Kimia Dasar 1
Kimia Dasar 1
“STRUKTUR ATOM”
SABARUDDIN
A1C4 12 026
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Makalah dengan judul “STRUKTUR ATOM”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam mata kuliahan Kimia Dasar 1.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel dalam
penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam menyusun
dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel yang berukuran
mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan tersusun atas partikel yang
lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel itulah yang
Konsep atom pertama kali dikemukakan oleh Democritus. Atom berasal dari
kata atomos (dalam bahasa Yunani a = tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan
partikel yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus
ini tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan
Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya adalah
materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada masa itu.
atom menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom
iv
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan
C. Tujuan Penulisan
v
BAB II
PEMBAHASAN
Teori atom pada awalnya dikemukakan untuk menjelaskan reaksi kimia. Teori
atom ini dimulai dengan teori atom Dalton yang menjelaskan adanya hukum
kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, serta mampu meramalkan adanya
untuk dapat menjelaskan sifat-sifat atom lainnya, seperti spektrum atom, sifat magnet
dan listrik, serta bagaimana cara atom berikatan membentuk senyawa kimia,
Istilah atom untuk menyatakan bagian terkecil zat yang tidak dapat dibagi
lebih lanjut sudah dikemukakan oleh filosof Yunani, Leucippus dan Democritus sejak
400 tahun sebelum Masehi. Berdasarkan pemikiran bahwa konsep atom Democritus
sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa / Hukum Lavoisier (1789) berbunyi “massa
zat sebelum dan sesudah reaksi sama” dan Hukum Perbandingan Tetap / Hukum
vi
Proust (1797) berbunyi “perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa
adalah tetap dan tertentu”, maka John Dalton tahun 1803 merumuskan teori atom
sebagai berikut :
c) Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain.
d) Senyawa tersusun atas 2 jenis atom atau lebih dengan perbandingan tetap
dan tertentu.
e) Pada reaksi kimia terjadi penataulangan atom-atom yang bereaksi. Reaksi kimia
Hal di atas juga dikemukakan oleh Walter J. Lehman dalam bukunya yang
berjudul Atomic and Molecular Structure, bahwa “...Dalton described the properties
of these particles as follows: they cannot be divided (because they are nature’s basic
building blocks) and they cannot be destroyed or created (because of the Law of
Conservation of Mass).”
Dalam perkembangannya tidak semua teori atom Dalton benar, karena pada
bermuatan listrik positif yang kemudian disebut proton. Dan tahun 1932 James
vii
Salah satu hipotesis Dalton adalah reaksi kimia dapat terjadi karena
bersifat netral dan reaktif dengan air dan dapat menimbulkan ledakan. Jika logam
natrium direaksikan dengan gas klorin yang bersifat racun dan berbau merangsang,
maka akan dihasilkan NaCl yang tidak reaktif terhadap air, tidak beracun, dan tidak
Karena ada banyak hal yang tidak dapat diterangkan oleh teori atom Dalton,
maka para ilmuwan terdorong untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang
rahasia atom.
hukum Faraday yang diperoleh melalui percobaan elektrolisis. Dari hukum tersebut
disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara satuan muatan listrik dengan massa zat
Johnstone Stoney (1891) mengusulkan bahwa muatan listrik terdapat dalam satuan
diskrit yang disebut elektron dan satuan ini berkaitan dengan atom.
Sifat alamiah elektron diperjelas lebih lanjut oleh Thomson melalui percobaan
tabung penbawa muatan listrik yang menghasilkan sinar katoda, yaitu bergerak
menurut garis lurus, memiliki massa yang lebih ringan dari atom, mengalami
pembelokan oleh medan magnet atau medan listrik, serta tidak bergantung pada jenis
gas pengisi tabung dan material logam katoda. Dari karakteristik tersebut, Thomson
viii
menyimpulkan bahwa sinar katoda pada hakekatnya adalah berkas partikel bermuatan
negatif yang disebut elektron dan merupakan partikel penyusun atom secara
universal.
