Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

EKOFISIOLOGI TANAMAN TROPIKA

“PERAN CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN”

DISUSUN OLEH :

NINING NURINI ANDAYANI (G012171007)


LANI PELIA (G012171008)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar
pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan,akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat
berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4,
C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009).
Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal
fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima
tanaman.Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga
fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral,
tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.
Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan
gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah
dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau). Gejala
etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya (tanaman berada di tempat
yang gelap).
Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses
pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang
tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan
oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk
penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang
menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative
pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih
kokoh.
Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas
kelompok kali ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan
pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman dari sudut pandang
proses fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan pertumbuhan generatif tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan cahaya terhadap kehidupan tanaman?
2. Bagaimana proses tanaman mendapatkan energi?
3. Apa saja faktor pembatas fotosintesis?
4. Bagaimana pengaruh radiasi cahaya terhadap tanaman?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan cahaya matahari terhadap kehidupan tanaman.
2. Untuk mengetahui proses tanaman mendapatkan energi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pembatas fotosintesis.
4. Untuk mengetahui pengaruh radiasi cahaya terhadap tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Cahaya terhadap Tanaman


Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta.Energi
matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima
oleh bumi.Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi
radiasi.Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak
membutuhkan medium untuk mentransmisikannya.Energi matahari yang jatuh ke
permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan
kecepatan cahaya.Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan
biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995).
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai
penerang.Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses
ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk
membentuk karbohidrat.
Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang
menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari,
tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang
mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati (AAK, 1983)
2.2 Proses Tanaman Mendapatkan Energi
Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam
Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah
diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari
untuk menjalani proses fotosintesis. Jika dihubungkan dengan fotosintesis,
tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu tanaman C3, C4 dan tanaman
CAM.Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4, dan CAM adalah
pada reaksi yang terjadi di dalamnya.
Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2)
adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA.Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang
berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari
cahaya mataharai secara langsung.Sumber energi yang diperlukan berasal dari
fase terang fotosintesis.Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan
berkelanjutan.Memerlukan energi sebanyak 3 ATP.PGAL yang dihasilkan dapat
digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun sel, untuk
pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati. Berdasarkan proses reaksi yang
terjadi pada tanaman C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh baik
dibawah naungan tau ditempat yang intensitas mataharinya rendah.
Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar
intensitas matahari penuh.Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan
aspartat (hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4).Reaksinya berlangsung
di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3
dengan bantuan enzim karbonik anhidrase.Memiliki sel seludang di samping
mesofil.Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga
mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko.
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah
memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah.Stomatanya
membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan
membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada
tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat.Pada siang hari malat
berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi.
Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur
Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu
daur Hatch dan Slack.
Pada kegiatan budaya pertanian, pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian
serius.Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman
hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam
bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk,
dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses
konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin, 2008).
Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman.Hanya
cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan
fotosintesisnya.Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity
Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili
mikron.Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan
pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas
cahaya, dan lamanya penyinaran.Oleh tumbuhan radiasi matahari berupa cahaya
tampak ditangkap oleh klorofil pada tanaman dalam proses yang disebut proses
fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadikan bahan utama untuk proses pertumbuhan
dan cadangan makanan tanaman.
2.3 Faktor Pembatas Fotosintesis
Dalam hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat
keterkaitan antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan
proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan
sinar matahari dan enzim-enzim. fotosintesis adalah fungsi utama dari daun
tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap
karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan
sebagai makanannya. Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen
yang disebut klorofil.Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada
tumbuhan.Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplast. Klorofil
menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Di dalam daun terdapat
lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap
milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan
yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses
fotosintesis.

