Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

Gastritis

Argha Yudiansya
291411912013

Pembimbing:
dr. Ika Rika Rohantika

PUSKESMAS PATARUMAN 1 KOTA BANJAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, serta rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tinjaun pustaka yang berjudul “Gastritis”.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Ika Rika Rohantika yang telah mebimbing dalam penyusunan tinjaun
pustaka ini
2. Dokter, Bidan, Perawat berserta seluruh Staf Puskesmas yang telah
membantu kelancaran penyusunan tinjauan pustaka ini
3. Orang tua yang telah memberikan support baik moral, spiritual maupun
materi
4. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka
ini
5. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu

Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama


bagi penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima apabila ada
saran dan kritik yang membangun.
BAB 1

PENDAHULUAN

Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib di


penuhi seorang manusia untuk bertahan hidup. Keadaan ini dibuktikan dengan
adanya sistem pencernaan atau traktus gastrointestinal yang merupakan salah satu
sistem yang mendukung tubuh manusia. Sistem pencernaan atau gastrointestinal
terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut, esofagus, gaster, colon dan anus.

Sistem pencernaan akan terganggu apabila salah satu atau beberapa organ
pencernaan terjadi inflamasi, kerusakan, maupun ketidaknormalan. Salah satu
gangguan pencernaan yang paling sering dijumpai dan diderita masyarakat adalah
gastritis atau di masyarakat umum sering disebut dengan penyakit maag atau dalam
istilah kesehatan dikenal dengan gastritis.

Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat


maupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan yang
tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang awam sering
menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan salah satu yang paling
banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya. Masyarakat sering
menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan parah
maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan mudah
berdarah.

Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena
stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-
obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah
rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis.
Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas sehari -hari, karena penderita akan
merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa
tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena
gangguan absorbsi vitamin B12.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Gastritis

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,


kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak
enak pada epigastrium, mual dan muntah.

Patofisiologi Gastritis

Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor


agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensive (ketahanan mukosa).
Penggunaan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya, obat-
obatan kortikosteroid, penyalahgunaan alcohol, menelan substansi erosive,
merokok, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat mengancam ketahanan
mukosa lambung. Gastritis dapat menimbulkan gejala berupa nyeri, sakit, atau
ketidaknyamanan yang terpusat pada perut bagian atas.

Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar oleh
berbagai faktor endogen yang dapat mempengaruhi integritas mukosanya, seperti
asam lambung, pepsinogen & pepsin dan garam empedu. Sedangkan faktor
eksogennya adalah obat-obatan, alcohol dan bakteri yang dapat merusak integritas
epitel mukosa lambung, misalnya Helicobacter pylori. Oleh Karena itu, gaster
memiliki dua faktor yang sangat melindungi integritas mukosanya, yaitu faktor
defensive dan faktor agresif. Faktor defensive meliputi produksi mucus yang
didalamnya terdapat prostaglandin yang memiliki peran penting baik dalam
mempertahankan maupun menjaga integritas mukosa lambung, kemudian sel-sel
epitel yang bekerja menstransport ion untuk memelihara pH intra seluler dan
produksi asam bikarbonat serta system mikrovaskuler yang ada di lapisan
subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO3, sebagai
penetral asam lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang
adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolic yang merusak mukosa lambung.
Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang atau rusak,
sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung.
Obat-obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur, stress, dan lain-lain
dapat merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung, dan
memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan
penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-
gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang
terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya
zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan
dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Klasifikasi Gastritis

1. Gastritis Akut
Definisi
 Proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien.
 Peradangan superficial akibat terpapar oleh zat iritant seperti
alcohol, aspirin, steroid,asam empedu atau terinfeksi oleh
Helicobacter Pylori.
 Peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan
perdarahan mukosalambung dan setelah terpapar pada zat iritan.
Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
Klasifikasi
a) Gastritis stress akut, yaitu disebabkan akibat pembedahan besar,
luka, trauma, luka bakar atau infeksi beratyang menyebabkan
gastritis serta perdarahan pada lambung.
b) Gastritis erosife hemoragik difus, biasanya terjadi pada peminum
berat dan pengguna aspirin, dan dapat menyebabkan perlunya
reseksi lambung. Penyakit yang serius ini akan dianggap sebagai
ulkus akibatstress, karena keduanya memiliki banyak persamaan.
Etiologi

 Pola makan, misalnya: makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan


makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi
 Alkohol
 Aspirin
 Refluks empedu
 Terapi radiasi
 Gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau
alkali, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau
perforasi

Manifestasi Klinis

 Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi


 Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anoreksia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan
 Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik
 Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus
 Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun napsu
makan mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari
2. Gastritis Kronis
Definisi
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik
oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter
pylori.

