Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PENATAUSAHAAN DAN PENERTIBAN BARANG MILIK

DAERAH TERHADAP PENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH


KABUPATEN BINTAN

PROPOSAL

OLEH

DENNY ANDRIYANTO PUTRA


NIM : 15622211

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN


TANJUNGPINANG
2018
FM SUP 01-A
Program Studi Akuntansi Strata I
STIE “Pembangunan” Tanjungpinang

FORMULIR USULAN JUDUL PENELITIAN / PROPOSAL

Nama : Denny Andriyanto Putra


NIM : 15622211
Tahun Angkatan : 2018
Indeks Prestasi Komulatif :
Program Studi / Jenjang : AKUNTANSI /STRATA – I ( SATU )
Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Penatausahaan Dan Penertiban Barang
Milik Daerah Terhadap Pengamanan Barang
Milik Daerah Kabupaten Bintan
Variabel X : Pembukuan, Inventarisasi, Pelaporan, Penertiban
Variabel Y : Pengamanan Barang Milik Daerah
Objek Studi Penelitian : Kabupaten Bintan
Referensi / Daftar Pustaka : Andriany, Ayu. 2009. Pengaruh Pengelolaan
Barang Milik Daerah terhadap Pengamanan
Aset Daerah pada Pemerintahan Kota Medan.
Bastian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor
Publik, edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan
Daerah. Edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Tanggal Pengesahan :
Tanjungpinang, / /
Menyetujui :
Ketua Program Studi Mahasiswa

( Sri Kurnia, SE.Ak.M.Si.CA) ( Denny Andriyanto Putra )

ii
DAFTAR PUSTAKA

Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku


Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Panelitian dan Penulisan Skripsi
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, edisi II, penerbit
Andi, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar


Akuntansi Pemerintah.

Siregar, Mizan Ahmad, 2008. Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah


terhadap Pengamanan Aset Daerah pada Kabupaten Deli Serdang.

, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 Tentang


Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

, Peraturan Menteri Keuangan Negeri No. 109/PMK.06/2009 Tahun


2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan
Pelaporan dalam rangka Penertiban Barang Milik Daerah

iii
FM SUP 01-A
Program Studi Akuntansi Strata I
STIE “Pembangunan” Tanjungpinang

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK


MENGIKUTI SEMINAR USULAN PENELITIAN

Nama : Denny Andriyanto Putra


NIM : 15622211
Tahun Angkatan : 2018
Indeks Prestasi Komulatif :
Program Studi / Jenjang : AKUNTANSI /STRATA – I ( SATU )
Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Penatausahaan Dan Penertiban Barang
Milik Daerah Terhadap Pengamanan Barang
Milik Daerah Kabupaten Bintan

Tanggal Persetujuan, / / Ketua Program Studi

( Sri Kurnia, SE.Ak.M.Si.CA )

Tanggal Persetujuan, / / Wakil Ketua I

(Charly Marlinda, SE.M.Ak.Ak.CA)

iv
FM SUP 01-A
Program Studi Akuntansi Strata I
STIE “Pembangunan” Tanjungpinang

SURAT PERNYATAAN

Nama : Denny Andriyanto Putra


NIM : 15622211
Tahun Angkatan : 2018
Indeks Prestasi Komulatif :
Program Studi / Jenjang : AKUNTANSI /STRATA – I ( SATU )
Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Penatausahaan Dan Penertiban Barang
Milik Daerah Terhadap Pengamanan Barang
Milik Daerah Kabupaten Bintan

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Usulan Penelitian ini adalah
hasil karya sendiri dan bukan hasil rekayasa maupun karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan tanpa ada paksaan
dari pihak manapun dan apabila ternyata dikemudian hari ternyata saya membuat
pernyataan palsu, maka saya siap diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Tanjungpinang, / /
Yang membuat pernyataan
Mahasiswa

Mat Rp. 6.000

( )

v
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 6
1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 8
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................... 8
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 12
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 13
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN .............................................................................. 14
2.1 Landasan Teori.................................................................................................. 14
2.1.1 Pengertian Bank ........................................................................................ 14
2.1.2 Jenis Bank Ditinjau dari Segi Fungsi ........................................................ 14
2.1.3 Kredit. ....................................................................................................... 17
2.1.4 Penggolongan Kolektibilitas Kredit .......................................................... 20
2.1.5 Jaminan Kredit .......................................................................................... 21
2.1.6 Kebijakan Pemberian Kredit Bank............................................................ 23
2.1.7 Pedoman Pemberian Kredit ...................................................................... 26
2.1.8 Analisis Kredit .......................................................................................... 28
2.1.9 Persetujuan Kredit ..................................................................................... 35
2.1.10 Perjanjian Kredit ....................................................................................... 35
2.1.11 Persetujuan Pencairan Kredit .................................................................... 36
2.1.12 Pemantauan Kredit .................................................................................... 37
2.1.13 Prosedur Pencairan Kredit ........................................................................ 38
2.1.14 Prosedur Pelunasan Kredit ........................................................................ 39
2.2 Kerangka pemikiran. ......................................................................................... 40
2.3 Proposisi............................................................................................................ 41
2.4 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 41
3. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 44
3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 44
3.2 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................. 45
3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 45

6
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 46
3.5 Teknik Analisis Data......................................................................................... 47

7
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun dana dan

menggunakannya semata-mata dilandasi oleh keepercayaan bahwa uangnya akan

diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Industri

perbankan Indonesia merupakan sector yang mengalami dampak langsung krisis

moneter berkepanjangan yang menyebabkan perekonomian Indonesia pada tahun

1998 terpuruk sampai kondisi terendah, sehingga mempengaruhi keadaan makro

ekonomi nasional. Puspani (2004 : 1) menyatakan bahwa “kondisi perbankan saat

ini sudah lebih baik dibandingkan sebelum dilaksanakannya rekapitalisasi kredit

yang mulai berjalan, baik yang ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) maupun masing-masing bank”.

Bank sebagai salah satu badan usaha keuangan merupakan lembaga perantara

antara pihak yang kelebihan dana (deposan) dan pihak yang kekurangan dana.