Gambar 1. Proses fotosintesis tanaman untuk mendapatkan energi


Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara
umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler adalah kebalikan dengan
persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.
Terdapat beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis, yaitu :
1. Intensitas cahaya. Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya;
2. Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin
banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan
fotosintesis;
3. Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat
bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim;
4. Kadar air. kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambatpenyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis;
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat
berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau
bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang;
6. Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh
lebih tinggi padatumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan
lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
2.4 Pengaruh Radiasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai
hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini
menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.Selain
meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya
mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas
radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup
maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan
oleh radiasi matahari (Tjasjono 1995).
Radisasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman
yang mempunyai hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman
dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi
fluktuasi hasil panen (hasil fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut
dikarenakan faktor-faktor lain seperti curah hujan, suhu udara, hama penyakit dan
lainnya turut mempengaruhi hasil panen (hasil fotosintesis).
Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif
dan generatif.Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau
daun, kegiatan stomata (respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari
organ-organ permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan
aliran protoplasma. Secara teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia
akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis.
a. Pengaruh Kuantitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik.Namun
demikian, di daerah ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan
perbedaan yang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran
matahari dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan
tanaman secara signifikan (Fitter dan Hay, 1991).
Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar
menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman
dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan
fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh
secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi.
b. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada
fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik.Pengaruh terhadap
morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam
kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam
posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima
intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar
matahari.
Masing-masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda terhadap intensitas
cahaya.Berdasarkan perbedaan reaksi tersebut, tanaman dibedakan menjadi
tanaman C3, C4, CAM.Tanaman C3 adalah tanaman yang hidup baik pada
intensitas cahaya rendah, dan tanaman C4 adalah tanaman yang hidup baik pada
intensitas cahaya tinggi, sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang hidup
didaerah kering.
Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah untuk
mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif, dan kerapatan
pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah
intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu : Pengurangan kecepatan
respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi cahaya
yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya
dan luas daun.Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ken
Yokawa (2014) menyatakan bahwa, akar yang terpapar cahaya kurang efektif
dalam perilaku menghindari garam yang dikenal sebagai akar halotropisme.
c. Pengaruh Kualitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk
gelombang elektromagnetik yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290
milimikron.Rangkaian spektrum matahari ini dapat dikelompokan berdasarkan
panjang gelombangnya.Cahaya mempunyai sifat gelombang dan sifat
partikel.Cahaya hanya merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki
panjang gelombang tampak bagi mata manusia sekitar 390-760 nanometer.
Sifat partikel cahaya biasanya diungkapkan dalam pernyataan bahwa
cahaya itu datang dalam bentuk kuanta dan foton, yaitu paket energi yang
terpotong-potong dan masing-masing mempunyai panjang gelombang
tertentu.Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain, hal ini
tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau. Kualitas
cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang
ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding dengan
panjang gelombang jingga dan merah.
Kualitas cahaya dibedakan berdasarkan panjang gelombang menjadi:
1. Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.
2. Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.
3. Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.
4. Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.
5. Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.
6. Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap
fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pohon baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau
dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling
banyak diabsorbsi beada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah.
Variasi harian dan variasi musiman tidak hanya mempengaruhi masukan
energi, tetapi juga suatu masukan faktor periode yang penting.Panjang siang hari
pada waktu yang berbeda dalam satu tahun, untuk organisme yang non tropis dan
merupakan indikator yang paling dapat dipercaya dan sebagian besar tanaman
bersifat fotoperiodik.Irradiasi langsung pada dini hari dan senja hari mengandung
banyak radiasi panjang gelombang yang disebabkan oleh celah atmosfer yang
lebih panjang dan berakibat penghamburan gelombang pendek.
Berdasarkan hasil penelitianRobrecht Dierck (2017) menyatakan bahwa
Spektrum cahaya spesifik memainkan peran penting dalam respon fotomorfogenik
tanaman. Tanaman sensitif terhadap cahaya mulai dari UV (280-400 nm) hingga
cahaya merah (700–800 nm).Arsitektur pucuk atau bentuk tanaman adalah sifat
kualitas penting dalam tanaman hias dan dapat diubah di bawah spektrum cahaya
tertentu.
d. Cahaya UV
Cahaya dengan kualitas yang berbeda-beda ditemukan dalam dua keadaan
terestial bumi ini di bawah kanopi daun dan di daerah dengan altitut tinggi.Pada
daerah yang memiliki altitut tinggi, terjadi radiasi dengan penambahan jumlah
sinar utra-violet (UV).Di daerah yang altitutnya lebih rendah, UV disaring oleh
atmosfir terutama oleh oksigen dan ozon.Tetapi perbedaan UV di tempat tinggi
dan rendah secara relatif hanya memiliki pengaruh yang kecil pada vegetasi
tempat yang tinggi. Caldwell (1968)dalam (Fitter dan Hay, 1991) menemukan
peningkatan sebesar 26% radiasi matahari langsung pada pita 280-315 nm pada
ketinggian 4450 m bila dibandingkan dengan tempat pada ketinggian 1670 m,
tetapi hal ini sebagai besar diimbangi oleh suatu penurunan dalam radiasi UV
difusi, sehingga sinar UV tidak terlalu nampak berbahaya bagi tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian Lydieet al., (2015) menyatakan bahwa Radiasi
ultra-violet (UV) dan Biru dirasakan oleh tanaman melalui beberapa fotoreseptor. Mereka
mengatur berbagai macam proses di sepanjang kehidupan tumbuhan. Bersama dengan
radiasi merah, mereka terlibat dalam respons fotomorfogenik yang beragam, misalnya,
pengembangan bibit, percabangan atau pembungaan.
e. Cahaya Infra Merah
Rangsangan cahaya pada perkecambahan merupakan satu peristiwa yang
dapat melibatkan fitokrom, yaitu komponen daun yang peka terhadap cahaya
merah dan infra merah.Biji dengan ciri peka terhadap rangsangan dapat
berkecambah jika terkena cahaya merah. Akan tetapi biji menjadi tidak akan
berkecambah jika diberi cahaya inframerah.
Hal tersebut diperkuat dengan beberapa peneliti yang memperlihatkan
bahwa biji yang peka terhadap cahaya tidak akan berkecambah dibawah kanopi
daun.Menurut Gorski dalam Fitter dan Hay (1991) peningkatan derajat Infra
merah dapat menghambatan perkecambahan tujuh spesies biji-biji yang tumbuh
baik jika diberi rangsangan cahaya.
Tanaman yang diberi perlakuan FR (dianalogikan untuk tanaman-tanaman
di bagian tengan barisan) daun-daunnya lebih panjang, lebih sempit dan lebih
ringan dengan stomata yang lebih sedikit dan klorophyl per unit luasan yang lebih
sedikit. Asimilasi karbondioksida sama atas dasar satuan luasan, tetapi lebih besar
berdasarkan berat sehelai daun, yag memperlihatkan bahwa tanaman-tanaman
yang diberi perlakuakn FR telah mempertahankan asimilasi fotosintetik pada
kerapatan pengaliran yang lebih rendah dengan meningkatkan luas daun.
