Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

KONTROL KUALITAS SUSU SEGAR


DI KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TANDANGSARI
TANJUNGSARI SUMEDANG

Oleh:
IHSAN MAULANA DEFRIA
240210140020

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KONTROL KUALITAS SUSU SEGAR DI KOPERASI


SERBA USAHA (KSU) TANDANGSARI TANJUNGSARI
SUMEDANG
Nama : IHSAN MAULANA DEFRIA
NPM : 240210140020
Jurusan : TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN

Untuk diajukan sebagai Laporan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL)
pada Departemen Teknologi Industri Pangan

Koordinator Mata Kuliah dan Pembimbing Akademis


Pembimbing Praktek Kerja Lapang

Nandi Sukri, S.Pi., M.Si Nandi Sukri, S.Pi., M.Si


NIP. 198409202012121002 NIP. 198409202012121002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat, karunia dan, berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) beserta laporan.

Adapun judul dari Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah

Kontrol Kualitas Susu Segar di Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari

Tanjungsari Sumedang. Laporan ini merupakan salah satu syarat kurikulum pada

Departemen Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan Praktek kerja

lapang ini, terutama kepada:

1. Bapak Pupung Purwana, S.H sebagai Ketua Umum yang telah bersedia

menerima penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan di KSU

Tandangsari.

2. Bapak Mamat Apat sebagai Ketua Bidang Organisasi dan kelembagaan

yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja

Lapangan di KSU Tandangsari.

3. Bapak Atep Rubianto, S.Pt. sebagai kepala bidang Produksi dan Distribusi

Susu Murni yang telah memberi izin untuk untuk melakukan kegiatan

Praktek Kerja Lapangan di Divisi Produksi KSU Tandangsari.

4. Bapak Asep Apeh sebagai kepala staff kepegawaian produksi yang telah

memberi arahan tentang KSU Tandangsari Tanjungsari Sumedang kepada

penulis selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

3
5. Bapak Nandi Sukri, S.Pi., M.Si, sebagai pembimbing akademis sekaligus

dosen koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Departemen

Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan

laporan ini serta telah memberikan evaluasi dan saran yang sangat berguna

untuk penulis.

6. Seluruh karyawan KSU Tandangsari atas bantuan dan dukungan selama

penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang.

7. Keluargaku tercinta: Ibu, Bapa, dan Kakak-kakak serta seluruh keluarga

yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi serta dukungan

dalam setiap usaha penyelesaian laporan ini.

8. Serta segenap pihak terkait yang telah memberikan kelancaran dan

kemudahan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan praktek kerja

lapang yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis sangat berharap laporan ini dapat memberikan informasi yang lebih

luas dan bermanfaat, umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penulis

juga mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan penulisan laporan ini.

Jatinangor, April 2018

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 8
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 9
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 9
1.2. Tujuan ................................................................................................... 10
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 11
1.4. Metode Pelaksanaan............................................................................. 11
II. KONDISI UMUM KOPERASI SERBA USAHA TANDANGSARI .. 13
2.1 Sejarah Koperasi Serba Usaha Tandangsari ..................................... 13
2.2. Visi dan Misi ......................................................................................... 15
2.3. Lokasi dan Wilayah Perusahaan ........................................................ 16
2.4. Struktur Organisasi ............................................................................. 18
2.5. Ketenagakerjaan .................................................................................. 21
2.6 Unit Pelayanan ...................................................................................... 22
2.7 Pemasaran ............................................................................................. 24
III. KONTROL KUALITAS SUSU SEGAR KSU TANDANGSARI ....... 25
3.1. Proses Produksi Susu Segar ............................................................... 25
3.1.1 Penerimaan Susu Segar .................................................................... 26
3.1.2 Penanganan Susu Segar ................................................................... 29
3.2. Kualitas Susu Segar.............................................................................. 31
3.3. Hasil Analisis Kualitas Susu segar ...................................................... 33
3.3.1. Uji Berat jenis.................................................................................... 33
3.3.2. Uji Organoleptik ............................................................................... 35
3.3.3. Uji Alkohol......................................................................................... 38
3.3.4. Uji Antibiotik .................................................................................... 39
3.3.5. Uji Kandungan Susu......................................................................... 42
3.3.6. Uji Total Plate Count (TPC) ............................................................. 44
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 46

5
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 46
5.2 Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47
LAMPIRAN ......................................................................................................... 49

6
DAFTAR TABEL

7
DAFTAR GAMBAR

8
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang

menyusui anaknya (mamalia) dan merupakan makanan alami bagi binatang

menyusui yang baru lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan

pemberi kehidupan segera sesudah kelahiran (Muchtadi, dkk, 2010). Kandungan

zat gizi susu dianggap baik karena mempunyai proporsi yang seimbang dan mudah

dicerna, sehingga dalam jumlah tertentu susu dapat memenuhi kebutuhan akan zat

gizi bagi tubuh (Legowo et al., 2009).

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki banyak manfaat dan dapat

memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Susu mengandung lemak, protein,

laktosa, serta berbagai jenis garam dan vitamin. Susu adalah cairan yang bernilai

gizi tinggi, baik untuk manusia maupun hewan muda dan cocok untuk media

tumbuh mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi (Susilorini dan

Sawitri, 2007). Komposisi utama susu adalah air, protein, lemak, laktosa, vitamin

dan mineral. Angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah

air 87,10%; protein 3,4%; lemak 3,9%; laktosa 4,8% dan abu 0,72% (Buckle et

al., 2010).

Kandungan zat gizi pada susu menyebabkan susu menjadi salah satu produk

pangan yang mudah rusak sehingga memerlukan penanganan yang baik dalam

pengolahnnya. Kerusakan pada susu dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya kerusakan karena perlakuan fisik, kimia, maupun kerusakan yang

disebabkan oleh mikroorganisme.

9
Salah satu industri yang memproduksi susu segar adalah Koperasi Serba

Usaha Tandangsari Tanjungsari Sumedang. Di KSU Tandangsari ini, pengujian

kualitas susu segar merupakan bagian terpenting dalam menjaga kualitas susu yang

diterima dari peternak. Setiap susu segar yang disetorkan oleh peternak terlebih

dahulu harus melalui pengujian di laboratorium, pengujian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui apakah susu tersebut memenuhi standar penerimaan atau tidak.

Pengujian yang dilakukan diantaranya uji alkohol, uji BJ, uji antibiotik, serta uji

kandungan susu.

Pengujian kualitas susu segar menjadi kontrol dalam menjaga kualitas

produksi dari KSU Tadangsari. Dengan adanya pengujian, kerusakan yang terjadi

pada susu dapat dihindari serta bahaya yang berasal dari susu dapat diminimalisir.

Selain itu dengan adanya kontrol kualitas susu segar yang baik, reputasi KSU

Tandangsari dapat terjaga dan kepercayaan konsumen akan meningkat.

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini antara lain:

1. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada perusahaan

atau lembaga yang ada kaitannya dengan kajian di bidang Teknologi Pangan

secara menyeluruh atau sebagian.

2. Mengetahui dan memahami rangkaian kegiatan pada perusahaan/institusi

tersebut.

3. Membandingkan kajian teoritis dengan kenyataan di lapang serta belajar

mengambil sikap (menempatkan diri) di dalam bekerja sehubungan dengan

keterkaitan berbagai aspek/bidang dalam suatu perusahaan/institusi.

10
4. Memberi kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan belajar

menganalisanya.

5. Meningkatkan kerjasama antara institusi (FTIP UNPAD) dengan

industri/lembaga/perusahaan terkait sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas dan kompetensi lulusan.

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan selama 75 hari kerja efektif

dimulai tanggal 22 Januari 2018 sampa dengan 6 April 2018. Kegiatan Praktek

Kerja Lapangan dilaksanakan di Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari yang

berlokasi di Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. Kegiatan harian Praktek Kerja

Lapangan dilakukan di hari senin hingga minggu pada pukul 05.00-09.00 WIB

untuk shift pagi dan 14.30-18.30 WIB untuk shift sore.

1.4. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan beberapa

metode untuk memperoleh data dan informasi, yaitu:

1. Kerja dan Pengamatan di Lapangan

Dilakukan dengan mengikuti kegiatan produksi di lapangan dan di pabrik

secara langsung.

2. Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara membandingan kegiatan yang dilakukan dengan

referensi dan literatur yang relevan.

3. Pengolahan dan Analisis Data

11
Dilakukan dengan mengolah data yang telah didapat melalui pengamatan,

wawancara, maupun studi pustaka, kemudian dilakukan analisis data

sehingga diperoleh informasi yang dapat bermanfaat.

