Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Inverter

Inverter adalah rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk


mengkonversikan tegangan searah (DC) ke suatu tegangan bolak-balik (AC).
Ada beberapa topologi inverter yang ada sekarang ini, dari yang hanya
menghasilkan tegangan keluaran kotak bolak-balik (push-pull inverter) sampai
yang sudah bisa menghasilkan tegangan sinus murni (tanpa harmonisa), Inverter
satu fasa, tiga fasa sampai dengan multifasa dan ada juga yang namanya inverter
multilevel. Ada beberapa cara teknik kendali yang digunakan agar inverter mampu
menghasilkan sinyal sinusoidal, yang paling sederhana adalah dengan cara
mengatur keterlambatan sudut penyalaan inverter di tiap lengannya.
2.1.1. Prinsip Kerja Inverter

Prinsip kerja inverter adalah mengubah input motor (listrik AC) menjadi DC
dan kemudian dijadikan AC lagi dengan frekuensi yang dikehendaki sehingga
motor dapat dikontrol sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan pada
diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus
DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4
maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter
biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation –
PWM) dalam proses conversi tegangan DC menjadi tegangan AC.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Inverter


(Sumber http://elektronika-dasar.web.id/wp-content/uploads/2012/06/Prinsip-Kerja-Inverter-DC-
ke-AC.jpg)

2.1.2. Full-Bridge Converter Theory


Full-Bridge Converter adalah rangkaian teori dasar yang digunakan untuk
mengubah DC ke AC. Full-Bridge Converter mempunyai pasang saklar ( S 1 ,
s 2 ) dan ( S 3 , s 4 ). Keluaran AC didapatkan dari masukan DC dengan
membuka dan menutup saklar pada urutan yang tepat. Tegangan keluaran Vo

bisa berupa +V dc - V dc , atau nol, tergantung pada saklar yang mana tertutup.
Sebagai catatan bahwa S1 dan S4 tidak boleh menutup pada saat yang
bersamaan, begitu juga dengan S2 dan S3, yang akan menyebabkan terjadinya
short circuit pada sumber DC. Saklar yang nyata tidak bisa on atau off secara
seketika.

Gambar 2.2. (a) Full-bridge converter. (b) S 1 dan s 2 tertutup (c) S 3


dan s 4 tertutup (d) S 1 dan S 3 tertutup (e) S 2 dan S 4 tertutup

Sumber : (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)

Walaupun waktu transisi switching harus diberikan pada kendali saklar,


overlap pada waktu saklar on juga akan mengakibatkan short circult, yang disebut
shoot-through. Waktu tang diberikan untuk transisi switching disebut blanking
time.
2.1.3. Inverter Gelombang Kotak (Square-Wave Inverter)
Merupakan pola switching yang paling sederhana agar full-bridge
converter dapat menghasilkan keluaran tegangan gelombang kotak. Saklar-saklar
akan menghubungkan beban ke + Vdc ketika S1 and S2 tertutup atau ke -Vdc
ketika S3 dan S4 tertutup. Periodik switching dari tegangan beban antara + Vdc
and -Vdc menghasilkan tegangan gelombang kotak pada beban. Walaupun
perselangan keluaran ini nonsinusoidal, namun mampu mencukupi bentuk
gelombang AC untuk beberapa aplikasi.
Bentuk gelombang arus pada beban tergantung pada komponen beban.
Untuk beban resistif, Bentuk gelombang arus sesuai dengan bentuk tegangan
keluaran. Beban induktif akan mempunyai arus yang lebih bersifat sinusoidal dari
pada tegangan karena sifat filtering dari induktansi. Pada beban induktif ada
beberapa pertimbangan dalam mendesain saklar-saklar pada rangkaian full bridge
converter karena arus saklar harus bidirectional.

