Anda di halaman 1dari 30

KIMIA DASAR 1

“STRUKTUR ATOM”

SABARUDDIN
A1C4 12 026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Makalah dengan judul “STRUKTUR ATOM”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam mata kuliahan Kimia Dasar 1.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Aamiin.

Kendari, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel dalam

penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam menyusun

dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel yang berukuran

mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan tersusun atas partikel yang

lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel itulah yang

disebut dengan atom.

Konsep atom pertama kali dikemukakan oleh Democritus. Atom berasal dari

kata atomos (dalam bahasa Yunani a = tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan

partikel yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus

ini tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan

Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya adalah

materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.

Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada masa itu.

Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam

atom menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom

Thomson, Rutherford, Bohr, dan Mekanika Kuantum.

iv
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan

dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Bagaimanakah perkembangan teori atom ?

2. Bagaimanakah deskripsi struktur atom?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.

2. Menambah wawasan tentang struktur atom.

3. Mengetahui perkembangan teori atom.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teori Atom

Teori atom pada awalnya dikemukakan untuk menjelaskan reaksi kimia. Teori

atom ini dimulai dengan teori atom Dalton yang menjelaskan adanya hukum

kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, serta mampu meramalkan adanya

hukum kelipatan perbandingan atau hukum perbandingan berganda. Selanjutnya

untuk dapat menjelaskan sifat-sifat atom lainnya, seperti spektrum atom, sifat magnet

dan listrik, serta bagaimana cara atom berikatan membentuk senyawa kimia,

berkembanglah model-model atom menurut Thomson, Rutherford, Bohr dan melalui

pedekatan mekanika kuantum. Model-model tersebut terutama mengemukakan

struktur atom yang berkaitan dengan kebolehjadian menemukan posisi elektron di

dalam volume ruang atom.

 Teori Atom Dalton

Istilah atom untuk menyatakan bagian terkecil zat yang tidak dapat dibagi

lebih lanjut sudah dikemukakan oleh filosof Yunani, Leucippus dan Democritus sejak

400 tahun sebelum Masehi. Berdasarkan pemikiran bahwa konsep atom Democritus

sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa / Hukum Lavoisier (1789) berbunyi “massa

zat sebelum dan sesudah reaksi sama” dan Hukum Perbandingan Tetap / Hukum

vi
Proust (1797) berbunyi “perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa

adalah tetap dan tertentu”, maka John Dalton tahun 1803 merumuskan teori atom

sebagai berikut :

a) Materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang disebut atom.

b) Atom-atom penyusun unsur bersifat identik (sama dan sejenis).

c) Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain.

d) Senyawa tersusun atas 2 jenis atom atau lebih dengan perbandingan tetap

dan tertentu.

e) Pada reaksi kimia terjadi penataulangan atom-atom yang bereaksi. Reaksi kimia

terjadi karena pemisahan atom-atom dalam senyawa untuk kemudian bergabung

kembali membentuk senyawa baru.

Hal di atas juga dikemukakan oleh Walter J. Lehman dalam bukunya yang

berjudul Atomic and Molecular Structure, bahwa “...Dalton described the properties

of these particles as follows: they cannot be divided (because they are nature’s basic

building blocks) and they cannot be destroyed or created (because of the Law of

Conservation of Mass).”

Dalam perkembangannya tidak semua teori atom Dalton benar, karena pada

tahun 1897 J.J.Thomson menemukan partikel bermuatan listrik negatif yang

kemudian disebut elektron. Tahun 1886 Eugene Goldstein menemukan partikel

bermuatan listrik positif yang kemudian disebut proton. Dan tahun 1932 James

Chadwick berhasil menemukan neutron.

vii
Salah satu hipotesis Dalton adalah reaksi kimia dapat terjadi karena

penggabungan atom-atom atau pemisahan gabungan atom. Misalnya, logam natrium

bersifat netral dan reaktif dengan air dan dapat menimbulkan ledakan. Jika logam

natrium direaksikan dengan gas klorin yang bersifat racun dan berbau merangsang,

maka akan dihasilkan NaCl yang tidak reaktif terhadap air, tidak beracun, dan tidak

berbau merangsang seperti logam natrium dan gas klorin.

