S2 2014 303156 Chapter1
S2 2014 303156 Chapter1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan
tanda akibat infeksi saluran pernafasan atas. Hampir semua gejala dan tanda-tanda
berasal dari kurangnya penentuan yang tepat untuk konsep sinusitis yang
membutuhkan terapi. Jika setiap perubahan mukosa sinus paranasal pada suatu
inflamasi menjadi penentu diagnosis, frekuensi sinusitis akan sangat meningkat dan
akan mengakibatkan terapi yang berlebihan (Shopfner & Rossi, 1973, Uhari et al.,
1977).
infeksi bakterial pada sinus. Namun, karena gangguan pada sinus hampir
menyerupai pada common cold maka istilah rhinosinusitis lebih tepat digunakan
paranasal dapat sembuh secara spontan telah mengajak para penulis untuk
al., 2002). Dari sudut pandang klinis kerusakan transportasi dan retensi sekresi
tampaknya berkorelasi dengan kebutuhan akan terapi. Dengan demikian, hal yang
1
2
Sinusitis dianggap akut bila durasi gejalanya kurang dari 4 minggu dan
penanganan medis. Subakut sinusitis adalah bila gejala berlangsung antara 4-12
Istilah sinusitis akut berulang digunakan bila gejala sinusitis terjadi 3 atau 4 kali
pertahun dengan resolusi lengkap diantara periode sakit tersebut. Diterima secara
umum bahwa untuk dapat didiagnosis sinusitis akut berulang harus terdapat periode
sedikitnya 4 minggu setelah dimulainya terapi medis yang sesuai. Sinusitis akut
juga dapat terjadi pada kondisi yang kronis (sinusitis kronis eksaserbasi akut).
intrakranial dan selulitis orbita (Desrosiers et al., 2002). Sinusitis maksilaris dan
sinusitis frontalis merupakan masalah yang paling banyak di antara inflamasi sinus
mengenai lebih dari 31 juta pasien di Amerika Serikat dengan perkiraan biaya lebih
dari 100 juta per tahunnya (Zinreich, 1990). Untuk Indonesia sendiri, khususnya
Foto sinus paranasal terbukti tidak handal khususnya bila sinus mengalami
opasifikasi secara keseluruhan. Sinusitis akut dapat memberikan gejala yang mirip
pemeriksaan foto sinus paranasal maupun CT Scan. Sering kali foto sinus paranasal
sinusitis akut, dan bila terdapat infeksi berulang dilakukan operasi. Namun terapi
medikamentosa memerlukan biaya yang besar dan komplikasi dari sinusitis akut
dapat sangat berat. Oleh karena itu, penegakan diagnosis awal yang akurat
mendiagnosa sinusitis paranasal, pertama kali dikemukakan oleh Keidel (1947). Uji
dibandingkan dengan pungsi dan irigasi telah dipublikasikan oleh Mann et al.,
(1977). Keunggulan terbesar USG adalah tidak adanya paparan radiasi dan
nyeri serta non invasif untuk mendeteksi sekret di sinus maksilaris. Pemeriksaan ini
namun susah menembus udara. Oleh karenanya cairan pada sinus maksilaris
pada dinding posterior dan kembali ke transduser. Pada sinus yang berisi udara
menentukan derajat dan luasnya keterlibatan sinus paranasal dan CT Scan sinus
paranasal juga dapat memberikan gambaran anatomi bagi para ahli bedah sebelum
terbesar USG adalah tidak adanya paparan radiasi dan ketersediaan alat luas,
aman, cepat, bebas nyeri serta non invasif untuk mendeteksi sekret di sinus
maksilaris.
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
sinusitis maksilaris.
pustaka
6
E. Keaslian Penelitian
Tahun/
Subyek Topik Hasil
Peneliti
Dobson et Prospektif Perbandingan ultrasound USG menunjukkan 100% kesesuaian
al., 1996 62 sinus dengan foto polos dalam dengan foto polos SPN dalam
maksilaris mendiagnosis sinusitis menunjukkan opasitas antral sinus
maksilaris maksilaris atau airfluid level.
Karantanas Prospektif Peradangan sinus maksilaris: Sensitivitas USG 66,7%
et al., 1997 55 pasien USG dibandingkan dengan Spesifisitas USG 96,8 %
CT Scan
Laine et al., Prospektif Diagnosis sinusitis akut di Sensitivitas dan spesifitas USG yang
1998 39 pasien fasilitas kesehatan primer: dilakukan oleh dokter umum adalah 61
Perbandingan antara USG, % dan 53 %. Tidak ada peningkatan
pemeriksaan klinis dan foto akurasi pemeriksaan walaupun telah
polos SPN dikombinasikan dengan pemeriksaan
klinis.Sensitivitas dan spesifitas USG
yang dilakukan oleh ahli radiologi
adalah 61 % dan 98 %.
Hartog, et Retrospektif Nilai foto polos sinus dalam Variabilitas interobserver berada dalam
al., 1996 100 sinus mendiagnosis sinusitis batas yang dapat diterima dan
maksilaris maksilaris: kesesuaian menyatakan bahwa penggunaan
interobserver dalam menilai pemeriksaan foto polos sinus radiografi
foto polos sinus antara untuk konfirmasi penyakit sinus
otolaryngologist dengan ahli maksilaris dapat terus dilakukan.
radiologi
Teppo et al., Prospektif Bagaimana cara Sensitivitas 87%, spesifisitas 72%, NPV
2011 59 pasien menyingkirkan adanya 85 % dan PPV 75%
cairan dalam sinus
maksilaris pada
rhinosinusitis akut
menggunakan USG.
Mann et al., Prospektif Keandalan USG dalam USG adalah alat diagnostik yang cepat
1977 406 pasien mendiagnosis sinusitis dan handal dalam mendiagnosis
maksilaris sinusitis maksilaris dan frontalis.
Keandalannya dalam mendiagnosis
sinus normal, penebalan mukosa dan
sekret berkisar 90%. USG mampu
membedakan penebalan mukosa, tumor
dan sekret.
Rencana Prospekstif Akurasi Pemeriksaan -Akurasi, sensitivitas dan spesifitas
penelitian 48 sinus Utrasonografi Untuk USG deteksi cairan pada penderita
maksilaris Mendeteksi Cairan Pada sinusitis maksilaris.
Penderita Sinusitis -Sensitivitas USG deteksi cairan yang
Maksilaris volumenya ≤ 50 % dan > 50 %
7
RSUP Dr. Sardjito belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aperture yang relatif kecil. Nama sinus-sinus ini adalah sesuai dengan nama tulang-
tulang yang ditempatinya. Sinus maksilaris dan sphenoidalis pada waktu lahir
terdapat dalam bentuk yang rudimenter, setelah usia delapan tahun menjadi cukup
besar, dan pada masa remaja telah terbentuk sempurna (Snell, 2006).
(http://www.aboutcancer.com/paranasal_sinus_cancer.htm)
Sinus frontalis ada dua buah yang terdapat di dalam os frontale, dan
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya oleh septum tulang. Setiap sinus