4. Perumusan dan Penulisan Laporan

Dilakukan setelah analisa data dilakukan kemudian perumusannya

dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

12
II. KONDISI UMUM KOPERASI SERBA USAHA TANDANGSARI

2.1 Sejarah Koperasi Serba Usaha Tandangsari

Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandang Sari merupakan suatu koperasi yang

bergerak di segala bidang usaha dimulai dari usaha peternakan sapi perah, usaha

simpan pinjam, jasa dan perdagangan dan pengolahan makanan yang berbasis susu

segar.

Gambar 1. Koperasi Serba Usaha Tandangsari


(Dokumentasi Pribadi, 2018)

Awal perjalanan Koperasi Serba Usaha Tandangsari dimulai pada awal

tahun 1970, dimana tahun tersebut merupakan tahun berdirinya Koperasi Pertanian

(KOPERTA) dan Koperasi Serba Usaha Desa (KSUD) yang berkedudukan di

wilayah Usaha Desa (WILUD) Tanjungsari, wilayahnya meliputi 15 Desa di

Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Dengan dikeluarkanya INPRES

No.4 tahun 1973, yang menyatakan bahwa wilayah kerja koperasi harus meliputi

satu unit Desa dan kegiatannya terbatas pada bidang pertanian, mengakibatkan

KSUD dan KOPERTA Tanjungsari berubah menjadi BUUD (Badan Usaha Unit

Desa).

INPRES No.4 tahun 1973 diperbaharui dengan INPRES No.2 tahun 1978

tentang BUUD/ KUD. Kebijakan pemerintah tersebut berdampak pada perubahan

penjenisan koperasi di Indonesia, yaitu koperasi-koperasi yang bergerak di

13
pedesaan harus menjadi KUD yang aneka usaha. Dengan demikian pada tangal 20

Januari 1981, lembaga BUUD berubah menjadi KUD (Koperasi Unit Desa)

Tanjungsari dengan badan hukum pertama No.7251/BH/DK-10/21.

Kemudian INPRES No.2 tahun 1978 disempurnakan dengan INPRES No.4

tahun 1984. Hal ini mengharuskan KUD tanjungsari merubah badan hukumnya

menjadi nomor 7251 A/BH/KWK-10/13 pada tanggal 27 Februari 1989. Pada

tanggal 23 Mei 1996 adanya perubahan badan hukum KUD menjadi

No.7251/BH/PAD/KWK-10/1996.

Sebagai dampak dari pelaksanaan UU No.22 tahun 1999 mengenai otonomi

daerah, maka berdasarkan kegiatan rapat anggota tanggal 12 Maret 2002 KUD

Tanjungsari berganti nama kelembagaan menjadi Koperasi Serba Usaha (KSU)

Tandangsari, yang disahkan dengan SK Bupati Sumedang No.27 tahun 2002,

dengan badan hukum No.7251/BH/PAD/DK.10.13/III/2002 tanggal 25 Maret

2002. Kegiatan usaha KSU Tandangsari semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Kegiatan usaha yang terus berlangsung diantaranya adalah usaha peternakan sapi

perah, usaha simpan pinjam, dan usaha jasa dan perdagangan khususnya bidang

pengolahan susu segar.

Seiring dengan perkembangan, secara organisisi KSU Tandangsari ingin

melepaskan ketergantungan terhadap Industri Pengolahan Susu (IPS) dalam

usahanya. Akhirnya, pada tahun 2007 KSU merintis pabrik pengolahan susu

pasteurisasi dan keju dengan bantuan pemerintah setempat. Pada pertengahan tahun

2008, KSU melakukan percobaan produk dan melakukan legalisasi produk tersebut.

Pada awal tahun 2009, melalui program dinas pemerintah daerah

Sumedang, KSU menjalin kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

14
yang berafiliasi dengan Negara Belanda untuk mengadakan kerja sama dengan

mendatangkan konsultan dari Belanda berkaitan dengan pembuatan keju. Selama

kurang lebih dua minggu Hilbersl Knol selaku konsultan dari Belanda datang untuk

mengenalkan pembuatan keju natural.

Anggota Koperasi Serba Usaha


masyarakat Desa (KSUD)
Badan Usaha Unit
Desa (BUUD)

Kelompok Koperasi Pertanian


Tani (KOPERTA)
KUD Tanjungsari

KSU Tandangsari

Gambar 2. Sejarah Pembentukan KSU Tandangsari


(KSU Tandangsari, 2018)

2.2. Visi dan Misi

Visi yang dimiliki KSU Tandangsari adalah “Terwujudnya keluarga yang

berkemampuan Ekonomi, Mandiri, Sehat Jasmani dan Rohani”. Sedangkan misi

dari KSU Tandangsari adalah

1. Sosialisasi kelembagaan koperasi kepada masyarakat.

2. Pelaksanaan manajemen organisasi yang baik, demokratis, saling asah,

asuh, asih serta penerapan azas kekeluargaan.

3. Penguatan kegiatan usaha para anggota dan koperasi.

4. Pelayanan usaha dan kelembagaan yang maksimal kepada para anggota.

5. Penguatan permodalankoperasi, terutama yang bersumber dari potensi

internal para anggota.

15
6. Pembinaan kepada anggota dan kelompok anggota dalam hal kelembagaan

dan manajemen usaha.

7. Memperkuat kemitraan usaha antar anggota, antar anggota dan koperasi,

antar koperasi dengan pihak ketiga.

8. Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan para pengelola koperasi

dan para anggota.

9. Berperan serta dalam program pembangunan nasional.

2.3. Lokasi dan Wilayah Perusahaan

KSU Tandangsari yang berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No.50

Desa Jatisari Kec Tanjungsari – Kab. Sumedang Jawa Barat. Batas wilayah dari

KSU Tandangsari adalah sebagai berikut:

Utara : Pusat jual-beli Pasar Tanjungsari

Selatan : Desa Tanjungsari

Timur : Desa Jatisari

Barat : Kecamatan Jatinangor.

16
KSU Tandangsari

Gambar 3. Lokasi KSU Tandangsari


(Google Earth, 2018)

Wilayah KSU Tandangsari memiliki keadaan fisik yang potensial bagi

pengembangan usaha sapi perah karena letaknya dikelilingi oleh gunung dengan

ketinggian sekitar 860 meter diatas permukaan laut. Suhu udara sekitar 16 - 28 C

dengan kelembaban udara 60 – 80 % dan curah hujan 2500 mm/tahun. Kondisi ini

cocok untuk lahan pertanian dan peternakan. Wilayah kerja KSU tandangsari

meliputi kabupaten Sumedang yang mencakup 7 Kecamatan, yaitu Kecamatan

Jatinangor, Sukasari, Tanjungsari, Pamulihan, Cimanggung, Rancakalong, dsn

Kecamatan Cisitu.

Luas wilayah lingkungan kantor KSU Tandangsari adalah 1050m2 yang

terdiri atas ruang kantor, unit administrasi, unit simpan pinjam, laboratorium, gor

dan unit usaha pengolahan susu. Tata letak KSU Tandangsari dapat dilihat pada

Lampiran 1.

17
2.4. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat keterkaitan

yang harus berjalan secara terpadu serta merupakan alat dari manajemen dalam

mengatur berbagai aktivitas dan tugas koperasi. KSU Tandangsari Sumedang

merupakan organisasi ekonomi berbentuk koperasi yang menangani kegiatan dan

usaha peternakan di daerah Tanjungsari Sumedang. Struktur organisasi

menggambarkan kelengkapan perangkat organisasi yang dimiliki KSU sebagai

mekanisme untuk mencapai tujuan KSU yang telah disusun sesuai dengan

pembagian kerja dari rapat fungsi, agar berkaitan di dalamnya terdapat pembagian

tugas, wewenang, kekuasaan dan tanggung jawab. Sesuai dengan UU No.25 Tahun

1992 pasal 22 tentang Perkoperasian, rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi

dalam koperasi, di dalam rapat anggota ditetapkan

1. Pemilihan dan pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan Badan

Pengawas (BP).

2. Pengesahan pertanggung-jawaban pengurus dan Badan Pengawas (BP).

3. Rencana Kerja.

4. Pembagian sisa hasil usaha

5. Penilaian usaha koperasi

6. Pelaksanaan hasil pemeriksaan dan pengawasan

7. Pembagian tugas dan koordinasi

Struktur organisasi dapat berjalan apabila unsur organisasi mengetahui dan

menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu, dalam struktur

organisasi harus terlihat dengan jelas garis komando dan tanggung jawab agar

semua personil didalamnya dapat memahami tugas dan fungsi masing-masing.