Karena ada banyak hal yang tidak dapat diterangkan oleh teori atom Dalton,

maka para ilmuwan terdorong untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang

rahasia atom.

 Teori Atom Thomson

Tonggak sejarah perkembangan teori atom selanjutnya dimulai dari penemuan

hukum Faraday yang diperoleh melalui percobaan elektrolisis. Dari hukum tersebut

disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara satuan muatan listrik dengan massa zat

yang dihasilakn pada kedua elektroda. Berdasarkan percobaan Faraday tersebut, G.

Johnstone Stoney (1891) mengusulkan bahwa muatan listrik terdapat dalam satuan

diskrit yang disebut elektron dan satuan ini berkaitan dengan atom.

Sifat alamiah elektron diperjelas lebih lanjut oleh Thomson melalui percobaan

tabung penbawa muatan listrik yang menghasilkan sinar katoda, yaitu bergerak

menurut garis lurus, memiliki massa yang lebih ringan dari atom, mengalami

pembelokan oleh medan magnet atau medan listrik, serta tidak bergantung pada jenis

gas pengisi tabung dan material logam katoda. Dari karakteristik tersebut, Thomson

viii
menyimpulkan bahwa sinar katoda pada hakekatnya adalah berkas partikel bermuatan

negatif yang disebut elektron dan merupakan partikel penyusun atom secara

universal.

Setelah tahun 1897 Joseph John Thomson berhasil membuktikan dengan

tabung sinar katode bahwa sinar katode adalah berkas partikel yang bermuatan

negatif (berkas elektron) yang ada pada setiap materi maka tahun 1898 J.J.Thomson

membuat suatu teori atom. Menurut Thomson, atom berbentuk bulat di mana muatan

listrik positif yang tersebar merata dalam atom dinetralkan oleh elektron-elektron

yang berada di antara muatan positif. Elektron-elektron dalam atom diumpamakan

seperti butiran kismis dalam roti, maka Teori Atom Thomson juga sering dikenal

Teori Atom Roti Kismis. Namun, kelemahan teori ini adalah yaitu Thomson tidak

dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.

Electron yang bermuatan negatif merupakan partikel dasar penyusun atom,

sedangkan zat pada dasarnya tidak bermuatan (netral), sehingga partikel lain

penyusun atom haruslah suatu partikel yang bermuatan positif. Adanya partikel

bermuatan positif dibuktikan dengan adanya percobaan tabung pembawa muatan

listrik dengan menggunakan katoda yang berlubang-lubang dan pada bagian belakang

katoda tersebut terdapat lapisan yang dapat berluminisensi. Dari percobaan ini dapat

diidentifikasi adanya arus partikel bermuatan positif yang bergerak berlawanan arah

dengan sinar katoda. Berkas partikel positif tersebut kemudian disebut sebagai sinar

anoda atau sinar terusan (canal rays). Besarnya angka banding muatan terhadap

ix
massa sinar terusan, ternyata bervariasi bergantung pada jenis gas pengisi tabung

pembawa muatan listrik tersebut. Sifat-sifat-sinar terusan adalah :

a) Terdiri dari partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa

atom relatif gas pengisi tabung pembawa muatan listrik.

b) Bergerak menurut garis lurus, dan dibelokkan oleh medan listrik maupun medan

magnet ke arah yang berlawanan dengan membelokkan sinar katoda.

c) Massa partikel bermuatan positif paling kecil terjadi jika sebagai pengisi tabung

pembawa muatan listrik adalah hidrogen. Dari hasil ini kemudian disimpulkan

bahwa partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa atom

hidrogen disebut proton.

 Teori Atom Rutherford

Pada tahun 1896, Henry Becquerel melalui sejumlah percobaan mengamati

bahwa garam-garam uranium memancarkan radiasi yang dapat menghitamkan film

fotografi. Garam-garam uranium tersebut tanpa diaktifkan terlebih dahulu dengan

cahaya (tidak seperti gejala luminisensi) memancarkan radiasi yang memiliki daya

tembus seperti sinar-X yang telah ditemukan Rontgen.