Pihak yang kelebihan dana menanamkan uangnya pada bank dalam bentuk

deposito, tabungan, dan produk-produk simpanan bank lainnya, sedangkan

pihak yang kekurangan dana memperoleh bantuan keuangan dari bank dalam

bentuk pinjaman.

Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman menimbulkan resiko yang

sangat besar yang mungkin ditanggung bank terhadap ketidakpastian pengembalian

pinjaman dari debitur. Timbulnya kredit bermasalah selanjutnya dapat

8
mengakibatkan kesulitan dari bank tersebut untuk memenuhi kewajibannya kepada

para deposan.

Seperti yang telah terjadi sebelumnya, tidak sedikit bank-bank yang telah

berdiri menjadi bangkrut dikarenakan gagalnya pengembalian kredit yang telah

dipinjamkan. Banyak pula yang melakukan marger untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut. Bank Rakyat Indonesia Cabang Tulungagung merupakan salah

satu bank pemerintah yang mungkin saja terdampak oleh masalah perkreditan

karena kurang baiknya penerapan prosedur dan kebijakan pemberian kredit modal

kerja yang telah dilakukannya selama ini yang mungkin kurang mengacu

terhadap Undang-Undang Perbankan. Hal ini bisa saja terjadi pada Bank Rakyat

Indonesia dikarenakan letak lokasinya yang terdapat pada kota kecil Tulungagung

yang mana kebanyakan para nasabahnya adalah para petani ataupun masyarakat

perdesaan sekitar yang mungkin kurang memahami secara mendalam

tentang segala sesuatunya tentang perkreditan, sehingga apa yang dilakukan

dalam pemberian kredit tidak mengacu pada prosedur dan kebijakan yang telah

ditetapkan. Puspani berpendapat, banyak factor yang dapat menyebabkan

kesulitan debitur melaksanakan kewajibannya kepada bank ataupun bank kesulitan

menagih kreditnya kepada para debitur, seperti menurunnya pendapatan debitur,

timbulnya kerugian usaha debitur, atau larinya debitur (Puspani 2004 : 2).

9
Sudah seharusnya menjadi tugas dari jajaran perkreditan bank untuk tetap

mengingat bahwa setiap pemberian kredit (dalam kasus ini pemberian kredit modal

kerja) dan monitoring harus dilaksanakan secara hati-hati dan ketat tanpa

mengabaikan target pemberian kredit yang harus dicapai sesuai dengan kebijakan

perkreditan yang ditetapkan bank. Untuk menyakinkan kesesuaian praktek

perkreditan dengan kebijakan perkreditan bank, diperlukan suatu prosedur

pemberian kredit yang baik. Dengan adanya prosedur pemberian kredit yang baik

diharapkan terjadinya praktek-praktek perkreditan yang tidak sehat dapat dihindari.

Kebijakan dan prosedur kredit diterapkan untuk mengarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan suatu usaha. Setiap tahapan proses pemberian kredit

harus senantiasa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip

kehati- hatian tersebut tercermin dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara

penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.

Kebijakan pokok pemberian kredit meliputi pokok-pokok pengaturan tata cara

pemberian kredit yang sehat.

Prosedur dalam perkreditan dimulai dari adanya pengajuan permohonan kredit

dari masyarakat, proses analisis kredit, proses pencairan kredit, sampai dengan

proses umpan balik pelaksanaan kredit, Konsep prosedur dan kebijakan kredit ini

mengikuti alur proses kredit itu sendiri maka harus didukung dengan prinsip kehati-

hatian (prudential Banking) dalam penyaluran kredit kepada masyarakat dan

diharapkan tidak menimbulkan kredit bermasalah dikemudian hari dengan baik.

10
Bank Rakyat Indonesia Cabang Tulungagung, sebagai salah satu bank

pemerintah yang berfungsi sebagai penghimpun dana masyarakat dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit, turut andil dalam perbaikan sector

riil ekonomi Indonesia. Dengan penyaluran kredit modal kerja kepada masyarakat

diharapkan dunia usaha dapat bergerak dan tercipta lapangan kerja. Untuk menjaga

kredit agar tidak terjadi kebocoran, pemborosan, ataupun penyelewengan

diperlukan suatu pengendalian kredit yang cukup kuat. Dengan pengendalian kredit

yang cukup kuat kemungkinan terjadinga kredit bermasalah dapat diminimalisasi.

Hal ini berarti pendapatan bank dapat diterima dengan lancar dan akhirnya tercipta

kondisi bank yang sehat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dirasa perlu untuk dilakukan penelitian

tentang prosedur pemberian kredit yang memadai pada Bank Rakyat Indonesia

Cabang Tulungagung sebagai salah satu bank yang menghimpun dana dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

1.2 Rumusan Masalah

Suatu prosedur pemberian kredit yang baik dapat mencegah timbulnya kredit

bermasalah. Dimana kredit bermasalah tentunya dapat mempengaruhi kesehatan

suatu bank.

Dari fakta tersebut diatas dan memperhatikan pentingnya pemberian kredit

kepada masyarakat, maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu untuk

diketahui jawabannya, yaitu : Bagaimana prosedur pemberian kredit yang sesuai

dengan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking) diterapkan pada Bank Rakyat

11
Indonesia (BRI) Cabang Tulungagung dan kebijakan- kebijakan pemberian kredit

sesuai dengan undang-undang perbankan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dan mengetahui

gambaran mengenai berjalannya proses perkreditan beserta personel-personel yang

bertanggung jawab pada setiap prosesnya serta mengetahui prosedur pemberian

kredit yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian (Prudential Banking) dalam

perkreditan dalam mendukung terciptanya praktek-praktek perkreditan yang sehat.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat-

manfaat penelitian seperti tersebut di bawah ini, yakni :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

praktisi, pengajar dosen, mahasiswa, dan peneliti selanjutnya yang ingin

mengembangkan penelitian ini.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

investor dalam menanamkan dananya pada bank.

3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

manajemen bank dalam mengelola resiko perusahaannya untuk

mangharapkan keuntungan yang ingin dicapai.

