang umum digunakan adalah casting, spinning, polimerisasi permukaan, coating, dan
secondary growth.
Proses casting sederhana menggunakan pisau pencetak untuk mencetak larutan
polimer menjadi membran yang diinginkan. Teknik preparasi casting sering digunakan
pada skala laboratorium. Teknik casting juga dapat dibantu oleh alat seperti evaporator dan
alat pengendapan celup. Alat evaporasi digunakan untuk menghilangkan pelarut dan
mengendapkan polimer membran sedangkan alat pengendapan celup membutuhkan
medium fluida untuk pengendapan. Mekanisme kerja kedua alat tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.
Proses spinning identik dengan pembuatan membran hollow fiber. Pembuatan
membran dengan metode ini menggunakan spinneret untuk mengekstrusi cairan polimer
dalam bentuk benang-benang tipis yang nantinya akan dialirkan pada medium pengendapan
dan dikeringkan. Skema alat spinneret dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 5. Metode Spinning dalam Preparasi Membran

Proses coating adalah proses pelapisan alat cetak dengan larutan membran yang
kemudian dipadatkan kembali pada suatu medium. Polimerisasi permukaan adalah
pembuatan membran dengan cara melakukan polimerisasi pada permukaan material
berpori. Metode jenis ini paling banyak digunakan khususnya pada indsutri pengolah air.
Preparasi membran juga dapat dilakukan dengan mentode emulsi. Metode emulsi
sederhana mulai menjadi perhatian dalam 10 tahun terakhir. Prinsipnya adalah dengan
memaksa partikel terdispersi untuk masuk membran dengan pori seragam.

3.2 . Modifikasi Membran


3.2.1 Pencampuran membran
Polimer dapat dicampurkan dengan sesama polimer, logam, garam, dan lain-
lain melewati metode pencampuran. Beberapa polimer seperti polietersulfon
(PES) dan polivinilidenflorida (PVDF) sudah mempunyai sifat termal dan
mekanik yang stabil sehingga cocok untuk dipakai dalam material penyusun
membran. Akan tetapi, Penggunaan PES dan PVDF hanya terbatas pada membran
yang bersifat hidrofobik sehingga tidak cocok untuk dilewatkan oleh air dan
mempunyai kemungkinan fouling yang tinggi. Di lain pihak, polimer yang terbuat
dari bahan hidrofilik seperti polivinilalkohol (PVA) ,Selulosa asetat (CAc), dan
poliakrilonitril (PAN) juga sering digunakan dalam pembuatan membran. Akan
tetapi, membran hidrofilik tersebut mempunyai ketahanan mekanik dan termal
yang lebih rendah dibandingkan dengan membran hidrofobik. Penggabungan
kedua sifat tersebut dapat diatur dengan memvariasikan komposisi pada campuran
awal membran.
Tujuan utama dari pencampuran polimer dalam metode ini adalah untuk
meningkatkan hidrofilitas dan menurunkan kemungkinan fouling. membuat