tabung sinar katode bahwa sinar katode adalah berkas partikel yang bermuatan
negatif (berkas elektron) yang ada pada setiap materi maka tahun 1898 J.J.Thomson
membuat suatu teori atom. Menurut Thomson, atom berbentuk bulat di mana muatan
listrik positif yang tersebar merata dalam atom dinetralkan oleh elektron-elektron
seperti butiran kismis dalam roti, maka Teori Atom Thomson juga sering dikenal
Teori Atom Roti Kismis. Namun, kelemahan teori ini adalah yaitu Thomson tidak
dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
sedangkan zat pada dasarnya tidak bermuatan (netral), sehingga partikel lain
penyusun atom haruslah suatu partikel yang bermuatan positif. Adanya partikel
listrik dengan menggunakan katoda yang berlubang-lubang dan pada bagian belakang
katoda tersebut terdapat lapisan yang dapat berluminisensi. Dari percobaan ini dapat
diidentifikasi adanya arus partikel bermuatan positif yang bergerak berlawanan arah
dengan sinar katoda. Berkas partikel positif tersebut kemudian disebut sebagai sinar
anoda atau sinar terusan (canal rays). Besarnya angka banding muatan terhadap
ix
massa sinar terusan, ternyata bervariasi bergantung pada jenis gas pengisi tabung
a) Terdiri dari partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa
b) Bergerak menurut garis lurus, dan dibelokkan oleh medan listrik maupun medan
c) Massa partikel bermuatan positif paling kecil terjadi jika sebagai pengisi tabung
pembawa muatan listrik adalah hidrogen. Dari hasil ini kemudian disimpulkan
bahwa partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa atom
cahaya (tidak seperti gejala luminisensi) memancarkan radiasi yang memiliki daya
Marie Curie, pada tahun 1898, menunjukkan bahwa radiasi tersebut tidak
hanya berasal dari zat yang mengandung uranium, tetapi juga dari unsur-unsur baru
yang ditemukannya, yaitu polonium dan radium. Kemudian bersama dengan Piere
Curie, ia menyimpulkan bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut adalah suatu gejala
atomik untuk suatu unsur, tidak berkaitan dengan keadaan fisika maupun
x
kimia. Gejala atomik tersebut kemudian diperkenalkannya sebagai gejala
keradioaktifan.
tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu radiasi alfa dan radiasi beta. Jenis
sedangkan jenis kedua memiliki daya tembus terhadap aluminium kira-kira seratus
kali daya tembus radiasi jenis pertama. Pada tahun 1900, dilaporkan oleh P. Curie dan
Villard, adanya radiasi jenis ketiga yang dipancarkan dari gejala keradioaktifan yang
disebut sinar gamma, yang memiliki daya tembus jauh lebih besar dari sinar beta.
Mengenai gejala alamiah keradioaktifan ini, Rutherford dan Soddy pada tahun
1902 telah sampai pada pengertian yang mendalam dan menyimpulkan bahwa unsur-
unsur radioaktif mengalami transformasi spontan dari suatu bentuk atom menjadi
pemancaran radiasi radioaktif. Pada tahun 1903 Philipp Lenard melalui percobaannya
membuktikan bahwa teori atom Thomson yang menyatakan bahwa elektron tersebar
merata dalam muatan positif atom adalah tidak benar. Hal ini mendorong Ernest
muridnya Hans Geiger dan Ernest Marsden, Rutherford melakukan percobaan dengan
hamburan sinar α pada lempeng tipis emas. Partikel α bermuatan positif, bergerak
lurus, berdaya tembus besar sehingga bisa menembus lembaran tipis kertas.
xi
Berdasarkan percobaan tersebut disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar ruang dalam atom adalah ruang hampa; partikel α diteruskan.
b. Di dalam atom terdapat suatu bagian yang sangat kecil dan padat yang disebut inti
c. Muatan inti atom dan partikel α sejenis yaitu positif; sebagian kecil partikel α
dibelokkan.
