Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan
kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Peningkatan pelaksanaan P2 ISPA perlu didukung dengan peningkatan sumber daya
termasuk dana.semua sumber dana pendukung yang tersedia baikAPBN,dana kerjasama
pemerintah RI dengan organisasi internasional,maupun sumber dana lainnya sepertiAPBD
maupun DAU harus dimanfaatkan seasik –baiknya.
Mengingat bahwa penyakit menular bersifat tak mengenal batas wilayah
administratif,maka perlu dikembangkan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan secara terpadu berbasis wilayah melalui peningkatan survailans.advokasi dan
kemitraan.
Dalam pelaksanaanya P2 ISPA memerlukan dukungan dari lintas program,lintas
sektor serta peran serta masyarakat termasuk dunia usahadalam rangka meningkatan
suberdaya pendukung dan peningkatan pencapaian hasil upaya P2 ISPA maka perlu
dirumuskan pedoman yang mantap dan jelas.buku inin diharapkan dapat dijadikan pedoman
bagi pelaksanakan P2 ISPA untuka menanggulangi Pneumonia pada balita di Indonesia
dengan tetap berpegang pada 5 nilai Departemen Kesehatan.
.
B. TUJUAN

TUJUAN UMUM
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia dan ispa

TUJUAN KHUSUS
-Pengendalian ispa dan pneumonia pada balita

- Meningkatkan cakupan penemuan pneumonia balita

-Meningkatkan pemahaman kesadaran dan pengetahuan

Petugas tentang ispa dan pneumonia

1
C. SASARAN
Sasaran pedoman pengelolaan program adalah dokter, perawat, bidan pengelola
program ISPA di wilayah kerja Puskesmas Durenan sesuai dengan kewenangannya serta
para pengelola program lainnya di Puskesmas Durenan.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini diterapkan terhadap layanan UPTD Puskesmas Durenan.
Adapun ruang lingkup pelayanan ISPA di Puskesmas meliputi:

1. Pelayanan Medis Rawat Jalan


a. Pelayanan Pengobatan Umum
b. Pelayanan Kesehatan Gigi
c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB
d. Pelayanan Kesehatan Anak dan Imunisasi
e. Pelayanan Kesehatan Jiwa

2. Pelayanan Medis Rawat Inap

a. Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam


b. Pelayanan Rawat Inap
c. Pelayanan Persalinan

3. Pelayanan Penunjang Medis

a. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis


b. Pelayanan Laboratorium
c. Pelayanan Farmasi
d. Pelayanan Konsultasi (Remaja, Gizi dan Sanitasi)
e. Unit Pengaduan / Humas

4. Pelayanan Luar Gedung ( Jaringan)

a. Puskesmas Pembantu (PUSTU)


b. Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)
c. Pondok Bersalin Desa ( POLINDES)

E. BATASAN OPERASIONAL

1. Definisi
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas
mulai dari hidung[saluran atas] hingga alveoli [saluran bawah] termasuk jaringan
adneksanya,seperti sinus.rongga telinga tengah dan juga pleura

2
2. Epidemologi Penyakit ISPA
a. Gambaran Epidemologi
Epidemologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi berarti atas, demos
berarti masyarakat, logos berarti ilmu, sehingga epidemologi dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit di masyarakat dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya (determinan).
Epidemologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian
dan distribusi frekuensi penyakit ISPA menurut variabel epidemologi (orang, tempat
dan waktu) dan berupaya menentukan faktor resiko (determinan) kejadian tersebut
pada suatu kelompok populasi.Distribusi yang dimaksud diatas adalah distribusi
orang, tempat dan waktu. Sedangkan frekwensi dalam hal ini adalah Insidens, CFR,
dll. Determinan faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang
memberi risiko atas terjadinya penyakit ISPA
b. Penyebab Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut [ISPA] Merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak.episode batuk pilek pada Balita diindonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun
[Rudan et al Buletin WHO 2008].
Pneumonia adalah pembunuh utama balita didunia,lebih banyak dibanding dengan
gabungan penyakit AIDS ,Malaria dan Campak.Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih
dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia[1 Balita/20 detik] dari 9 juta total
kematian Balita diantara 5 kematian Balita 1 diantaranya disebabkan oleh pneumonia.
c. Distribusi Penyakit
Situasi di Indonesia.
Menurut hasil eksplorasi dari dat SKRT [survei kesehatan rumah tangga ]
menunjukkan angka kematian balita akibat sistem pernapasan adalah 4,9/1000
balita,sekitar 80-905dari kematian ini disebabkan oleh Pneumonia.
3. Penularan ISPA
Penyakit ISPA ditularkan lewat udara,etiologi ISPA terdiri dari 300jenis
bakteri,virus,dan riketsia.

