Anda di halaman 1dari 10

Nama : Sukma Hudhori

Kelas : KA02

Tugas merangkum Kimia Dasar

KIMIA POLIMER

Kimia Polimer, pada tahun 1833, Jons Jacob Berzelius menyarankan bahwa senyawa
dengan rumus sama, tetapi berbeda strukuturnya dinamakan isomer. Ia juga menyarankan
bahwa senyawa dengan rumus empiris sama, tetapi berbeda massa molekulnya dinamakan
polimer.

Polimer mengandung rantai panjang dengan satuan berulang. Misalnya, karet alam
adalah polimer yang mengandung sejumlah besar satuan berulang dari [−CH₂
C(CH₃)=CHCH₂−]. Selulosa adalah contoh lain dari polimer yang mengandung satuan
berulang. Kayu mengandung sekitar 50% massa selulosa; kapas hampir 90% selulosa.
Selulosa dari pulp kayu digunakan untuk membuat kertas. Selulosa tersebut dapat dimurnikan
dengan melarutkan polimer ke dalam campuran NaOH dan CS₂. Jika larutan kental ini
diusahakan masuk ke dalam lubang sempit pada mulut pipa dalam bak asam, fiber selulosa
dikenal sebagai rayon.

Pada tahun 1869, John Wesley Hyatt menemukan bahwa campurab selulosa nitrat dan
kamifer yang dilarutkan dalam alkohol menghasilkan plastik dinamakan seluloid. Selulosa
nitrat mudah terbakar sehingga sekarang diganti oleh plastik jenis lain.

1. Definisi bentuk polimer

Polimer didefinisikan sebagai senyawa dengan massa molekul relatif besar yang dibentuk
melalui ikatan antar monomer dengan molekul kecil.
Polietilena disebut polimer rantai lurus sebab mengandung ikatan karbon-karbon yang
panjang. Polimer dengan cabang pada selang yang tidak beraturan sepanjang rantai polimer
dinamakan polimer bercabang. Polimer yang berikatan menyilang memiliki cabang yang
menghubungkan antar rantai polimer , material polimer yang berikatan silang antar rantai
polimer membuat polimer lebih plastis. Misalnya, vulkanisasi karet.

Bentuk polimer lurus dan bercabang digolongkan sebagai material yang dinamakan
termoplastik. Material ini meleleh jika dipanaskan yang dapat dimodelkan ke dalam berbagai
bentuk, dan bentuknya dapat dipertahankan ketika didinginkan. Ikatan silang yang berat
menghasilkan material yang dikenal sebagai plastik termoset. Sekali ikatan silang dibentuk,
polimer iniakan mengambil bentuk yang tidak dapat diubah lagi, tanpa merombak plastiknya
lebih dahulu.

a. Homopolimer dan Kopolimer ;


Polietilen merupakan contoh homopolimer yang dibentuk melalui polimerisasi
monomer tunggal. Sementara itu kopolimer dibentuk melalui polimerisasi lebih dari
satu monomer. Etilen, CH₂=CH₂ dan propilen, CH₂=CH − CH₃ dapat dibentuk
kopolimer. Misalnya, untuk membentuk polimer yang mempunyai dua jenis satuan
berulang.
Kopolimer acak mengandung satuan berulang secara pengacakan murni. Kopolimer
teratur mngandung satuan berulang bergantian secara teratur. Satuan berulang dalam
kopolimer blok yang panjangnya berbeda. Kopolimer cangkok mempunyai rantai satu
satuan berulang yang dicangkokkan pada tulang punggung polimer lain.

b. Taktisiti ;
beberapa monomer membentuk polimer dengan susunan teratur pada rantai
polimer. Polimer ini memiliki sifat yang dikenal sebagai taktisiti (latin, tacticus,
“susunan yang cocok”).
Taktisiti hasil dari perbedaan cara didalam penyusunan ini yang dapat disusun pada
tulang punggung polimer blok.

