PENDAHULUAN
Skoliosis adalah deformitas tulang belakang berupa deviasi vertebra ke arah samping atau lateral
(Soetjaningsih, 2004). Menurut Rahayussalim Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang
belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan
skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya
terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang
secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak
sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Di Indonesia penderita scoliosis dalam
mendapatkan pelayanan medik khusus sangat terbatas misalnya penderita-penderita yang pernah
didiagnosa scoliosis oleh dokter, tetapi tidak semua dapat mengikuti program latihan. Peran fisioterapi
pada kasus skoliosis dapat menggunakan modalitas terapi. Salah satunya adalah menggunakan terapi
latihan dan infra red. Terapi Latihan untuk kasus skoliosis bertujuan untuk, memperbaiki atau
mengembalikan kearah sikap tubuh yang normal (corect posture), mengulur atau meregangkan otot
– otot yang tegang, untuk relaksasi otot.
Biasanya Pasien yang menderita scoliosis memiliki ciri, yaitu salah satu pinggul tampak lebih
menonjol, tubuh penderita skoliosis mungkin condong ke satu sisi, salah satu bahu lebih tinggi, salah
satu tulang belikat tampak lebih menonjol (sehinggal badan terlihat miring), dan scoliosis yang sudah
parah biasanya panjang kaki tidak seimbang menjadikan berdiri dan berjalan tidak seimbang
(pincang). Penderita skoliosis dewasa lebih sering mengalami nyeri punggung pada titik lengkungan,
dan nyeri ini dapat bertambah jika lengkungan tulang belakang semakin parah.
Karena keterbatasan tersebut penderita scoliosis biasanya dijadikan bahan bullyan atau ejekan
orang-orang, baik dari lingkungan maupun orang yang memang baru pertama kali melihat
langsung membicarakan penderita scoliosis tersebut. 12 Juli 2018 lalu saya bertemu dengan
Anya, dan Dinda. Mereka salah satu pasien scoliosis yang merupakan teman dekat saya sejak
tahun 2012 lalu. Kami menjadi dekat karena kami sama-sama menjadi pasien Dr Heri
Kami juga mengikuti pengobatan Fisioterapi, oleh Kang Rendi di RSUD Lembang, karena
biayanya jauh lebih terjangkau di banding Fisioterpi di RS Santosa. Karena, pengalaman dan
cara komunikasi Kang Rendi pada kami membuat kami merasa tidak seperti orang “cacat”
ataupun “orang sakit”. Anya bercerita “Sabtu lalu aku control Dr. Hari, ada pasien seumur
kita yang ngajak kenalan namanya Astri. Penampilannya cukup sederhana, dia juga penderita
Scoliosis. Katanya, Dia Fisioterapi 1 minggu bisa 4x. Astri sering Fisioterapi di Rs. Santosa
katanya biar ga ribet. Dia pingin sering karena dia malu diejek teman-taman dan kakak
kelasnya. Dia di ejek dengan sebutan “dendek”(miring). Kita juga sering yah an di bilang
begitu dulu”. Mendengar cerita Anya kami tertawa.
Biasanya setelah Fisioterapi kami di aliri listrik dan sinar kami menyebutnya Tens dan US,dan
bila terlalu sering berbahaya karena ada radiasi. Dari obrolan Anya dapat disimpulkan bahwa
kami yang memiliki keterbatasan fisik mendapat bullyan atau ejekan, yang berdampak pada
pandangan hidup dan pola berpikir yang berbeda satu sama lain. Untuk kasus yang di alami
Astri, mungkin dia benar-benar tertekan sehingga tidak memikirkan keuangan yang akan
dikeluarkan, kesehatannya sendiri, hanya untuk karena omongan orang lain..
Mungkin masih banyak kasus yang lain yang mempengaruhi kehidupan seseorang karena
bullyan dan efek negative terbesar adalah mengakhiri hidupnya, karena kata-kata yang berupa
ejekan tersebut mejadi anak panah tertajam yang dapat membunuh seseorang tanpa harus
melukai fisiknya. Kalimat yang menjelaskan “mulut mu harimau mu”memang benar adanya.
