DKI Feby
DKI Feby
Disusun Oleh:
PEMBIMBING KLINIK
dr. Nurhidayat Sp. KK, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESIS
Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit sedang
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 90/600 mmHg
Nadi :82 kali/menit
Respirasi : 17 kali/menit
Suhu : 36,70 C
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ketiak : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas` : Tampak skuama pada regio corpus phalangs
dextra
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
IV. GAMBAR
Gambar 1. Tampak skuama berbentuk linier pada regio corpus phalang dextra
V. RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 59 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal pada bagian jari tangan
yang di rasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Awalnya muncul
bercak kemerahan dan terasa gatal yang dirasakan setiap selesai mencuci
baju. pasien sering meggaruk dan menggosok-gosok tangannya, kemudian
diberikan juga minyak kayu putih serta minyak gosok. Pasien kemudian
merasakan bercak tersebut menjadi menebal dan warnaya semakin lama
menjadi gelap/hitam.
Pasien pernah melakukan pengobatan puskesmas dan diberikan salep.
Setelah diberikan salep gatal-gatal tersebut mulai menghilang.
Riwayat penyakit yang sama sejak 4 tahun yang lalu
Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik
kesadaran komposmentis.Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
Tampak likenifikasi dan skuama pada regio corpus phalang dextra..
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
- Mencegah terpapar dengan iritan
- Mencegah garukan pada daerah lesi
- Menjaga/memperhatikan personal hygiene
2. Medikamentosa
- Topical : Desoxymethasone 0,25%5 gr (2x1 pagi dan malam)
- Sistemik : Loratadine1 x 10 mg/hari
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Qua ed cosmetican :dubiaad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Iritasi terjadi jika terkena dalam waktu yang memadai dan dalam
konsentrasi yang adekuat.Reaksi awal biasanya terbatas pada area kontak dengan
bahan iritan.Mekanisme yang terlibat dalam fase akut dan kronik dermatitis
kontak iritan berbeda.Reaksi akut merupakan hasil dari kerusakan langsung
sitotoksik keratinosit.Dermatitis kontak iritan kronik merupakan hasil dari
paparan berulang yang menyebabkan kerusakan sel membran, mengganggu
pertahanan kulit dan menyebabkan denaturasi protein dan kemudian toksisitas
selular.[2]
- dewasa :
Tempat
predileksi
merupakan
lanjutan dari fase
anak namun
dapat meluas
pada telapak
tangan, jari-jari,
bibir, leher
anterior, skalp
dan puting susu
Lesi (Morfologi - DKI akut : Akut : Bayi/anak : Dapat berupa
Kulit) eritema, edema, Bercak eritem Eksudatif, erosi, plak eritem
nekrosis berbatas tegas, ekskoriasi, dapat disertai skuama
diikuti edema, berkembang dan likenifikasi
- DKI akut papulovesikel, menjadi
lambat : eritem, vesikel /bula, hiperkeratosis,
vesikel, nekrosis. hiperpigmentasi,
Kronik : krusta dan
- DKI kronik Kulit kering, skuama
kumulatif : berskuama,papul
Eritem, skuama, , likenifikasi, Dewasa : plak
menjadi fisura hiperpigmentasi,
likenifikasi, hiperkeratosis,
membentuk likenifikasi,
fisura ekskoriasi,
- Reaksi skuama
iritan :
skuama,
eritem,
vesikel,
pustul, dan
erosi.