Marie Curie, pada tahun 1898, menunjukkan bahwa radiasi tersebut tidak

hanya berasal dari zat yang mengandung uranium, tetapi juga dari unsur-unsur baru

yang ditemukannya, yaitu polonium dan radium. Kemudian bersama dengan Piere

Curie, ia menyimpulkan bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut adalah suatu gejala

atomik untuk suatu unsur, tidak berkaitan dengan keadaan fisika maupun

x
kimia. Gejala atomik tersebut kemudian diperkenalkannya sebagai gejala

keradioaktifan.

Pada tahun 1899, Rutherford dengan menggunakan alat elektrometer dan

lempengan tipis aluminium mendemonstrasikan bahwa radiasi yang dipancarkan

tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu radiasi alfa dan radiasi beta. Jenis

yang pertama terserap sempurna oleh aluminium dengan ketebalan beberapa m,

sedangkan jenis kedua memiliki daya tembus terhadap aluminium kira-kira seratus

kali daya tembus radiasi jenis pertama. Pada tahun 1900, dilaporkan oleh P. Curie dan

Villard, adanya radiasi jenis ketiga yang dipancarkan dari gejala keradioaktifan yang

disebut sinar gamma, yang memiliki daya tembus jauh lebih besar dari sinar beta.

Mengenai gejala alamiah keradioaktifan ini, Rutherford dan Soddy pada tahun

1902 telah sampai pada pengertian yang mendalam dan menyimpulkan bahwa unsur-

unsur radioaktif mengalami transformasi spontan dari suatu bentuk atom menjadi

bentuk atom yang lain, disertai dengan perubahan-perubahan subatomik dan

pemancaran radiasi radioaktif. Pada tahun 1903 Philipp Lenard melalui percobaannya

membuktikan bahwa teori atom Thomson yang menyatakan bahwa elektron tersebar

merata dalam muatan positif atom adalah tidak benar. Hal ini mendorong Ernest

Rutherford (1911) tertarik melanjutkan eksperimen Lenard. Dengan bantuan kedua

muridnya Hans Geiger dan Ernest Marsden, Rutherford melakukan percobaan dengan

hamburan sinar α pada lempeng tipis emas. Partikel α bermuatan positif, bergerak

lurus, berdaya tembus besar sehingga bisa menembus lembaran tipis kertas.

xi
Berdasarkan percobaan tersebut disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar ruang dalam atom adalah ruang hampa; partikel α diteruskan.

b. Di dalam atom terdapat suatu bagian yang sangat kecil dan padat yang disebut inti

atom; partikel α dipantulkan kembali oleh inti atom.

c. Muatan inti atom dan partikel α sejenis yaitu positif; sebagian kecil partikel α

dibelokkan.

Hasil percobaan tersebut menggugurkan teori atom Thomson. Kemudian

Rutherford mengajukan teori atom sebagai berikut: atom tersusun atas inti atom yang

bermuatan positif sebagai pusat massa dan dikelilingi elektron-elektron yang

bermuatan negatif. Massa atom berpusat pada inti dan sebagian besar volume atom

merupakan ruang hampa. Atom bersifat netral, karena itu jumlah muatan positif

dalam atom (proton) harus sama dengan jumlah elektron. Diameter inti atom berkisar

10–15 m, sedang diameter atom berkisar 10–10 m.

Kelemahan teori atom Rutherford:

a. Tidak dapat menjelaskan bahwa atom bersifat stabil.

b. Teori atom Rutherford bertentangan dengan Hukum Fisika Maxwell. Jika partikel

bermuatan negatif (elektron) bergerak mengelilingi partikel bermuatan

berlawanan (inti atom bermuatan positif), maka akan mengalami percepatan dan

memancarkan energi berupa gelombang elektromagnetik. Akibatnya energi

elektron semakin berkurang. Jika demikian halnya maka lintasan elektron akan

berupa spiral. Pada suatu saat elektron tidak mampu mengimbangi gaya tarik inti

xii
dan akhirnya elektron jatuh ke inti. Sehingga atom tidak stabil padahal

kenyataannya atom stabil.

c. Tidak dapat menjelaskan bahwa spektrum atom hidrogen berupa spektrum garis

(diskrit/diskontinu).