12
1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dapat dibagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan tentang apa yang menjadi pokok

permasalahan secara umum yang meliputi latar belakang

masalah perumusan masalah, tujuan penelitian dan

sistematika skripsi.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dan

penelitianSebelumnya yang berkaitan erat dengan

rumusan masalah sebagai petunjuk untuk mencari jalan

terbaik dari permasalahan yang ada.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang

digunakan oleh penulis yang di dalamnya membahas

mengenai pendekatan penelitian batasan, jenis dan sumber

data, desain penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data yang akan digunakan oleh penulis.

13
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7/1992 jo UU No. 10/1998 Pasal 1 butir

2, tentang perbankan adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Sedangkan menurut ikatan Akuntansi Indonesia, dalam PSAK

No. 31 menyatakan bahwa bank adalah “suatu lembaga yang berperan sebagai

perantara keuangan (financial intermeduary) antara pihak-pihak yang memiliki

kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak, yang memerlukan dana (deficit

unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas

pembayarannya”.

2.1.2 Jenis Bank Ditinjau dari Segi Fungsi

Menurut UU pokok Perbankan Nomor 10 Pasal 5 ayat (1) tahun 1998

disebutkan, bank menurut jenisnya dibagi 2 yakni :

1. Bank umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensioanal dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

14
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan usaha Bank umum

meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/ bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun

untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah

nasabahnya.

e. Memindahkan uang baik kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan

nasabah.

f. Memindahkan dana pada, menjamin dana dari atau meminjam dana bank

lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

i. Melakukan kegiatan penitian untuk kepentingan pihak lain berdasarkan

montrak.

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya

dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

15
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan

wali amanat.

l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

bank Indonesia.

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan UU ini dan jperaturan perundang-undangan yang

berlaku.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkrediatan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lintas pembayaran.

Sedangkan usaha Bank Perkreditan Rakyat dijabarkan dalam pasal 13, yakni

meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

16
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Selanjutnya dalam pasal 4 dikemukakan Bank Perkreditan Rakyat dilarang:

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut dan ikut serta dalam lalu

lintas pembayaran.

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

c. Melakukan penyertaan modal.

d. Melakukan usaha perasuransian

2.1.3 Kredit.

1. Definisi Kredit

Menurut pengertian nasional UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Kredit

adalah : “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan”. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan,

seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa

penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala

sesuatu yang telah dijanjikan.

17
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

menurut Suyanto (1993:14) adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi

dengan kontrapertasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree Of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Sebagai

upaya mengurangi resiko diperlukan strategi dengan syarat adanya

jaminan pokok maupun tambahan.

4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang. Tetapi

juga dapat bentuk batang atau jasa. Namun karena kehidupan modern

sekrang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang

menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.

2. Jenis Kredit

Menurut Hasanuddin Rahman (1995:108), secara umum jenis kredit yang

disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi yang dijelaskan sebagai berikut

1. Berdasarkan penggunaannya

a. Commercial Loan

18
Merupakan kredit yang diberikan kepada seseorang atau badan usaha,

sehingga kredit ini mampu memperbaiki atau mengembangkan kinerja

(performance) usaha debitur, bahkan jika mungkin dapat membawa efek

berganda yang sifatnya positif (multiplier effect). Penggunaan jenis kredit

ini adalah untuk usaha-usaha produktif (kredit investasi dan kredit modal

kerja), yang dapat mendukung sector riil dalam kehidupan perekonomian

masyarakat

b. Consummer’s Loan

Merupakan kredit yang diberikan bukan untuk kegiatan usaha yang

produktif, tetapi untuk penggunaan yang bersifat konsumtif, namun mampu

meningkatkan taraf hidup dan memperkuat daya beli si peminjam, yang

secara tidak langsung mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor

riil.

2. Berdasarkan Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek

Kredit ini merupakan yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun

dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah

19
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga

tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun.

Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang.

3. Berdasarkan sifatnya

a. Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik dan disetor sesuai

kebutuhan dan digunakan secara berulang-ulang sepanjang masih tersedia

kelonggaran tarik (plafon) serta jangka waktu kredit

b. Non-Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik secara

sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan, namun untuk dana yang telah

disetorkan (diangsur) tidak dapat digunakan/ditarik kembali secara

berulang walaupun jangka waktu kredit masih berlaku.

2.1.4 Penggolongan Kolektibilitas Kredit

Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.30/267/KEP/DIR,

seluruh kredit diklasifikasikan berdasarkan lama jangka waktu pemenuhan

ketepatan pembayaran kembali pokok menjadi lima golongan, yaitu :

1. Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penunggakan

pengembangan pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

20
2. Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang mengalami penunggakan

pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama 1 hari

sampai dengan kurang dari 90 hari jadwal yang diperjanjikan

3. Kredit diragukan yaitu kredit yang mengalami penunggakan pengembalian

pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama > 90 hari sampai dengan

kurang dari 180 hari sampai dengan kurang dari 180 hari dari jadwal yang

diperjanjikan.

4. Kredit diragukan yaitu kredit yang mengalami penunggakan pengembalian

pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama > 180 hari sampai

dengan kurang dari 270 hari jadwal yang telah diperjanjikan.

5. Kredit macet adalah kredit yang mengalami penunggakan pengembalian

pokok pinjaman dan pembayaran bunganya selama lebih dari 270 hari dari

jadwal yang telah diperjanjikan bunganya selama lebih dari 270 hari dari

jadwal yang telah diperjanjikan.

2.1.5 Jaminan Kredit

Menurut Muljono ( 1996:295), secara umum jaminan kredit diartikan

sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk

menanggung pembayaran kembali suatu utang. Jaminan pemberian kredit diperoleh

21
melalui penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan membayar, modal,

dan prospek usaha debitur.

Sedangkan menurut UU No. 14 tahun 1967 tentang pokok perbankan pasal

24 (1) menyebutkan bahwa “bank umum tidak memberi kredit tanpa jaminan

kepada siapapun “. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan

yang dikuasai oleh bank atau yang disediakan oleh debitur barus untuk menjamin

fasilitas kredit yang diterima nasabah atau debitur.

Bagi bank, jaminan berguna untuk :

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada Bank untuk mendapatkan

pelunasan dengan barang-barang jaminan bila nasabah melakukan

kecurangan.

2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya.

3. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi syarat-syarat yang

telah disetujui.

Menurut Muljono (1996:295), syarat jaminan perkreditan adalah :

1. Syarat Ekonomis :

a. Mempunyai nilai ekonomis secara umum dan bebas.

b. Nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit dan harus konstan dan akan

lebih baik kalau nilainnya mengalami pertambahan di kemudian hari.

c. Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis.

22
d. Barang jaminan harus mudah dipasarkan tanpa harus mengeluarkan biaya

pemasaran.

e. Secara fisik barang jaminan tidak cepat rusak, busuk dan lain-lain sebab

akan mengurangi nilai ekonomisnya.

f. Nilai jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomis dalam jangka waktu

relatif lebih lama dari jangka waktu yang akan dijaminnya.

2. Syarat Yuridis :

a. Memiliki calon debitor yang bersangkutan.

b. Ada dalam kekuasaan calon debitur yang bersangkutan yang masih

berlaku.

c. Bukti-bukti pemilikan yang ada memenuhi syarat untuk diadakan

pengikatan bank secara hipotik, over dracht, kuasa menjual dan lain-lain

ketentuan pengikatan yang telah ditetapkan secara yuridis/perundang-

undangan yang berlaku.

2.1.6 Kebijakan Pemberian Kredit Bank

Puspani berpendapat, bahwa Setiap KPB (Kebijakan Perkreditan Bank)

yang dibuat bank wajib memuat dan menetapkan dengan jelas dan tegas prinsip

kehati- hatian (prudent approach) yang minimal harus meliputi kebijakan pokok

perkreditan. Pokok-pokok pengaturan pemberian kredit, sektor pasar, kredit yang

perlu dihindari, tatacara penilaian mutu kredit serta professionalisme dan

integritas pejabat perkreditan (Puspani, 2004:17).

23
1. Kebijakan Pokok Perkreditan (KPP) yang harus memuat pokok-pokok

pengaturan mengenai :

a. Sistem dan prosedur perkreditan yang sehat, prosedur persetujuan

pemberian kredit, administrasi dan dokumentasi kredit, serta sistem

dan prosedur pengawasan kredit.

b. Sistem dan prosedur kredit-kredit yang harus mendapatkan

perhatiankhuus dan pencadangan kredit.

c. Sistem dan prosedur kredit yang bunganya dikapitalisir

(plafondering.

d. Sistem dan prosedur penyelamatan dan penyelesaian kredit

bermasalah dan penghapusbukuan (Write-off) kredit macet.

e. Tara cara penyelesaian barang-barang bangunan kredit yang

dikuasai bank.

2. Pokok-pokok pengaturan pemberian kredit yang menerapkan :

a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan jumlah modal

bank.

b. Tara cara penyediaan kredit yang dikonsorsiumkan, disindikasikan

dan risk sharing dengan bank-bank lain.

c. Persyaratan kredit (bunga jenis bentuk kredit, angsuran dan

jaminan). Kebijakan bank dalam kredit, khusus tentang

BMPK, bilamana melampauinya.

3. kredit yang perlu dihindari antara lain :

24
a. kredit untuk tujuan spekulasi.

b. Kredit untuk usaha tana informasi keuangan.

c. Kredit untuk usaha yang perlu keahliah khusus, dimana bank tidak

punya. d. Kredit untuk usaha yang telah

bermasalah/macet/planfondering.

4. Tatacara penilaian mutu kredit

Menurut Sutejo (2000 : 15) tentang mutu kredit adalah:

“Salah satu syarat bank dapat menjaga mutu kredit yang akan dan telah

mereka salurkan, adalah memiliki kebijakansanaan kredit tertulis (written

loan policy) yang disusun secara professional, dan selalu disesuaikan

dengan perkembangan situasi bisnis dan ekonomi moneter negara”.

Bank harus membuat sistem dan prosedur atau tatacara penilaian

kolektibilitas kredit yang harus dimuat dalam KPP setiap bank dan harus

sesuai dengan ketentuan BI dalam SE No. 23/12/BPPP tanggal 28 Februari

1991 yang menetapkan kolektibilitas kredit sebagai keadaan pembayaran

pokok/angsuran pokok, bunga, biaya-biaya dan kemungkinan diterima

kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman

lainnya.

5. Professionalism dan Intregitgas Pejabat Kredit

Para pejabat kredit bank harus menyadari dan memahami Bab VIII pasal 46

s/d 53 UU No. 7 tahun 1992 sebagai dasar etika perkreditan bank yang

mengharuskan pejabat perkreditan, wewenang dan tanggungjawab setiap

25
orang atau unit kerja yang terlibat dalam proses kegiatan perkreditan (KPP),

Komite Kredit (KK), Dewan Komisaris (DK), Direksi Bank dan satuan

kerja perkerditan (SKP) dan lain-lainnya.

2.1.7 Pedoman Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit dimulai saat debitur/calon debitur

mengajukan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dipantau pembayaran

kewajibannya beserta bunganya dan penyelamatan kredit dilakukan bila pemberian

kredit debitur tersebut. termasuk kredit bermasalah. Pedoman pemberian kredit

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Permohonan Kredit

Setiap pemberian kredit baru harus berdasarkan adanya suatu permohonan

tertulis yang ditandatangani oleh pemohon (calon debitur).

Menurut Tjoekam (1999 : 100), “Permohonan kredit suatu bank harus di back-up

oleh unsur yuridis dan ekonomis, agar hak dan tanggung jawab kedua belah pihak

jelas dan pasti”.

Permohonan tertulis tersebut dituangkan dalam formulir permohonan kredit

harus memuat informasi yang lengkap mengenai :

a. Data non-financial yang meliputi nama dan alamat calon debitur

(perorangan/perusahaan), susunan pemilik dan pengurus, bidang usaha,

26
riwayat perusahaan, hubungan dengan bank, kelompok perusahaan dan

sebagainya.

b. Data financial yang meliputi perkembangan keuangan dan proyeksi

keuangan, jumlah permohonan, rencana penggunaan dan rencana

pelunasan.

c. Data jaminan yang diserahkan.

Permohonan kredit selanjutnya dicatat didalam buku register permohonan

kredit. Guna melengkapi dokumen-dokumen antara lain :

1. Fotocopy KTP.

2. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

3. Fotocopy SPT tahunan PPh pasal 21 yang bertanda terima dari kantor

pelayanan pajak setempat.

4. Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

5. Fotocopy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)

6. Fotocopy surat ijin Undang-Undang Gangguan (SIUUG HO)

7. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

8. Analisis Dampak lingkungan (AMDAL)

9. Legalitas usaha lainnya.

Bagi debitur/calon debitur perusahaan harus melengkapi dokumen-

dokumen antara lain :

1. Akte pendirian berikut perubahannya yang terbaru.

2. Fotocopy KTP.

27
3. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

4. Fotocopy SPT tahunan PPh pasal 21 yang bertanda terima dari Kantor

Pelayanan Pajak setempat.

5. Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SITU)

6. Fotocopy surat ijin usaha jasa konstruksi (SIUJK)

7. Fotocopy Surat Ijin Undang-Undang Gangguan (SIUUG)

8. Fotocopy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

9. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

10. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

11. Legalitas Usaha lainnya.

Permohonan kredit beserta lampiran-lampiran tersebut merupakan sumber

informasi untuk melakukan analisis.

2.1.8 Analisis Kredit

Maksud analisis permohonan kredit dan/atau perubahan-perubahannya

menurut Siswanto sutojo (2000:51) adalah untuk menganalisa semua faktor resiko

yang berkaitan dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal

tersebut beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan

praktek perbankan yang sehat.

Analisis kredit dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Analisis kualitatif

28
Merupakan analisis terhadap kondisi-kondisi non angka yang tidak tercermin

dalam laporan keuangan, meliputi analisis terhadap aspek manajemen, teknis,

pemasaran, hukum jaminan dan sosial ekonomi.

b. Analisis Kuantitaf

Merupakan analisis terhadap kondisi keuangan. Debitur, yang bertujuan agar

bank mendapat gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi keuangan debitur

dimasa lalu, saat ini dan proyeksinya dimasa yang akan datang, sehingga

dapat analisis besarnya pinjaman yang diperlukan penggunaannya serta

kemampuannya membayar bunga dan pokok pinjaman. Analisis kuantitatif

meliputi analisis ratio keuangan, analisis laba rugi,analisis arus kas dan analisis

rekening.

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam

pelaksanaannya bank harus memperhatikan kebijakan dan prosedur perkreditan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Faktor penting yang harus diperhatikan oleh

bank untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Untuk memperoleh keyakinan tersebut tersebut sebelum memberikan kredit,

bank hatus melakukan penilaian yang seksama menurut Undang-Undang no.

10 Tahun 1998 Pasal 8 Ayat (1) dan (2) terhadap :

a. Character merupakan sifat atau watak seseorang yang akan diberikan kredit.

Dilihat dari latar belakang pekerjaannya maupun sifat pribadinya. Hal inilah

yang akan dijadikan ukuran tentang kemauan debitur untuk membayar.

29
Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan debitur dalam

membayar kredit dilihat dari mengelola bisnisnya.

b. Capital merupakan analisis dari sumber mana saja modal yang digunakan

untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berupa modal yang

digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berupa modal

sendiri dan berapa modal pinjam.

c. Condition of economy merupakan analisis yang dinilai dari kondisi

ekonomi sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang

akan datang.

Collateral merupakan nilai jaminan yang diberikan calon debitur baik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit

yang diberikan dan diteliti keabsahan dan kesempurnaannya serta secara

yuridis tidak bermasalah.

Tujuan dari analisis kredit adalah menganalisis kredit yang akan diberikan

kepada debitur itu dapat dinilai layak ataupun tidak diberikan. Pedoman pemberian

kredit dalam analisis kredit adalah :

a. Pengumpulan Data harus diarahkan dengan pengumpulan informasi yang

lengkap, akurat dan up-to-date untuk mengetahui maksud dan tujuan

penggunaan kredit dilakukan secara langsung dan aktif dari debitur, pihak

ke- tiga dan sumber data lainnya. Pengumpulan data ini meliputi

pengumpulan informasi dari debitur dengan mengumpulkan serta

menyeleksi data yang perlu atau tidak diperlukan. Untuk pengumpulan data

dari pihak ke-3 yaitu dengan cara kunjungan setempat, call, surat, dan

30
pengumpulan data dari sumber lainnya yaitu perpustakaan, publikasi,

majalah, surat kabar, dan sebagainya.

b. Verifikasi Data bertujuan untuk menjamin kebenaran dan keakuratan data

yang telah dikumpulkan.. verifikasi dara meliputi verifikasi pada Bank

Indonesia/ Bank lainnya yang mempunyai hubungan dengan debitur/calon

debitur, kantor/pabrik/toko/tempat usaha, pada pembeli/pemasok/penjual

maupun lokasi jaminan.

c. Analisis Laporan Keuangan dan Aspek-Aspek Lainnya, Meliputi :

1. Analisis Trend Ratio dan Interprestasinya

Bertujuan meneliti apakah trend ratio keuangan debitur/calon

debitur selama periode laporan keuangan yang dianalisis tersebut

wajar atau tidak wajar dibandingkan dengan usaha sejenis lainnya.

2. Analisis Resiko

Adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari sebelum

resiko debitur terjadi sehingga keputusan kredit yang diambil sudah

memperhitungkan resiko yang ada. Penilaian resiko mencakup dua

aspek yaitu resiko umum (penjualan, konflik diantara pemegang

saham pada badan usaha debitur) dan Resiko Khusus (badan usaha

tidak memperhatikan pangsa pasar).

3. Analisis Rikonsiliasi Modal dan Harta Tetap

Untuk menilai apakah wajar atau tidak modal dan harta tetap

debitur/calon debitur harus dicek/direkonsiliasi terlebih dahulu

sebelum dilakukan analisis ratio dan analisis pengadaan kas.

