MAKALAH - Belanja Daerah - Edit - H. ASEP - (Acc)
MAKALAH - Belanja Daerah - Edit - H. ASEP - (Acc)
OLEH :
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari semua pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat
saya harapkan demi menyempurnakan tugas makalah ini. Semoga tugas makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin .
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
2.3 Prinsip Manajemen Belanja Daerah
........................................................................................................................
11
3.1 Kesimpulan
........................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dalam definisi akuntansi merupakan garis besar dari tahap-tahap yang ada
dalam siklus akuntansi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
anggaran yang berupa arus aktiva keluar guna melaksanakan kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah pusat.
7
Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti
yang layak terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan;
Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang
seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman;
Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan seperti layaknya
yang diharapkan pada kegiatan investasi;
Belanja Tidak Tersangka
Pengeluaran yang disediakan untuk :
Kejadian – kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang
membahayakan daerah;
Utang (pinjaman) periode sebelumnya yang belum diselesaikan dan
atau yang tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan;
Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan
yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan.
8
penting yang selalu ditekankan. Berikut adalah garis besar dokumen
perencanaan daerah yang secara ekplisis di dalamnya memuat kebijakan
anggaran belanja daerah:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
a. Strategi Pemerintah Daerah
b. Kebijakan Umum
c. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
d. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, lintas kewilayahan
yang memuat kegiatan dalam Kerangka regulasi dan Kerangka
Anggaran.
2. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berisi:
a. Prioritas Pembangunan Daerah
b. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah
c. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
d. Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan dan lisntas kewilayahan
yang memuat kegiatan dalam Kerangka Regulasi dan Kerangka
Anggaran.
3. Kebijakan Umum APBD (KUA) berisi:
a. Target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang
akan dilaksanakan oleh pemda untuk setiap urusan pemda
b. Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan
penggunaan pembiayaan dengan asumsi yang mendasarinya
c. Asumsi yang mendasari kebijakan anggaran dengan
mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan
pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah
d. Kerangka ekonomi makro dan implikasinya terhadap sumber
pendanaan, meliputi :
- Penjelasan tentang asumsi anggaran, kondisi yang telah terjadi
dan diperkirakan akan terjadi yang menjadi dasar penyusunan
KUA. Contoh asumsi dan kondisi makro: laju inflasi,
pertumbuhan ekonomi regional, tingkat penganggaran regional,
9
dan asumsi lainnya yang relevan dengan kondisi daerah
setempat;
- Dalam rangka implementasi asumsi dan kondisi yang menjadi
dasar pencapaian sasaran KUA harus mampu menjelaskan
kebijakan penganggaran sesuai kebijakan pemerintah. Kondisi
yang bebeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda;
- Juga diuraikan tentang perkiraan penerimaan untuk menandai
seluruh pengeluaran pada tahun yang akan dating, baik dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Khusus , maupun dari pinjaman atau hibah.
4. Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) berisi:
a. Ringkasan kebijakan umum APBD;
b. Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. Proyeksi
anggaran ini memuat penjelasan yang ditempuh dalam upaya
peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi
tidak terjadinya atau terjadinya peningkatan belanja daerah dan
kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah
c. Prioritas Program dan Plafon Anggaran
d. Plafon Anggaran Menurut Organisasi.
10
2.2.2 Manajemen Biaya Strategik untuk mengendalikan Pengeluaran
Daerah
Penggunaan anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja
memberikan implikasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan efisiensi
dalam pengeluaran daerah. Untuk itu Pemerintah Daerah dituntut menerapkan
manajemen Biaya Strategik dengan memfokuskan pengurangan biaya secara
signifikan. Pengurangan Biaya Pelayanan Publik merupakan hasil dari
perbaikan kinerja Pemerintah Daerah. Kegagalan Pemeritah Daerah dalam
program efisiensi pengeluaran daerah di masa lalu disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
a. Pengeluaran belum berorientasi pada kinerja dan kepentingan publik
b. Pengeluran daerah yang dilakukan berorientasi jangka pendek
c. Pemerintah Daerah bersifat reaktif, tidak proaktif untuk
mengeliminasi sumber pemborosan keuangan daerah
d. Tidak adanya pengetahuan yang memadai mengenai sifat biaya
Pendekatan strategik dalam pengurusan biaya (manajemen biaya
strategik) memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berjangka Panjang. Manajemen biaya strategik merupakan usaha
jangka panjang yang berbentuk kultur organisasi agar penurunan biaya
menjadi budaya yang mampu bertahan lama.
2. Berdasarkan kultur perbaikan berkelajutan (continuous improvement)
dan berfokus pada pelayanan masyarakat. Manajemen biaya strategik
harus dilandasi oleh semangat untuk melakukan perbaikan secara
berkelanjutan atas kinerja pemerintah daerah dalam melakukan
pelayanan publik.
3. Pemerintah Daerah harus bersifat proaktif
4. Keseriusan manajemen puncak (kepala daerah) merupakan penentu
efektifitas program pengurangan biaya karena pada dasarnya
manajemen biaya strategik merupakan tone from the top.
11
4. Auditabilitas belanja
12
Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran
yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Dengan demikian, anggaran yang disusun memuat keterangan antara
lain:
1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja;
2. Standar pelayanan yang diharapkann dan perkiraan biaya satuan
komponen kegiatan yang bersangkutan;
3. Presentase dari jumlah pendapatan APBD yang membiayai belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja
modal/pembangunan.
13
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan
daerah.
14
Keberadaan anggaran Belanja Langsung merupakan konsekuensi
adanya program atau kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung adalah
input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan
dipertimbangkan dengan output yang dihasilkan.
Variabilitas jumlah komponen Belanja Langsung sebagian besar
dipengaruhi oleh target kinerja (tingkat pencapaian program atau
kegiatan) yang diharapkan.
Belanja Tidak Langsung
Belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program
atau kegiatan. Jenis Belanja Tidak Langsung dapat berupa belanja
pegawai/personalia, belanja barang/jasa, belanja pemeliharaan dan
belanja perjalanan dinas.
Keberadaan anggaran Belanja Tidak Langsung bukan merupakan
konsekuensi ada atau tidaknya suatu program atau kegiatan. Belanja
Tidak Langsung digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam
rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah
yang bersifat umum.
15
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas
hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam
penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses. Akuntabilitas proses terkait dengan apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses
termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan
memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar
yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan
yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan
dalam pelayanan.
3. Akuntabilitas Program. Akuntabilitas program terkait dengan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak,
dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD
dan masyarakat luas
16
Auditabilitas belanja daerah mengandung arti bahwa setiap
pengeluaran belanja yang mengakibatkan beban APBD harus dapat
diverifikasi atau diaudit. Verifikasi atau audit belanja daerah mencakup:
Kelengkapan dokumen anggaran, seperti Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA), Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat
Penyedian Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat
Perintah Membayar (SPM), Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) dan
dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.
Adanya dokumen transaksi yang valid
Dilakukannya pencatatan yang memadai
Dapat diuji silang antara catatan dengan keberadaan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19