Jika elektron berputar mengelilingi inti atom sambil memancarkan energi, maka

lintasannya berbentuk spiral. Ini berarti spektrum gelombang elektromagnetik yang

dipancarkan berupa spektrum pita (kontinu) padahal kenyataannya dengan

spektrometer atom hidrogen menunjukkan spektrum garis.

 Teori Kuantum Planck

Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori

kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan

atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil

yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi

elektromagnetik disebut kuantum.

Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan

frekuensi cahaya.

E=h·ν

dengan:
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν = frekuensi radiasi (s–1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck

adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek

xiii
fotolistrik adalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari

permukaan beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam alkali).

Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang

energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton

mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron

agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah,

maka foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan elektron. Hal ini

menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung pada

frekuensinya.

E=h.ν=h.
dengan :
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν = frekuensi radiasi (s–1)
c = kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
λ = panjang gelombang
1.5 Teori Atom Bohr

Diawali dari pengamatan Niels Bohr terhadap spektrum atom, adanya

spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya beredar pada lintasan-lintasan

dengan energi tertentu. Model atom yang dikemukakan oleh Bohr mampu

menjelaskan terjadinya garis-garis spektrum pada atom hidrogen, tetapi gagal untuk

meramalkan terjadinya spektrum yang dipancarkan atom-atom unsur lain.

Bohr (1913) menyatakan bahwa elektron-elektron beredar mengelilingi inti

pada lintasan-lintasan tertentu. Masing-masing lintasan mempunyai tingkatan energi

xiv
yang berbeda-beda. Jika lintasan energi semakin jauh, maka semakin tinggi

energinya. Elektron-elektron dapat pindah dari lintasan tingkat energi satu ke lintasan

energi lain dengan cara menyerap atau melepaskan energi. Jika elektron pindah dari

lintasan energi yang tinggi ke lintasan energi yang lebih rendah, maka akan

melepaskan energi, sebaliknya elektron memerlukan energi untuk dapat pindah dari

lintasan dengan energi rendah ke lintasan dengan tingkat energi lebih tinggi.

Masih ingatkah mengapa jika suatu senyawa tertentu memiliki warna yang

berbeda-beda jika dibakar dalam nyala api? Perbedaan nyala yang dihasilkan oleh

senyawa atau unsur tertentu dikarenakan terjadinya loncatan elektron dari lintasan

energi yang lebih tinggi menuju lintasan energi yang lebih rendah. Model atom Bohr

telah berhasil menerangkan terjadinya spektrum yang terjadi pada suatu unsur atau

senyawa. Namun demikian model atom Bohr menjadi lemah karena munculnya teori

ahli fisika lain.

Kelemahan teori atom Bohr:

a. Hanya mampu menjelaskan spektrum atom hidrogen tetapi tidak mampu

menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks (dengan jumlah elektron

b) yang lebih banyak).

a. Orbit/kulit elektron mengelilingi inti atom bukan berbentuk lingkaran melainkan

berbentuk elips.

b. Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel bukan sebagai partikel dan

gelombang, sehingga kedudukan elektron dalam atom merupakan kebolehjadian.

xv
 Hipotesis de Broglie

Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat

berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti

gelombang. Beliau mengemukakan bahwa elektron yang bergerak mempunyai sifat-

sifat gelombang. Ia menggambarkan persamaan Einstein (energi suatu partikel

bermassa m).