membran PES dengan mencampurkan polimer dengan konsentrasi yang berbeda
yaitu CAP (20,30,40%) dan PVP (2,4, dan 8%). Membran yang terbentuk bersifat
hidrofilik karena terdapat banyak gugus karbonil pada CAP. Laju fluks air murni,
dan rejeksi protein meningkat seiring dengan bertambahnya rasio komposisi
PES/CAP. Penambahan CAP pada campuran juga dapat mengurangi risiko
fouling pada membran PES.
3.2.2 Komposit Film Tipis (TFC)
Membran padat umumnya mempunyai fluks yang rendah tetapi mempunyai
selektivitas tinggi. Sebaliknya. Membran berpori mempunyai selektivitas yang
rendah tetapi mempunyai permeabilitas yang tinggi. Untuk meningkatkan fluks
yang melewati membran padat dengan selektivitas tinggi, diperlukan pengurangan
ketebalan membran.
Komposit yang dibuat terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan tipis di atas dan
penyangga. Fungsi utama dari penyangga adalah untuk memberikan ketahanan
mekanik pada membran, sedangkan fungsi utama dari lapisan tipis membran
adalah sebagai tempat permease dan pemisahan dengan membran. Membran lapis
tipis (TFC) umumnya dibuat dengan dua tahap yaitu pembentukan penyangga
yang berpori dan dilanjutkan dengan pelapisan lapisan tipis. Pembentukan lapisan
tipis dibuat dengan metode dip-coating dan polimerisasi antarfasa.
Polimerisasi antarfasa sangat unik dan menjadi fokus perhatian dari para pakar
membran. Proses yang terjadi pada polimerisasi antarfasa adalah reaksi yang
terjadi pada permukaan antara dua monomer yang berhimpitan dengan perbatasan
dua fasa antara larutan yang saling tidak larut. Pembuatan membran dimulai
dengan mengisi pori – pori penyangga dengan cairan A. Kemudian penyangga
tersebut dicelupkan dalam wadah berisi reaktan yang akan bereaksi dengan cairan
A. Polimerisasi terjadi pada perbatasan fasa sehingga terbentuk polimer yang
mempunyai banyak cross-link. Bantuan sinar uv digunakan untuk mengontrol
reaksi polimerisasi yang terjadi.
Membran berbasis Polianilin (PA) telah dibuat secara komersial menggunakan
metode polimerisasi antarfasa. Reaksi polimerisasi yang digunakan adalah reaksi
polimerisasi antara PDA dan TMC. Poliamida (PDA) menunjukkan unjuk kerja
yang lebih baik untuk menghilangkan pengotor dari air. Permeabilitas dari air
sebesar 7 hingga 21 kg/m2 untuk larutan garam NaCl (1g/L) dan MgSO4 (1g/L)
pada tekanan operasi 5 dan 10 bar. Rejeksi ion bivalen lebih besar dibandingkan
monovalen (MgSO4 90%, NaCl 67%).
Pembuatan membran lapis tipis ini juga bertujuan untuk meningkatkan
permeabilitas air. Membran jenis ini banyak digunakan juga untuk komposit
nanomaterial seperti pada perak, seng, titanium , dan lain-lain.

