Anda di halaman 1dari 7

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

“SUMBER DAN PROSES PEMBENTUKAN HUKUM”

DI SUSUN OLEH

RAHMAD GUNAWAN 22115026


LARAS ERISNA PANGESTU 22115060

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN


PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2016

BAB I
1. Pengertian Sumber Hukum
 Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sumber Hukum adalah segala


sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan sebagainya yang
dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa
tertentu.

 C. S. T. Kansil:

Menurut C.S.T Kansil yang merupakan guru besat dari Universitas


Tarumanegara, Sumber Hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni
aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan
nyata.

 TAP MPR RI No. III/MPR/2000

` Beasarkan TAP MPR RI No. III/MPR/2000:

 Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan


peraturan perundangundangan

 Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.

 Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang


tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 yang terdapat dalam Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945

2. Jenis Jenis Sumber Hukum


A. Sumber Hukum Materiil
Menurut Sudikno Mertokusumo, Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari
mana materiil itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang
membantu pembentukan hukum, misalnya:
 Hubungan sosial,
 Hubungan kekuatan politik
 Situasi sosial ekonomis
 Tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan)
 Hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalulintas),
 Perkembangan internasional
B. Sumber Hukum Formal
Merupakan sumber hukum yang telah memiliki bentuk yang membuat suatu
hukum dapat berlaku dalam masyarakat
 Peraturan perundang-undangan
 Custom / Kebiasaan
 Yurispridensi / Keputusan Pengadilan
 Traktat / Perjanjian Internasional
 Doktrin

3. Hierarki Hukum di Indonesia


1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-
undangan Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan
Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-
undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut
:
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perppu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

 Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar dalam peraturan perundang-


undangan. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan hukum
dasar tertulis Negara Republik Indonesia dalam Peraturan Perundang-
undangan, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
 Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPR dengan persetujuan bersama presiden.
 Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang adalah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa.
 Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-
Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah
adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang. Di dalam UU No.12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
dinyatakan bahwa Peraturan Pemerintah sebagai aturan organik
daripada Undang-Undang menurut hirarkinya tidak boleh
tumpangtindih atau bertolak belakang.
 Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Peraturan Presiden adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
 Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepada daerah.

5. Proses Pembentukan Hukum


Proses Pembentukan Hukum adalah Proses dimana proses hokum
terbentuk melalui beberapa proses yaitu ;Perencanaan,
Persiapan,Teknik penyusunan, Perumusan, Pembahasan, Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan.
 Proses pembentukan Undang-undang
1. RUU dapat berasal dari DPR atau Presiden.
2. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan
komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus menangani
bidang legislasi atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
3. RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri
atau pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian sesuai
dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya
4. RUU tersebut kemudian disusun dalam Program Legislasi
Nasional (prolegnas) oleh Badan Legislasi DPR untuk jangka
waktu 5 tahun serta dibuat pula dalam jangka waktu tahunan
yang berisi RUU yang telah diurutkan prioritas pembahasannya.
5. Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan Naskah
Akademik kecuali untuk RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), RUU penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) menjadi UU, serta RUU
pencabutan UU atau pencabutan Perpu.
6. Pimpinan DPR memberitahukan adanya RUU dan
membagikan RUU kepada seluruh anggota DPR dalam rapat
paripurna
7. DPR dalam rapat paripurna berikutnya memutuskan RUU
tersebut berupa persetujuan, persetujuan dengan perubahan,
atau penolakan
8. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat
pembicaraan.
9. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat
gabungan komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran,
atau rapat panitia khusus
10.Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I dilakukan dengan
pengantar musyawarah, pembahasan daftar inventarisasi
masalah, dan penyampaian pendapat mini fraksi
11. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna
yang berisi:
a. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini
fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I;
b. pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap
fraksi dan anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan
rapat paripurna; dan
c. pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri
yang mewakilinya.
12. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah
mufakat, keputusan diambil dengan suara terbanyak
13. RUU yang membahas tentang otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan wilayah; pengelolaan sumber daya alam atau
sumber daya lainnya; dan perimbangan keuangan pusat dan
daerah, dilakukan dengan melibatkan DPD tetapi hanya pada
pembicaraan tingkat I saja.
14. Dalam penyiapan dan pembahasan RUU, termasuk
pembahasan RUU tentang APBN, masyarakat berhak
memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR
melalui pimpinan DPR dan/atau alat kelengkapan DPR lainnya.
15. RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan
Presiden diserahkan kepada Presiden untuk dibubuhkan tanda
tangan, ditambahkan kalimat pengesahan, serta diundangkan
dalam lembaran Negara Republik Indonesia
 Proses Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang
1. Pemerintah mengajukan Perpu kepada DPR
2. DPR hanya memberikan persetujuan atau
pertidaksetujuan
3. Jika Perpu ditolak DPR, maka Perpu tersebut
tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang
Pencabutan Perpu tersebut, yang dapat pula mengatur
segala akibat dari penolakan tersebut.
 Proses Pembentukan Peraturan Pemerintah
1. Dalam penyusunan Rancangan PP, pemrakarsa
membentuk panitia antar kementerian dan/atau
lembaga pemerintah non-kementerian.
2. Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi Rancangan PP dikoordinasikan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.
 Proses Pembentukan Peraturan Daerah
1. Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari
DPRD atau kepala daerah (gubernur, bupati, atau wali
kota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah
disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang
disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD
kepada Kepala Daerah.

Anda mungkin juga menyukai