2.2. Sumber Gelombang Kotak 50Hz

Untuk menghasilkan sebuah gelombang kotak digunakan sebuah IC 555


yang merupakan sebuah Multivibrator astabil. Multivibrator astabil merupakan
sebuah rangkaian-dua-kondisi (two-state system) yang tidak memiliki kestabilan
di kedua kondisinya, maksudnya, output dari rangkaian ini selalu berubah-ubah
kondisinya secara periodik. Dalam satu periode, outputnya dapat berubah dari
kondisi HIGH ke kondisi LOW secara kontinu dan terus menerus sehingga
menghasilkan suatu deretan pulsa (pulse train). Deretan pulsa yang dihasilkan
nilainya konstan dan periodik sehingga dapat digunakan sebagai clock.
Multivibrator astabil dapat juga disebut sebagai pulse generator.
Gambar 2.3 Multivibrator astabil menggunakan IC NE555 berikut
gelombang

Sumber : (outputnya.https://id.wikipedia.org/wiki/Multivibrator)

2.3. Konfigurasi Collector Feedback (Umpan-balik Kolektor)

Gambar 2.4. Penguat umpan-balik kolektor

Sumber : (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)

Sebuah rangkaian penguat yang menggunakan umpan-balik dari


kolektornya. Untuk dapat menentukan besarnya penguatan tegangan (Av) dari
rangkaian ini, perlu dilakukan analisa small-signal menggunakan permodelan re
seperti pada Gambar berikut:
Gambar 2.5. Model r e dari penguat umpan-balik kolektor

Sumber : (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)

Penguatan tegangan yang dihasilkan adalah :

V o −( I i+ I f )β R C −RC
Av = = =
V i (I f + I f ) β R E RE

2.4. Multivibrator

Suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya mempunyai


satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi. Peralihan
(switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi secara cepat.
pada waktu tertentu hanya mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran,
kecuali selama masa transisi. Multivibrator astabil merupakan rangkaian penghasil
gelombang kotak yang tidak memiliki keadaan yang mantap dan selalu berguling
dari satu kondisi ke kondisi yang lain (free running).

2.4.1. Astabil Multivibrator

Sebuah multivibrator terdiri atas dua penguat yang digandeng secara silang.
Keluaran penguat yang satu dihubungkan dengan masukan penguat yang lain.
Karena masing-masing penguat membalik isyarat masukan, efek dari gabungan
ini adalah berupa balikan positif.
Dengan adanya (positif) balikan, osilator akan “regenerative” (selalu
mendapatkan tambahan energi) dan menghasilkan keluaran yang kontinyu. Astabil
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mempunyai dua state dan yang
berosilasi secara kontinu guna menghasilkan bentuk gelombang persegi atau pulsa
dioutputnya. Prinsip ini sama dengan rangkaian osilator. Astable multivibrator
yang dibangun menggunakan IC pembangkit gelombang 555 cukup sederhana,
karena hanya menambahkan fungsi rangkaian tangki selain IC 555 itu sendiri. IC
pembangkit gelombang 555 merupkan chip yang didesain khusus untuk
keperluan pembangkit pulsa pada multivibrator dan timer. Tank circuit yang
digunakan untuk membuat multivibrator astabil dengan IC 555 cukup
menggunakan reistor (R) dan kapasitor (C). Rangkaian dasar multivibrator astabil
yang dibangun menggunakan IC 555 dapat dilihat pada gambar rangkaian berikut.

Gambar 2.6. Rangkaian Astable Multivibrator IC 555

(Sumber: http ://elektronika-dasar.web.id/astable-multivibrator-ic-555/)