31
4. Analisis Aspek-Aspek Perusahaan Lainnya

Dalam mempertimbangkan permohonan kredit, selain

menganalisis laporan keuangan juga dilakukan analisis aspek-aspek

perusahaan lainnya, yaitu :

a. Aspek Umum dan Manajemen

Adalah analisis mengenai aspek umum dan manajemen

perusahaan, dengan tujuan untuk menilai kemampuan dan

kecakapan dari manajemen Pengelola proyek dalam menjalankan

bisnisnya antara lain meliputi:

1. Apakah surat permohonan kredit, perjanjian kredit dan

dokumen lainnya telah ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang sesuai anggaran dasar perusahaan.

2. Struktur organisasi.

3. Manajemen perusahaan.

4. Uraian tugas.

5. Sistem dan prosedur.

6. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki.

7. Evaluasi pribadi pengusaha.

b. Aspek Hubungan Dengan Bank

Adalah analisis terhadap aspek-aspek hubungan debitur/calon

debitur dengan bank rakyat Indonesia maupun bank lainnya serta

32
penggunaan produk-produk bank Rakyat Indonesia lainnya.

Analisis hubungan dengan bank antara performance debitur/calon

debitur mengenai transaksi keuangan yang disalurkan dalam

rekening giro, Deposito, maupun tabungan. Khusus debitur dapat

dilihat/dianalisa mutasi rekening pinjamannya yang dapat

diketahui kemampuan memenuhi kewajiban bunga maupun

angsuran pokok pinjaman.

c. Pemasaran

Adalah analisis mengenai kemampuan untuk meneliti

kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau

jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit

bank dan strategi pemasaran produk/jasa perusahaan sejenis, dan

analisa siapa pembeli dominan maupun pemasok bahan baku agar

perusahaan proyek dapat memenangkan persaingan yang cukup

kompetitif.

d. Aspek Teknis dan Produksi/Pembelian

Simpulan pokok/penilaian terhadap aspek teknis dan

produksi/pembelian yang dianggap perlu, antara lain:

1. Sektor industri ditinjau dari lokasi usaha, kondisi bangunan

pabrik dan mesin yang dimiliki, kontinuitas pengadaan

bahan baku, jumlah tenaga kerja dan ketrampilan yang

dimiliki serta realisasi produksi.

33
2. Sektor perdagangan ditinjau dari lokasi usaha (kantor, toko,

dan gudang), realisasi pembelian barang dagangan,

pemasok dominan, kontinuitas pengadaan barang

dagangan.

3. Sektor jasa konstruksi ditinjau dari proyek yang dikerjakan,

penyaluran pembayaran proyek, perkembangan/prestasi

proyek dibandingkan dengan jadwal penyelesaian proyek,

peralatan yang dimiliki, jumlah tenaga kerja di bidang

konstruksi, kontuinitas pengadaan bahan baku, hambatan-

hambatan dalam pelaksanaan proyek.

a. Analisis Aspek Yuridis (hukum), bertujuan untuk

meneliti ketentuan legalitas dari perusahaan untuk

meneliti ketentuan- ketentuan legalitas dari

perusahaan atau badan hukum yang akan

memperoleh bantuan kredit dari bank, meliputi aspek

badan usaha, izin-izin yang harus dimiliki, dan

perjanjian- perjanjian.

b. Analisis Aspek Sosial-Ekonomis, bertujuan untuk

menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan

dibiayai dengan ke bank memiliki value added yang

tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun

macroeconomic, terutama dilihat dari pandangan

pihak pemerintah dan masyarakat. Analisis pada

34
aspek ini meliputi kesempatan kerja, penggunaan

bahan baku lokal. Menghasilkan dan penghematan

devisa, penerima pajak bagi negara, subsidi dari

negara, serta dampak lingkungan.

2.1.9 Persetujuan Kredit

Dalam jenjang manapun persetujuan pemberian kredit itu diberikan, para

pejabat mengambil keputusan untuk menyetujui pemberian kredit harus dapat

mempertanggungjawabkan kepada pihak bank (Budi Untung, 2000:148).

Persetujuan kredit harus mencerminkan suatu pernyataan dari hasil analisis, hasil

penelitian dan secara prudent principle (prinsip kehati-hatian) bahwa debitur/calon

debitur yang disetujui pemberian kreditnya adalah debitur/calon debitur yang

dianggap layak, meliputi.

1. Usaha debitur/calon debitur yang fesible dan prospek yang baik,

kemampuan memperoleh keuntungan dan memenuhi kewajiban angsuran

dan bunga kepada Bank serta bersedia menyerahkan jaminan yang

menjamin kepentingan bank dari nilai maupun status jaminan.

2. Telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur pemberian kredit.

3. Tidak menyimpang dari ketentuan limit kredit.

4. Telah dipertimbangkan mengenai keamanan kreditnya.

5. Diputus sesuai dengan kewenangan memutus kredit.

2.1.10 Perjanjian Kredit

35
Puspani berpendapat, bahwa Perjanjian kredit bentuk dan formatnya

ditentukan oleh masing-masing bank dan dibuat secara tertulis. Pada proses ini

pihak bank dan debitur/calon debitur menandatangani suatu perjanjian yang di

dalamnya memuat persyaratan-persyaratan, klausula-klausula, serta hal-hal

penting lainnya yang dapat mengikat kedua belah pihak dan dapat dijadikan

sebagai alat pembuktian di pengadilan, apabila di kemudian hari terdapat sengketa

diantara kedua belah pihak (2004:33).

Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib

dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis dan harus memperhatikan hal-hal

berikut :

a. Keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi bank.

b. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pelunasan kredit, bunga kredit

dan syarat-syarat kredit lainnya sebagaimana ditetapkan dalam keputusan

persetujuan kredit.

2.1.11 Persetujuan Pencairan Kredit

Dalam setiap pencairan kredit (disbursment) harus terjamin azas aman.

Terarah, dan produktif. Maka pencarian harus mempunyai landasan pokok berikut:

1. Bank hanya menyetujui pencarian kredit, bila seluruh syarat yang

ditetapkan dalam persetujuan, kemudian dituangkan dalam penjanjian ke

yang talah dipenuhi oleh pemohon kredit.

36
2. 2. Bank harus telah memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang terkait

dalam persetujuan kredit telah dipenuhi/diselesaikan dan telah

efektif memberi perlindungan yang memadai bagi bank.