Rutherford mengajukan teori atom sebagai berikut: atom tersusun atas inti atom yang
bermuatan negatif. Massa atom berpusat pada inti dan sebagian besar volume atom
merupakan ruang hampa. Atom bersifat netral, karena itu jumlah muatan positif
dalam atom (proton) harus sama dengan jumlah elektron. Diameter inti atom berkisar
b. Teori atom Rutherford bertentangan dengan Hukum Fisika Maxwell. Jika partikel
berlawanan (inti atom bermuatan positif), maka akan mengalami percepatan dan
elektron semakin berkurang. Jika demikian halnya maka lintasan elektron akan
berupa spiral. Pada suatu saat elektron tidak mampu mengimbangi gaya tarik inti
xii
dan akhirnya elektron jatuh ke inti. Sehingga atom tidak stabil padahal
c. Tidak dapat menjelaskan bahwa spektrum atom hidrogen berupa spektrum garis
(diskrit/diskontinu).
Jika elektron berputar mengelilingi inti atom sambil memancarkan energi, maka
Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori
atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil
yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi
frekuensi cahaya.
E=h·ν
dengan:
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν = frekuensi radiasi (s–1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck
adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek
xiii
fotolistrik adalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari
energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton
mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron
agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah,
maka foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan elektron. Hal ini
menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung pada
frekuensinya.
E=h.ν=h.
dengan :
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν = frekuensi radiasi (s–1)
c = kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
λ = panjang gelombang
1.5 Teori Atom Bohr
dengan energi tertentu. Model atom yang dikemukakan oleh Bohr mampu
menjelaskan terjadinya garis-garis spektrum pada atom hidrogen, tetapi gagal untuk
xiv
yang berbeda-beda. Jika lintasan energi semakin jauh, maka semakin tinggi
energinya. Elektron-elektron dapat pindah dari lintasan tingkat energi satu ke lintasan
energi lain dengan cara menyerap atau melepaskan energi. Jika elektron pindah dari
lintasan energi yang tinggi ke lintasan energi yang lebih rendah, maka akan
melepaskan energi, sebaliknya elektron memerlukan energi untuk dapat pindah dari
lintasan dengan energi rendah ke lintasan dengan tingkat energi lebih tinggi.
Masih ingatkah mengapa jika suatu senyawa tertentu memiliki warna yang
berbeda-beda jika dibakar dalam nyala api? Perbedaan nyala yang dihasilkan oleh
senyawa atau unsur tertentu dikarenakan terjadinya loncatan elektron dari lintasan
energi yang lebih tinggi menuju lintasan energi yang lebih rendah. Model atom Bohr
telah berhasil menerangkan terjadinya spektrum yang terjadi pada suatu unsur atau
senyawa. Namun demikian model atom Bohr menjadi lemah karena munculnya teori
berbentuk elips.
b. Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel bukan sebagai partikel dan
xv
Hipotesis de Broglie
bermassa m).
E=mc2......................................................................... (1
dengan persamaan Planck (energi suatu gelombang berfrekuensi ν)
E=hν ........................................................................ (2
Persamaan (1 = persamaan (2
mc2 = hν =
m = ........................................................................ (3
De Broglie berpendapat jika sesuatu merupakan gelombang sebagaimana
sinar dipertimbangkan sebagai aliran suatu partikel maka ia mengusulkan bahwa sinar
partikel seperti elektron dapat dipikirkan sebagai gelombang. Tidak seperti sinar yang
berjalan dengan kecepatan tetap, elektron berjalan dengan kecepatan tidak tetap
m = atau λ =
dengan :
λ = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J. s atau 6,63 × 10–34 kg m2 s-1)
m = massa elektron (kg)
ν = kecepatan atau frekuensi elektron (m/s)
xvi
Teori Mekanika Kuantum
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momentum yang jelas dan
mengikuti lintasan yang pasti. Akan tetapi, pada skala atomik, posisi dan momentum
atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini dikemukakan olehWerner
perubahan, baik pada posisi, momentum, atau keduanya. Jika suatu percobaan
Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu elektron yang memiliki sifat
gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, mendeskripsikan pada sisi
elektron tersebut dengan fungsi gelombang (wave function) yang memiliki satu nilai
pada setiap posisi di dalam ruang. Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan
gelombang tidak mungkin berada dalam suatu lintasan sebagaimana teori atom Bohr.
