PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
OLEH :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan dengan
pengertian kewajiban-kewajiban lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia
sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika
politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih
meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat
manusia sebagi makhluk yang beradab dan berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa
masyarakat, bangsa maupun negara bisa berkembang ke arah yang tidak baik dalam arti
moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter, yang
memaksakan kehendak kepada manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan kepada
hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka
seseorang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk dalam suatu
masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan
kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian etika, nilai, norma dan moral?
2. Bagaimana pancasila sebagai sistem etika?
3. Bagaimana pancasila sebagai etika politik?
4. Bagaimana etika politik di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui pancasila sebagai sistem etika
3. Untuk mengetahui pancasila sebagai etika politik
4. Untuk mengetahui etika politik di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Etika (etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika untuk
pengkajian system nilai-nilai yang ada.
Istilah lain yang identik dengan etika (Achmad Charris Zubair. 1987. 13-14) :
a. Susila ( Sansekerta)
b. Akhlak ( Arab )
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan masing-masing.Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok
yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang
ada sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang
ada tersebut.
Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang
pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden.
Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang dihasilkannya secara langsung
bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Etika bukan
suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupaka filsafat atau pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. (Franz Magnis-Suseno.
1986. 14-15).
Pengertian etika menurut para ahli diantaranya adalah :
Drs. O.P. Simorangkir
→ mengatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik
Drs. H. Burhanudin Salam
→ mengatakan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya
Jadi kesimpulan dari pendapat para ahli, etika adalah perilaku baik atau buruk
manusia yang dilakukan secara alami dan tanpa paksaan dari orang lain.
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Kedua kelompok etika yaitu:
Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas
dari tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai apa yang terkandung
didalamnya.
Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial)
Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu:
- Etika Individual:
membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama yang
dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya.
- Etika Sosial:
membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan manusia,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pancasila sebagai sistem etika adalah poin – poin yang terkandung di dalam pancasila
yang mencerminkan etika yang ada pada diri bangsa Indonesia. Pembentukan etika ini
berdasarkan hati nurani dan tingkah laku, tidak ada paksaan dalam hal ini. Pancasila
memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap
saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita.
Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri
bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, setiap
sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan.
Etika umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsipEtika khusus dibagi menjadi etika indi-
vidu yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang
membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang
merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Etika berkaitan dengan masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah masalah yang berkatan dengan prediket nilai “susila” dan “tidak susila”,,”baik” dan
“buruk”.
Etika Politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia. Bidang
pembahasan dan metode etika politik. Pertama etika politik ditempatkan ke dalam kerangka
filsafat pada umumnya. Kedua dijelaskan apa yang dimaksud dengan dimensi politis
manusia. Ketiga dipertanggungjawabkan cara dan metode pendekatan etika politik terhadap
dimensi politis manusia itu.
Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti:
Ø Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara
Ø Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)
Ø Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)
Ø Kedaulatan rakyat (Rousseau)
Ø Negara hokum demokratis/republican (Kant)
Ø Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb)
Ø Keadilan sosial
2. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakekatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada
suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi
dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu
adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar,
baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi
manusia sebagai subyek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan
kepercayaan.
Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, memperkaya batin
dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan
karya.
Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik
dan nilai religi. Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan
kriteria, sehingga merupakan suatu keharusan, anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau
tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap
manusia.Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
3. Pengertian Norma
Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akan menumbuhkan
kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Hubungan ideal yang seimbang, serasi dan
selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan), horisontal (masyarakat) dan alamiah (alam
sekitarnya) Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial,
moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki
kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
4. Pengertian Norma
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaedah-kaedah
dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak
digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi
yang kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna
menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih
obyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh
moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-
kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam
pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.
2. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesinambungan usaha
pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat
untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu
negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat
sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://diary-mybustanoel.blogspot.co.id/2012/02/makalah-pancasila-tentang-
pancasila.html
http://weloveblitar.blogspot.co.id/2013/03/pancasila-sebagai-sumber-etika-
politik.html