2.4.2. Bentuk Output Astabil Multivibrator


Ketika tegangan pada kapasitor C turun sampai di bawah sepertigaVCC, ini
akan memberikan energi ke komparator 2. Antara triger (pin 2) dan pin 6 masih
terhubung bersama. Komparator 2 menyebabkan tegangan positif pada input set
dari flip-flop dan memberikan output negatif. Output (pin 3) akan berubah ke
harga +VCC dan terjadi proses pengosongan melalui (pin7). Kemudian C mulai
terisi lagi ke harga VCC melalui RA dan RB. Kapasitor C akan terisi dengan harga
berkisar antara sepertiga dan dua pertiga VCC. Frekuensi output astable
multivibrator dinyatakan sebagai f = 1/T . Ini menunjukkan sebagai total waktu
yang diperlukan untuk pengisian dan pengosongan kapasitor C. Waktu pengisian
ditunjukkan oleh jarak t1 dan t3. Waktu pengosongan diberikan oleh t2 dan t4.
Frekuensi kerja astabil multivibrator dengan IC 555 diatas dapat dirumuskan
secara matematis sebagai berikut : Nilai resistansi RA dan RB sangat penting
untuk pengoperasian astable multivibrator. Jika RB lebih dari setengah harga RA,
rangkaian tidak akan berosilasi. Harga ini menghalangi sinyal triger turun dari
harga dua pertiga VCC ke sepertigaVCC. Ini berarti IC tidak mampu untuk
memicu kembali secara mandiri atau tidak siap untuk operasi berikutnya.

Gambar 2.7 Output Astabil Multivibrator IC 555 Output Astabil Multivibrator IC


555
(Sumber : http://elektronika-dasar.web.id/astable-multivibrator-ic-555/)

2.4.3. Frekuensi Output Astable Multivibrator


Dinyatakan sebagai f = 1/T . Ini menunjukkan sebagai total waktu yang
diperlukan untuk pengisian dan pengosongan kapasitor C. Waktu pengisian
ditunjukkan oleh jarak t1 dan t3. Waktu pengosongan diberikan oleh t2 dan t4.
Frekuensi kerja astabil multivibrator dengan IC 555 diatas dapat dirumuskan
secara matematis sebagai berikut : Nilai resistansi RA dan RB sangat penting
untuk pengoperasian astable multivibrator. Jika RB lebih dari setengah harga RA,
rangkaian tidak akan berosilasi. Harga ini menghalangi sinyal triger turun dari
harga dua pertiga VCC ke sepertigaVCC. Ini berarti IC tidak mampu untuk
memicu kembali secara mandiri atau tidak siap untuk operasi berikutnya.

2.5. Transformator
Transformator atau trafo ini berfungsi sebagai media penyalur arus listrik
dari tegangan rendah menuju tinggi ataupun sebaliknya. Untuk itu, tidak heran
jika trafo ini pada akhirnya memiliki dua jenis transformator, yakni trafo step up
dan step down. Bedanya, pada trafo step up berfungsi untuk menaikkan tegangan
listrik, sedangkan pada trafo step down berfungsi sebagai media untuk
menurunkan tegangan listrik. Tetapi, kedua jenis trafo ini memiliki komponen
penyusun yang sama, yakni kumparan primer dan sekunder serta inti besi sebagai
sumber dan penguat efek magnetis pada transformator. Tidak kalah dengan
perangkat penyusun elektronika yang lainya, trafo juga sangat penting untuk
rangkaian perangkat yang berhubungan dengan listrik. Perbandingan tegangan
dan arus pada kumparan primer dan sekunder adalah
N p V p Is
α= = =
Ns V s Ip
Untuk lebih jelasnya, perhstikan gambar berikut.

Gambar 2.8. Transformadi tegangan (a) dan transformasi arus (b)

Sumber (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)

Gambar 2.9. Simbol dan Bentuk Tranformator


Sumber: (http://teknikelektronika.com/pengertian-transformator-prinsip-kerja-trafo/ )

Transformator yang terdiri dari kumparan primer dan sekunder serta inti
(core) berupa besi sebagai penghasil medan magnet. Pada setiap trafo, memiliki
fungsi utama untuk mengubah tegangan dari arus listrik dari arus bolak-balik
(AC) menuju tegangan lainnya yang diinginkan. Jenis-jenis transformator atau
trafo antara lain trafo step up untuk menaikkan tegangan listrik, trafo step down
untuk menurunkan tegangan listrik, trafo autotransformater yang berfungsi untuk
mengubah arus listrik dengan ukurannya yang kecil, trafo autotransformator
variabel dengan fungsi yang sama tapi berbentuk lebih kecil, ada pula trafo pulsa,
tiga fase dan isolasi. Tapi, dalam kehidupan umum, jenis dari trafo step up dan
step down sangat terkenal. Karena kedua benda ini adalah yang terbanyak
digunakan dalam beberapa peralatan elektronik.
Trafo paling banyak digunakan saat ini adalah trafo yang memiliki centre-
tap (CT) atau titik tengah. CT dapat terletak disisi primer maupun disisi sekunder.
Besar tegangan di ujung-ujung kumparan terhadap CT adalah sama besar. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar 2.10 berikut,

Gambar 2.10. (a) Gulungan CT pada kumparan sekunder dan (b) primer
Sumber : (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)
Jika suatu sinyal sinusoidal dimasukkan pada kumparan primer trafo pada
gambar 2.10 (a) dan titik CT dihubungkan ke ground, maka sinyal sinusoidal
tersebut akan terbagi dua, yaitu pada titik V s 1 dan V s 2 besarnya sama
namun berbeda fasa 180º. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11. Fasa pada kedua output trafo CT


Sumber : (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249300-R231086.pdf)

2.6. IGBT (Insulated Gate Bipolar)


Sesuai dengan namanya, peranti baru ini merupakan peranti yang
menggabungkan struktur dan sifat-sifat dari kedua jenis transistor tersebut di atas,
BJT dan MOSFET. Dengan kata lain, IGBT mempunyai sifat kerja yang
menggabungkan keunggulan sifat-sifat kedua jenis transistor tersebut. Saluran
gerbang dari IGBT, sebagai saluran kendali juga mempunyai struktur bahan
penyekat (isolator) sebagaimana pada MOSFET. Masukan dari IGBT adalah
terminal Gerbang dari MOSFET, sedang terminal Sumber dari MOSFET
terhubung ke terminal Basis dari BJT. Dengan demikian, arus cerat keluar dan
dari MOSFET akan menjadi arus basis dari BJT. Karena
besarnyaresistansi masukan dari MOSFET, maka terminal masukan IGBT hanya
akan menarik arus yang kecil dari sumber. Di pihak lain, arus cerat sebagai arus
keluaran dari MOSFET akan cukup besar untuk membuat BJT mencapai
keadaan jenuh. Dengan gabungan sifat kedua unsur tersebut, IGBT mempunyai
perilaku yang cukup ideal sebagai sebuah saklar elektronik. Di satu pihak IGBT
tidak terlalu membebani sumber, di pihak lain mampu menghasilkan arus yang
besar bagi beban listrik yang dikendalikannya.

Terminal masukan IGBT mempunyai nilai impedansi yang sangat tinggi,


sehingga tidak membebani rangkaian pengendalinya yang umumnya terdiri
dari rangkaian logika. Ini akan menyederhanakan rancangan rangkaian pengendali
dan penggerak dari IGBT.

Di samping itu, kecepatan pensaklaran IGBT juga lebih tinggi dibandingkan


peranti BJT, meskipun lebih rendah dari peranti MOSFET yang setara. Di lain
pihak, terminal keluaran IGBT mempunyai sifat yang menyerupai terminal
keluaran (kolektor-emitor) BJT. Dengan kata lain, pada saat keadaan menghantar,
nilai resistansi-hidup dari IGBT sangat kecil, menyerupai pada BJT.

Dengan demikian bila tegangan jatuh serta borosan dayanya pada saat keadaan
menghantar juga kecil. Dengan sifat-sifat seperti ini, IGBT akan sesuai untuk
dioperasikan pada arus yang besar, hingga ratusan Ampere, tanpa terjadi
kerugian daya yang cukup berarti. IGBT sesuai untuk aplikasi pada perangkat
Inverter maupun Kendali Motor Listrik (Drive).
Gambar 2.12. IGBT

Sumber:
(http://img.diytrade.com/cdimg/953026/9549600/0/1246244755/Mitsubishi_igbt_modules.jpg)

2.7. Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2
bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak
Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk
menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power)
dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu
menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar 2.13. Relay dan simbol relay


Sumber: (http://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2015/03/Gambar-bentuk-dan-Simbol-
relay.html)
Prinsip Kerja Relay pada dasarnya, terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

1. Electromagnet (Coil)

2. Armature

3. Switch Contact Point (Saklar)

4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian relay :

Gambar 2.14. Struktur Sederhana Relay


Sumber : (http://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2015/03/Gambar-bentuk-
dan-Simbol-relay.html)

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)

 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke
posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay
untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan
arus listrik yang relatif kecil.