3. Landasan lainnya bila diperlukan.

2.1.12 Pemantauan Kredit

Pemantauan kredit merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan

pemberian kredit selain ketajaman dan ketelitian yang dilakukan sewaktu

melakukan analisa kredit. Pemantauan debitur merupakan rangkaian aktifitas untuk

memantau/memonitor/mengikuti perkembangan usaha debitur dan perkembangan

kredit sejak diberikan sampai lunas. Terjadinya kegagalan kredit terutama

disebabkan oleh kelalaian bank setiap pejabat kredit.

Secara umum prosedur pengajuan kredit untuk produktif menurut kasmir

(2000:110) adalah sebagai berikut :

1. Menilai sampai sejauh mana syarat-syarat kredit maupun kewajiban

pembayaran bunga, angsuran, dan kewajiban-kewajiban lainnya telah

terpenuhi debitur sebagaimana mestinya.

2. Menilai perkembangan usaha debitur dari waktu ke waktu yang berkaitan

dengan resiko yang dihadapi oleh bank.

3. Membantu bank dalam mengambil langkah-langkah preventif yang

diperlukan.

Pemantauan kredit meliputi berbagai kegiatan yaitu:

37
1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara-cara

mutakhir, seperti komputer, on line system

2. Keharusan bagi debitur kredit untuk menyampaikan laporan secara berkala

atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam

perjanjian kredit.

3. Keharusan petugas bank untuk melakukan kunjungan ke perusahaan

ataupun proyek yang dibiayai bank (on the spot)

4. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur,

terutama jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah

menunjukkan tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan. Seperti

masalah produksi, pemasaran, tenaga kerja, keuangan dan sebagainya.

2.1.13 Prosedur Pencairan Kredit

Dendawijaya (2001:81) menyatakan bahwa pencairan kredit yang diminta

debitur kredit hanya dapat dilakukan bank setelah debitur yang bersangkutan

memenuhi berbagai persyaratan. Adapun persyaratan untuk pencairan kredit antara

lain:

1. Perjanjian kredit sudah ditandatangani.

Penandatanganan dapat dilakukan antara bank dengan debitur secara langsung

atau dengan melalui notaris. Secara umum isi dari perjanjian kredit adalah

sebagai berikut:

a. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan). b. Pihak penerima kredit

(perusahaan nasabah)

38
b. Tujuan pemberian kredit misal untuk mendirikan pabrik baru d. Besarnya

kredit yang akan diberikan bank

c. Tingkat bunga kredit.

d. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit seperti biaya provisi

kredit dan lain-lain.

e. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan bunganya.

f. Jaminan kredit meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah dan nilainya.

g. Hak-hak yang dimilki bank selama kredit belum dilunasi misalnya

memeriksa secara fisik keadaan proyek yang dibiayai bank, memeriksa

laporan keuangan nasabah.

2. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen yang sesuai

dengan kebutuhan pencairan kredit.

2.1.14 Prosedur Pelunasan Kredit

Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan dapat selalu memenuhi

kewajbannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang dimuat dalam

perjanjian kredit. Adapun hal-hal yang menyangkut pelunasan kredit menurut

Dendawijaya (2001:83) adalah sebagai berikut :

1. Nasabah membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai

dengan jadwal yang telah dibuat sehingga kredit/pinjaman bank akhirnya

dinyatakan lunas.

39
2. Agunan/jaminan bank yang semula dipegang dan dikuasai oleh bank,

seluruhnya harus dikembalikan kepada nasabah.

2.2 Kerangka pemikiran.

Berdasarkan landasan teori tersebut diperoleh kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Gambar 2.1.

Bagan Kerangka Pikir

Pada Penelitian ini peneliti menguji analisa tentang prosedur dan kebijakan

dengan mengacu terhadap Undang-Undang Perbankan sebagai bahan pertimbangan

dalam melihat keefektivan pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia. Dalam

40
penelitian ini akan diketahui apakah pemberian kredit telah sesuai atau tidak

terhadap prosedur dan kebijakan sesuai Undang-Undang Perbankan.

2.3 Proposisi

Penerapan prosedur dan kebijakan pemberian kredit perbankan akan lebih

baik dan terarah dengan menggunakan dasar-dasar Undang-Undang Perbankan

sehingga dapat memenuhi hukum perundang-undangan perbankan dibandingkan

dengan yang tidak mengacu pada Undang-Undang Perbankan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-

penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

yang mendukung penelitian ini :

1. Budi Prijanto dan Dessy Puspitasari (2005)

Budi Prijatno dan Dessy Puspitasari melakukan penelitian tentang struktur

pengendalian intern terhadap prosedur pemberian kredit investasi.

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Efektifitas Struktur Pengendalian Internal

Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Investasi (studi kasus pada PT. Bank

Eksekutif Internasional TBK Cabang Kelapa Gading)”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan mengetahui efektifitas

pengendalian intern pada prosedur pemberian kredit investasi yang telah

diterapkan oleh Bank Eksekutif Internasional TBK Cabang Kelapa

Gading, Jakarta Timur. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan

41
adalah analisis deskriptif. Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari

sistem dan prosedur pemberian kredit investasi yang telah ditetapkan dan

melakukan evaluasi kualitatif terhadap proses pemberian kredit.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengendalian intern terhadap

prosedur pemberian kredit investari pada Bank Eksekutife Internasional

cabang Kelapa Gading, Jakarta Timur dinilai baik untuk dapat menyediakan

informasi yang penting untuk memahami lebih lanjut tentang dinamika

prosedur pemberian kredit.

Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Budi Prijatno dan

Dessy Puspitasari adalah sama-sama menganalisis prosedur dan

kebijakan mengenai pemberian kredit pada suatu bank .

Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan

asas kepatuhan dalam prosedur dan pengendalian intern pemberian

kredit. Penelitian ini menggunakan dasar Undang-Undang perbankan RI

sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan prosedur dan kebijakan

pemberian kredit. Peneliti terdahulu menganalisis studi kasus pada PT.

Bank Eksekutif Internasional. Penelitian sekarang menganalis studi kasus

pada PT. Bank Rakyat Indonesia.