Selain itu cara mengatasi bullyan yang menyebabkan terganggunya psikologis seseorang tidak
mudah. Untuk meyakinkan diri sendiri apa lagi orang lain untuk menjalankan hidup tanpa
mendengarkan hal negative dari orang lain memang hal yang sangat sulit. Keminderan seorang
individu terjadi pada saat individu tersebut menerima masukan dari individu lain yang
menyakiti hatinya, apalagi bila individu tersebut masih berpikiran labil, belum dewasa,
termasuk individu yang perasa atau sensitive.
Banyak media membuat pemberitaan mengenai Bully dan mempunyai cara yang
berbeda dalam penyampaiannya. Pro/Kontra dalam menanggapi kasus Bullypun sangat
beragam, apalagi jika kasus bully tersebut berpengaruh pada sikap seseorang yang
mengakibatkan keminderan. Oleh karena itu penulis tertarik tentang Mengatasi Keminderan
Orang dengan Skoliosis karena kasus ini menyangkut pemikiran dan komunikasi seorang individu
kepada individu yang memiliki kekurangan fisik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka Penulis merumuskan
pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke dalam rumusan masalah
makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).
Rumusan yang melatar belakangi masalah yang telah dijelaskan, maka maksud dan
tujuan Penulis melakukan Penulisan ini adalah sebagai berikut:
Tujuan utama Penulis dalam Penulisan ini adalah untuk bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditentukan dalam rumusan masalah. Pertanyaan
tersebut untuk mengetahui hal di bawah ini :
1. Untuk mengetahui
2. Untuk memperkirakan
penyebab masalah (diagnose cause) Bullyan yang menjadi keminderan pada pasien
penderita scoliosis di RS Santosa Bandung
Kegunaan atau manfaat dalam Penulisan ini baik Penulis maupun pembaca dapat
mengetahui bagaimana cara komunikasi untuk meengatasi keminderan pada pasien penderita
scoliosis di RS Santosa Bandung. Adapun kegunaan lain yang diharapkan oleh Penulis dari
Penulisan ini adalah sebagai berikut :
Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai pengaplikasian ilmu yang selama ini
diterima oleh peneliti baik teori maupun praktik, serta guna menambah
Kegunaan penelitian ini yaitu bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, ilmu
Keminderan
Santosa Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan,
yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy,
2005:42).
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.
Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan
fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit,
misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas,
misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta
komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti
yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu
Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap.(Effendy, 2001:10)
Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan
hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion)
dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland
mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the
process to modify the behafavior of other individuals).
Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam
berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujukan motif komunikasi.
b. Komunikan
c. Pesan
Pesan pada dasarnya bersipat abstrak. Untuk membuatnya kongkret agar dapat dikirim
dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
lambing komunikasi berupa suara, mimic, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai kepada
komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung
face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud disini adalah media
komunikasi. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat
dibedakan atas media massa dan media nonmedia massa.
e. Umpan balik
Umpan balik dapat diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikatoryang
disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, komunikator dan
komunikan terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada
dasarnya pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator.
2.2.3. Fungsi Komunikasi
a. Fungsi Informasi (information function)
Komunikasi memungkinkan penyampaian informasi, petunjuk, dan pedoman yang
disampaikan seseorang dalam suatu organisasi untuk menjalankan pekerjaannya.
b. Fungsi perintah dan intruksi (Comand and instructive function)
Fungsi ini merupakan fungsi komunikasi antara atasan dan bawahan
c. Fungsi pengaruh dan persuasi atau motivasi (influence and persuasion function)
Komunikasi dapat menumbuhkan motivasi karyawan dan dapat mempengaruhi
perilaku karyawan.