2. Polimerisasi ;
Carothers, pakar kimia USA menggolongkan polimerisasi (proses
pembentukan polimer tinggi ) menjadi dua golongan, yakni polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi.

a. Polimerisasi adisi ;
Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai. Pembawa rantai pada polimerisasi
adisi dapat berupa spesi reaktif yang mengandung satu elektron tak berpasangan,
disebut radikal bebas atau beberapa spesi ion. Polimer yang telah dikenal dan
dihasilkan melalui polimerisasi adisi adalah turunan etena, berbentuk CH₂=CHX atau
CH₂=CXY. Polimerisasi adisi dibagi menjadi tiga yaitu pemicuan, perambatan, dan
pengakhiran.
Polimerisasi adisi selanjutnya dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu
polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi ion (katian dan anion).

b. Polimerisasi radikal bebas ;


Radikal bebas biasanya dibentuk melalui penguraian zat yang kurang stabil
dengan menggunakan kalor atau cahaya. Radikal bebas ini menjadi pemicu pada
polimerisasi. Pemicu dapat dipandang sebagai penguraian pemicu dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Jika radikal bebas dinyatakan
sebagai R dan molekul monomer dinyatakan dengan CH₂=CHX, proses pemicuan
dapat digambarkan sebagai berikut :
R + CH₂=CHX → R−CH₂−CHX

Reaksi adisi molekul monomer pada radikal bebas yang terbentuk dari reaksi di ataa
merupakan tahap perambatan. Walaupun tahap pemicuan, perambatan, dan pengakhiran
diperlukan, pada polimerisasi dapat terjadi proses alih rantai. Pengalih dapat berupa molekul
pelarut, pemicu monomer, atau polimer. Semakin sering alih rantai terjadi, semakin pendek
rantai terbentuk, karena pertumbuhan rantai-rantai polimer terganggu. Jadi derajat
polimerisasi berkurang, demikian pula dengan massa molekul relatif polimer tersebut.
Polimerisasi kadang-kadang menghasilkan polimer bermassa molekul besar, yang sifatnya
sukar dicetak.

Laju dan derajat polimerisasi dapat dikendalikan dengan menggunakan zat pelambat
(retarder) dan penghambat (inhibitor). Penghambat bereaksi dengan radikal bebas begitu
radikal bebas terbentuk.
Kuinon dapat bertindak sebagai penghambat bagi banyak sistem polimerisasi karena
kuinon bereaksi dengan radikal bebas yang terbentuk, menghasilkan radikal yang mantap
akibat resonasi. Pelambat kurang reaktif dibandingkan dengan penghambat karena bersaing
dengan monomer terhadap radikal bebas. Dalam hal ini, baik laju maupun derajat
polimerisasi berkurang. Oksigen adalah pelambat kuat untuk polimerisasi radikal bebas,
sebab bereaksi dengan radikal perambat. Jadi dalam polimerisasi yang peka terhadap oksigen,
maka oksigen harus dihilangkan sebelum polimerisasi dilakukan.