Tabel 2 Data Hasil Penelitian dari Pembuatan Membran Komposit


Umpan Sifat
CA/ SPSf pori besar
PVDF/PMMA Effluent dari pabrik mesin Pori lebih besar, hidrofilitas, lower
fouling
PS/PA Larutan CN- , Zn2+, sifat kimia stabil, less mechanic
Zn(CN42-) resistance, selektivitas tinggi

PES/ CAP/ Larutan Susu hidrofilitas tinggi, fluks air, melewatkan


PVP larutan susu, menahan protein
PES/PI/PVP Larutan garam hidrofilitas tinggi, fluks air tinggi,
menahan larutan garam
SPC/ PVDF Emulsi minyak Lower fouling
PSf/ PAN Larutan logam berat Penurunan besar porositas permukaan,
porositas dan permeabilitas ,rejeksi
logam berat

3.2.3 Pembuatan Nanokomposit


Salah satu alternatif lain untuk meningkatkan unjuk kerja dari membran adalah
dengan menggunakan nanokomposit. Membran berbasis polimer akan dicampurkan dengan
partikel-partikel anorganik seperti Carbon nanotubes, nanoclay, nano-perak, TiO2, ZnO,
Al2O3, Fe3O4, SiO2 ,dan ZrO2. Nanokomposit tersebut adalah nanokomposit yang banyak
digunakan. Penambahan komposit-komposit ini akan meningkatkan sifat fisika dan kimia
dari membran tersebut. Pembuatan film dengan kandungan nanokomposit dapat
meningkatkan sifat antibakterial, fotokatalisis , dan adsoptivitas.
3.3. Carbon nanotubes (CNT)
CNT telah menarik banyak perhatian karena sifatnya yang unik. CNT mempunyai
sifat hidrofilitas yang baik, stabil secara kimia, dan mempunyai permukaan yang sangat
luas. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan untuk pembuatan material yang mempunyai sifat
anti bakteri. CNT dapat menambah kekuatan membran karena mempunyai rasio aspek yang
tinggi dan kekuatan yang tinggi Produksi CNT sudah dapat menghasilkan single-walled
(SW), double-walled (DW), dan multiwalled (MW) untuk ditambahkan pada komposit
polimer.
Preparasi membran ini dapat dilakukan dengan empat cara. Cara pertama adalah
dengan filtrasi larutan yang mengandung CNT terdispersi dengan membran. Cara kedua
adalah dengan polimerisasi in situ pada permukaan komposit membran. Cara ketiga adalah
dengan mendispersikan CNT ke dalam larutan monomer dan dilanjutkan dengan proses
polimerisasi antarfasa. Cara keempat adalah dengan mencampurkan nanopartikel ke dalam
campuran awal membran dan dicelupkan pada coagulation bath. Metode pencampuran
mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini mudah
karena kondisi yang lunak, mempunyai reprodusibilitas yang tinggi, dan dapat
dikomersialkan secara industri.
CNT mempunyai sifat yang baik dalam hal kestabilan kimia dan konduktivitas
listrik. Akan tetapi, CNT tidak mudah untuk didispersikan dalam larutan organik dan
polimer. Oleh karena itu, dibutuhkan modifikasi permukaan dari CNT untuk dapat
ditempelkan pada permukaan membran. Modifikasi yang paling sering digunakan adalah
modifikasi secara kimia yaitu dengan menambahkan gugus-gugus yang dapat
meningkatkan interaksi dengan matriks polimer atau sering disebut dengan gaya adesi.
Membuat nanokomposit yang tersusun atas PES dan MWCNT yang telah
termodifikasi oleh asam yaitu larutan 3M HNO3/H2SO4 (1/3 v/v). CNT yang termodifikasi
ini ditempelkan ke permukaan menggunakan metode inversi fasa. Pencampuran ini
meningkatkan laju permeasi air dan menurunkan risiko fouling. juga membuat membran
anti-biofouling dengan mencampurkan PES dengan MWCNT yang termodifikasi oleh
TiO2. Untuk mendapatkan membran ini MWCNT dilarutkan ke dalam laurtan HNO3 dan
H2SO4 dengan rasio 3:1. Pencampuran ini akan menghasilkan gugus karboksil pada
permukaan MWCNT. Untuk menempelkan TiO2 ke dalam permukaan MWCNT yang telah
teroksidasi, polycitric acid ditempelkan pada CNT. Tahap terakhir adalah pelapisan
permukaan dengan partikel TiO2. Berikut adalah jalur sintesis MWCO yang termodifikasi
leh TiO2 pada gambar 6 .

Gambar 6. Reaksi modifikasi carbon nanotube (CNT)

3.4. Nanopartikel Perak


Diantara nanopartikel lainnya, perak merupakan nanomaterial pertama yang
mendapat perhatian dalam pembuatan komposit membran. Sifat anti bakteri yang dimiliki
oleh nanopartikel perak menjadikan material tersebut dijadikan sebagai bahan pembuatan
membran. Beberapa peneliti mempercayai bahwa perak adalah logam yang ramah
lingkungan karena tidak menimbulkan gejala alergi, tidak beracun, dan dapat terolah
dengan baik. Keuntungan dari nanopratikel perak adalah partikel tersebut tidak perlu
ditempelkan pada membran dalam tahap pembuatan. Akan tetapi, akitivitas antibakterial
dari partikel tersebut menurun karena adanya partikel yang hilang selama proses dan
adanya bakteri yang tidak mempunyai resistan terhadap Ag. Oleh karena itu, sifat yang
paling dicari dari nanopartikel tersebut adalah sifat untuk mereduksi biofouling. Contoh
modifikasi membran oleh nanopartikel perak adalah membran nitroselulosa.