d. Fungsi integrasi (Integrative function)
Komunikasi memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis antara atasan-
bawahan dan antara rekan kerja
e. Fungsi pengungkapan emosi (Emotional exspresion)
Komunikasi yang mengungkapkan perasaan seseorang, misalnya sedih, senang, riang,
marah, dan lain sebaginya.
f. Fungsi Evaluative (Evaluation function)
Adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberikan laporan, dari bawahan kepada
atasan
Pada umumnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau
biasa disebut juga dengan komunikasi diadik. Misalnya komunikasi antara seorang anak dan
ayah dan lain-lain. Meskipun begitu, komunikasi interpersonal juga merujuk pada komunikasi
dalam kelompok kecil seperti misalnya keluarga. Walau dalam keluarga, komunikasi
berlangsung dalam bentuk komunikasi diadik seperti ibu kepada anak.
Karena sifatnya yang saling bergantung, komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari
dan bersifat sangat penting. Komunikasi interpersonal berperan dalam sebuah hubungan yang
berdampak pada hubungan dan mengartikan hubungan itu sendiri. Komunikasi yang
berlangsung dalam sebuah hubungan adalah bagian dari fungsi hubungan itu sendiri. Oleh
karena itu, cara kita berkomunikasi sebagian besar ditentukan oleh jenis hubungan yang ada
antara kita dan orang lain. Perlu dipahami pula bahwa cara kita berkomunikasi, cara kita
berinteraksi, akan mempengaruhi jenis hubungan yang dibangun.
Komunikasi interpersonal berada dalam sebuah rangkaian kesatuan yang panjang yang
membentang dari impersonal ke personal yang lebih tinggi. Pada titik impersonal, kita
berkomunikasi secara sederhana antara orang-orang yang tidak saling mengenal, misalnya
pembeli dan penjual. Sedangkan pada titik personal yang lebih tinggi, komunikasi berlangsung
antara orang-orang yang secara akrab terhubung satu sama lain, misalnya ayah dan anak.
Komunikasi interpersonal pada umumnya berlangsung secara tatap muka, misalnya ketika
kita berbicara dengan ibu atau ayah kita. Di era kemajuan teknologi komunikasi seperti
sekarang, komunikasi interpersonal berlangsung melalui jaringan komputer.
Kehadiran internet sebagai media komunikasi serta media komunikasi modern lainnya
menjadikan komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui surat eletronik atau media
sosial. Beberapa bentuk komunikasi interpersonal masa kini bersifat real time, dalam artian
pesan yang dikirim dan diterima pada satu waktu sebagaimana dalam komunikasi tatap muka.
Pesan yang dikirimkan dan diterima melalui berbagai media sosial dalam konteks komunikasi
interpersonal jelas memiliki pengaruh media sosial serta efek media sosial bagi hubungan
interpersonal yang dibangun.
Pesan-pesan interpersonal yang kita komunikasikan kepada orang lain adalah hasil dari
berbagai pilihan yang telah kita buat. Dalam kehidupan interpersonal kita dan interaksi kita
dengan orang lain, kita disajikan dengan berbagai pilihan. Maksudnya adalah momen ketika
kita harus membuat pilihan kepada siapa kita berkomunikasi, apa yang akan kita katakan, apa
yang tidak boleh kita katakan, apakah pilihan frasa yang ingin kita katakan, dan lain
sebagainya. Pilihan-pilihan komunikasi interpersonal beserta alasannya, dalam beberapa
situasi, berbagai pilihan yang dipilih dapat bekerja dengan baik dibanding yang lainnya
2.3.3. Prinsip Komunikasi Interpersonal
Menurut Joseph A. DeVito (2013), prinsip-prinsip komunikasi interspersonal adalah
sebagai berikut :
Sementara itu, menurut Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan Don Jackson, terdapat 5
(lima) prinsip-prinsip komunikasi atau aksioma komunikasi yang dapat membantu kita
memahami interaksi komunikasi interpersonal secara lebih utuh, yaitu :