E=mc2......................................................................... (1
dengan persamaan Planck (energi suatu gelombang berfrekuensi ν)
E=hν ........................................................................ (2
Persamaan (1 = persamaan (2
mc2 = hν =
m = ........................................................................ (3
De Broglie berpendapat jika sesuatu merupakan gelombang sebagaimana

sinar dipertimbangkan sebagai aliran suatu partikel maka ia mengusulkan bahwa sinar

partikel seperti elektron dapat dipikirkan sebagai gelombang. Tidak seperti sinar yang

berjalan dengan kecepatan tetap, elektron berjalan dengan kecepatan tidak tetap

(bervariasi). Maka, disubstitusikanlah kecepatan cahaya (c) pada persamaan (3

dengan kecepatan elektron (ν), menghasilkan :

m = atau λ =
dengan :
λ = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J. s atau 6,63 × 10–34 kg m2 s-1)
m = massa elektron (kg)
ν = kecepatan atau frekuensi elektron (m/s)

xvi
 Teori Mekanika Kuantum

Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momentum yang jelas dan

mengikuti lintasan yang pasti. Akan tetapi, pada skala atomik, posisi dan momentum

atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini dikemukakan olehWerner

Heisenberg pada tahun 1927 dengan Prinsip Ketidakpastian (uncertainty principle).

Menurut Heisenberg, metode eksperimen apa saja yang digunakan untuk

menentukan posisi atau momentum suatu partikel kecil dapat menyebabkan

perubahan, baik pada posisi, momentum, atau keduanya. Jika suatu percobaan

dirancang untuk memastikan posisi elektron, maka momentumnya menjadi tidak

pasti, sebaliknya jika percobaan dirancang untuk memastikan momentum atau

kecepatan elektron, maka posisinya menjadi tidak pasti.

Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu elektron yang memiliki sifat

gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, mendeskripsikan pada sisi

elektron tersebut dengan fungsi gelombang (wave function) yang memiliki satu nilai

pada setiap posisi di dalam ruang. Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan

notasi φ (psi), yang menunjukkan bentuk dan energi gelombang elektron.

Teori mekanika kuantum menjelaskan bahwa elektron yang bersifat sebagai

gelombang tidak mungkin berada dalam suatu lintasan sebagaimana teori atom Bohr.

Jika elektron berada dalam suatu daerah atom, maka posisi atau lokasi elektron tidak

dapat ditentukan secara pasti. Keberadaan elektron hanya dapat dikatakan di daerah

yang kebolehjadiannya paling besar. Daerah yang mempunyai kebolehjadian

xvii
terdapatnya elektron dikenal dengan istilah orbital. Orbital didefinisikan sebagai

daerah atau ruang di sekitar inti yang kemungkinan ditemukannya elektron terbesar.

Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut subkulit. Jika orbital

kita analogikan sebagai “kamar elektron”, maka subkulit dapat dipandang sebagai

“rumah elektron”. Beberapa subkulit yang bergabung akan membentuk kulit atau

“desa elektron”.

Subkulit Orbital Elektron Maksimum

s 1 2
p 3 6
d 5 10
f 7 14
g 9 18
h 11 22
i 13 26
Orbital-orbital dalam satu subkulit mempunyai tingkat energi yang sama,

sedangkan orbital-orbital dari subkulit berbeda, tetapi dari kulit yang sama

mempunyai tingkat energi yang bermiripan.

xviii
B. Bilangan Kuantum

Untuk menggambarkan letak elektron-elektron dalam atom dikenalkan istilah

bilangan kuantum. Dalam teori mekanika kuantum, dikenal empat macam

bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama(n), bilangan kuantum azimuth(l), bilangan

kuantum magnetik(m), dan bilangan kuantum spin(s).

 Bilangan Kuantum Utama (n)

Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit tempat orbital berada.

Bilangan kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai dengan n = ~ . Kulit-

kulit tersebut disimbolkan dengan huruf, dimulai huruf K, L, M, N, dan seterusnya.

Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak rata-rata lautan elektron dari

inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin besar, maka jaraknya dengan inti semakin

besar pula. Bilangan kuantum utama terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s,

p, d, f, g, h, i, dan seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum

azimut.

