Anda di halaman 1dari 3

200.

00

G1N1
G1N2
150.00
G1N3
Tinggi Tanaman (cm)

G2N1
G2N2

100.00 G2N3
G3N1
G3N2
G3N3
50.00 G9N1
G9N2
G9N3

0.00
63 HST 85 HST 92 HST 99 HST

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada berbagai galur mutan padi merah
M5

Pada umur 63 HST-85 HST pertumbuhan tinggi tanaman terlihat sangat

signifikan. Unsur hara nitrogen yang diberikan pada pemupukan kedua (umur 64

HST) merupakan sumber nutrisi yang dapat tersedia dan dapat diserap langsung

oleh tanaman sehingga pertumbuhan tinggi tanaman meningkat. Namun pada

umur 85 HST-92HST pertumbuhan tinggi tanaman mulai melambat. Hal ini

menunjukkan bahwa pada umur 85 HST-99HST tanaman mulai memasuki fase

pertumbuhan generatif yaitu keluarnya malai sehingga pertumbuhan tinggi

tanaman melambat akibat dari hasil fotosintat yang di fokuskan pada pertumbuhan

bunga dan malai. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdullah et al. (2006) bahwa

tanaman yang masuk fase generatif tidak terjadi perubahan tinggi tanaman atau

relatif stabil karena hasil fotosintat digunakan untuk pertumbuhan generatif.


Selanjutnya pada umur 92 HST – 99 HST pertumbuhan tinggi tanaman juga

relatif stabil karena hasil fotosintat ditranslokasi untuk pengisian bulir bukan pada

pertumbuhan tinggi tanaman.

20.00

G1N1
G1N2
15.00
G1N3
Jumlah Anakan (batang)

G2N1
G2N2

10.00 G2N3
G3N1
G3N2
G3N3
5.00 G9N1
G9N2
G9N3

0.00
63 HST 85 HST 92 HST 99 HST

Gambar 2. Rata-rata jumlah anakan (batang) pada berbagai galur mutan padi
merah M5

Pada umur 63 HST-85 HST pertumbuhan jumlah anakan terlihat cukup

signifikan. Unsur hara nitrogen yang diberikan pada pemupukan kedua (umur 64

HST) dapat meningkatkan jumlah anakan. Hal ini sesuai pendapat Maske et al

(1997) yang menyatakan bahwa jumlah anakan meningkat secara signifikan

dengan peningkatan dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Namun pada genotipe

G1N1 dengan taraf dosis yang rendah (100 kg urea/ha) mengalami penurunan

jumlah anakan, hal ini disebabkan terjadi persaingan tanaman dalam satu rumpun

dan asupan fotosintat yang tidak terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Simanihuruk (2010) menyatakan bahwa pengurangan jumlah anakan disebabkan

oleh kompetisi tanaman dalam satu rumpun sehingga tanaman yang kalah

bersaing akan mati. Selain itu pengurangan jumlah anakan juga dapat disebabkan

asupan fotosintat yang digunakan belum dapat mencukupi kebutuhan tanaman

untuk pertumbuhan anakan secara keseluruhan sehingga anakan yang sudah

terbentuk sebelumnya lambat laun akan layu kemudian mati karena tidak dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan pada umur 85-92 HST

jumlah anakan relatif stabil terkecuali pada genotipe G1N1. Jumlah anakan yang

stabil diduga tanaman dalam masa generatif. Menurut Abudullah et al. 2016

jumlah anakan maksimum tercapai pada umur 50-70 HST kemudian anakan yang

terbentuk setelah mencapai batas maksimum akan berkurang bahkan terhenti

karena pertumbuhannya yang melemah. Tanaman padi berada pada masa

pembungaan dan awal muncul malai pada umur diatas 70 HST. Tanaman padi

yang berada pada masa generatif diduga akan memusatkan hasil fotosintesis pada

pemunculan malai dan pengisian bulir. Sama halnya pada umur 92-99 HST yang

memiliki jumlah anakan relatif stabil.

Anda mungkin juga menyukai