2. Luh Gede Meydianawathi (2007)

Luh Gede Meydianawathi melakukan penelitian tantang prilaku penawaran

kredit. Penelitian ini berjudul “ Analisis Prilaku Penawaran Kredit

Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”. Tujuan penelitian ini

42
adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa variable terhadap penawaran

kredit investasi dan modal kerja bank secara parsial dan serempak kepada

sector UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah

ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan

serempak melalui uji t dan uji F.

Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari 2002 – Februari 2006

memperoleh kesimpulan adanya kepercayaan terhadap system perbankan

dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan

Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program rekapitalisasi perbankan

mampu mengatasi masalah modal dan rentabilitas bank ( yang tercermin

dalam rasio CAR dan ROA) serta non performing loan (NPLs) yang berhasil

ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan

kredit investasi dan modal kerja pada sector UMKM di Indonesia.

Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Luh Gede

Meydianawathi adalah sama-sama menganalisis prosedur dan kebijakan

mengenai pemberian kredit pada suatu bank .

Sedangkan perbedaannya adalah metode analisis yang digunakan pada

penelitian Luh Gede Meydianawathi adalah ordinary least square,

sedangkan metode analisis yang digunakan pada penelitian ini mengarah

pada penggunaan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus.

43
3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian menurut Sawarjuwono (1997:6) merupakan teknik-

teknik riset yang digunakan selaras dengan metodologi yang diplih. Metodologi

penelitian merupakan cara menggali atau memproduksi ilmu pengetahuan.

Dalam rangka penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

yang menggunakan data deskriptif, dengan studi kasus mengenai penerapan

pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Tulungagung. Pada

pendekatan kualitatif proses penelitian ditekankan pada pemahaman,

pemikiran dan persepsi peneliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana prosedur pemberian kredit yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian

(prudential banking) yang didasarkan pada Undang-Undang perbankan pada Bank

Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Tulungagung. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian terapan (applied research) yang mengarah pada penggunaan pendekatan

kualitatif, melalui metodologi studi kasus.

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena obyek permasalahan

yang diteliti mempunyai latar penelitian yang kompleks, yang memandang

manusia dengan segala kepentingannya sebagai subyek yang menjalankan

prosedur dan kebijakan pemberian kredit dan manusia dipandang sebagai alat

pengumpul data utama, sehingga pendekatan yang digunakan akan lebih tepat jika

44
penelitian pada hal-hal yng bersifat kualitatif, karena obyek penelitian akan dapat

dilihat dalam konteks yang lebih luas dan mendalam (Moleong,1996:4).

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada penerapan prosedur dan

kebijakan pemberian kredit pada Bank Rayat Indonesia Cabang Tulungagung,

sehingga focus pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mempelajari penerapan prosedur dan kebijakan pemberian kredit pada Bank

Rayat Indonesia Cabang Tulungagung dan pemakainya terutama adalah pihak

intern perusahaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Yin (1997), pada

penelitian dengan metode studi kasus maka harus ada subyek penelitian dan unit

analisis pada penelitian tersebut. Sedangkan pada penelitian ini subyek

penelitiannya adalah Bank Rayat Indonesia Cabang Tulungagung. Sedangkan unit

analisisnya mengenai studi kasus prosedur pemberian kredit baru oleh Bank

Rakyat Indonesia pada calon Debitur, kemudian dilakukan analisis penelitian

kredit apakah calon Debitut tersebut layak diberikan kredit..

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini membutuhkan serangkaian data dari beberapa sumber untuk

dianalisis, data itu dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh, dikumpulkan, dan diolah dari hasil

wawancara langsung, baik dengan pimpinan maupun dengan karyawan

yang terkait dalam perusahaan.

45
b. Data sekunder, yaitu data yang ada, yang diperoleh dari dokumen-

dokumen perusahaan serta buku literatur yang terkait.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan dan pengolahan data dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

a. Survey pendahuluan, bertujuan untuk mengetahui permasalahan awal

yang terjadi di dalam perusahaan dan menentukan kerangka berpikir

dalam mencari pemecahan masalah. Pada tahap ini dilakukan pengamatan

terhadap perusahaan secara umum untuk kemudian akan lebih

dikhususkan pada permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan

sehubungan dengan topic penelitian.

b. Studi permasalahan yang akan dibahas bertujuan untuk mendapatkan

landasan teori yang relevan dengan pemasalahan yang akan dibahas yaitu

tentang prosedur dan kebijakan pemberian kredit. Pada tahap ini

dikumpulkan dan dipelajari literatur-literatur yang berisi konsep dasar

46
serta teori-teori dan aplikasi yang berhubungan dengan masalah yang

akan dibahas.

c. Penelitian lapangan, bertujuan untuk mengumpulkan data yang terkait

dengan

Permasalahan yang akan diteliti, Teknik-teknik yang digunakan adalah

dokumentasi dan wawancara.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

membandingkan apakah kasus yang diteliti mempunyai persamaan dengan konsep

pengujinya.

Kriteria yang digunakan untuk menilai efektif tidaknya evaluasi

prosedur dan kebijakan pemberian kredit dapat dihitung berdasarkan pada

masing-masing kelompok pertanyaan, dan apabila semakin banyak jawaban

“ya” maka dapat diartikan bahwa penerapan kebijakan dan prosedur pemberian

kredit pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Tulungagung cukup efektif, tetapi

apabila jawabannya semakin banyak jawaban “tidak” maka dapat diartikan

bahwa penerapan sistem Pemberian kredit tidak berjalan secara efektif sesuai

undang-undang perbankan, sehingga perusahaan harus berupaya untuk

memperbaiki penerapan prosedur pemberian kreditnya kepada nasabah agar

mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.

47
Ketentuan mengenai objektivitas penelitian yang dianggap baik atau sesuai

dengan prosedur maupun kebijakan dalam Undang-Undang Perbankan apabila

hasil dari kuisioner yang menujukan jawaban “ya” lebih dari 80% dari keseluruhan

pertanyaan kuisioner yang diajukan, sedangkan apabila keseluruhan jawaban

yang mengatakan “tidak” melebihi 20%, maka hasil tersebut tidak objektif

atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Undang-Undang Perbankan

Indonesia.

48

Anda mungkin juga menyukai