Faktor Risiko Penularan ISPA

- kondisi ekonomi,keadaan ekonomi yang belum pulihdan krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan Menurunnya kemampuan menyediakan
lingkungan pemukiman yang sehat .

-kependudukan,jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi balita


yang besar pula, dengan kata lain meningkatkan sasaran P2 ISPA.

-geografi,sebagai daerah tropis indonesia memiliki potensi sebagai daerah endemik beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.

3
-perilaku hidup bersih dan sehat[PHBS],PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA.

-DesentralisasiManajemen Kesehatan[UU No32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun


2004],diberlakukannya otonomi daerah pada kabupaten/kota menyebabkan. Hubungan
kabupaten/kota dengan propinsi maupun pusat tidak lagi berbentuk hirarki.

-lingkungan dan iklim global,bencana alam ini mengakibatkan pengungsian yangsecar besar
besaran yang mengakibatkan peningkatan penyakit khususnya yang

Berkaitan dengan KLB seperti diare,ISPA dan campak.

4. Ukuran Epidemologi
Ukuran (parameter) frekuensi penyakit yang paling sederhana adalah ukuran
yang menghitung jumlah individu yang sakit pada suatu populasi yang bermanfaat bagi
petugas kesehatan dalam mengalokasikan dana atau kegiatan.
Prevalensi dan insidenbalita batuk dengan napas cepat; selam ini digunakan estimasi
bahwa insiden Pneumonia pada balita di Indonesia sekita 10-20%.hasil SDKI 2001
memperlihatkan prevalensi ISPA pada anak <1 tahun sebesar 38,7% dan pada anak usia
1-4 tahun sebesar 42,2%
5. Surveilans Kasus
a. Pengertian
Menurut WHO, Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program,
instalasi pihak terkait secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Berdasarkan KEPMENKES nomor 1116 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Surveilans adalah
kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efisien dan efektif melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebarluasan informasi epidemiologi kepada pemegang kebijakan,
penyelenggara program kesehatan dan stakeholders terkait.

4
b. Tujuan Surveilans
Secara umum adalah tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai
dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan
serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
Secara khusus tujuan surveilans ISPA adalah :
1) Memantau kecenderungan/ tren penyakit ISPA
2) Kewaspadaan dini KLB ISPA serta penanggulangannya
3) Menindaklanjuti laporan kasus ISPA dengan melakukan PE, serta melakukan
penanggulangan seperlunya.
4) Monitoring dan evaluasi program pengendalian ISPA
5) Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian ISPA
6) Penyusunan kebijakan pengendalian ISPA

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.KWALIFIKASI SUMBER DAYA DAN DISTRIBUSI KETENAGAAN;Aspek pelatihan


merupakan bagian penting dari P2 ISPA
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam penatalaksanaan kasus
dan manajemen program;

Beberapa jenis pelatihan untuk tenaga kesehatan yaitu;


-Pelatihan tata laksana ISPA
- Pelatihan tata laksana kasus ISPA Balita di sarana rujukan
-Pelatihan manajemen program P2 ISPA
-Pelatihan promosi penanggulanganPneumonia Balita
-Pelatihan autopsi verbal kematian Pneumonia Balita

B. JADWAL KEGIATAN
POKOK POKOK KEGIATAN:-advokasi dan sosialisasi
-penemuan dan tatalaksana
-pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan perawatan
-manajemen logistik
-peningkatan SDM
-supervisi
-pencatatan dan pelaporan
-kemitraan
-manajemen program
-penelitian dan pengembangan program

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH PEMETAAN/WILAYAH
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan program ISPA di Puskesmas Durenan
dilakukan sesuai wilayah kerja.

B. STANDAR FASILITAS
Sarana dan Prasarana dalam pelayanan ISPA yaitu:
1. Papan nama/petunjuk
Papan petunjuk lokasi dipasang secara jelas sehingga memudahkan akses klien ke
layanan poli umum untuk mendapatkan pelayanan kasus ISPA.
Ruang tunggu yang nyaman hendaknya didepan ruang ada tempat duduk
Dalam ruang tunggu tersedia
a. Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang ISPA
b. Kotak saran
c. Tempat sampah, kertas tisu dan persediaan air minum
d. Bila mungkin sediakan TV, video dan mainan anak
e. Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau mungkin computer untuk
mencatat data
f. Meja dan kursi yang cukup nyaman
g. Kalender

7
2. Jam Kerja Layanan
Jam Layanan untuk penderita ISPA dilakukan setiap Hari kerja. Jam 08.00 – 14.30.
Sesudah jam layanan selesai, ruang ini dapat dipakai untuk dinamika
kelompok,diskusi,proses edukasi,pertemuan para kader jumanti dan kader jamantik .
3. Prasarana
a. Aliran listrik : dibutuhkan aliran listrik untuk penerangan yang cukup baik untuk
membaca dan menulis serta untuk alat pendingin ruangan
b. Air : diperlukan air yang mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan mencuci
tangan serta membersihkan alat-alat
c. Sambungan telepon : diperlukan sambungan telepon terutama untuk berkomunikasi
dengan layanan lain yang terkait
d. Pembuangan limbah padat dan limbah cair : mengacu kepada pedoman pelaksanaan
kesehatan tentang pengelolaan limbah yang memadai.
4. Laboratorium
Laboratorium set, ATK, mesin cetak, Almari pendingin, buku registrasi pasien,bahan-
bahan reagen
5. Kamar Obat
Kantong Obat, kartu stok, almari obat, buku registrasi, ATK
6. Poli TB-HIV
Buku registrasi pasien, masker, ATK

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan program ISPA meliputi pelayanan di dalam gedung ,pemeriksaan
dilakukan pada penderita ISPA. Sedangkan diluar Gedung Pemeriksaan dilakukan pada
waktu kunjungan rumah pada penderita setelah opname dalam wilayah kerja UPTD
Puskesmas Durenan, Penyelidikan Epidemologi pada penemuan kasus penderita baru ISPA,
dan pneumonia.

B. METODE
Peningkatan mutu dari program ISPA dinilai dari besarnya cakupan dari masing-
masing wilayah kerja. Besarnya cakupan pelayanan ISPA di wilayah kerja Puskesmas
Durenan dipantau secara terus menerus agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai
kelompok mana dalam wilayah kerja Puskesmas yang paling rawan. Dengan diketahuinya
lokasi rawan ISPA maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan
pemecahan masalahnya.

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Advokasi dan Sosialisasi
Advokasi dan Sosialisasi kegiatan yang paling penting dalam upaya mendapatkan
komitmen politis dan kesadaran dari semua pihak pengambil keputusan dan seluruh
masyarakat dalam upaya penanggulangan ISPA.
2. Penemuan dan tata laksana kasus
Penemuan dan tata laksana kasus merupakan kegiatan inti dalam penanggulangan
pneumonia Balita.
3. Pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan perawatan
Tujuannya tersedianya tenaga Ibu/pengasuh/Balita/Kader Posyandu yang mampu
memberi pengobatan pertama penderita ISPA dan memberikan saran-saran upaya
pencegahan penularan.
4. Management Logistik
Dukungan logistic sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan P2 ISPA
5. Peningkatan sumberdaya manusia
Sumberdaya manusia yang terlibat dalam P2 ISPA meliputi kader dan petugas kesehatan.

9
6. Supervise
Setiap pelatihan yang dilakukan perlu ditindak lanjuti dengan supervise dan monitoring
serta pembinaan di lapangan.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan diperlukan sebagai data dasar (baseline) dan data program yang
lengkap dan akurat

10
BAB V
LOGISTIK

Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan


program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan
jenisnya berbeda-beda. Pada program pengelola ISPA di puskesmas Durenan, logistik yang
dibutuhkan adalah stetoskop,senter,pen light,respirasi rate time
Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan Puskesmas, disusun dalam
suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun berdasarkan pengajuan kebutuhan dari pengelola
program. Standar minimal jumlah peralatan Puskesmas ditentukan berdasarkan kebutuhan sesuai
dengan buku Standar Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Kebutuhan logistic program ISPA seperti pengadaan Buku kunjungan,leaflet tentang
ISPA, dan register ISPA disediakan oleh pihak kantor Dinas Kesehatan Kota. Jumlah dan
jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan di Dinas Kesehatan Kota
Trenggalek.
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh petugas dalam bentuk
inventaris Puskesmas. Demikian pula dengan penerimaan dan pemakaian obat-obatan. Pimpinan
Puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa administrasi barang dan obat secara
rutin. Penyusunan perencanaan kebutuhan logistik dan obat didasarkan pada pencatatan barang
dan obat yang habis dan yang masih tersedia (pola konsumsi). Khusus untuk manajemen obat,
penyimpanan dan pengeluarannya mengikuti system first in and first out (FIFO) untuk mencegah
obat kadaluarsa.