3.5. Nanopartikel TiO2


Titanium oksida merupakan salah satu material yang digunakan dalam
semikonduktor dan mulai menarik perhatian karena sifat fotokatalisis, hidrofilitas, dan
penyerapan sinar UV. Beberapa peneliti membuat membran dengan TiO2 untuk
meningkatkan unjuk kerja membran seperti hidrofilitas dan menguragi risiko fouling. TiO2
merupakan membran yang paling mudah dibuat untuk aplikasi katalisis , fotokatalisis, dan
elektrokatalisis.
Mengamati pengaruh dari komposisi TiO2 terhadap unjuk kerja dari membran
PVDF dan PAI. Pembuatan membran ini dilakukan dengan metode inversi fasa. membuat
PS/TiO2 organik-anorganik membran hybrid dengan hidrofilitas yang tinggi dan permeasi
yang tinggi dengan metode sol-gel dilanjutkan dengan proses inversi fasa. Membran ini
mempunyai sifat hidrofilik, berpori, dan permeabilitas yang tinggi tanpa mengubah
kapasitas retensi.Salah satu manfaat penggunaan TiO2 pada campuran larutan polimer
adalah untuk mereduksi fouling. Tabel 3 menunjukkan hasil membran dengan
mencampurkan TiO2 dengan polimer lainnya.
TiO2 mempunyai sifat pembunuh bakteri dengan bantuan sinar UV. membuat
komposit membran dari PVDF-TiO2 dengan metode inversi fasa dengan mencampurkan
kosentrat TiO2 sebesar (0-4%) pada larutan PVDF. Sifat katalisis tersebut diuji dengan
bakteri E. coli (konsentrasi awal = 6,6 x 107cfu/ml) tanpa adanya paparan sinar uv.
Pengaruh tersebut dapat dilihat dari gambar 4. TiO2 juga dapat dibuat dengan metoda
electro-spinning dalam bentuk nanofiber.
Gambar 7. Profil konsentrasi bakteri terhadap waktu pada beberapa variasi fraksi
PVDF/TiO2
Tabel 3 material komposit TiO2 dan membrane
Polimer TiO2 (jenis) TiO2 (ukuran, nm)
PSf-PVDF-PAN Degussa P25 20
PVDF Rutil 26-30
PVB Anatase 180
PES Degussa P25 20
PES Rutile 30
PVDF Degussa P25 20
PVDF Degussa P25 20
PES Degussa P25 20
PVDF Degussa P25 20
PES Degussa P25 20
CA Anatase 62
PVDF/ SPES Degussa P25 20
PVDF Degussa P25 25
PVDF Degussa (80% anatase dan 20
20% rutile)
BAB IV
KESIMPULAN

Masalah utama yang muncul dari proses berbasis membran adalah fouling.
Kebutuhan akan pembersihan fouling sangat besar termasuk , pengolahan awal,
pembersihan dan penggantian membran. Penelitian tentang modifikasi membran sudah
dilakukan akan tetapi banyak dari hasil penelitian tersebut yang masih belum bisa
dikomersialisasi, Untuk itu diperlukan material-material baru yang relatif murah dan
mempunyai unjuk kerja yang baik untuk dapat dikomersialisasikan. Untuk menambahkan
unjuk kerja dapat digunakan instensifikasi proses dengan memodifikasi membran tersebut
khususnya dengan modifikasi modul. mensintesis membran menggabungkan polistiren ke
dalam membran HDPE untuk menolak logam berat seperti Cu, As, Cd, Co, Fe, dan Pb.
Pembuatan membran dapat dilakukan dengan banyak cara yaitu sintering, track-etching,
pelonggaran, inversi fasa, dan leaching. Preparasi membran dapat dilakukan dengan cara
spinning, polimerisasi permukaan, coating ,dan secondary growth. Pemilihan pembuatan
dan preparasi bergantung pada jenis material dan fungsi membran yang akan digunakan.
Modifikasi membran dilakukan dengan menambahkan dan mencampurkan material seperti
polimer, komposit, dan nanopartikel dalam campuran polimer untuk memberikan sifat
membran yang diinginkan. Penambahan material nano seperti perak, seng, titanium,
carbon, dapat menambah ketahanan mekanik dan mempunyai sifat antibakteri yang
memadai.

Anda mungkin juga menyukai