Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS Juni, 2018

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Disusun Oleh:

Aprilia Aries Jamadi


N 111 17 053

PEMBIMBING KLINIK
dr. Nurhidayat Sp. KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Ny. M


2) Umur : 59 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat :Jl. Gunung Loli
5) Agama : Islam
6) Status pernikahan : Menikah
7) Pekerjaan : Pensiunan
8) Tanggal Pemeriksaan : 25 Juni 2018
9) Ruangan : Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Undata Palu

II. ANAMNESIS

1) Keluhan utama : Gatal pada jari tangan


2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien perempuan berumur 59 tahun datang ke
poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal
dan kering pada bagian jari tangan yang di rasakan sejak kurang
lebih 2 minggu yang lalu. Awalnya muncul bercak kemerahan dan
terasa gatal dan kering yang dirasakan setiap selesai mencuci baju.
pasien sering meggaruk dan menggosok-gosok tangannya,
kemudian diberikan juga minyak kayu putih serta minyak gosok.
Pasien kemudian merasakan bercak tersebut menjadi menebal dan
warnaya semakin lama menjadi gelap/hitam.
Pasien pernah melakukan pengobatan puskesmas dan diberikan
salep. Setelah diberikan salep gatal-gatal tersebut mulai
menghilang. Dan muncul lagi jika salepnya telah habis.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya kurang
lebih mulai dari 4 tahun yang lalu. Hipertensi (-), diabetes mellitus
(-), riwayat alergi makanan dan riwayat alergi obat (-)

4) Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama
dengan pasien.
- Riwayat diabetes (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat penyakit jantug (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit sedang
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital
TD : 90/600 mmHg
Nadi :82 kali/menit
Respirasi : 17 kali/menit
Suhu : 36,70 C
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ketiak : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas` : Tampak skuama pada regio corpus phalangs
dextra
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak skuama berbentuk linier pada regio corpus phalang dextra

V. RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 59 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal pada bagian jari tangan
yang di rasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Awalnya muncul
bercak kemerahan dan terasa gatal yang dirasakan setiap selesai mencuci
baju. pasien sering meggaruk dan menggosok-gosok tangannya, kemudian
diberikan juga minyak kayu putih serta minyak gosok. Pasien kemudian
merasakan bercak tersebut menjadi menebal dan warnaya semakin lama
menjadi gelap/hitam.
Pasien pernah melakukan pengobatan puskesmas dan diberikan salep.
Setelah diberikan salep gatal-gatal tersebut mulai menghilang.
Riwayat penyakit yang sama sejak 4 tahun yang lalu
Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik
kesadaran komposmentis.Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
Tampak likenifikasi dan skuama pada regio corpus phalang dextra..

VI. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis Kontak Iritan

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatitis Atopik
3. Xerosis Cutis

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Patch Test

IX. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
- Mencegah terpapar dengan iritan
- Mencegah garukan pada daerah lesi
- Menjaga/memperhatikan personal hygiene

2. Medikamentosa
- Topical : Desoxymethasone 0,25%5 gr (2x1 pagi dan malam)
- Sistemik : Loratadine1 x 10 mg/hari
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Qua ed cosmetican :dubiaad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berumur 59 tahun datang ke poliklinik kulit


dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal pada region corpus phalangs
dextra rasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Awalnya muncul bercak
kemerahan dan terasa gatal yang dirasakan setiap selesai mencuci baju. pasien
sering meggaruk dan menggosok-gosok tangannya, kemudian diberikan juga
minyak kayu putih serta minyak gosok. Pasien kemudian merasakan bercak
tersebut menjadi menebal dan warnaya semakin lama menjadi gelap/hitam.
Awalnya muncul pada tangan kiri, kemudian muncul juga pada tangan kanan
Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya kurang lebih 4 tahun yang
lalu
Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik,
kesadaran komposmentis.Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan Tampak
plak likenifikasi dan skuama pada regio corpus phalangs.
Dermatitis merupakan suatu reaksi peradangan pada kulit epidermis dan
dermis sebagai respon terhadap pengaruh factor eksogen maupun endogen.1
Dermatitis kontak iritan adalah reaksi inflamasi pada kulit sebagai hasil
dari paparan terhadap suatu substansi yang menyebabkan suatu erupsi pada
kebanyakan orang yang kontak dengan bahan tersebut.Banyak substansi bertindak
sebagai iritan yang memproduksi suatu reaksi inflamasi nonspesifik pada
kulit.Dermatitis tipe ini dapat terjadi pada tiap orang jika digunakan konsentrasi
yang cukup tinggi.Tidak diperlukan paparan sebelumnya dan efeknya muncul
dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam. Konsentrasi dan tipe agen
toksik, durasi paparan, dan kondisi kulit saat paparan menyebabkan variasi
keparahan dermatitis dari tiap orang, atau dari waktu ke waktu dari orang yang
sama. Kulit dapat lebih rentan akibat kelembaban yang berlebihan, atau paparan
air, panas, dingin, tekanan atau gesekan.Kulit tebal kurang reaktif dibandingkan
dengan kulit tipis.Paparan berulang terhadap iritan lemah, menyebabkan efek
yang lebih kuat. Proses ini membuat kulit lebih resisten terhadap efek iritan dari
substansi yang diberikan. Secara simtomatik, nyeri dan rasa terbakar adalah gejala
umum untuk dermatitis kontak iritan, dibandingkan dengan gejala gatal pada
dermatitis kontak alergi.[1]

Agen etiologi dermatitis kontak iritan yang paling umum yaitu:


- Sabun, deterjen, pembersih tangan tanpa air.
- Asam dan basa: asam hidrofluorik, semen, asam kromik, fosfor, etilen
oksida, fenol, garam logam.
- Larutan industri: larutan tar batubara, petroleum, hidrokarbon klorinat,
larutan alkohol, etilen glikol, ether, turpentine, etil ether, aseton,
karbon dioksida, dioksan, stiren.
- Tumbuhan: Euphorbiaceae (spurges, crotons, poinsettias, pohon
manchineel), Ranunculaceae (buttercup), Cruciferae (sawi hitam),
Urticaceae (nettles), Solanaceae (lada, capsaicin), Opuntia (pir
berduri)
- Lainnya: fiberglass, wol, pakaian sintetik kasar, kain tahan api.[2]

Iritasi terjadi jika terkena dalam waktu yang memadai dan dalam
konsentrasi yang adekuat.Reaksi awal biasanya terbatas pada area kontak dengan
bahan iritan.Mekanisme yang terlibat dalam fase akut dan kronik dermatitis
kontak iritan berbeda.Reaksi akut merupakan hasil dari kerusakan langsung
sitotoksik keratinosit.Dermatitis kontak iritan kronik merupakan hasil dari
paparan berulang yang menyebabkan kerusakan sel membran, mengganggu
pertahanan kulit dan menyebabkan denaturasi protein dan kemudian toksisitas
selular.[2]

Gejala subjektif dermatitis kontak iritan (rasa terbakar, menyengat, perih)