c. Polimerisasi ion ;
Polimerisasi adisi dapat berlangsung dengan mekanisme yang tidak melibatkan
radikal bebas. Misalnya, pembawa rantai dapat berupa ion karbonium (polimerisasi
kation) atau karbanion (polimerisasi anion).
1. Polimerisasi kation ;
Dalam polimerisasi kation dengan monomer CH₂=CHX, sebagai pembawa
rantai adalah ion karbonium. Katalis dalam reaksi polimerisasi ini adalah asam
lewis, seperti AlCl₃, BF₃, TiCl₄, H₂SO₄ dan asam kuat lainnya. Polimerisasi
kation paling baik berlangsung pada suhu rendah. Misalnya, polimerisasi 2-
metilpropena berlangsung sangat cepat pada -100⁰C dengan adanya katalis BF₃
atau AlCl₃.
Dalam polimerisasi yang dikatalis oleh katalis asam, pemicuan dapat digambarkan
sebagai berikut :
H
HA + H₂C=CHX → H₃C − C⁺ + A⁻
X
HA adalah molekul asam, seperti HCl, H₂SO₄ dan HCIO₄. Pada reaksi pemicuan,
proton dialihkan dari asam ke monomer sehingga menghasilkan ion karbonium.
Perambatan melalui adisi monomer pada ion karbonium yang dihasilkan,
prosesnya hampir sama dengan reaksi radikal bebas.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa polimerisasi tidak terjadi jika pelarut yang
dipakai adalah pelarut nonpolar.
2. Polimerisasi anion ;
Pada polimerisasi anion dengan monomer CH₂=CHX, karbonion
bertindak selaku pembawa rantai. Monomer yang mengandung substituen
elektronegatif, seperti propenitril, 2-metilpropenoat, dan feniletena tergolong
dapat mengalami polimerisasi jenis ini. Seperti polimerisasi kation, reaksi
polimerisasi anion paling baik berlangsung pada suhu rendah. Katalis yang dapat
dipakai meliputi logam alkali, alkil, aril dan amida logam alkali.
Sebagai contoh polimerisasi anion, tinjau amida logam alkali, seperti
kalium amida, KNH₂, dalam pelarut amonia cair mempercepat polimerisasi
monomer CH₂=CHX. Dalam amonia cair, kalium amida terionisasi kuat sehingga
pemicuan dapat berlangsung seperti berikut.
H HH
H₂N⁻ + H₂C=C⁺ → H₂N −C−C−
X H X
Ion lawan (penetral) bagi karbanion adalah ion K⁺. Perambatan adalah adisi
monomer pada karbanion yang dihasilakn sebelumnya.
d. Polimerisasi koordinasi ;
Pada tahun 1963, Karl Zieger dan Giulio Natta menerima
hadiah nobel dalam bidang kimia atas pekerjaannya menemukan katalis senyawa
koordinasi untuk reaksi polimerisasi adisi. Katalis tersebut dinamakan katalis Ziegler-
Natta yang menguntungkan dalam mengendalikan kelinearan dan taktisiti yang
belum pernah ditemukan sebelumnya.
Katalis Ziegler-Natta menghasilkan polimer yang lebih lurus, lebih tegar, dengan
kerapatan dan kekuatan tegang yang lebih tingg. Contohnya, polipropilen yang
dihasilkan dari reaksi radikal bebas bersifat lunak, kenyal menghasilkan polimer
atataktik dengan nilai komersial rendah. Katalis Ziegler-Natta dapat menghasilkan
propilen isotaktis yang lebih keras dan lebih kristalin.
Jenis katalis Ziegler-Natta merupakan campuran titanium (III)
klorida (TiCl₃) dan trietilaluminium. Tahap pertama dalam rekasi ini melibatkan
transfergugus etil dari aluminium ke titanium.
e. Polimerisasi kondensasi ;
Polimerisasi kondensasi melibatkan penggabungan molekul-
molekul kecil, menghasilkan molekul besar melalui rekasi kondensasi. Jika campuran
etanol dan asam etanoat (asetat) dipanaskan bersama dengan sedikit asam sulfat pekat,
menghasilkan ester etil asetat, disertai pelepasan molekul air. Reaksi akan berhenti
sampai di situ sebab tidak ada gugus fungsi yang dapat bereaksi.
Sebagaimana ditunjukkan bahwa kereaktifan suatu gugus fungsi
pada ujung molekul polimer adalah sama dengan kereaktifan gugus fungsi itu dalam
molekul monomernya. Dengan demikian, kereaktifan suatu gugus fungsi tidak
bergantung pada ukuran molekul yang mengandung gugus fungsional tersebut.
Polimerisasi kondensasi umunya melibatkan penghilangan molekul air atau molekul
kecil lainnya. Pada rekasi esterifikasi, banyaknya produk reaksi ditentukan oleh posisi
kesetimbangan. Keadaan kesetimbangan yang sama terjadi pada tiap tahap reksi
selama polimerisasi, seperti pada polimerisasi asam heksana -1,2-diol.
Pada polimerisasi kondensasi tidak terjadi pengakhiran.
Polimerisasi berlangsung terus, sejatinya sampai tidak ada lagi gugus fungsional yang
ada untuk bereaksi. Akan tetapi, reaksi dan juga derajat polimerisasi dapat
dikendalikan dengan mengubah waktu reaksi dan pengaturan suhu.
Cara menghentikan rekasi yang lebih kekal adalah dengan
menggunakan penghenti ujung. Misalnya, penambahan sejumlah kecil asam etanoat
pada sistem yang sedang mempolimerisasi, digunakan untuk memantapkan massa
molekul polimer nilon.
3. Polimer sintesis tinggi ;
Pembuatan dan penggunaan polimer sintesis tinggi memainkan
peranan utama dalam ekonomimasyarakat industri modern. Demikian besarnya
dampak plastik dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari alat-alat dapur sampai
katup jantung buatan. Sampai saat ini, penelitian dan pengembangan bahan
polimer masih terus dilakukan dalam upaya menemukan aneka penerapan bahan
polimer. Suatu cara yang berguna untuk menggolongkan polimer sintesis tinggi
adalah mengelompokkan menjadi polimer adisi dan polimer kondensasi.
a. Polietilen (PE) ;

Polietilen dengan kerapatan rendah diproduksi melalui


polimerisasi radikal bebas pada suhu tinggi (200⁰C) dan tekanan tinggi (100 atm).
Polimer dengan kerapatan tinggi diproduksi menggunakan katalis Ziegler-Natta
pada suhu di bawah 100⁰C dan tekanan kurang dari 100atm. Sekitar 4 juta ton
polietilen dengan kerapatan rendah dan sekitar 2 juta ton polietilen dengan
kerapatan tinngi habis terjual pada tahun 1990-an.

Secara kimia, polietilen sangat inert. Polimer ini tidak larut dalam pelarut
apapun padsa suhu kamar, tetapi mengembun oleh hidrokarbon dan karbon
tetraklorida. Polietilen tahan terhadap asam dan basa, tetapi dapat dirusak oleh
asam nitrat pekat. Polietilen tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen.
Sifat fisik polietilen kerapatan tinggi dan polietilen kerapatan
rendah sangat berbeda. Seperti diuraikan di atas, pencabangan dapat
menurunkan ke kristalan, massa jenis, titik gelas, dan titik leleh kristal.
Polietilen dengan kerapatan rendah bersifat kenyal, tidak mudah sobek, dan
tahan terhadap kelembapan dan bahan kimia, sehingga banyak dipakai untuk
pembungkus, dus, isolator listrik, pelapis kabel, dsb. Polietilen dengan
kerapatan tinggi memiliki daya regangan dan ketagaran yang besar, sehingga
banyak digunakan untuk membuat pipa, tabung, bejana, dan benda lainnya.
b. Polipropilen (PP) ;
Polipropilen isotaktis dari polimerisasi Ziegler-Natta sangat
tegar, secara termal polimer bersifat mantap dengan keunggulan tahan
terhadap tekanan, perengkahan, dan reaksi kimia. Botol-botol kemasan banyak
dibuat dari polipropilen sebab dapat dibentuk lebih tipis. Kursi plastik yang
dapat ditumpuk terbuat dari polipropilen.
c. Polietilen (tetrafluoroetilen) ;
Tetrafluoroetilen (CF₂=CF₂) berwujud gas, tidak beracun, dan
mendidih pada suhu -76⁰C, sehingga harus disimpan dalam tangki bertekanan
tinggi.
Polimer pertama tetrafluoroetilen ditemukan oleh Plunkett (1962) ketika
membuka tangki gas bertekanan tinggi yang berisi tetrafluoroetilen, dan
dilihatnya telah berubah menjadi serbuk putih seperti lilin (berpolimerisasi).
Tetrafluoroetilen biasanya dipolimerisasi dengan pemicu radikal bebas pada
suhu dan tekanan tinggi dengan adanya air. Pemicu redoks yang dapat
digunakan diantaranya persulfat dan hidrogen peroksida.
Politetrafluoroetilen tahan terhadap pereaksi korosi atau pelarut.
Dari ratusan pereaksi uji, hanya lelehan logam alkali atau alkali yang
dilarutkan dalam amonia yang dapat menyerang polmer ini, melalui pelepasan
atom fluor dari rantai. Untuk tujuan praktis, polimer mantap terhadap air dan
panas sampai suhu sebesar 350⁰C. Politetrafluoroetilen banyak digunakan
untuk insulator listrik, peralatan kimia, dan barang kebutuhan rumah tangga.
d. Polivinilklorida (PVC) ;
Sekitar 20% klor digunakan untuk membuat monomer vinil
klorida (CH₂=CHCl), yang digunakan untuk produksi polivinilklorida atau
PVC. Substituen klor pada rantai polimer membuat PVC lebih tahan api
dibandingkan dengan polietilen. Sifat-sifat PVC beraneka mulai dari