 Bilangan Kuantum Azimut (l)

Bilangan kuantum azimuth (l) membagi kulit menjadi orbital-orbital yang

lebih kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki bilangan kuantum azimuth (l)

mulai l = 0 sampai l = (n – 1). Biasanya subkulit dengan l = 1, 2, 3, …, (n – 1) diberi

simbol s, p, d, f, dan seterusnya. Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan

bentuk orbital. Selain itu, pada atom yang memiliki dua elektron atau lebih bilangan

kuantum azimuth(l) juga menyatakan tingkat energi. Untuk kulit yang sama, energi

xix
subkulit akan meningkat dengan bertambahnya nilai l. Jadi, subkulit s memiliki

tingkat energi yang terendah, diikuti subkulit p, d, f, dan seterusnya.

Kulit Ke Orbital Bilangan Kuantum Azimut


(l)
1 (K) 1s 0
2 (L) 2s, 2s 0, 1
3 (M) 3s, 3p, 3d 0, 1, 2
4 (N) 4s, 4p, 4d, 4f 0, 1, 2, 3
Dst Dst Dst
 Bilangan Kuantum Magnetik (m)

Bilangan kuantum magnetik (m) membagi bilangan kuantum azimut menjadi

orbital-orbital. Jumlah bilangan kuantum magnetik (m) untuk setiap bilangan

kuantum azimut (l) dimulai dari m = –l sampai m = +l .

Berikut adalah hubungan antara bilangan kuantum utama, bilangan kuantum

azimut dan bilangan kuantum magnetik.

Bilangan Bilangan Kuantum Bilangan Kuantum Jumlah


Kuantum Utama Azimut (l) Magnetik (m) Orbital
(n)
1 (K) 0 1s 0 1
0 2s 0 1
2 (L)
1 2p -1 , 0 , +1 3
0 3s 0 1
3 (M) 1 3p -1 , 0 , +1 3
2 3d -2 , -1 , 0 , +1 , +2 5
0 4s 0 1
1 4p -1 , 0 , +1 3
4 (N)
2 4d -2 , -1 , 0 , +1 , +2 5
3 4f -3,-2,-1,0,+1,+2,+3 7

xx
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk subkulit s berjumlah orbital

1, subkulit p jumlah orbitalnya 3, subkulit d orbitalny sebanyak 5, dan subkulit f

memiliki 7 orbital.

2.4 Bilangan Kuantum Spin (s)

Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah putaran atau spin atau rotasi

sebuah elektron pada sumbunya. Arah rotasi elektron bisa searah jarum jam

(clockwise) atau berlawanan arah dengan jarum jam (anticlockwise). Oleh karena itu

diberi nilai ± . Arah rotasi yang searah jarum jam diberi notasi + atau simbol .

Sedangkan yang berlawanan arah dengan jarum jam diberi notasi – atau . Bilangan

kuantum spin merupakan dasar pengisian elektron dalam orbital.

Elektron-elektron yang ada dalam atom tidak mungkin berada dalam keadaan

yang sama persis antara satu atom dengan atom lain. Keberadaan elektron dalam

atom bersifat khas. Prinsip ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli, 1925 (dikenal

Pauli). Pauli mengusulkan postulat bahwa sebuah elektron dapat berada dalam dua

kemungkinan keadaan yang ditandai dengan bilangan kuantum spin + ½ atau – ½,

atau dengan kata lain setiap orbital hanya dapat ditempati oleh maksimal dua elektron

dengan spin yang berbeda.

C. Bentuk dan Orientasi Orbital

 Orbital s

Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital s. Bentuk

orbital s memiliki satu orbital dengan bentuk seperti bola, sehingga tidak tergantung

xxi
pada sudut manapun. Orbital s hanya terdapat 1 nilai m, sehingga hanya terdapat 1

orientasi, yaitu sama ke segala arah.

 Orbital p

Orbital p berbentuk cuping-dumbbell (bagai balon terpilin). Subkulit p

memiliki tiga orbital. Pada subkulit ini terdapat 3 nilai m (–1, 0, +1) sehingga

terdapat 3 orientasi yang satu dan lainnya membentuk sudut 90o.

 Orbital d

Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang

berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital

memiliki bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, x2y2d , dan

2 z d . Untuk lebih jelas, perhatikan gambaran orbital subkulit d di bawah ini :

 Orbital f

Orbital f (mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu

1. kelompok pertama : fxyz

2. kelompok kedua : fx(z2 - y2) , fy(z2 - x2) , fz(x2 - y2)

3. kelompok ketiga : fx3 , fy3 , fz3

xxii
D. Konfigurasi Elektron

Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-

orbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan

konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau,

asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.

 Prinsip Aufbau

Elektron-elektron dalam suatu atom berusaha untuk menempati subkulit-

subkulit yang berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Dengan demikian, atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang

disebut prinsip Aufbau.

Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada

gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada

subkulit 4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron berikutnya akan

mengisi subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit 3d.

 Kaidah Hund

Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam

suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital.

Suatu orbital dilambangkan dengan strip, sedangkan dua elektron yang menghuni

satu orbital dilambangkan dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital

hanya mengandung satu elektron, anak panah dituliskan mengarah ke atas.

xxiii
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968) pada

tahun 1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit

cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada

subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.

 Larangan Pauli

Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958) mengemukakan bahwa tidak

ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan kuantum

yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth, dan

magnetik yang sama dalam satu orbital, harus mempunyai spin yang berbeda. Kedua

elektron tersebut berpasangan.

Setiap orbital mampu menampung maksimum dua elektron. Untuk

mengimbangi gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron tersebut, dua elektron

dalam satu orbital selalu berotasi dalam arah yang berlawanan.

a) Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron

b) Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron

c) Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron

d) Subkulit f (7 orbital) maksimum 14 elektron

 Penyimpangan Konfigurasi Elektron

Berdasarkan eksperimen, terdapat penyimpangan konfigurasi elektron dalam

pengisian elektron. Penyimpangan pengisian elektron ditemui pada elektron yang

terdapat pada orbital subkulit d dan f.

xxiv
Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang setengah

penuh (d5) atau penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital yang

hampir setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika

elektron terluar berakhir pada d4, d8 atau d9 tersebut, maka satu atau semua elektron

pada orbital s (yang berada pada tingkat energi yang lebih rendah dari d) pindah ke

orbital subkulit d.

Unsur Teoritis Kenyataan Eksperimen


24Cr [Ar] 4s2 3d4 [Ar] 4s1 3d5
29Cu [Ar] 4s2 3d9 [Ar] 4s1 3d10

 Penulisan Konfigurasi Elektron Pada Ion

Konfigurasi ion positif dan negatif bergantung pada jumlah elektron yang

dimiliki ion tersebut. Atom-atom atau ion-ion yang memiliki jumlah elektron yang

sama disebut dengan isoelektronis dan konfigurasi elektronnya sama.

Penulisan konfigurasi elektron berlaku pada atom netral. Penulisan

konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan pada dasarnya sama dengan penulisan

konfigurasi elektron pada atom netral.

Atom bermuatan positif (misalnya x+) terbentuk karena atom netral

melepaskan elektron pada kulit terluarnya sebanyak x, sedangkan ion negatif

(misalnya y–) terbentuk karena menarik elektron sebanyak y. Sebagai contoh,

konfigurasi ion Na+ dengan F-. Ion Na+ dapat terbentuk jika atom Na melepaskan satu

elektronnya (pada 3s1), sedangkan ion F- dapat terbentuk jika atom F menerima satu

elektron. Konfigurasi kedua ion itulah yang disebut denganisoelektronis.

xxv
Penulisan konfigurasi elektronnya hanya menambah atau mengurangi elektron

yang dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan penulisan konfigurasi elektron. Ini

berlaku untuk semua unsur yang membentuk ion, termasuk unsur transisi.

E. Lambang Unsur

 Nomor Atom

Nomor atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti atom (jumlah

proton). Menurut Henry Moseley (1887–1915) jumlah muatan positif setiap unsur

bersifat karakteristik, jadi unsur yang berbeda akan mempunyai nomor atom yang

berbeda. Untuk jumlah muatan positif (nomor atom) diberi lambang Z.

Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom

harus sama dengan jumlah muatan negatif (elektron). Jadi, nomor atom = jumlah

proton = jumlah elektron.