Jika elektron berada dalam suatu daerah atom, maka posisi atau lokasi elektron tidak
dapat ditentukan secara pasti. Keberadaan elektron hanya dapat dikatakan di daerah
xvii
terdapatnya elektron dikenal dengan istilah orbital. Orbital didefinisikan sebagai
daerah atau ruang di sekitar inti yang kemungkinan ditemukannya elektron terbesar.
Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut subkulit. Jika orbital
kita analogikan sebagai “kamar elektron”, maka subkulit dapat dipandang sebagai
“rumah elektron”. Beberapa subkulit yang bergabung akan membentuk kulit atau
“desa elektron”.
s 1 2
p 3 6
d 5 10
f 7 14
g 9 18
h 11 22
i 13 26
Orbital-orbital dalam satu subkulit mempunyai tingkat energi yang sama,
sedangkan orbital-orbital dari subkulit berbeda, tetapi dari kulit yang sama
xviii
B. Bilangan Kuantum
bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama(n), bilangan kuantum azimuth(l), bilangan
Bilangan kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai dengan n = ~ . Kulit-
Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak rata-rata lautan elektron dari
inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin besar, maka jaraknya dengan inti semakin
besar pula. Bilangan kuantum utama terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s,
azimut.
lebih kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki bilangan kuantum azimuth (l)
bentuk orbital. Selain itu, pada atom yang memiliki dua elektron atau lebih bilangan
kuantum azimuth(l) juga menyatakan tingkat energi. Untuk kulit yang sama, energi
xix
subkulit akan meningkat dengan bertambahnya nilai l. Jadi, subkulit s memiliki
xx
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk subkulit s berjumlah orbital
memiliki 7 orbital.
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah putaran atau spin atau rotasi
sebuah elektron pada sumbunya. Arah rotasi elektron bisa searah jarum jam
(clockwise) atau berlawanan arah dengan jarum jam (anticlockwise). Oleh karena itu
diberi nilai ± . Arah rotasi yang searah jarum jam diberi notasi + atau simbol .
Sedangkan yang berlawanan arah dengan jarum jam diberi notasi – atau . Bilangan
Elektron-elektron yang ada dalam atom tidak mungkin berada dalam keadaan
yang sama persis antara satu atom dengan atom lain. Keberadaan elektron dalam
atom bersifat khas. Prinsip ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli, 1925 (dikenal
Pauli). Pauli mengusulkan postulat bahwa sebuah elektron dapat berada dalam dua
atau dengan kata lain setiap orbital hanya dapat ditempati oleh maksimal dua elektron
Orbital s
orbital s memiliki satu orbital dengan bentuk seperti bola, sehingga tidak tergantung
xxi
pada sudut manapun. Orbital s hanya terdapat 1 nilai m, sehingga hanya terdapat 1
Orbital p
memiliki tiga orbital. Pada subkulit ini terdapat 3 nilai m (–1, 0, +1) sehingga
Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang
berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital
memiliki bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, x2y2d , dan
Orbital f
xxii
D. Konfigurasi Elektron
orbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan
konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau,
Prinsip Aufbau
subkulit yang berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Dengan demikian, atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang
Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada
gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada
subkulit 4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron berikutnya akan
Kaidah Hund
suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital.
Suatu orbital dilambangkan dengan strip, sedangkan dua elektron yang menghuni
satu orbital dilambangkan dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital
xxiii
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968) pada
Larangan Pauli
Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958) mengemukakan bahwa tidak
ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan kuantum
yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth, dan
magnetik yang sama dalam satu orbital, harus mempunyai spin yang berbeda. Kedua
xxiv
Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang setengah
penuh (d5) atau penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital yang
hampir setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika
elektron terluar berakhir pada d4, d8 atau d9 tersebut, maka satu atau semua elektron
pada orbital s (yang berada pada tingkat energi yang lebih rendah dari d) pindah ke
orbital subkulit d.