menambah keplastisan, stabilisasi, dan celupan, menjadikan PVC sebagai
plastik serbaguna.
Suatu kopolimer vinil klorida dan viniliden klorida diperdagangkan dengan
nama niaga Saran. Keduanya dapat meningkatkan gaya atraksi antar rantai
polimer yang membuat PVC lebih keras dari pada polietilen dan menghasilakn
lapisan tipis Saran yang cenderung sangat lengket.
e. Akrilik ;
Asam akrilik adalah nama umum untuk asam2-propenoat
(CH₂=CHCO₂H). Fober akrilik seperti Orlon dibuat dari turunan asam akrilik
yang dikenal sebagai akrilonitril.
Polimer akrilik dibentuk dari polimerisasi salah satu ester asam ini seperti
metil akrilat. Salah satu polimer akrilik penting adalah poli(metil metakrilat)
atau PMMA, dijual dengan nama niaga Lucite dan Plexiglass.
PMMA sangat ringan dan berupa kristal bening. Polimer yang menyerupai
gelas digunakan pada jendela pesawat terbang, lensa cahaya, dan peralatan
cahaya. Oleh karena keras, stabil terhadap cahaya matahari, dan tahan lama,
PMMA juga digunakan untuk membuat reflektor sinar di jalan raya. PMMA
yang transparan menjadikan polimer ini ideal untuk ‘contact lens’. Sayangnya
polimer ini bersifat impermeable terhadap oksigen dan air, sehingga oksigen
harus ditransportasikan ke kornea mata.
f. Polimer kondensasi ;
Sintesis plastik yang pertama adalah blakelit, dikembangkan oleh
Baekland (1905). Sintesis blakelit dimulai dengan reaksi antara formaldehid
(H₂CO) dan fenol (C₆H₅OH) membentuk campuran substitusi fenol pada
posisi orto- dan para-. Pada suhu di atas 100⁰C, fenol-fenol ini memadat
membentuk polimer dengan cincin aromatis yang dijembatani oleh
−CH₂OCH₂− atau −CH₂−. Ssambung-silang dalam polimer ini begitu meruah
sehingga membentuk plastik termoset.
Carothers dan koleganya (1920) menemukan rumpun polimer
kondensasi yang dikenal sebagai poliamida dan poliester. Poliamida diperoleh
melalui reaksi diasil klorida dengan diamin.
Fiber sintesis yang pertama dibuat adalah nilon. Proses ini dapat
ditunjukkan dengan cara menuangkan secara hati-hati larutan heksametilen
diamin dalam air ke dalam larutan adipoil klorida dalam CH₂Cl₂. Suatu film
tipis dari polimer terbentuk pada antarmuka antara kedua fase ini. Dengan
mencungkil film ini akan tampak serat nilon yang sinambung dari larutan.
Poliamida khusus ini dikenal dengan nilon 6,6 sebab polimer dibentuk dari
diamin yang mempunyai enam atom karbon dan turunan asam dikarboksilat
yang mempunyai enam atom karbon.
Fosgen (COCl₂) bereaksi dengan alkohol membentuk ester, yang
analog dengan bentukan asil klorida ketika bereaksi dengan alkohol.
O O
ClCCl + 2HOR → ROCOR + 2HCl
ester karbonat
produk dari reaksi ini dinamakan ester karbonat, sebab
merupakan diester dari asam karbonat, H₂CO₃. Polikarbonat diproduksi ketika
satu dari ester ini bereaksi dengan alkohol yang sejenis. Lexan mempunyai
resistensi yang sangat tinggi dan digunakan sebagai pengaman gelas, rangka
jendela, dan helm.

Anda mungkin juga menyukai