Anda di halaman 1dari 4

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi militer dan perang paling kuat di planet bumi ini masih digenggam

oleh Amerika Serikat. Sepanjang sejarah, kemajuan dalam teknologi militer Amerika

Serikat telah didorong oleh adanya inovasi. Semua cabang militer secara konsisten

telah berhasil menggunakan teknologi baru yang inovatif dan kreatif untuk

memperoleh kemenangan atas musuh. National Defense Magazine (2011)

melaporkan bahwa terdapat 10 jenis inovasi dalam teknologi militer yang

dikembangkan Amerika Serikat, dan salah satunya adalah teknologi pengawasan

super luas (Wide Area Surveillance) (Esa dkk., 2014).

Teknologi pengawasan Wide Area Surveilance, menurut Global Security

Organization (2012) mampu memberikan pengawasan pada wilayah yang lain untuk

mengamati dan mendeteksi aktifitas spesifik. Teknologi ini dapat diterapkan pada

pengawasan di daerah yang kerap kali terjadi kasus perbatasan daerah, di antaranya

yaitu perseteruan antara daerah provinsi Kalimantan Barat dengan Negara Malaysia

(Bratadharma, 2012), dan pelanggaran perbatasan laut Indonesia- Malaysia yang

terjadi di kawasan perairan Provinsi Riau (Adhidharta, 2011). Kasus-kasus tersebut

juga mengindikasi masih lemahnya teknologi pertahanan militer Indonesia

(Bratadharma, 2012). Namun, untuk peningkatan teknologi dibutuhkan suatu gagasan

maupun kajian yang bersifat inovatif. Salah satu jenis inovasi teknologi yang dapat

diadopsi oleh Indonesia berdasarkan permasalahan yang ada dan dalam rangka

peningkatan teknologi militer adalah teknologi siluman (stealth), yang merupakan

1
2

barometer kekuatan militer yang memungkinkan peralatan yang tak terdeteksi oleh

radar (Saville dkk., 2005).

Pengembangan teknologi ini dapat diterapkan dengan membuat suatu material

yang mampu menyerap gelombang radar, yaitu material penyerap gelombang radar

(radar absorbing material). Syarat wajib yang harus dipenuhi sebagai bahan penyerap

gelombang elektromagnetik yang memiliki komponen medan magnet dan medan

listrik yaitu material harus memiliki sifat permeabilitas yang tinggi (magnetic loss

propertise) dan permitivitas yang tinggi (dielectric loss propertise) (Zhang, X. dkk.,

2007).

Salah satu bahan magnetik yang dapat dimanfaatkan sebagai material

penyerap radar yakni MnFe2O4. Pengunaannya disebabkan oleh permeabilitas

kemagnetannya yang tinggi, resistivitasnya yang jauh lebih rendah daripada

CoFe2O4 dan NiFe2O4, biokompabilitasnya yang tinggi, dibandingkan dengan

Fe3O4, γ-Fe2O3, CoFe2O4, dan NiFe2 (Rosita dkk., 2014). Pada penelitian

sebelumnya, bahwa substitusi Zinc ion dengan menggunakan metode sol-gel dapat

meningkatkan saturasi magnetik, magnetisasi remanen dan menurunkan koersivitas

(Singh, 2011). Penambahan Mn dapat meningkatkan nilai indeks bias, turunnya

kecepatan infrared serta konstanta dielektrik bahan (Jutmaika dkk., 2014).

Selain metode sol gel, meode lain yang dapat digunakan yakni metode reaksi

padatan (solid state reaction). Metode reaksi padatan adalah metode yang dilakukan

dengan cara mereaksikan dua atau lebih padatan untuk membentuk produk yang juga

berupa padatan pada suhu tinggi. Reaksi ini melibatkan pemanasan berbagai
3

komponen pada temperatur tinggi selama periode yang relatif lama (Afifah dkk.,

2014).

Wahyu dkk (2014) telah berhasil mensintesi Barium Lanthanum Ferit sebagai

material penyerap radar dengan metode solid state reaction dan memperhatikan

variasi temperatur 900oC, 1000oC, dan 1100oC. Nilai Hc menurun dari 0,23 ke 0,07 T

dengan meningkatnya temperatur sintering. Ferit ini mampu menyerap gelombang

mikro dengan RL sebesar -16,68 dan -11,19 dB masing-masing pada 7,5 dan 11 GHz

dengan lebar pita kurang dari 0,5 GHz. Namun demikian, ferit ini sangat menjanjikan

untuk digunakan sebagai material penyerap gelombang mikro dalam x-band.

Material Manganese Zinc Ferit berbahan baku pasir besi Pantai Binangun

telah dibuat menggunakan metode reaksi padatan pada variasi suhu 900oC, 1000oC

dan 1100oC dengan perbandingan campuran menggunakan metode weight percent

yaitu 70 wt.% Fe2O3, 15 wt.% ZnO dan 15 wt.% MnO2. Manganese Zinc Ferit yang

dihasilkan mempunyai struktur kristal berbentuk kubik dengan ukuran kristalit 36,5

nm sampai 36,9 nm dan fasa kristalnya mendekati single phase. Nilai gaya koersivitas

(Hc) mengalami penurunan 4,820 kOe – 0.137 kOe terhadap temperature sintering

(Jutmaika dkk., 2014).

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti akan memanfaatkan

bahan baku mangan alam Buton untuk membuat material Manganse Zinc Ferit

dengan memperhatikan variasi suhu 900oC, 1000oC dan 1100oC menggunakan

metode solid state reaction.

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan Latar Belakang di atas dirumuskan beberapa permasalahan yang

akan diselesaikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana mensintesis MnZnFe2O4 dengan metode solid state reaction sebagai

penyerap gelombang mikro?

2. Bagaimana pengaruh variasi temperature terhadap struktur kristal, marfologi dan

daya serap gelombang elektromagnetik MnZnFe2O4 melalui uji karakterisasi

XRD, SEM dan VNA?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Mensintesis MnZnFe2O4 dengan metode solid state reaction sebagai penyerap

gelombang mikro.

2. Mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap struktur dan sifat kemagnetan

MnZnFe2O4 melalui uji karakterisasi SEM dan VNA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan keilmuan peneliti di bidang riset sintesis MnZnFe2O4.

2. Menemukan informasi mengenai pengaruh temperatur terhadap struktur dan sifat

kemagnetan MnZnFe2O4.

3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian terkait selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai