Makalah Kemaritiman
Makalah Kemaritiman
KELOMPOK 1V
1. Wa Ode Sartifa (A1L1 17 0 )
2. Ahmad Wirawan Andeku (A1L1 17 0 )
3. Anna Jumraj Purnama (A1L1 17 0 )
4. Asmi (A1L1 17 0 )
5. Ayu Sari Feronika P (A1L1 17 0 )
6. Endang Mardyanti S. (A1L1 17 0 )
7. Fina Rais (A1L1 17 0 )
8. Sabaruddin (A1C4 12 026)
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Esnawi, S.Pd.,M.Pd
Nip. 19720412 200112 1 002
BAB I
PENDAHULUAN
menyebabkan cadangan bahan bakar fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM),
batubara, dan gas elpiji sebagai sumber energi utama menurun drastis. Bahan
bakar fosil ini bakar fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), batubara, dan gas
elpiji sebagai sumber energi utama menurun drastis. Bahan bakar fosil ini
merupakan sumber energi tak terbarukan dan akan habis pada suatu saat.
Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain merusak lingkungan, juga tidak
energi terbarukan yang murah dan melimpah adalah energi biomassa. Sumber
energi biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang rendah emisi gas SOx
dan NOx dibandingkan dengan bahan bakar fosil (batubara). Biomassa adalah
rendah, kadar abu yang tinggi dan nilai kalor yang rendah. Sehingga perlu diolah
bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga briket bioarang relatif
ekonomis. Buah kakao terdiri dari ± 74% kulit buah, 2% plasenta, dan 24% biji.
Pada tahun 2008, produksi biji kakao sekitar 850.000 ton, 315.000 ton untuk
industri olahan dan 535.000 ton diekspor dalam bentuk biji kakao. Produksi biji
2.620.833,33 ton. Kulit buah kakao merupakan bagian yang terbesar dari buah
kakao, yaitu 74%. Apabila kulit buah ini dibuang di sekitar kebun akan menjadi
buah kakao didasarkan pada komposisi kulit buah. Penggunaan kulit buah kakao
untuk pakan ternak harus dibatasi karena kandungan teobromin yang beracun bagi
ternak. Kulit buah kakao kering untuk lembu sampai 7 kg/hari tanpa efek beracun
dan untuk babi sampai 2 kg/hari tidak menunjukkan gejala beracun. Akan tetapi
hewan akan selalu urinasi karena efek dari teobromin. Selain itu kulit buah kakao
juga dapat digunakan untuk pembuatan pupuk atau kompos karena kandungan
Kalium relatif tinggi. Penggunaan kulit buah kakao untuk kompos (mulching)
tidak cocok karena kemungkinan menyebabkan penyakit buah. Akan tetapi kulit
buah dapat dibakar dan abunya sebagai sumber Kalium. Di Afrika Barat kulit
buah kakao dibakar dan abunya sebagai sumber kalium karbonat untuk pembuatan
sumber energi alternatif yang cukup besar dan perlu pengkajian untuk
Dibandingkan dengan bahan bakar dari fosil, limbah pertanian tidak cocok
karena itu perlu dikonversi menjadi briket arang yang akan memberikan solusi
Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana
dan sesuai untuk daerah pedesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah
biomassa seperti tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji kayu
memanfaatkan limbah pengolahan kakao yaitu kulit buah kakao menjadi briket
arang. Hal ini penting karena limbah tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal.
Briket arang adalah arang yang telah diproses pengarangan dan dipadatkan
dengan tekanan tertentu dengan bentuk yang kita inginkan (Nugraha, 2008).
Briket arang adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku tempurung
kelapa dan bahan kayu lainnya yang telah diolah menjadi briket dan diharapkan
menjadi bahan bakar alternatif pilihan yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Sifat-
sifat briket arang dipengaruhi beberapa parameter antara lain tekanan, ukuran
biogas, biodiesel, bioetanol, dan biobriket (Wahyusi dkk, 2012). Produk biobriket
yang berasal dari kulit buah kakao memiliki prospek yang dapat diandalkan
karena pemanfaatan kulit buah kakao menjadi briket yang sangat membantu
petani menjaga kebersihan kebun. Bahan baku pembuatan briket arang yang baik
adalah partikel arangnya yang mempunyai ukuran 40-60 mesh (Patabang, 2011).