dapat terjadi dalam beberapa detik setelah paparan (rasa menyengat tipe segera),
misalnya bahan asam, kloroform, dan metanol. Rasa menyengat tipe lambat
terjadi dalam 1-2 menit, puncaknya pada 5-10 menit, menurun dalam 30 menit
dan disebabkan oleh agen seperti aluminium klorida, fenol, propylene glikol dan
lainya. Pada tipe lambat, gejala kulit objektif tidak muncul hingga 8-24 jam
setelah paparan (misalnya antralin, etilen oksida, dan benzalkonium klorida) dan
diikuti rasa terbakar dibandingkan gatal.[2]
Lesi dermatitis kontak iritan di kulit dapat ditemukan beberapa menit
setelah paparan atau dapat lambat hingga ≥ 24 jam.Rentang lesi dari eritema
hingga vesikel dan rasa terbakar yang kuat dengan nekrosis.Eritema berbatas tegas
dan edema superfisial, berhubungan dengan tempat yang terkena dengan substansi
toksik.Lesi tidak menyebar melewati area yang kontak.Pada reaksi yang parah,
vesikel → erosi dan/atau nekrosis yang nyata, karena larutan asam atau basa.Tidak
ditemukan papul.Konfigurasinya bizarre atau linear.[2]
Evolusi lesi dermatitis kontak iritan tipe akut yaitu: eritema dengan
permukaan tumpul, tidak berkilau → vesikulasi (atau pembentukan vesikel) →
erosi → krusta → peluruhan krusta dan skuama atau eritema → nekrosis →
peluruhan jaringan nekrotik → ulkus → penyembuhan. Evolusi lesi dermatitis
kontak iritan tipe kronik yaitu: kulit kering → merekah → eritema →
hiperkeratosis dan skuama → fisura dan krusta. [2]
Adapun beberapa diagnosis banding untuk kasus ini adalah
DKI DKA DA Xerosis Cutis
Etiologi Bahan Iritan Bahan Alergen : Genetik, Acquired (radiasi
molekul rendah perubahan sistem matahari, cuaca,
<1000 dalton imun, alergen paparan bahan
dan super kimia)
antigen, Constitutional
psikologis, (Senile skin)
hipotesis hygiene

Manifestasi Perih + Gatal Gatal Lebih gatal, Yang terlihat :


Klinis Dapat lebih gatal kulit kusam,
saat beristirahat, kering, pecah-
udara panas, dan pecah, berlapis
berkeringat Yang diraba :
tidak rata
Sensori : kering,
tidak nyaman,
nyeri, kesemutan
Predileksi Ekstremitas Ekstremitas, -Bayi/ anak Pada batang
wajah, telinga, :wajah, kulit tubuh dan
leher, badan, kepala, telinga, ekstremitas
genitalia leher, fossa
kubiti, poplitea
tersebar secara
simetris.

- dewasa :
Tempat
predileksi
merupakan
lanjutan dari fase
anak namun
dapat meluas
pada telapak
tangan, jari-jari,
bibir, leher
anterior, skalp
dan puting susu
Lesi (Morfologi - DKI akut : Akut : Bayi/anak : Dapat berupa
Kulit) eritema, edema, Bercak eritem Eksudatif, erosi, plak eritem
nekrosis berbatas tegas, ekskoriasi, dapat disertai skuama
diikuti edema, berkembang dan likenifikasi
- DKI akut papulovesikel, menjadi
lambat : eritem, vesikel /bula, hiperkeratosis,
vesikel, nekrosis. hiperpigmentasi,
Kronik : krusta dan
- DKI kronik Kulit kering, skuama
kumulatif : berskuama,papul
Eritem, skuama, , likenifikasi, Dewasa : plak
menjadi fisura hiperpigmentasi,
likenifikasi, hiperkeratosis,
membentuk likenifikasi,
fisura ekskoriasi,
- Reaksi skuama
iritan :
skuama,
eritem,
vesikel,
pustul, dan
erosi.
- DKI
Traumatik :
lesi muncul
setelah
terjadi
trauma
(fenomena
koebner)
- DKI non
ertematosa
: perubahan
fungsi
sawar
stratum
korneum
tanpa
kelainan
klinis
- DKI
subyektif :
DKI
sensori