2.8. Resistor
Resistor adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai tahanan / hambatan
dalam menahan arus masuk. Pada resistor terdapat gelang warna yaitu gelang
pertama tidak boleh langsung berwarna hitam serta pada gelang ketiga berwarna
emas, perak, tanpa warna ( emas x 1/10 dan perak x 1/100 ). dan resistor memiliki
beberapa Ukuran atau jenisnya,..dalam hal ukuran mulai dari 1/2 , 1/4, 1/8, 2, 3,
dan emapat serta jenisnya berdasarkan jumplah gelang atau pita yang melingkar,
ada yang 4 gelang, 5 gelang. Gelang terakhir sebagai toleransi penghitungan serta
memiliki satuan seperti, OHM, KILO, MEGA,Satuan Simbol

Gambar 2.15. simbol resistor


(Sumber: Buku Elektrnika Digital + Mikroprosesor Hal:33)
Gambar 2.16. Betuk Resistor
Sumber : (http://chanshue.files.wordpress.com/2010/04/resistor2.html)

Table 2.17. nilai hambatan dari tiap warna


Sumber: (http://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2014/07/Kode-Warna-Resistor-4-
gelang.html)
Gambar 2.18 perhitungan resistor 4 warna
Sumber: (http://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2014/07/Kode-Warna-Resistor-4-
gelang.html)

Gambar 2.19. perhitungan 5 warna resistor


Sumber: (http://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2014/07/Kode-Warna-Resistor-5-
gelang.html)

2.9. Dioda
Dioda adalah sebuah komponen elektronika yang merupakan komponen
berstatus aktif dan memiliki dua kutub dengan sifat semikonduktor. Dioda ini
dapat dijadikan sebagai media penghantar yang dapat menghantarkan arus listrik
dalam satu arah dan menjadi penghalau untuk aliran listrik dari arah lainnya.
Peralatan ini tidak memiliki karakateristik yang terlalu mencolok, selain fungsinya
yang terkait dengan tegangan serta arus listrik dan komponen pelengkap serta
pengukurnya. Pada mulanya, dioda adalah sebuah alat yang terbentuk dari piranti
Kristal dan tabung hampa milik ilmuwan Cat Wahisker. Tapi, seiring
berkembangnya jaman, kini dioda telah berubah bentuk dari bahan dasarnya yang
berupa piranti kristal menjadi berbahan germanium dan silikon. Dalam
perkembangan dari dioda ini, terdapat berbagai jenis dioda yang telah dibuat oleh
para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia, seperti dioda dengan bahan kristal atau
semikonduktor dan dioda jenis termionik.

Gambar 2.20. Simbol Dioda dan Junction Dioda


(Sumber: Buku Elektroika Digital + Mikroprosesor Hal: 42 )

Gambar 2.21. bentuk diode


Sumber: (http://fungsi-manfaat.com/jenis-dan-fungsi-komponen-dioda.html)

2.10. Kapasitor
Pengertian Kapasitor adalah sebuah perangkat komponen elektronika yang
mampu menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan
oleh bahan penyekat pada tiap konduktor atau yang biasa disebut keping.
Kapasitor ini lebih dikenal di masyarakat dengan nama kondensator. Komponen
eletronik ini dibuat sedemikian rupa hingga mampu menyimpan muatan listrik.
Komponen ini hampir sama dengan resistor karena termasuk salah satu komponen
pasif. Maksud dari komponen pasif adalah komponen yang bekerja tanpa
memerlukan arus panjar. Anda mungkin penasaran dengan bentuk kapasitor ini,
bentuk kapasitor ini seperti sebuah tabung kecil dengan 2 buah kawat yang
menjadi kaki di bagian bawah tabung itu. Kapasitor ini terdiri dari 2 lempeng
logam yang dipisahkan oleh isolater. Isolator ini adalah bahan zat dielektrik yang
tidak bisa dialiri listrik ataupun menghantarkan listrik.