18
Pembagian tugas secara tertulis dengan aturan yang telah ditentukan agar tidak

terjadinya tumpang tindih jabatan. Untuk mengetahui mengenai alur pendelegasian

tugas dan wewenang yang berlaku di KSU Tandangsari dapat dilihat pada bagan

struktur organisasi KSU Tandangsari yang diilustrasikan sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI KSU TANDANGSARI

RAPAT ANGGOTA

PENGURUS
PENGAWAS Ketua Umum : Pupung Purwana, S.H
Ka. Bid. Usaha : Amat
1. Toto S.Pi
Ka. Bid. Organisasi & : Mamat Apat
2. Memet
Kelembagaan
3. Yuli Ahmad
Sekretaris : Drh. H. Suwarna
Bendahara : Hj. Yayah Sofiah

KEPALA URUSAN
Umum & Pengembangan SDM : Aan Marliani H.
Keuangan & Akuntasi : Hj. Mimin, S.E
Penyuluhan & Bimtek : Iin Thamrin

KEPALA DIVISI
Pakan & Sapronak : E. Cahyana, S.E
Simpan Pinjam : Yulianti
Usaha Sapi Perah : Mamat
Produksi & Distribusi : Atep Okky Rubianto, S.Pt
Susu Murni
Pembelian & Penjualan : Ato Sopian
Susu Murni
Kesehatan Hewan & IB : Drh. Ncereko. G

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Pengawasan

Adapun tugas dan wewenang secara singkat sesuai dengan struktur

organisasi adalah sebagai berikut:

1. Pengurus

19
Bertugas mengelola koperasi dan usahanya, menyelenggarakan rapat anggota,

mengajukan rancangan rencana serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja

koperasi dengan memperhatikan usul serta saran dari badan pengawas, pengurus,

dan manager di lingkungan koperasi.

2. Manager

Manager memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dan

kebijaksanaan dalam strategi perusahaan sehingga melancarkan kegiatan

perusahaan, mengatur koordinasi dengan segala pihak.

Secara umum tugas seorang manager adalah membuat kebijakan dengan

memperhatikan saran dari setiap bagian yang ada, melakukan pembinaan dan

memberikan instruksi yang disertai pengawasan terhadap karyawan, dan meminta

laporan atau informasi pada setiap bagian dalam jangka waktu tertentu.

3. Administrasi

Bagian administrasi bertanggung jawab kepada manajer. Tugas utamanya

adalah mengatur keuangan serta mengusahakan agar manajemen dan pengelolaan

akuntansi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Karyawan bagian

administrasi bertugas untuk mengatur dan merencanakan jumlah dana yang

disediakan dan bagaimana menggunakan dana tersebut secara efektif dan efisien,

mencatat dan membukukan semua laporan keuangan, hasil produksi, dan penjualan

produk serta melaporkannya kepada manager. Selain itu, karyawan bagian

adminstrasi harus mengawasi persediaan bahan baku melalui pembukuan.

4. Kepala produksi

Kepala produksi bertugas melaksanakan dan merealisasikan pengarahan

dan kebijakan pimpinan khususnya yang bersangkutan dengan produksi. Kepala

20
produksi harus bisa mengawasi selama proses produksi berlangsung supaya standar

mutu hasil produk dapat dipertahankan. Selain itu, kepala produksi juga harus

mampu menganalisa kualitas hasil produksi.

5. Karyawan

a. Karyawan bagian teknisi

Bagian teknisi bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan-

peralatan dan mesin yang digunakan selama proses produksi berlangsung, serta

bertugas untuk melaporkan kepada manager mengenai kerusakan-kerusakan yang

terjadi pada peralatan yang digunakan selama produksi.

b. Karyawan bagian distribusi dan pemasaran

Bagian distribusi dan pemasaran bertanggung jawab kepada manager

mengenai kelancaran proses pemasaran produk. Uraian tugas dari bagian distribusi

dan pemasaran adalah mengatur strategi pemasaran dan mengadakan promosi,

mengatur kelancaran system pemasaran produk yang sesuai dengan rencana agar

memperoleh hasil penjualan yang maksimal.

2.5. Ketenagakerjaan

Koperasi Serba Usaha Tandangsari mempekerjakan karyawannya sebagian

besar berasal dari daerah sekitar. Tenaga kerja yang bekerja di KSU Tandangsari

sampai saat ini berjumlah 71 orang yang terdiri atas 56 orang karyawan tetap, 1

orang karyawan kontrak, dan 14 orang karyawan lepas. Pengambilan dan

penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan keahlian dan kebutuhan koperasi

tersebut.

21
Tenaga kerja di KSU Tandangsari bekerja 6 hari dalam seminggu kecuali

bagian penerimaan susu segar dari peternak dan laboratorium yang bekerja setiap

hari, mengingat susu segar dari peternak selalu tersedia setiap harinya. Jam kerja

karyawan dalam sehari adalah 8 jam dengan waktu istirahat selama 1 jam dari hari

Senin hingga Jum’at dan 4 jam untuk pada hari Sabtu. Untuk karyawan baik

karyawan yang bekerja di kantor maupun pabrik dan produksi setiap harinya

bekerja mulai pukul 07.30 hingga 15.30. Jika ada keperluan dari pekerjaaan yang

mendesak sehingga melebihi jam kerja maka digunakan sistem lembur. Kelebihan

waktu tersebut akan dihitung sebagai jam kerja lembur.

Sistem pengupahan di KSU Tandangsari disesuaikan dengan jabatan dan

tugas setiap karyawan. Pembagian upah dilakukan perbulan. Selain mendapat upah

setiap bulannya, karyawan KSU Tandangsari juga diberikan fasilitas jaminan

kesehatan.

2.6 Unit Pelayanan

1. Unit Pelayanan Produksi dan Distribusi Susu Segar

Unit ini bertugas mengurus hal-hal seputar penerimaan susu yaitu

menentukan harga susu dari peternak dan membuat kebijakan-kebijakan tentang

kenaikan harga susu. Tugas utama unit pelayanan produksi adalah mengontrol

kualitas susu segar yang diterima dari peternak. Di dalam unit produksi ini terdapat

tim tester lapangan yang bertugas melaksanan kontrol kualitas susu dilapangan serta tester

laboratorium yang bertugas menanalisis susu yang akan dikirim ke IPS (Industri

Pengolahan Susu), terdapat pula tim distribusi yang bertugas mengambil susu dari

22
peternak serta mengirim susu ke IPS. Jumlah produksi susu segar harian yang

dihasilkan KSU Tandangsari berkisar antara 20.000 – 25.000 liter/hari.

Kendaraan operasional yang digunakan untuk kegiatan distribusi yang

dimiliki KSU Tandangsari meliputi 7 unit kendaraan angkutan susu daerah yang

bertugas mengambil susu dari peternak serta 2 unit kendaraan yang bertugas

mengirim susu ke IPS. Dalam rangka peningkatan kelancaran operasional

kendaraan, maka dilakukan peremajaan dan perawatan kendaraan secara berkala

serta pembinaan terhadap petugas kendaraan.

2. Unit Kesehatan Hewan

Unit ini bertugas meningkatkan dan menjaga kualitas kesehatan sapi agar

dapat bereproduksi secara optimal. Salah satu target pelayananny adalah menekan

kejadian gangguan kesehatan seputar kelahiran, penyakit pencernaan dan penyakit

lainnya. Sebagai upaya pencegahan penyakit sering dilakukan vaksinasi terhadap

ternak sapi. Selain itu juga unit ini rutin mengadakan sosialisasi penanganan-

penanganan penyakit hewan yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan, dan dinas

atau pihak-pihak terkait lainnya.

3. Unit Pelayanan Pakan

Unit ini bertugas untuk melayani peternak dalam hal penyediaan pakan baik

berupa bahan baku maupun pakan jadi dengan kualitas yang baik sehingga peternak

dapat menjaga kualitas susu yang dihasilkan serta meningkatkan jumlah produksi

susu.

23
Unit ini pula melayani kebutuhan pakan konsentrat untuk anggota.

Konsentrat yang diberikan kepada sapai terdiri dari dedak, polar, pellet, onggok,

garam, mineral lain, tepung jagung, dan kulit buah coklat.