Anjuran pemeriksaan untuk DKI adalah patchg test. Secara komersial, alat
skrining patch test yang tersedia dan diterima oleh US Food and Drug
Administration adalah Thin-layer Rapid Use Epicutaneus (T.R.U.E).Pembacaan
reaksi yang diperoleh dari patch test merupakan langkah yang penting sekali
dalam prosedur patch test.Patches ditempelkan pada kulit yang sehat pada
punggung pasien dan tinggalkan selama 48 jam. Pembacaan patch test paling
sering dilakukan 2 kali: hari saat patch test dilepaskan 48 jam setelah ditempel
(hari ke dua = D2) dan 96 jam setelah paparan epikutaneus (hari ke-4 = D4), atau
hari ke-7. Skor reaksi patch test menurut sistem skor yang direkomendasikan oleh
Wilkinson dan koleganya yaitu sistem skor + sampai +++; dimana + menunjukkan
reaksi lemah nonvesikular tetapi dengan eritema yang dapat dipalpasi; ++
menunjukkan reaksi kuat (edema atau vesikula); dan +++ menunjukan reaksi yang
ekstrim (bula atau ulkus).[3]
Reaksi patch test cukup kuat, reaksi suatu iritan akan cepat muncul (selama
pembacaan pertama) dan cepat sembuh (sering reaksinya tidak begitu kuat atau
terkadang tidak muncul selama pembacaan kedua). Sebaliknya, reaksi alergi
terjadi dengan kuat biasanya menyebar, lebih lambat menghilang.[3]
Pengujian patch penting untuk membedakan DKA dari DKI atau untuk
mendiagnosa secara bersamaan DKI dan DKA. Uji patch negatif dapat
mendukung diagnosis DKI "dengan mengeksklusi" DKA.Diagnosis DKA dapat
yang keliru pada hasil uji patchnegatif palsu.Sebaliknya, pengujian patch dengan
iritasi yang jelas, atau bahan kimia atau campuran yang tidak standar dapat
menyebabkan hasil uji patchpositif palsu. Reaksi iritan uji patch dapat hadir
sebagai eritema dengan atau tanpa papula dan sering tetap terbatas pada lokasi
penelitian dan merupakan batas tegas.[3]
Upaya pengobatan yang terpenting pada DKI adalah menghindari pajanan
bahan iritan yang menjadi penyebab. Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal misalnya hidrokortison, atau
untuk kelainan kronis dapat diberikan kortikosteroid yang potensi kuat.
Pengobatan pada dermatitis kontak iritan tipe akut, mengidentifikasi dan
menghilangkan agen etiologi.Perban basah dengan larutan, diganti setiap 2-3
jam.Pengobatan topikal menggunakan preparat glukokortikoid kelas I-II.Pada
kasus yang parah, glukokortikoid sistemik, dapat diindikasikan. Prednison: selama
2 minggu, dosis awal 60 mg, lalu dikurangi bertahap hingga 10 mg. Pada tipe
subakut dan kronik, hilangkan agen etiologi. Pengobatan topikal yang diberikan
yaitu glukokortikoid topikal kelas poten (betametason dipropionat atau klobetasol
propionat).[2]
Pengobatan untuk dermatitis pada wajah digunakan steroid potensi lemah
(kelas VI dan VII).Steroid potensi lemah merupakan agen paling aman untuk
penggunaan jangka panjang, area yang luas, area wajah atau area tubuh dengan
kulit yang tipis, dan pada anak-anak. Contoh steroid dengan potensi paling lemah
(steroid kelas 7) yaitu hidrokortison 1%, 2,5%. [4]
Prognosis baik untuk individu nonatopi yang didiagnosis dermatitis kontak
iritan dan dikelola dengan segera.[5]

DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. EGC : Jakarta. 2000.
2. Ramon MB, Antonio EJ. Dermatology : personality differences between
patients with contact dermatitis and normal population Universitas of
Murcia: Spain. 2011.
3. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh.FKUI : Jakarta.
2015
4. Ramineni HB, Manogna, Vidyadhara CM. International Journal of Medical
and Health Science :A case of iritant contact dermatitis. Chebrolu
Hanumaiah Institute of Pharmaceutical Science : India. 2015.

Anda mungkin juga menyukai