Etiologi

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang


sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL, Pepsin dan fungsi intrinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser.

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini


menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan munculah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltic tetapi karena sel penggantinya tidak elastis
maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.

Manifestasi Klinis

 Bervariasi dan tidak jelas


 Perasaan penuh, anoreksia
 Distress epigastrik yang tidak nyata
 Cepat kenyang
 Mual dan muntah
 Nyeri epigastrium setelah makan
 Rasa pahit pada mulut

Diagnosis Gastritis

Untuk Gastritis akut, ada 3 cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu


gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau
ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi (atrofi;
mukosa yg menipis, hipertrofi; mukosa kasar bisa disertai dengan hipersekresi, foto
3 lapis).

Diagnosis Gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi


dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Perlu
pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi H. pylori apalagi jika
ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum mengingat angka
kejadianya cukup tinggi.

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap (bila ditemukan leukositosis:


terdapat tanda infeksi)
 Radiologis: gambaran atrofi/hipertrofi mukosa gaster , foto 3 lapis = khas
untuk gastritis (dengan kontras ganda)
 Endoskopi: lokasi terbanyak kelainan di lambung ialah sekitar angulus,
antrum, dan prepilorus
 Gastroskopi: untuk melihat mukosa lambung, misalnya warna, licin
tidaknya mukosa lambung, ada tidaknya kelainan, dimana letak kelainan
ditemukan (mulai dari fundus, korpus, dinding anterior, dan posterior,
kurvatura minor dan mayor, angulus, antrum, prepilorus, dan pylorus)
 Pemeriksaan histopatologi

Penatalaksanaan

Gastritis Kronik

 Eradikasi Helicobacter pyroli: Dapat mengembalikan gambaran


histopatologi menjadi normal
 Eradikasi dikombinasikan dengan penghambat pompa proton dan
antibiotic: Antibiotik dapat berupa tetrasiklin, metronidasol, klaritromisin,
dan amoksisilin.Untuk hasil pengobatan yang lebih baik dapat digunakan
lebih dari satu macam antibiotic
 Antagonis H (seperti ranitidine) dikombinasikan dengan penghambat
pompa proton: Dapat menurunkan sekresi asam lambung
 Pemberian vitamin B12 melalui parenteral: Untuk memperbaiki keadaan
anemianya

Gastritis Akut

 Pemberian antasida: Mengatasi perasaan bengah (penuh) dan tidak enak di


abdomen dan menetralisir asam lambung dengan meningkatkan pH
lambung sekitar 4-6
 Gastrektomi: Pembedahan gaster dengan indikasi yang absolut.

Untuk klien dengan keluhan mual dan muntah dianjurkan untuk bedrest dengan
status NPO (nothing per oral), pemberian antimietik, dan pemasangan infus
untuk mempertahankan cairan tubuh.

o Bila muntah berlanjut, maka dipertimbangkan pemasangan NGT


(NasogastricTube)
o Klien yang mengalami anemia pernisiosa, maka diberikan injeksi
intravena cobalamin.
o Klien yang merupakan pengguna aspirin atau antiinflamasi nonsteroid
dapatdicegah dengan misoprostol, suatu derivat prostaglandin mukosa.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau
melema. Pada gastritis kronis dapat terjadi pendarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia
pernisiosa).

Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya


komplikasi, dan pengobatannya. Umumnya prognosis gastritis adalah
bonam,namun dapat terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
BAB III

KESIMPULAN

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,


kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak
enak pada epigastrium, mual dan muntah. Pada orang awam sering
menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan salah satu yang paling
banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya. Patofisiologi dasar dari
gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor agresif (asam lambung dan pepsin)
dan faktor defensive (ketahanan mukosa). Penyakit gastritis sering terjadi pada
remaja, orang-orang yang stres, karena stres dapat meningkatkan produksi asam
lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
Klasifikasi gastritis dibagi dua menjadi gastritis akut dan gastritis kronik. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang. Prognosis sangat tergantung pada kondisi
pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya. Umumnya
prognosis gastritis adalah bonam.
DAFTAR PUSTAKA

 Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I. Jakarta:


FKUI.
 Sistem Gastrointestinal.Jakarta: TIM
 Sylvia Price. 2005. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
 Diane C. Baughman & Joann C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta:EGC
 LM, Wilson, Dkk.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses–proses
Penyakit . Jakarta :EGC
 Price, and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta :EGC.
 Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai