Polymer As Membrane Edit
Polymer As Membrane Edit
PENDAHULUAN
Air bersih adalah salah satu sumber daya yang paling berharga karena fungsinya
dalam membangun kehidupan. Populasi dunia terus meningkat dalam setiap tahun. Manusia
cenderung berkembang biak semakin banyak sehingga populasi dunia mencapai tiga kali
lipat hanya dalam jangka waktu satu abad dan akan terus meningkat sebanyak 40% sampai
50% dalam 50 tahun mendatang. Angka ini diestimasi dari kecenderungan pertumbuhan
dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan populasi juga berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, teknologi, industrialisasi dan laju urbanisasi . Selain itu, pertumbuhan populasi
juga menyebabkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan polusi pada air. Masalah
penyediaan air bersih merupakan masalah yang perlu ditangani secara detail dan
menyeluruh karena masalah tersebut akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Penelitian saat ini terfokus pada masalah air yaitu dengan menemukan cara
untuk mendapatkan air bersih. Pemurnian air adalah proses untuk menghilangkan pengotor
seperti ion logam, senyawa organik, padatan tersuspensi dan kontaminan biologis untuk
mendapatkan air bersih. Air bersih dapat dibuat dari air sungai dan air laut.
Membran adalah teknologi pemisahan dengan efisiensi yang tinggi serta harga yang
cukup murah untuk kebutuhan pemurnian air. Membran berbasis polimer merupakan
membran yang sering digunakan di industri karena lebih murah dan mempunyai unjuk kerja
tertinggi. Akan tetapi, membran polimer mempunyai ketahanan mekanik dan termal yang
rendah sehingga tidak dapat digunakan pada proses dengan keadaan ekstrim. Beberapa
metode modifikasi telah dilakukan untuk menambah kekuatan membran tersebut. Makalah
ini akan membahas tentang pengaplikasian membran berbasis polimer termasuk material,
preparasi, modifikasi, dan beberapa contoh aplikasi lainnya pada proses pengolahan air.
Gambar 1. Diagram blok dari unit membrane
BAB II
LATAR BELAKANG
𝑄𝑓 𝑥 𝐶𝑓=𝑄𝑐 𝑥 𝐶𝑐+ 𝑄𝑝 𝑥 𝐶𝑝
Persamaan tersebut didasarkan neraca massa terlarut.
Keterangan :
Qf adalah laju alir volumetrik umpan
Qc adalah laju alir volumetrik konsentrat
Qp adalah laju alir volumetrik permeat
Cf adalah konsentrasi umpan
Cc adalah konsentrasi konsentrat
Cp adalah konsetrasi permeat
2. Ultrafiltrasi (UF), dapat memisahkan partikel dengan ukuran sebesar 0,05 sampai
0,005 𝜇m.Kemampuan pemisahan pada ultrafiltrasi jauh lebih baik dibandingkan
mikrofiltrasi. Istilah “ultra” secara bahasa berarti yang teramat sangat, dimana
semua mikroorganisme dapat terpisah sempurna termasuk juga makromolekul
seperti protein yang biasanya dihasilkan oleh mikroorganisme, adapun air dan
molekul rendah akan melewati membran. Pada beberapa industri, teknik pemisahan
dan pemurnian makromolekul (103-106 Dalton) dalam larutan akan menggunakan
ultrafiltrasi. Secara prinsipnya, ultrafiltrasi sama dengan mikrofiltrasi dimana
terdapat 2 proses mekanisme: dead-end dan cross-flow. Perbedaan utamanya adalah
ukuran pori membran yang jauh lebih kecil dibandingkan mikrofiltrasi.
Umumnya material yang digunakan untuk membran ultrafiltrasi adalah polimer
seperti polysulfone, polypropylene, cellulose acetate, dan polylactic acid, akan
tetapi ada juga yang menggunakan membran keramik untuk aplikasi suhu tinggi.
Gambar dibawah adalah aplikasi membran ultrafiltrasi yang membedakan dengan
membran mikrofiltrasi. Hasil akhir berupa air bersih yang masih mengandung
garam-garam terlarut.
3. Nanofiltrasi (NF), dapat memisahkan partikel dengan ukuran sebesar 0,5 sampai
1nm. Penggunaan istilah “nano” mengacu pada pori membran yang berukuran nano
(artinya pangkat -9), yaitu 1-5 nm. Membran nanofiltrasi memiliki kemampuan
menahan ion divalen seperti ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+), akan
tetapi dapat melewatkan ion monovalen seperti ion natrium (Na+) dan ion kalium
(K+) . Untuk senyawa organik dengan berat molekul 200-300 dapat difilter dengan
sempurna seperti sukrosa (gula pasir). Kemampuannya yang sangat spesifik dalam
filtrasi menjadikan nanofiltrasi sebagai pilihan yang tepat terkait dengan efektifitas,
kelayakan, dan ekonomis. Penggunaan nanofiltrasi meliputi demineralisasi,
penghilangan senyawa warna, dan desalting. Design membran biasanya seperti
membran reverse osmosis dalam bentuk spiral wound (lihat gambar dibawah).
Membran RO mampu memfilter mulai dari bakteri hingga ion monovalen yang
terkandung didalam air. Ukuran porinya yang sangat kecil kurang dari 1 nm dapat
secara efektif menghasilkan air murni, akan tetapi membutuhkan energi yang besar
dengan tekanan sekitar 50 bar tergantung dari jumlah komponen zat terlarut dalam
air, dengan demikian teknologi RO sedikit berbeda dengan teknologi filtrasi
membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, atau nanofiltrasi, karena gaya dorong bukan
hanya dipengaruhi oleh tekanan tapi konsentrasi zat terlarut melalui proses difusi.
Teknologi membrane RO banyak digunakan untuk pemurnian air minum dari air
laut, penghilangan garam dan material terlarut lainnya dalam air. Design membran
RO berbentuk spiral wound dan gambar dibawah sebagai ilustrasi proses filtrasi
yang dilakukan oleh membran RO.
MF dan UF sudah digunakan untuk memproduksi air minum sekitar 15 tahun yang
lalu. Selain itu, membran juga dipisahkan berdasarkan bentuk modulnya yaitu Spiral
Wound, hollow fiber, dan flat-sheet.Selain itu, membran juga dapat dioperasikan pada beda
tegangan listrik seperti yang ditemukan di Elektrodialisis (ED), Elektrodialisis balik (EDR),
dan Elektrodeionisasi (EDI).
Membran juga dapat dibagi berdasarkan driving force :
1. Pressure Driven (MF, UF, NF, dan RO)
2. Vacuum Driven (MF dan NF)
3. High Voltage Current (EDR dan EDI)
4. Osmotic Pressure (FO dan PRO)
Membran dapat digolongkan berdasarkan jenis unit atau modulnya. Penggolongan
tersebut dibagi menjadi bentuk membran yang paling umum. Contohnya spiral wound,
hollow fiber, plate and frame dan lain- lain. Bentuk modul yang paling sering digunakan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Material penyusun utama membran dapat berupa logam, polimer, keramik, dan lain-lain.
Untuk pemanfaatan pengolahan air, membran yang sering digunakan untukmemisahkan air
dari kotorannya adalah membran polimer.
Polimer adalah senyawa yang terdiri dari banyak monomer. Polimer mempunyai
sifat yang beragam bergantung pada senyawa penyusunnya dan susunan antar-molekul
pada polimer. Polimer yang sering digunakan dalam pembuatan membran dapat dilihat di
tabel 1.
Hidrofobik
Ikatan Hidrogen
Mudah fouling
Kurang hidrofobik
Berikatan hidrogen dengan air
Dapat merejeksi protein dan
polisakarida
Sangat hidrofobik
Tidak mudah fouling
Gambar 3. Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum dengan Teknologi Membran
BAB III
ISI
(A)
(B)
Gambar 4. Metode Preparasi Membran (A) Evaporasi (B) Pengendapan celup
Preparasi membran adalah proses penyiapan membran untuk digunakan. Proses preparasi
yang umum digunakan adalah casting, spinning, polimerisasi permukaan, coating, dan
secondary growth.
Proses casting sederhana menggunakan pisau pencetak untuk mencetak larutan
polimer menjadi membran yang diinginkan. Teknik preparasi casting sering digunakan
pada skala laboratorium. Teknik casting juga dapat dibantu oleh alat seperti evaporator dan
alat pengendapan celup. Alat evaporasi digunakan untuk menghilangkan pelarut dan
mengendapkan polimer membran sedangkan alat pengendapan celup membutuhkan
medium fluida untuk pengendapan. Mekanisme kerja kedua alat tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.
Proses spinning identik dengan pembuatan membran hollow fiber. Pembuatan
membran dengan metode ini menggunakan spinneret untuk mengekstrusi cairan polimer
dalam bentuk benang-benang tipis yang nantinya akan dialirkan pada medium pengendapan
dan dikeringkan. Skema alat spinneret dapat dilihat pada Gambar 4.
Proses coating adalah proses pelapisan alat cetak dengan larutan membran yang
kemudian dipadatkan kembali pada suatu medium. Polimerisasi permukaan adalah
pembuatan membran dengan cara melakukan polimerisasi pada permukaan material
berpori. Metode jenis ini paling banyak digunakan khususnya pada indsutri pengolah air.
Preparasi membran juga dapat dilakukan dengan mentode emulsi. Metode emulsi
sederhana mulai menjadi perhatian dalam 10 tahun terakhir. Prinsipnya adalah dengan
memaksa partikel terdispersi untuk masuk membran dengan pori seragam.
Masalah utama yang muncul dari proses berbasis membran adalah fouling.
Kebutuhan akan pembersihan fouling sangat besar termasuk , pengolahan awal,
pembersihan dan penggantian membran. Penelitian tentang modifikasi membran sudah
dilakukan akan tetapi banyak dari hasil penelitian tersebut yang masih belum bisa
dikomersialisasi, Untuk itu diperlukan material-material baru yang relatif murah dan
mempunyai unjuk kerja yang baik untuk dapat dikomersialisasikan. Untuk menambahkan
unjuk kerja dapat digunakan instensifikasi proses dengan memodifikasi membran tersebut
khususnya dengan modifikasi modul. mensintesis membran menggabungkan polistiren ke
dalam membran HDPE untuk menolak logam berat seperti Cu, As, Cd, Co, Fe, dan Pb.
Pembuatan membran dapat dilakukan dengan banyak cara yaitu sintering, track-etching,
pelonggaran, inversi fasa, dan leaching. Preparasi membran dapat dilakukan dengan cara
spinning, polimerisasi permukaan, coating ,dan secondary growth. Pemilihan pembuatan
dan preparasi bergantung pada jenis material dan fungsi membran yang akan digunakan.
Modifikasi membran dilakukan dengan menambahkan dan mencampurkan material seperti
polimer, komposit, dan nanopartikel dalam campuran polimer untuk memberikan sifat
membran yang diinginkan. Penambahan material nano seperti perak, seng, titanium,
carbon, dapat menambah ketahanan mekanik dan mempunyai sifat antibakteri yang
memadai.