Pengaruh variasi kualitas cahaya pada tanaman baru saja diamati akhir-
akhir ini.Menanam pohon peach (Prunus persica) pada keadaan ternaungi akan
menghalangi secara berturut-turut cahaya biru (tidak ada transmisi di atas 550
nm), biru dengan FR (tembus cahaya di atas 660 nm), dan merah dengan FR
(tembus cahaya di atas 500 nm). Mereka nememukan bahwa luas daun terbesar
terdapat pada keadaan R + FR dan terkecil di bawah biru + FR dan penaungan.
f. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Laju Fotosintesis
Pola dari pucuk tanaman diarahkan untuk menuju efisiensi dalam
fotosintesis struktur dari mesosfil kurang dan organ stomata memungkinkan
perubahan gas secara cepat, bahkan adanya fakta bahwa fotosintesis
memanfaatkan sebagian besar radiasi panjang gelombang yang terlihat sangat
nyata, karena panjang gelombang ini adalah wilayah spektrum dengan nilai energi
yang paling besar disamping adaptasi diatas, sebenarnya hanya sedikit energi
matahari yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis (0,025%).
Kebanyakan daun telah menjadi jenuh cahaya dan hanya 20% dari cahaya
matahari penuh yang dapat diserap.Dari jumlah ini hanya 20% yang disimpan
dalam molekul gula yang dihasilkan.Sejumlah cahaya yang dibutuhkan untuk
fotosintesis, agar dapat seimbang dengan menggunakan ikatan karbon yang
digunakan untuk respirasi.Dalam hal ini prosentase dari cahaya penuh, titik
kopensasiuntuk permudaan tanaman biasanya berada antara 2 dan 30%.
Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara yaitu:
a. Iradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda
matahari. Noda matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung kecuali
bila terjadi pengaruh bayangan. (Anderson dan miller 1974). Cahaya matahari
langsung nampak menjadi berkurang nilainya pada sebagian besar di bawah
kanopi.
b. Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang
mengiringi noda matahari.
c. Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama dengan
permukaan biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu. Jumlah yang
dipantulkan akan tergantung pada beberapa parameter cahaya yang
dipantulkan. Juga diubah spektrumnya dengan cara yang sama seperti cahaya
yang diteruskan.
d. Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang diabsorbsi
dan yang dipantulkan oleh daun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perlakuan ringan pada potongan krisan dengan kualitas cahaya yang berbeda
menunjukkan efek pada arsitektur tunas dengan kecenderungan gen peningkatan
pertumbuhan tunas dan peningkatan rata-rata panjang gelombang di bawah
perlakuan cahaya merah dengan nilai ekstrim 0,89 dibandingkan dengan tunas
yang menurun dan panjang tunas di bawah BFRlight pengobatan dengan nilai-
ekstrim 0,2.
2. Ada pengaruh yang kuat dari dominasi apikal di semua kecuali satu genotipe,
yang menyebabkan sedikit efek dari perawatan ringan pada pencabangan tunas
dalam pemotongan utuh. Namun, beberapa efek bergantung pada genotipe,
menunjukkan tingginya tanaman di bawah perlakuan BFR dibandingkan dengan
pengobatan R untuk C9 tetapi tidak untuk C13 atau C17. Penggunaan berbagai
kualitas cahaya dengan lampu LED menawarkan hasil yang menjanjikan untuk
mengendalikan arsitektur tanaman pada krisan. Selain itu, kemungkinan sistem
multi-layeredgrowth memperkuat penggunaan lampu LED sebagai alternatif
yang menarik untuk pencahayaan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Jumin, H.B. 2008.Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Ken Yokawa, Rossella Fasano, Tomoko Kagenishi and František Baluška. 2014.
Light as stress factor to plant roots –case of root halotropism. Hypothesis and
Theory Article.published: 12 December 2014 doi: 10.3389/fpls.2014.00718.
Vol.5 (718): 1-9.

Lydie Huché-Thélier, Laurent Crespel, José Le Gourrierec, Philippe Morel,


Soulaiman Sakr,Nathalie Leduc. 2015. Light signaling And plant responses to
blue and UV radiations—Perspectives For applications In horticulture.
Environmental and Experimental Botany Volume 121, January 2016, Pages 22-
38.

Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah,Air,
dan Iklim. Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.

Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Yokawa, K., R. Fasano, T. Kagenishi and F. Baluska. 2017. Light as stress factor to
plant roots – case of root halotropism. Frontiers in Plant Science.Plant
Physiology.Vol.5 : 1-9.

Robrecht Dierck, Emmy Dhooghe, Johan Van Huylenbroeck, Dominique Van Der
Straeten, and Ellen De Keyser. 2017. Light quality Regulates plant Architecture
in different Genotypes of Chrysanthemum Morifolium Ramat. Scientia
Horticulturae 218 (2017) : 177–186.

Anda mungkin juga menyukai