Adapun jenis – jenis kapasitor berdasarkan isolatornya adalah sebagai


berikut :

1. Kondensator Elektrolit / ELCO (kondensator yang memiliki polaritas, kaki


+ dan kaki)

2. Kondensator Keramik

3. Kondensator Mylar

4. Kondensator Mika

5. Kondensator Kertas

Gambar 2.22. Simbol kapasitor


Sumber : (https://mysimplework.wordpress.com/2010/10/18/pengukuran-kapasitor/)

Gambar 2.23. Bentuk Fisik Kapasitor


Sumber: (https://mysimplework.wordpress.com/2010/10/18/pengukuran-kapasitor/)

2.11. Transistor
Transistor adalah bagian dari semikonduktor dalam part elektronik di mana
“transist” arus dan tegangan untuk kemudian berubah bentuk atau besaran-
besarannya dalam daya tertentu. Transistor menjadi komponen aktif yang utama
di semua rangkaian elektronik.
Transistor umumnya dibuat dari bahan silikon dan sebagian (terutama transistor-
transistor type lama) dibuat dari bahan germanium. Transistor dalam rangkaian
elektronik berfungsi antara lain sebagai penguat (amplifier), oscillator, converter
tegangan DC, loading-driver (pengemudi beban), phase-shifter (perubah
fasa), dan lain-lain.
Transistor bipolar adalah transistor yang paling banyak dan umum
digunakan dalam berbagai rangkaian elektronik. Ada dua jenis transistor bipolar :
NPN dan PNP. Transistor bipolar mempunyai tiga kaki elektroda : basis (b),
emittor (e), dan collector (c).
Gambar 2.24. Simbol Transistor

Sumber: (http://1.bp.blogspot.com/-
ayan5uv3lqk/vemdwtv5nei/aaaaaaaacbe/b82orygmcnc/s1600/transistor%2bsmall)

2.10.1 Prinsip kerja transistor

Sebagai saklar secara garis besar adalah jika tidak ada arus atau tegangan
yang melalui basis maka transistor tersebut tidak bekerja pada daerah aktif,
sehingga arus emitor tidak ada. Ketika ada tegangan atau arus yang melalui basis
maka transistor akan bekerja dan arus mengalir melalui emiter yang akan
mengaktifkan relai. Dengan demikian apabila V1 diberi tegangan level “high”
atau logika “1” maka transistor akan bekerja sehingga relai akan aktif (ON),
sedangkan apabila V1 diberi tegangan level “low” atau logika “0”, maka transistor
tidak bekerja sehingga relai pun tidak aktif (OFF).

Pada transistor NPN, kolektor (c) diberi potential positif (+) terhadap emitor
(tegangan c-e atau Vce). Contoh : jika kolektor +6V (dari ground/ 0V), maka
tegangan emitor harus kurang dari itu (terhadap ground), bisa 5V, 3V, 1V atau 0V.
Dengan demikian kolektor harus lebih positif terhadap emitor.
Basis (b) diberi tegangan bias positif dan akan tetap tegangan pada basis ini
terhadap emitor (tegangan b-e atau Vbe), yaitu sekitar +0,6V pada transistor
silikon dan sekitar +0,2V pada transistor germanium.
Pada transistor PNP, kolektor diberi potential negatif (-) terhadap emitor.
Basis diberi tegangan bias negatif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap
emitor (Vbe), yaitu sekitar -0,6V pada transistor silikon dan sekitar -0,2V pada
transistor germanium.