4. Unit Pembelian & Penjualan Susu Murni

2.7 Pemasaran

Susu segar yang diproduksi oleh KSU Tandangsari secara umum dijual

dengan dua cara. Sebagian besar (90%) susu segar yang dihasilkan KSU

Tandangsari didistribusikan pada Industri Pengolahan Susu (IPS). IPS yang telah

bekerjasama dengan KSU Tandangsari diantaranya adalah PT. Ultra Jaya di

Bandung. Pada tahun-tahun sebelumnya KSU Tandangsari juga melayani

permintaan dari IPS lainnya seperti PT. Frisian Flag Indonesia di Jakrta dan PT.

Indolakto di Sukabumi, namun karena penurunan jumlah produksi susu segar di

KSU Tandangsari, maka permintaan dari IPS tersebut ditolak.

Sekitar 10% susu segar yang dihasilkan serta susu segar yang kualitasnya

dibawah standar IPS dijual langsung di loket penjualan yang berada di KSU

Tandangsari. Loket penjualan di KSU Tandangsari melayani pembelian susu segar

eceran untuk memenuhi kebutuhan komoditas susu segar di kawasan sekitar KSU

Tandngsari.

24
III. KONTROL KUALITAS SUSU SEGAR DI KOPERASI SERBA

USAHA (KSU) TANDANGSARI TANJUNGSARI SUMEDANG

3.1. Proses Produksi Susu Segar

Sebagian besar peternak di KSU Tandang sari menggunakan teknik

pemerahan manual yaitu menggunakan tangan. Waktu pemerahan dilakukan dua

kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari dengan rentang waktu pemerahan 10-12

jam. Terdapat beberapa tahapan pemerahan susu, yaitu:

1. Pembersihan peralatan

Alat yang digunakan pada proses pemerahan adalah ember stainless steel,

milk can, dan saringan. Alat-alat dibilas dengan air panas untuk mematikan bakteri

patogen.

2. Pembersihan kandang

Kandang dibersihkan hingga terbebas dari kotoran sapi. Hal tersebut

dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri saat pemerahan. Kotoran

dibuang melalui saluran pembuangan, tapi ada juga yang memanfaatkannya

menjadi pupuk.

3. Pembersihan ambing

Ambing sapi dibersihkan menggunakan lap hangat yang kemudian dilap

hingga kering. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis akibat

adanya bakteri yang tumbuh pada ambing sapi. Mastitis merupakan peradangan

pada jaringan internal ambing yang bisa disebabkan oleh kuman patogen seperti

bakteri, kapang, atau khamir, serta terpapar bahan kimia yang dapat menyebabkan

kerusakan fisik ambing dan iritan yang mampu merusak jaringan internal ambing

(Anri, 2008).

25
4. Pemerahan

Pemerahan dengan tangan memiliki dua teknik, yaitu ditarik dan diremas.

Tangan pemerah harus disterilkan dulu sebelum mulai memerah. Teknik

pemerahan yang salah dapat menyebabkan sapi merasa tidak nyaman dan

mengamuk. Puting sapi diolesi vaslin terlebih dahulu sebelum pemerahan agar

puting sapi licin dan sapi tidak merasa sakit saat diperah. Susu pertama yang keluar

tidak diambil karena dikhawatirkan mengandung kotoran. Susu yang dihasilkan

ditampung dalam ember stainless steel kemudian disaring dan dimasukkan ke

dalam milk can.

5. Pemberian desinfektan

Puting sapi diberi desinfektan berupa iodin. Ada dua cara pemberikan

desinfektan yaitu dengan cara pencelupan atau penyemprotan. Pemberian

desinfektan bertujuan agar puting terbebas dari bakteri yang menyebabkan mastitis.

6. Pembersihan alat

Alat yang telah usai digunakan dicuci dengan sabun kemudian dibilas

dengan air hingga bersih.

3.1.1 Penerimaan Susu Segar

Susu yang sudah dikumpulkan oleh peternak lalu di kumpulkan pada titik

kumpul yang terdapat di tiap desa. Susu tersebut lalu akan diangkut oleh mobil

tangki susu dari KSU yang akan mengantarkan susu segar tersebut langsung ke

KSU. Setiap mobil berisi dua orang yang terdiri dari supir dan tester. Supir yang

merangkap sebagai petugas administrasi ini bertugas mengendarai mobil

membersihkan tangki setelah digunakan, serta mencatat jumlah susu yang diterima

26
dari peternak. Tester bertugas menguji kualitas susu untuk menentukan apakah susu

tersebut diterima atau tidak dan mengambil sampel susu untuk diuji di

laboratorium.

Tiap mobil memiliki rute masing-masing yang akan melewati beberapa titik

kumpul. KSU Tandangsari memiliki dua jenis mobil yang bertugas mengambil susu

dari peternak, yaitu mobil tangki sedang dan mobil tangki kecil. Penggunaan mobil

disesuaikan dengan jumlah susu yang akan diambil dan rute perjalanan menuju titik

kumpul. Mobil tangki yang akan digunakan harus dibersihkan oleh supir

menggunakan air panas untuk membunuh bakteri patogen.

Gambar 4. Mobil tangki sedang (kiri) dan mobil tangki kecil (kanan)
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2018)

Tiap mobil memiliki jadwal keberangkatan yang berbeda tergantung

jauhnya tempat pengambilan susu. Setelah susu dimasukkan semua ke dalam tangki

mobil akan langsung berangkat ke titik selanjutnya. Proses harus berlangsung

secara cepat agar susu tidak mengalami penurunan suhu dan pertumbuhan bakteri

patogen. Jika terdapat perternak yang terlambat menyetorkan susunya maka ia

harus menyetorkannya ke penampungan selanjutnya.

Peternak biasanya menggunakan milk can atau ember untuk menyetorkan

susunya. Penggunaan ember tidak diperbolahkan yang berwarna hitam, hal ini

dikarenakan kotoran yang menempel tidak akan terlihat. Ember yang digunakan

27
sebagian besar berukuran 10 liter, namun milk can yang digunakan terdapat

beberapa ukuran.

Gambar 5. Milk Can


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Sebelum susu dimasukkan ke dalam tangki akan diperiksa terlebih dahulu

oleh tester. Tester akan memeriksa berat jenis, suhu, alkohol, dan organoleptik.

Jumlah susu yang diterima akan dicatat oleh supir. Bila susu tidak sesuai standar

maka susu tidak dapat diterima dan dikembalikan ke peternak. Susu yang sudah

lolos pemeriksaan oleh tester akan dimasukan ke dalam tangki, namun sebelumnya

harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah adanya kontaminasi dalam susu.

Susu kemudian dibawa ke KSU untuk langsung dipindahkan ke alat cooling.

Tangki yang sudah kosong kemudian dibilas dengan air biasa, dicuci dengan sabun,

dibilas dengan air yang telah diberi peroksida dan terakhir disemprot dengan air

panas. Peroksida berfungsi sebagai desinfektan yang akan membunuh bakteri

dalam air (Setiawan, 2013). Mobil yang sudah selesai dicuci lalu di pakir dalam

keadaan miring agar air dalam tangki dapat keluar.

28
3.1.2 Penanganan Susu Segar

Susu dalam mobil tangki harus segera dibongkar dan didinginkan. Susu

yang akan masuk ke dalam pendingin akan disaring kembali kemudian masuk ke

dalam dump tank (bak penampung). Susu akan dialirkan ke pipa PHE dan dalam

beberapa detik suhu susu dapat mencapai 2oC. Plate Heat Exchanger (PHE)

berfungsi sebagai sistem pemanas atau pendingin dari suatu sistem produksi. Suhu

susu yang dikirim ke IPS tidak boleh melebihi 2oC untuk mengestimasi peningkatan

suhu susu ketika dampai di IPS.

Gambar 6. Dump tank (bak penampung)


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

Gambar 7. Plate Heat Exchanger


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

Susu yang telah didinginkan akan masuk ke dalam tangki penampung. Ada

dua tangki penampung yang terdapat di KSU Tandangsari. Masing-masing

memiliki kapasitas 250 dan 350 liter. Fungsi tangki penampung adalah untuk

menampung susu yang telah didinginkan. Jika susu yang didinginkan sedikit, maka

29
susu tersebut tidak dapat langsung masuk ke mobil tangki yang akan mengirim susu

ke IPS (Industri Pengolahan Susu)

Gambar 8. Tanki penampung


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

Susu dalam tangki penampung akan dialirkan ke mobil tangki besar dan

dikirim ke IPS. Tangki tersebut harus diisi dengan susu hingga benar-benar penuh.

Apabila tangki tersebut tidak penuh, maka susu dalam tangki akan terkoyak saat

perjalanan dan dapat menyebabkan kecelakaan. Sambil susu dialirkan ke mobil

tangki besar, petugas laboratorium akan mengambil sampel dalam tangki tersebut

untuk diuji di laboratorium. Supir yang membawa susu ke IPS harus membawa

surat jalan yang berisi izi jalan dan hasil pengujian laboratorium yaitu berat jenis,

suhu, uji alkohol, kadar lemak, total padatan, kadar protein dan pH.

30
Gambar 9. Mobil tangki besar
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)

3.2. Kualitas Susu Segar

Susu segar merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan gizi

tinggi, hal tersebut dikarenakan susu segar mengandung komponen-komponen

seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Kadungan gizi yang

tinggi pada susu segar sangat bermanfaat bagi manusia. Namun, nilai kadungan

yang gizi pada susu segar dapat menyebabkan beberapa masalah, diataranya produk

susu segar mudah rusak oleh mikroorganisme. Selain kerusakan oleh

mikroorganime, terdapat banyak faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan

kerusakan pada susu, segar sehingga dalam waktu yang singkat susu segar menjadi

tidak layak konsumsi. Maka, dalam upaya menjaga kualitas susu segar diperlukan

penanganan khusus yang benar (Saleh, 2004).

Parameter kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi susu segar perlu diketahui

dengan benar agar dihasilkan produk yang sesuai dengan standar. Kerusakan pada

susu dapat dilihat dari adanya perubahan pada warna, aroma, bau, dan rasa sehingga

susu segar tersebut tidak lagi layak dikonsumsi oleh manusia. Rukmana (2009)

menyatakan, susu segar dengan kualitas yang baik perlu memenuhi kriteria sebagai

berikut:

31
1. Bebas dari mikroorganisme pathogen

2. Bebas dari zat-zat berbahaya

3. Tidak tercemar oleh debu, feses, dan zat pengotor lainnya

4. Memiliki susunan yang tidak menyimpang dari ketentuan Codex

5. Memiliki cita rasa yang khas susu segar

KSU Tandangsari selalu melakukan pengujian kualitas susu segar yang baru

diterima dari peternak. Pengujian kualitas susu segar dilakukan dengan berbagai

pertimbangan dan kebutuhan yang diantaranya adalah untuk mengetahui kualitas

susu segar yang diterima, untuk menentukan harga pembelian susu dari peternak

dan harga penjualan susu ke IPS, serta untuk menghindari pemalsuan. Standar yang

digunakan KSU Tandangsari dalam pengujian kualitas susu segar adalah Standar

Nasional Indonesia (SNI) 3141.1:2011. Syarat mutu susu segar menurut SNI

tersedia pada tabel di bawah.

Tabel. Syarat Mutu Susu Segar menurut SNI 3141.1:2011


No. Karakteristik Satuan Syarat
a. Berat jenis (pada suhu 27oC)
g/ml 1,0270
minimum
b. Kadar lemak minimum % 3,0
c. Kadar bahan kering tanpa lemak
% 7,8
minimum
d. Kadar protein minimum % 2,8
e. Warna, aroma, rasa, dan kekentalan Tidak ada
-
perubahan
f. Derajat asam o
SH 6,0 – 7,5
g. pH - 6,3 – 6,8
h. Uji alkohol (70%)v/v - Negatif
i. Cemaran mikroba, maksimum:
1. Total Plate Count CFU/ml 1×106
2. Staphylococcus aureus CFU/ml 1×102
3. Enterobacteriaceae CFU/ml 1×103
j. Jumlah sel somatis maksimum Sel/ml 4×105

32
k. Residu antibiotik (golongan
penisilin, tetrasiklin, - Negatif
aminoglikesida, makrolida)
l. Uji pemalsuan - Negatif
o
m. Titik beku C -0,520 s.d -0,560
n. Uji peroxidase - Positif
o. Cemaran logam berat, maksimum:
1. Timbal (Pb) µg/ml
0,02
2. Merkuri (Hg) µg/ml
0,03
3. Arsen (As) µg/ml
0,1
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2011)

3.3. Analisis Kualitas Susu segar

3.3.1. Uji Berat jenis

Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. Berat jenis

(BJ) susu rata-rata 1,030 atau berkisar antara 1,027-1,035. Semakin banyak lemak

susu semakin rendah berat jenisnya, semakin banyak persentase bahan padat bukan

lemak, maka semakin berat susu tersebut (Muchtadi, 2010). Akan tetapi menurut

Codex susu, BJ air susu adalah 1.0280. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang

harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah di sepakati para

ahli gizi dan kesehatan dunia., walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai

ketentuan – ketentuan tersendiri. Berat jenis hasur ditetapkan 3 jam setelah air susu

diperah (20oC). Penetapan lebih awal akan menunjukan hasil BJ yang lebih kecil.

Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang

terbentuk dalam air susu akibat dari aktifitas bakteri penghasil gas – gas seperti

CO2. Berat jenis suatu larutan dipengaruhi oleh konstituennya yang masing-masing

mempunyai gravitasi spesifik yang berbeda-beda. Kenaikan kandungan bahan

padatan bukan lemak (SNF) akan diikuti dengan kenaikan berat jenis (BJ)

(Awaliah, 2007).

33
Berat jenis susu segar biasa diukur menggunakan laktodesimeter. Di KSU

Tandangsari sendiri pengujian berat jenis susu segar dilakukan pada saat

penerimaan susu dari peternak di TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) serta

pengujian berat jenis permobil pengangkut yang dilakuakan di laboratorium.

Laktodesimeter adalah hydrometer dimana skalanya sudah disesuaikan dengan

berat jenis susu (Rachmawan, 2001). Prinsip kerja alat ini mengikuti hokum

Archimedes yaitu jika suatu benda dicelupkan ke dalam cairan maka benda tersebut

akan mendapat tekanan ke atas sesuai dengan berat volume cairan yang

dipindahkan atau diisi. Jika laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu yang berat

jenis nya rendah maka laktodensimeter akan tenggelam lebih dalam dibandingkan

jika laktodensimeter tersebut dicelupkan ke dalam susu yang berat jenisnya tinggi.

Gambar 10. Laktodensimeter


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

Standar berat jenis yang digunakan di KSU Tandangsari adalah SNI

3141.1:2011 dimana berat jenis minimalnya adalah 1,0270. Berat jenis susu harus

diukur 3 jam setelah susu diperah, pengukuran berat jenis susu yang terlalu awal

akan menghasilkan nilai berat jenis susu yang rendah. Hal tersebut dikarenakan

oleh perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul di dalam air susu

34
(Saputro, 2014). Pada pelaksanaannya, KSU Tandangsari tetap menerima susu

dengan batar minimal nilai berat jenis 1,020. Susu yang memiliki nilai berat jenis

kurang dari SNI biasanya disebabkan karena kondisi kesehatan sapi, kondisi

lingkungan, maupun asupan pakan.

3.3.2. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

penginderaan. Uji organoleptik yang dilaukan di laboratorium KSU Tandangsari

meliputi warna, aroma, dan rasa. Pengujian organoleptik dilakuan dengan

melakukan pengamatan langsung pada sampe susu. Ciri khas susu yang baik dan

normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna

kuning dengan warna air susu yaitu putih (putih kekuning-kuningan). Kriteria

lainnya adalah jika susu berwarna biru, maka susu tersebut biasanya telah dicampur

dengan air, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah (Yusuf,

2010).

1. Uji Warna

Pengujian warna dilakukan dengan memasukkan susu dengan volume

tertentu (misal 10 ml) ke dalam tabung reaksi dan kemudian diamati dengan

mengarahkan ke tempat yang lebih terang. Ciri khas susu yang baik dan normal

adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning

dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-

kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna biru maka susu telah tercampur air,

jika berwarna kuning maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah

maka susu tercampur dengan darah (Yusuf, 2010).

35
Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain,

tergantung dari bangsa ternak, jenis ternak, jumlah lemak, bahan padat dan bahan

pembentuk warna. Warna susu berkisar dari putih kebiruan sampai kuning

keemasan, bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/padatan dalam susu.

Dalam jumlah besar, susu tampak keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu

tampak sedikit transparan. Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah

dipisahkan lemaknya berwarna kebitu-biruan. Warna putih susu merupakan refleksi

cahaya oleh globula lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat. Karoten adalah

pigmen yang menyebabkan warna kuning susu. Karoten susu berasal dari pakan

kehijauan. Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah pigmen dalam darah

yang disekresi bersama-sama susu. Karoten yang terdapat dalam susu, secara kimia

identik dengan yang terdapat para tanaman. Warna kuning susu sangan dipengaruhi

oleh pakan. Pakan yang tinggi kadar karotennya, misalnya wortel dan hijauan

menyebabkan warna susu lebih kuning daripada pakan jagung putih atau oat yang

berkadar karoten rendah. Pigmen lain yang terdapat dalam susu adalah laktorom

atau riboflavin. Pigmen ini terlarut dalam susu tetapi hanya tampak pada bagian

whey dan menyebabkan warna kehijauan. Dalam susu yang normal, warna

riboflavin tertutup oleh komponen yang lain.