Z = np = ne
n = jumlah

 Nomor Massa

Berdasarkan percobaan tetes minyak Millikan ditemukan bahwa massa

elektron = 9,109 x 10–28 gram. Jika 1 satuan massa atom atau satu sma = massa 1

atom hidrogen = 1,6603 x 10–24 gram, maka:

massa 1 elektron = (9,109 x 10–28 ) / (1,6603 x 10–24) sma

= 5,49 x 10–4 sma

massa 1 elektron = sma

xxvi
Berikut adalah tabel mengenai muatan dan massa partikel proton, neutron, dan elektron.
Perbandingan Muatan
Partikel Lambang Massa (g) dengan
Satuan Coloumb
massa proton
proton p 1,673x10–24 1 +1 1,6x10–19
neutron n 1,675x10–24 1 0 0
–28
elektron e 9,109x10 -1 1,6x10–19
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, Massa atom = (massa p+

massa n) + massa e. Massa elektron jauh lebih kecil dari pada massa proton dan

massa neutron, maka massa elektron dapat diabaikan. Dengan demikian:

Massa atom = massa p + massa n

Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A. Jadi:

Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron

Untuk mendapatkan jumlah n dalam inti atom dengan cara:

n=A–Z

Jika X adalah lambang unsur, Z (nomor atom), dan A (nomor massa), maka unsur X
dapat dinotasikan:
Notasi Unsur Z A p e n
Hidrogen 1 1 1 1 1-1=0
Lithium 3 7 3 3 7-3=4

F. Isotop, Isobar, dan Isoton Suatu Unsur

Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun atom,

ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang sama

tetapi memiliki massa atom yang berbeda. Ada pula unsur-unsur yang memiliki

xxvii
massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Oleh karena itu, dikenal istilah

isotop, isoton, dan isobar.

 Isotop

Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi memiliki nomor

massa berbeda. Misalnya, dan . Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang

sama karena jumlah elektron valensinya sama.

Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan massa atom relatif

(Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.

Berikut adalah contoh-contoh penggunaan isotop.

Radioisotop Kegunaan
O-18 Mengetahui mekanisme reaksi esterifikasi
Mempelajari peredaran darah manusia dan mendeteksi
Na-24
kebocoran pipa dalam tanah
I-131 Mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid
Fe-59 Mengukur laju pembentukan sel darah merah dalam tubuh
Co-60 Pengobatan kanker
P-32 Mempelajari pemakaian pupuk pada tanaman
Menentukan umur fosil dan mengetahui kecepatan terjadinya
C-14
senyawa pada fotosintesis
 Isobar

Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor

massa sama. Sehingga antara dan adalah isobar.

 Isoton

Atom-atom unsur berbeda (nomor atom berbeda) yang mempunyai jumlah

neutron sama disebut isoton. Contohnya dan yang sama-sama berneutron 7.

xxviii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sub-bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

atom telah banyak menghasilkan berbagai perspektif definisinya dari beberapa

ilmuwan dan telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa karena

adanya penelitian yang lebih lanjut, mulai dari tahun 1803 oleh John Dalton, 1897

oleh Joseph John Thomson, 1911 oleh Ernest Rutherford, 1900 oleh Max Planck,

1913 oleh Niels Bohr, 1924 oleh Louis de Broglie, dan 1927 oleh Werner

Heisenberg. Selain itu, atom tersusun atas proton, elektron dan neutron serta memiliki

nomor atom dan nomor massa atom. Unsur atom juga memiliki harga bilangan

kuantum yang terdiri atas bilangan kuantum utama, bilangan kuantum azimuth,

bilangan kuantum magnetik dan bilangan kuantum spin. Elektron pada atom memiliki

konfigurasi dan cara penulisan konfigurasi elektron tersebut harus sesuai dengan

Prinsip Aufbau, Kaidah Hund dan Larangan Pauli.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Lehmann, Walter J. 1972. Atomic and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.

Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk SMA-
MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA dan
MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.

Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu
Alam.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

xxx

Anda mungkin juga menyukai