2.12. Power Supply


Perangkat keras pendukung komponen peralatan elektronika ini adalah alat
yang dapat mengubah arus dua arah menjadi arus searah. Selain itu, beberapa
peralatan elektronik hanya dapat menerima tegangan listrik dengan arus searah
(DC) saja, jadi, perlu adanya power supply sebagai converter arus listrik.
Pengertian power supply sebenarnya merupakan bahasa Inggri yang berari
penyuplai tenaga. Tapi dalam bahasa Indonesia istilah power supply ini dikenal
seabgai catu daya. Penghantar energi listrik menuju komponen lainnya ini
memiliki beberapa konektor khusus untuk setiap komponennya. Jadi, tida ada
istilah satu konektor untuk beberapa perangkat lainnya. Pada perangkat keras
seperti komputer, beberapa komponen penyusunnya seperti motherboard, hardisk,
prosessor, VGA card, Driver Room dan beberaa komponen lainnya membutuhkan
suplai arus listrik dalam bentuk arus searah (DC) yang dapat diberikan oleh datu
daya.

Gambar 2.25. Rangkaian Catu Daya


(Sumber: Elektronika Digital + Mikroprosesor Hal: 56
)
2.13. Rangkaian Driver Relay
Penggunaan driver relai pada perancangan sistem ini adalah untuk
mengaktifkan beban motor 12V. Pada rangkaian relai terdapat transistor yang
berfungsi sebagai saklar. Transistor ini mendapat tegangan dari mikrokontroler
dan akan mengaktifkan relai. Tegangan kolektor yang menggerakkan relai tidak
akan ada jika tidak ada arus ke basis. Rangkaian driver relai ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
12 V
1N4003

1
1K AC
2
TIP 31
In 5V beban
Gambar 2.26. rangkaian driver relay
Sumber: (http://blog.ub.ac.id/dewirokhmahpyriana/2010/03/22/interface-serial-port/)

2.14. PCB (Printed Circuit Board)

PCB adalah papan yang berfungsi untuk meletakan komponen-komponen


menjadi suatu rangkaian elektronika. Papan PCB terbuat dari bahan pertinaks
yang sudah di lapisi dengan tembaga di mana lapisan tembaga berfungsi sebagai
penghubung komponen satu dengan yang lainnya dalam suatu rangkaian.

Gambar 2.27. PCB Inverter


Sumber : (http://palleko.blogspot.co.id/2012/06/rangkaian-pcb.html)

2.15. Accu (Akumulator)

Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi
(umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator
adalah baterai dan kapasitor. Akumulator (aki) termasuk elemen sekunder, yaitu
elemen yang reaksi kimianya dapat dibalik. Pada proses pengisian aki, kutub
positif aki dipasangkan pada kutub negatif sumber tegangan arus searah dan kutub
negatif aki dipasangkan pada kutub positif sumber tegangan arus searah.

2.15.1 Bagian-bagian Accu (Akumulator)

Bagian-bagian akumulator ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar: Bagian-bagian Accu

Sumber : (http://www.pelajaranku.net/2016/02/pengertian-dan-prinsip-cara-kerja-aki-
akumulator-bagian-bagian-serta-gambar-aki-accu.html)

Kutub positif akumulator berupa lempeng-lempeng timbal peroksida berpori


dan kutub negatifnya berupa lempeng-lempeng timbel murni berpori. Kedua
lempengan kutub tersebut dimasukkan ke dalam larutan asam sulfat.
Setiap pasang lempeng kutub positif dan negatif disebut satu pasang sel yang
dapat menghasilkan beda potensial sebesar 2 volt.

Sebuah aki biasanya terdiri atas beberapa sel untuk mendapatkan tegangan
yang lebih besar. Misalnya, aki 6 volt terdiri atas 3 pasang sel dan aki 12 volt
terdiri atas 6 pasang sel.
Pada aki terjadi perubahan energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik.
Jika aki terus-menerus dipakai, energinya akanmelemah.
Akibatnya, arus listrik yang mengalir akan mengecil, karena keping-keping pada
sel dilapisi oleh timbel sulfat dan larutan asam sulfat di dalam aki semakin encer
sehingga menghambat aliran elektron.

Anda mungkin juga menyukai