Konfigurasi ion positif dan negatif bergantung pada jumlah elektron yang
dimiliki ion tersebut. Atom-atom atau ion-ion yang memiliki jumlah elektron yang
konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan pada dasarnya sama dengan penulisan
konfigurasi ion Na+ dengan F-. Ion Na+ dapat terbentuk jika atom Na melepaskan satu
elektronnya (pada 3s1), sedangkan ion F- dapat terbentuk jika atom F menerima satu
xxv
Penulisan konfigurasi elektronnya hanya menambah atau mengurangi elektron
yang dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan penulisan konfigurasi elektron. Ini
berlaku untuk semua unsur yang membentuk ion, termasuk unsur transisi.
E. Lambang Unsur
Nomor Atom
Nomor atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti atom (jumlah
proton). Menurut Henry Moseley (1887–1915) jumlah muatan positif setiap unsur
bersifat karakteristik, jadi unsur yang berbeda akan mempunyai nomor atom yang
Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom
harus sama dengan jumlah muatan negatif (elektron). Jadi, nomor atom = jumlah
Z = np = ne
n = jumlah
Nomor Massa
elektron = 9,109 x 10–28 gram. Jika 1 satuan massa atom atau satu sma = massa 1
xxvi
Berikut adalah tabel mengenai muatan dan massa partikel proton, neutron, dan elektron.
Perbandingan Muatan
Partikel Lambang Massa (g) dengan
Satuan Coloumb
massa proton
proton p 1,673x10–24 1 +1 1,6x10–19
neutron n 1,675x10–24 1 0 0
–28
elektron e 9,109x10 -1 1,6x10–19
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, Massa atom = (massa p+
massa n) + massa e. Massa elektron jauh lebih kecil dari pada massa proton dan
Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A. Jadi:
n=A–Z
Jika X adalah lambang unsur, Z (nomor atom), dan A (nomor massa), maka unsur X
dapat dinotasikan:
Notasi Unsur Z A p e n
Hidrogen 1 1 1 1 1-1=0
Lithium 3 7 3 3 7-3=4
Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun atom,
ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang sama
tetapi memiliki massa atom yang berbeda. Ada pula unsur-unsur yang memiliki
xxvii
massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Oleh karena itu, dikenal istilah
Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi memiliki nomor
massa berbeda. Misalnya, dan . Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang
Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan massa atom relatif
(Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.
Radioisotop Kegunaan
O-18 Mengetahui mekanisme reaksi esterifikasi
Mempelajari peredaran darah manusia dan mendeteksi
Na-24
kebocoran pipa dalam tanah
I-131 Mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid
Fe-59 Mengukur laju pembentukan sel darah merah dalam tubuh
Co-60 Pengobatan kanker
P-32 Mempelajari pemakaian pupuk pada tanaman
Menentukan umur fosil dan mengetahui kecepatan terjadinya
C-14
senyawa pada fotosintesis
Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor
Isoton
xxviii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ilmuwan dan telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa karena
adanya penelitian yang lebih lanjut, mulai dari tahun 1803 oleh John Dalton, 1897
oleh Joseph John Thomson, 1911 oleh Ernest Rutherford, 1900 oleh Max Planck,
1913 oleh Niels Bohr, 1924 oleh Louis de Broglie, dan 1927 oleh Werner
Heisenberg. Selain itu, atom tersusun atas proton, elektron dan neutron serta memiliki
nomor atom dan nomor massa atom. Unsur atom juga memiliki harga bilangan
kuantum yang terdiri atas bilangan kuantum utama, bilangan kuantum azimuth,
bilangan kuantum magnetik dan bilangan kuantum spin. Elektron pada atom memiliki
konfigurasi dan cara penulisan konfigurasi elektron tersebut harus sesuai dengan
xxix
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lehmann, Walter J. 1972. Atomic and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk SMA-
MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA dan
MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu
Alam.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
xxx