2. Uji Aroma

Susu yang masih segar dan murni memiliki bau yang khas. Bau yang asam

menunjukkan bahwa air susu sudah basi atau terlalu lama disimpan. Air susu yang

berbau busuk menunjukkan bahwa air susu sudah rusak sama sekali (Muchtadi,

2010). Uji aroma dapat dilakukan dengan indera penciuman. Aroma susu yang telah

melalui proses pemanasan agak berbeda bila dibandingkan sebelum dipanaskan

36
apabila proses pemanasan tersebut tidak terkontrol. Sehubungan dengan diatas, cita

rasa susu akibat pemanasan ada hubungannya dengan serum protein susu.

Pasteurisasi susu pada temperatur 61,70C selama 30 menit atau 71,70C

selama 15 detik, efek dari cita rasa tersebut dapat diabaikan. Bila susu dipanaskan

pada temperatur 740C atau lebh tinggi lagi, maka susu tersebut akan menjadi cita

rasa masak (Cooked flavor), cita arasa tersebut disebabkan oleh zat volatile

golongan sulfide, terutama hydrogen sulfide.

Lemak susu sangan mudah menyerap bau disekitarnya. Susu memiliki bau

yang khas karena adanya perombakan protein menjadi asam-asam amino. Bau susu

akan lebih nyata apabila susu didiamkan beberapa jam pada suhu ruang. Kandungan

laktosa yang tinggi dan kandungan klorida yang rendah merupakan penyebab susu

yang berbau seperti garam.

3. Uji Rasa

Uji rasa yang dilakukan dengan cara meminum susu hasil olahan secara

langsung. Susu segar rasanya agak amis, flavor yang khas dari susu mempunyai

hubungan dengan kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida yang

relatif rendah. Laktosa yang rendah dan klorida yang tinggi mungkin akan

menyebabkan flavor garam, mendekati akhir laktasi susu kering mempunyai rasa

beragam (Muchtadi, 2010).

Susu memiliki rasa yang umumnya digemari oleh konsumen karena

mempunyai rasa agak manis dan asin. Dalam keadaan normal rasa susu tidak pahit

dan tidak juga asam. Susu yang mengandung klorida yang lebih tinggi akan

menghasilkan rasa susu lebih asin dibandingkan susu dalam keadaan normal. Rasa

37
manis dalam susu disebabkan adanya gula laktosa. Proses produksi susu

pasteurisasi ditambahkan pula berbagai flavor

Menurut Rukmana (2009), terdapat beberapa hal mengenai rasa dan aroma

susu yang perlu diperhatikan.

a. Susu yang rasanya sedikit asin atau asam dan pahit, menunjukan bahwa susu

tersebut mulai rusak.

b. Rasa susu yang hambar menunjukan bahwa susu tersebut telah dicampur

dengan air dalam jumlah yang banyak.

c. Susu yang masih murni, memiliki rasa yang enak, gurih, sedikit manis, dan

sedikit berlemak.

3.3.3. Uji Alkohol

Pengujian alkohol merupakan pengujian yang berfungsi untuk menguji

bakteri secara kasar, menguji ketahanan susu, mengetahui derajat keasaman susu,

dan mengetahui umur susu. Menurut Sudarwanto (2005), susu yang positif pada uji

alkohol ini menandakan susu mulai asam, terdapat kolostrum dan kemungkinan

adanya penyakit mastitis.

Uji alkohol yang dilakukan dengan memasukan sampel susu 3 ml kemudian

ditambahkan dengan alkohol 75% sebanyak 3 ml. Susu selanjutnya digojog dan

mulut tabung ditutup dengan ibu jari dan dilihat apakah terjadi penggumpalan atau

protein dalam susu pecah pada dinding tabung reaksi berarti hasil uji positif artinya

susu rusak, sebaliknya bila tidak terjadi penggumpalan maka hasil negatif artinya

susu dalam keadaan baik.

38
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak, apabila

terdapat butir–butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu tersebut positif

telah rusak. Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah atau menggumpal

bila dipanaskan atau dididihkan. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan

mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam yang

dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan

protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan

pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam

dan mudah pecah bila dipanaskan (Soriah, 2010).

Gambar 11. Uji alkohol


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

3.3.4. Uji Antibiotik

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan antibiotik dalam

susu yang diterima dari peternak. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengambil

sampel susu dengan injection yang telah ada dalam seperangakat alat uji beta star

25 sebanyak 2 ml. Sampel dimasukan ke dalam botol kecil yang di dalamnya

terdapat tablet yang berfungsi untuk mengindikasi adanya antibiotik di dalam susu

lalu dipanaskan dalam penangas selam tiga menit dengan suhu 470C lalu masukan

39
kerta uji beta star 25 selama dua menit jika hasilnya terdapat dua garis berwarna

merah maka hasilnya negatif akan tetapi jika hasilnya satu garis berwarna merah

maka hasilnya positif.

(a) (b)
Gambar 12. (a) Alat Pengujian Antibiotik
(b) Susu Tidak Mengandung Antibiotik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Untuk menghindari terjadinya residu antibiotik pada susu dari segi

kesehatan masyarakat dapat dilakukan beberapa pencegahan diantaranya

pemeriksaan secara rutin, dan sapi-sapi perah yang berada dalam terapi antibiotik

sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter hewan terutama untuk menentukan

dosis pemberian, dan frekuensi pemberian. Dari segi skala industri, susu yang

diketahui mengandung residu antibiotika dapat dijadikan susu olahan seperti susu

bubuk, susu kental manis, dan susu steril. Menurut Bahri (2008), pengontrolan

penyakit secara biologis dengan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia atau

obat-obatan berbahaya secara berlebihan juga dapat dilakukan untuk menghindari

terjadinya cemaran antibiotika. Selain itu, pengawasan mutu pakan yang beredar

perlu ditingkatkan, termasuk terhadap obat hewan yang dicampur dalam ransum

ternak. Demikian pula pemakaian obat hewan yang diberikan langsung kepada

ternak perlu diawasi, baik untuk pengobatan maupun pencegahan. Pengawasan

40
sekaligus diikuti dengan penertiban pemakaian obat hewan di lapangan.

Pencegahan cemaran antibiotika juga dapat dilakuan melalui penggunaan obat

hewan yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan

antara lain waktu henti dan kesesuaian dosis. Selain itu, penyimpanan obat hewan

juga harus mengikuti petunjuk yang ada.

Tindakan pencegahan dan pengendalian residu antibiotik antara lain

kebijakan jenis antibiotik di kedokteran hewan (tidak menggunakan jenis antibiotik

yang digunakan manusia untuk hewan), pengawasan pemakaian antibiotik,

penerapan good practices sepanjang rantai pangan (from farm to table), penerapan

jaminan keamanan pangan di unit usaha pangan asal hewan, serta pelaksanaan

pemantauan dan surveilens residu antibiotik pada pangan asal hewan.

Menurut Berendsen et al (2007), ancaman potensial residu antibiotika

dalam makanan terhadap kesehatan dibagi tiga kategori, yaitu aspek toksikologis,

aspek mikrobiologis dan aspek imunopatologis. Residu antibiotika dalam makanan

dan penggunaannya dalam bidang kedokteran hewan berkaitan dengan aspek

kesehatan masyarakat veteriner, aspek teknologi dan aspek lingkungan. Dari aspek

toksikologis, residu antibiotika bersifat racun terhadap hati, ginjal dan pusat

hemopoitika (pembentukan darah). Dari aspek mikrobiologis, residu antibiotika

dapat mengganggu mikroflora dalam saluran pencernaan dan menyebabkan

terjadinya resistensi mikroorganisme, yang dapat menimbulkan masalah besar

dalam bidang kesehatan manusia dan hewan. Dari aspek imunopatologis, residu

antibiotika dapat menimbulkan reaksi alergi yang ringan dan lokal, bahkan dapat

menyebabkan shock yang berakibat fatal. Selanjutnya dipandang dari aspek

41
teknologi, keberadaan residu antibiotika dalam bahan pangan dapat menghambat

atau menggagalkan proses fermentasi.

3.3.5. Uji Kandungan Susu

Pengujian kandungan susu dilakukan untuk menganalisa komposisi susu

dari peternak maupun susu yang akan dikirimkan ke IPS. Pengujian kandungan

susu di laboratorium KSU Tandangsari dilakukan dengan menggunakan lactoscan.

Laktoscan adalah alat yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan susu

yang meliputi kada lemak, protein, laktosa, total solid, dan freezing point.

Gambar 13. Laktoscan


Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018

Pengujian kandungan susu menggunakan laktoscan dilakukan untuk

mengetahui nilai kandungan pada susu dan nantinya akan digunakan untuk

menentukan harga susu. Pengukuran menggunakan laktoscan dilakukan pada

sampel susu yang berasal dari peternak dan sampel susu gabungan pada tangka

penampungan yang akan dikirim ke IPS.

42
Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel susu dan memasukannya

ke dalam tabung khusus. Sebelum dimasukan ke dalam tabung, terlebih dahulu susu

diaduk agar homogen. Sampel susu yang telah dimasukan ke dalam tabung

kemudian dimasukan ke bagian input pipet laktocsan. Setelah pengujian selesai,

nilai kandungan susu akan keluar melalui bagian print out. Hasil pengujian susu

akan dicatat dalam pembukuan laboratorium dan jugab dilampirkan pada bon

pengiriman susu ke IPS. Contoh struk hasil pengujian kandungan susu tersedia pada

gambar berikut.

Gambar 14. Struk Pengujian Komposisi Susu


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Komposisi susu yang baik yaitu berdasarkan SNI 01-3141.1:2011.

Berdasarkan hasil pengujian kandungan susu, susu yang diterima KSU Tandangsari

rata-rata memiliki nilai kandungan lemak 2,7-4,9%, protein 2-3,5%, laktosa >3,6,

dan solid non fat berkisar antara 7-9%. Secara umun kandungan susu yang diterima

oleh KSU Tandangsari telah sesuai dengan standar pada SNI 01-3141.1:2011 yaitu

kadar lemak minimum 3,0%, kadar protein minimum 2,8%, dan solid non fat 7,8%.

43
Pengujian kandungan susu menggunakan laktoscan dilakukan karena alasan

kepraktisan dan keakuratan hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan

pengujian secara manual. Akan tetapi laktoscan memerlukan perawatan yang baik

seta dikalibrasi secara rutin, agar hasil pembacaan yang diperoleh selalu akurat.

3.3.6. Uji Total Plate Count (TPC)

Pengujian jumlah total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode

total plate count atau TPC. Uji TPC atau metode hitung cawan merupakan cara

yang paling sensitive dilakukan untuk menentukan jumlah jasad renik pada susu

karena sel yang masih hidup dapat dihitung, bebeapa jasad renik dapat dihitung

sekaligus, dapat diguakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni

yang terbentuk kemungkinan berasal dari satu jenis jasad renik yang memiliki

penampakan pertumbuhan spesifik (Fardiaz, 1992).

Pengujian TPC dilakukan dengan cara mengambil 1 ml sampel susu lalu

diencerkan menggunakan NaCl-fis hingga pengenceran 10-6 lalu masing-masing

diambil 1 ml dari pengenceran 10-5 dan 10-6 secara duplo dan dimasukan kedalam

cawan petri untuk diinokulasi pada media PCA. Cawan diinkunasi pada suhu 37-

39oC selama 48 jam.

(a) (b)

44
(c) (d)

Gambar 15. Hasil Total Plate Count


G AMBAR 1 SUMBER : D OKUMENTASI PRIBADI, 2018

45
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengujian yang dilakukan oleh KSU Tandangsari sudah dapat menjamin

kualitas susu segar. Pengujian kualitas susu yang dilakukan di KSU Tandangsari

dilakukan pada saat penerimaan susu dan pengujian di laboratorium. Pengujian

yang dilakukan saat penerimaan susu adalah pengukuran suhu, uji alkohol, penguji

an organoleptik dan pengukuran berat jenis. Pengujian yang dilakukan di

laboratorium adalah pengujian sifat fisik dan kimiawi dan uji antibiotik.

5.2 Saran

KSU Tandangsari memiliki laboratorium yang cukup memadai dengan

berbagai macam alat-alat yang lengkap namun masih terdapat alat yang jarang

digunakan sehingga tidak terawat. Saat pelaksanaan PKL berlangsung KSU

Tandangsari bagian penanganan susu segar sedang melakukan renovasi gedung

sehingga terlihat sedikit kurang bersih dan rapih.

46
DAFTAR PUSTAKA

Awaliah, N. 2007. Karakteristik Fisik Whey dari Susu yang Digumpalkan dengan
Sari Markisa pada Metode Pasteurisasi yang Berbeda. Skripsi. Program
Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin.

Badan Standar Nasional. 2011. Susu Segar Bagian 1: Sapi. SNI 3141.1:2011.

Bahri, S. 2008. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di


Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 1 (3), 2008: 225-242. Jakarta:
Balai Besar Penelitian Veteriner.

Berendsen BJA dan Rijhn JAV. 2007. Residue Analysis of Tetracycline In Poultry
Muscle, Shortcomings Revealed by a Proficiency Test. Journal of Food
Additives and Contaminants 23(11): 1141-1148.

Buckle K.A., R.A. Edward, W.R. Day, G.H. Fleet dan, M. Wootton. 2010. Ilmu
Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

Legowo, A. M., S. Mulyani dan Kusrahayu. 2009. Teknologi Pengolahan Susu.


Universitas Diponegoro, Semarang.

Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono


RR. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Malaka, R. 2010.Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Bogor: Alfabeta, CV.

Rachmawan, Obin. 2001. Modul Keahlian Teknologi Hasil Pertanian Penanganan


Susu Segar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Hal: 1-16.

Sirajuddin, Saifuddin. Dr. MS, dkk. 2012. Pedoman Praktikum Analisis Bahan
Makanan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.

Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar di
desa pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal
Penyuluhan Pertanian volume 5 nomor 1 halaman 67-77.

47
Sucipto, CD, 2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Gosyen Publishing,
Yogyakarta.

Susilorini, T. E. dan M. E. Sawitri. 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya,


Jakarta.
Wiley, John. 2010. White’s Handbook of Chlorination and Alternative
Disinfectants (5th Edition). Black & Veatch Corporation. New York.

Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.)
merr) yang berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1
halaman 1-6.