- DKI
Traumatik :
lesi muncul
setelah
terjadi
trauma
(fenomena
koebner)
- DKI non
ertematosa
: perubahan
fungsi
sawar
stratum
korneum
tanpa
kelainan
klinis
- DKI
subyektif :
DKI
sensori
Anjuran pemeriksaan untuk DKI adalah patchg test. Secara komersial, alat
skrining patch test yang tersedia dan diterima oleh US Food and Drug
Administration adalah Thin-layer Rapid Use Epicutaneus (T.R.U.E).Pembacaan
reaksi yang diperoleh dari patch test merupakan langkah yang penting sekali
dalam prosedur patch test.Patches ditempelkan pada kulit yang sehat pada
punggung pasien dan tinggalkan selama 48 jam. Pembacaan patch test paling
sering dilakukan 2 kali: hari saat patch test dilepaskan 48 jam setelah ditempel
(hari ke dua = D2) dan 96 jam setelah paparan epikutaneus (hari ke-4 = D4), atau
hari ke-7. Skor reaksi patch test menurut sistem skor yang direkomendasikan oleh
Wilkinson dan koleganya yaitu sistem skor + sampai +++; dimana + menunjukkan
reaksi lemah nonvesikular tetapi dengan eritema yang dapat dipalpasi; ++
menunjukkan reaksi kuat (edema atau vesikula); dan +++ menunjukan reaksi yang
ekstrim (bula atau ulkus).[3]
Reaksi patch test cukup kuat, reaksi suatu iritan akan cepat muncul (selama
pembacaan pertama) dan cepat sembuh (sering reaksinya tidak begitu kuat atau
terkadang tidak muncul selama pembacaan kedua). Sebaliknya, reaksi alergi
terjadi dengan kuat biasanya menyebar, lebih lambat menghilang.[3]
Pengujian patch penting untuk membedakan DKA dari DKI atau untuk
mendiagnosa secara bersamaan DKI dan DKA. Uji patch negatif dapat
mendukung diagnosis DKI "dengan mengeksklusi" DKA.Diagnosis DKA dapat
yang keliru pada hasil uji patchnegatif palsu.Sebaliknya, pengujian patch dengan
iritasi yang jelas, atau bahan kimia atau campuran yang tidak standar dapat
menyebabkan hasil uji patchpositif palsu. Reaksi iritan uji patch dapat hadir
sebagai eritema dengan atau tanpa papula dan sering tetap terbatas pada lokasi
penelitian dan merupakan batas tegas.[3]
Upaya pengobatan yang terpenting pada DKI adalah menghindari pajanan
bahan iritan yang menjadi penyebab. Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal misalnya hidrokortison, atau
untuk kelainan kronis dapat diberikan kortikosteroid yang potensi kuat.
Pengobatan pada dermatitis kontak iritan tipe akut, mengidentifikasi dan
menghilangkan agen etiologi.Perban basah dengan larutan, diganti setiap 2-3
jam.Pengobatan topikal menggunakan preparat glukokortikoid kelas I-II.Pada
kasus yang parah, glukokortikoid sistemik, dapat diindikasikan. Prednison: selama
2 minggu, dosis awal 60 mg, lalu dikurangi bertahap hingga 10 mg. Pada tipe
subakut dan kronik, hilangkan agen etiologi. Pengobatan topikal yang diberikan
yaitu glukokortikoid topikal kelas poten (betametason dipropionat atau klobetasol
propionat).[2]
Pengobatan untuk dermatitis pada wajah digunakan steroid potensi lemah
(kelas VI dan VII).Steroid potensi lemah merupakan agen paling aman untuk
penggunaan jangka panjang, area yang luas, area wajah atau area tubuh dengan
kulit yang tipis, dan pada anak-anak. Contoh steroid dengan potensi paling lemah
(steroid kelas 7) yaitu hidrokortison 1%, 2,5%. [4]
Prognosis baik untuk individu nonatopi yang didiagnosis dermatitis kontak
iritan dan dikelola dengan segera.[5]
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. EGC : Jakarta. 2000.
2. Ramon MB, Antonio EJ. Dermatology : personality differences between
patients with contact dermatitis and normal population Universitas of
Murcia: Spain. 2011.
3. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh.FKUI : Jakarta.
2015
4. Ramineni HB, Manogna, Vidyadhara CM. International Journal of Medical
and Health Science :A case of iritant contact dermatitis. Chebrolu
Hanumaiah Institute of Pharmaceutical Science : India. 2015.