11
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Keselamatan sasaran kegiatan adalah unsur yang paling penting dalam pelayanan
kesehatan,maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong peningkatan
spesifikdalam keselamatan pasien dalam kegiatan program ISPA di wilayah Kerja Puskemas
Durenan.
Keselamatan sasaran kegiatan/ program ISPA antara lain:
1. Ketepatan Identifikasi pasien ( Nama, tanggal lahir, Alamat RT/RW)
2. Peningkatan Komunikasi efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
3. Pengurangan resiko infeksi terkait layanan kesehatan dengan melakukan Hand Hygiene
secara tepat, dan pada waktu-waktu yang tepat, sesuai WHO , Gunakan Alat Pelindung Diri
secara tepat.
4. Pengurangan resiko cedera akibat pasien jatuh.
a. Mengamati dengan teliti lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan
prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh.
b. Melaporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien
cidera.

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja dipuskesmas ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup


sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.
Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja disektor formal dan informal dan berlaku
bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja. Berdasarkan Kepmenkes
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas menyatakan bahwa
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya termasuk upaya
kesehatan kerja.
Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk memeliharan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja dilingkungan kerja yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup kegiatan pelayanan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor resiko, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan termasuk pemulihan kapasitas kerja (Depkes RI, 2005).
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan
terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan
upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara
terpadu dan terkoordinasi.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan
pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang
mempunyai resiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas
puskesmas tersebut mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit
menular, dengan darah dan cairan tubuhmaupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat
berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial
sebagai media penularan penyakit yang lain.
Sasaran Keselamatan Kerja dalam pelaksanaan Program Pengelola ISPA adalah sebagai
berikut :
1. Kepatuhan melaksanakan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal
2. Puskesmas membuat pedoman kerja dan prosedur dengan mengutamakan upaya
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
3. Melakukan monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal.

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (Quality Control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan yang bersifat rutin dan dirancang untuk mengukur serta menilai mutu jasa yang
diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar
produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
pelanggan.Penjaminan mutu layanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model
manajemen kendali mutu.Salah satu model manajemen mutu yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan Do Cek Action). Yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continous
improvement).
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep “Trilogy Mutu” dan mengidentifikasikan dalam
tiga kegiatan yaitu:
1. Perencanaan Mutu, meliputi : siapa pelanggan, apa kebutuhannya, dan merencanakan
proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu : mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
keadaan actual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu : membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan
mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-langkah yang mengacu pada upaya peningkatan
mutu. Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh mereka
yang bertanggung jawab melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Langkah 1
Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yangberpotensi
menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat memperbaikinya.Tentunya
kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara operasional
masalah yang dipilih, misalnya bagaimana staf mengetahui bahwa masalah sudah sudah
terpecahkan dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
2. Langkah 2
Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek masalah.
3. Langkah 3
Tentukan sebab masalah yang pokok.Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah
dan keterkaitannya dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis dan untuk
menentukan factor penyebab yang paling dominan.
4. Langkah 4
Identifikasi semua solusi yang mungkin.Berfikirlah secara kreatif untuk mengetahui
sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.

14
5. Langkah 5
Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang
mungkin dilaksanakan, dikaji dari aaspek kriteria kebeerhasilan memecahkan masalah,
biaya yang diperlukan, kemungkinan solusi yang dapat dilaksanakannya, atau kriteria
lainnya.
6. Langkah 6
Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDAC.

4 Langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif yaitu:

a. Merencanakan (PLANN) : sebelum dilaksanakan solusi perlu ditentukan tujuan dan apa
kriteria keberhasilan.Pimpinan harus menentukan “siapa, apa, dimana, dan bagaimana”
solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan penjelasan tentang berbagai asumsi
dan dipikirkan tentang kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang dijadikan
sasaran. Harus sudah diputuskan tentang data yang harus dikumpulkan untuk menentukan
keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : melaksanakan solusi yang sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi,
dan mengamati tingkat kemudahan/ kesulitan pelaksanaan solusi. Amati bagaimana solusi
tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap menyimpang
dari kesepakatan. Setiap masalah/ kesalahan yang muncul dalam proses itu harus
dijadikan sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilaksanakan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis dengan pelajaran yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil. Lanjutkan proses solusi atau hentikan dan
ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi

15
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Program ISPA dibuat sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas Kota
Utara dalam pelaksanaan dan pemberian pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas
kepada masyarakat.
Keberhasilan kegiatan ini sangat tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak
terkait di Puskesmas Kota Utara dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan.Masyarakat
menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.Manajemen resiko dan keselamatan
pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan
yang optimal.

Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan, sarana dan pendayagunaaan agar
puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik, baik kinerja
pelayanan, proses pelayanan maupun sumberdaya yang digunakan.

16

Anda mungkin juga menyukai