48
LAMPIRAN

49
LAMPIRAN 1.TATA LETAK KSU T ANDANGSARI

16

15

14

13

12

11

9
8 10 7

4 3 1
Gerbang

50
Keterangan:
1. Pos Satpam
2. Ruang Arsip
3. Unit Simpan Pinjam
4. Koperasi Simpan Pinjam
5. Toilet
6. Ruang Kepala
7. Gudang Pakan Ternak
8. Mushola
9. Ruyang administrasi
10. Kantin
11. Gor Bulu tangkis
12. Divisi Penjualan Susu Segar
13. Laboratorium
14. Ruang Penerimaan dan Penyaringan Susu dari Truk Tangki
15. Instalasi Listrik Unit Pengolahan Susu
16. Ruang Produksi Unit Pengolahan Susu
L AMPIRAN 2. DATA UJI O RGANOLEPTIK PERIODE MARET 2018
Organoleptik
No. Nama/kelompok
01-Mar-18
1 ALI normal
2 ATO RAHARJA 2B normal
3 BABAKAN SIRNA normal
4 BANGKIT JAYA normal
5 BAROKAH normal
6 CACAN normal
7 CINANGSI normal
8 CIPACING normal
9 CIPACING 2 normal
10 DANGDANG SARI normal
11 DEDE S. normal
12 ELAH T. MEKAR normal
13 ELAN normal
14 JUJU normal
15 KEBON HUI normal
16 KIARA JEGANG normal
17 KOLEWANG normal
18 L. SAWAH 1 normal
19 LEMBU SARI CLB normal
20 LEMBU SARI 2 normal
21 LEMBU SARI L. JAWA normal
22 M. BAHAGIA normal
23 M. HARAPAN 1 normal
24 MAHMUD T. MEKAR normal
25 MAMAN MEKAR normal
26 MANDIRI normal
27 MEKAR ASIH normal
28 MEKAR JAYA normal
29 MEKAR SARI normal
30 NANANG T. MEKAR normal
31 OBING normal
32 ODENG normal
33 OMAN CINAGREG normal
34 PUTRA SALUYU 1 normal
35 PUTRA SALUYU 2 normal
36 PUTRA SARI normal
37 RAHARJA 1 normal
38 RAHARJA 2 normal
39 RAHARJA 2B normal
40 RUKUN normal
41 SEKE PAKU normal
42 SILIH ASIH normal
43 SIMPANG 2 normal
44 SINDANG HURIP normal
45 SRI MUKTI 1 normal
46 SRI MUKTI 2 normal
47 SUHERMAN CPC normal
48 TIDI DHALIKA normal
49 TUNAS MEKAR normal
50 UMAR CIGEMBONG normal
51 WIBAWA MEKAR normal
52 WIDANA KIARA JEGANG normal
53 WS. CIGEMBONG normal
54 WS. CIPAREUAG normal
55 WS. PANGASERAN normal
56 YAYA KOLEWANG normal
57 AGUS M. ASIH normal
58 UTIN normal
L AMPIRAN 3. DATA L ACTOSCAN PERIODE MARET 2018
Periode 1 Maret 2018
No Nama/kelompok Volume Protein BJ Fat SNF TS Lactosan
1 ALI 47 2,72 1,025 3,6 7,75 11,35 4,3
2 ATO RAHARJA 2B 86 2,67 1,024 3,48 7,64 11,12 4,12
3 BABAKAN SIRNA 320 2,57 1,023 3,36 7,64 11 3,97
4 BANGKIT JAYA 940 2,78 1,025 3,69 7,7 11,39 4,29
5 BAROKAH 348 2,55 1,023 3,33 7,67 11 3,95
6 CACAN 85 2,73 1,025 3,62 7,71 11,33 4,22
7 CINANGSI 403 2,78 1,025 3,74 7,83 11,57 4,35
8 CIPACING 281 2,81 1,026 3,79 7,89 11,68 4,34
9 CIPACING 2 323 2,83 1,026 3,87 7,88 11,75 4,38
10 DANGDANG SARI 198 2,74 1,025 3,63 7,75 11,38 4,24
11 DEDE S. 24 2,68 1,024 3,65 7,55 11,2 4,25
12 ELAH T. MEKAR 80 3 1,028 4,05 8,21 12,26 4,71
13 ELAN 126 2,64 1,024 3,5 7,71 11,21 4,08
14 JUJU 89 2,93 1,026 3,9 8,23 12,13 4,53
15 KEBON HUI 113 2,7 1,025 3,6 7,44 11,04 4,53
16 KIARA JEGANG 512 2,75 1,025 3,61 7,84 11,45 4,1
17 KOLEWANG 696 2,74 1,025 3,63 7,75 11,38 4,24
18 L. SAWAH 1 415 2,66 1,024 3,51 7,76 11,27 4,11
19 LEMBU SARI CLB 1097 2,8 1,026 3,77 7,89 11,66 4,33
20 LEMBU SARI 2 422 2,76 1,025 3,65 7,79 11,44 4,27
21 LEMBU SARI L. JAWA 389 2,76 1,025 3,66 7,85 11,51 4,27
22 M. BAHAGIA 88 2,67 1,024 3,6 7,62 11,2 4,12
23 M. HARAPAN 1 220 2,8 1,024 3,61 7,72 11,33 4,28
24 MAHMUD T. MEKAR 56 2,8 1,026 3,73 7,94 11,67 4,33
25 MAMAN MEKAR 75 2,88 1,026 3,82 8,15 11,97 4,46
26 MANDIRI 421 2,64 1,024 3,55 7,64 11,19 4,07
27 MEKAR ASIH 781 2,69 1,024 3,55 7,78 11,33 4,15
28 MEKAR JAYA 358 2,65 1,024 3,65 7,7 11,35 4,59
29 MEKAR SARI 860 2,6 1,024 3,43 7,78 11,21 4,01
30 NANANG T. MEKAR 35 3,16 1,029 4,21 8,23 12,44 4,54
31 OBING 60 2,8 1,025 3,68 7,91 11,59 4,32
32 ODENG 89 2,76 1,025 3,66 7,94 11,6 4,26
33 OMAN CINAGREG 18 2,68 1,024 3,54 7,71 11,25 4,14
34 PUTRA SALUYU 1 1197 2,77 1,024 3,64 7,66 11,3 4,05
35 PUTRA SALUYU 2 950 2,67 1,024 3,54 7,66 11,2 4,02
36 PUTRA SARI 613 2,55 1,023 3,37 7,65 11,02 3,94
37 RAHARJA 1 296 2,67 1,024 3,52 7,74 11,26 4,02
38 RAHARJA 2 282 2,78 1,025 3,64 7,79 11,43 4,29
39 RAHARJA 2B 113 2,6 1,024 3,38 7,62 11 3,9
40 RUKUN 9 2,71 1,025 3,6 7,73 11,33 4,11
41 SEKE PAKU 829 2,8 1,025 3,72 7,98 11,7 4,33
42 SILIH ASIH 64 2,68 1,024 3,97 7,81 11,78 4,15
43 SIMPANG 2 146 2,8 1,025 3,74 7,93 11,67 4,33
44 SINDANG HURIP 52 2,57 1,023 3,4 7,6 11 3,98
45 SRI MUKTI 1 65 2,75 1,025 3,61 7,85 11,46 4,25
46 SRI MUKTI 2 185 2,51 1,023 3,31 7,4 10,71 3,48
47 SUHERMAN CPC 53 2,46 1,023 3,4 7,62 11,02 3,78
48 TIDI DHALIKA 83 2,65 1,024 3,37 7,8 11,17 3,95
49 TUNAS MEKAR 1403 2,79 1,026 3,75 7,8 11,55 4,04
50 UMAR CIGEMBONG 55 2,64 1,024 3,5 7,68 11,18 4,1
51 WIBAWA MEKAR 770 2,69 1,024 3,67 7,73 11,4 4,36
52 WIDANA KIARA JEGANG 68 2,47 1,024 3,4 7,64 11,04 3,58
53 WS. CIGEMBONG 266 2,68 1,024 3,56 7,69 11,25 4,15
54 WS. CIPAREUAG 314 2,58 1,024 3,39 7,75 11,14 3,98
55 WS. PANGASERAN 651 2,76 1,025 3,67 7,8 11,47 4,26
56 YAYA KOLEWANG 45 2,75 1,025 3,37 8,16 11,23 4,26
57 AGUS M. ASIH 119 2,73 1,025 3,63 7,93 11,56 4,22
58 UTIN 51 3,36 1,029 4,24 8,25 11,49 5,02
L AMPIRAN 4. DATA UJI ALKOHOL PERIODE MARET 2018
Alkohol
No Nama/kelompok
01-Mar-18
1 ALI normal
2 ATO RAHARJA 2B normal
3 BABAKAN SIRNA normal
4 BANGKIT JAYA normal
5 BAROKAH normal
6 CACAN normal
7 CINANGSI normal
8 CIPACING normal
9 CIPACING 2 normal
10 DANGDANG SARI normal
11 DEDE S. normal
12 ELAH T. MEKAR Normal
13 ELAN Normal
14 JUJU Normal
15 KEBON HUI Normal
16 KIARA JEGANG Normal
17 KOLEWANG Normal
18 L. SAWAH 1 Normal
19 LEMBU SARI CLB Normal
20 LEMBU SARI 2 Normal
21 LEMBU SARI L. JAWA Normal
22 M. BAHAGIA Normal
23 M. HARAPAN 1 Normal
24 MAHMUD T. MEKAR Normal
25 MAMAN MEKAR Normal
26 MANDIRI Normal
27 MEKAR ASIH Normal
28 MEKAR JAYA Normal
29 MEKAR SARI Normal
30 NANANG T. MEKAR Normal
31 OBING Normal
32 ODENG Normal
33 OMAN CINAGREG Normal
34 PUTRA SALUYU 1 Normal
35 PUTRA SALUYU 2 Normal
36 PUTRA SARI Normal
37 RAHARJA 1 Normal
38 RAHARJA 2 Normal
39 RAHARJA 2B Normal
40 RUKUN Normal
41 SEKE PAKU Normal
42 SILIH ASIH Normal
43 SIMPANG 2 Normal
44 SINDANG HURIP Normal
45 SRI MUKTI 1 Normal
46 SRI MUKTI 2 Normal
47 SUHERMAN CPC Normal
48 TIDI DHALIKA Normal
49 TUNAS MEKAR Normal
50 UMAR CIGEMBONG Normal
51 WIBAWA MEKAR Normal
52 WIDANA KIARA JEGANG Normal
53 WS. CIGEMBONG Normal
54 WS. CIPAREUAG Normal
55 WS. PANGASERAN Normal
56 YAYA KOLEWANG Normal
57 AGUS M. ASIH Normal
58 UTIN Normal

Anda mungkin juga menyukai