Kualitas briket arang ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, antara lain:
kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon terikat, kerapatan,
dengan nyala kebiruan, mengkilap pada pecahannya, bersih kalau dipegang, tidak
memberi noda hitam, mengeluarkan sedikit asam dan tidak berbau, menyala terus
tanpa dikipas dan tidak memercikkan bara api, abu sisa pembakaran sekecil
mungkin tidak terlalu cepat terbakar, berdenting seperti logam, dan menghasilkan
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan briket arang dari kulit buah
kakao dengan memformulasikan briket arang dari kulit buah kakao dan tepung
kanji sebagai perekat sehingga bisa diketahui sifat-sifat fisis dan kimia
(karakteristik) masing-masing formula briket arang dari kulit buah kakao. Dengan
harapan pemanfaatan kulit buah kakao menjadi briket arang akan mengatasi
masalah limbah kulit buah kakao yang cukup banyak, membantu petani menjaga
sentrasentra produksi kakao sebagai bahan bakar untuk memasak dan lain-lain.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
Laundry.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga
perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Air di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan
murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di
dalamnya. Sebagai contoh, air hujan yang digunakan atau dimanfaatkan sebagai
aki/air baterai dan air yang diambil dari mata air di pegunungan yang dapat
terdiri dari air yang telah digunakan dengan hampir 0,1% berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Berdasarkan Peraturan
klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi empat (4) golongan yaitu:
1. Golongan I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air murni secara
2. Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
dan peternakan.
4. Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air
kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu
industri maka kategori sumur tadi bukan golongan I lagi, tapi sudah turun menjadi
golongan II karena air tadi sudah tidak dapat digunakan langsung menjadi
air minum tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air
parameter kualitas air untuk golongan I, II, III dan IV. Suatu badan air dapat
diketahui kualitas airnya (tercemar atau tidak) melalui analisis contoh air di
sebagainya.
sumber-sumber lainnya).
berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri
ataupun keperluan lainnya (Suriawiria, 2005). Pencemaran air dapat semakin luas,
tergantung dari kemampuan badan air penerima polutan untuk mengurangi kadar
polutan secara alami. Apabila kemampuan badan air tersebut rendah dalam
mereduksi kadar polutan, maka akan terjadi akumulasi polutan dalam air sehingga
yaitu :
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
Limbah cair terdiri dari limbah industri (industri skala besar dan skala kecil) dan
limbah domestik. Air limbah atau limbah cair industri adalah limbah yang
dihasilkan pada setiap tahap produksi yang berupa air sisa, air bekas proses
Menurut Ricki (2005), Air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat
adanya pemakaian air dalam proses produksi. Dalam proses industri, air
digunakan sebagai :
a. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman.
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah
sakit, rumah makan, dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tersebut terdiri
atas zat organik dan zat anorganik (Sastrawijaya, 1991). Limbah cair domestik
asam nukleat (Ainul, 2004). Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang
diperkenankan bagi zat atau pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke
dalam air pada sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
antara beberapa faktor fisik dan kimiawi. Pada proses ini kotoran yang melekat
pada pakaian dibersihkan dengan mempergunakan air dan deterjen. Tahapan yang
terjadi pada proses ini adalah kotoran yang melekat pada pakaian akan dilepaskan
oleh larutan deterjen dan dilanjutkan dengan stabilisasi air yang berisi kotoran
pada beberapa faktor seperti jenis bahan pakaian, jenis kotoran, kualitas air,
Air pada proses Laundry berfungsi sebagai pelarut bagi deterjen dan
kotoran yang menempel di pakaian. Air juga berfungsi sebagai media perpindahan
untuk komponen tanah yang terlarut maupun terdispersi. Air limbah yang
bervariasi. Hal ini dapat disebabkan karena adanya variasi kandungan kotoran di
pakaian, komposisi dan jumlah deterjen yang digunakan serta teknologi yang
dengan jumlah sedikit dikarenakan pemakaian yang lebih ekonomis dan juga
Sumber : Peraturam Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Catatan :
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun minyak nabati dan
diterjen.
2.5 Detergen
misalnya kotoran dari pakaian, sisa makanan dari piring atau buih sabun dari
builder, bleaching agent dan bahan aditif. Surfaktan berfungsi untuk mengangkat
kotoran pada pakaian baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air.
Kandungan lain yang penting dalam deterjen yaitu builder. Builder digunakan
untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut,
sehingga surfaktan dapat berfungsi dengan lebih baik dan juga membantu
digunakan dalam builder adalah fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat dan
natrium silikat atau zeolit. Senyawa fosfat dapat mencegah menempelnya kembali
kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Formulasi yang tepat antara kompleks
fosfat dengan surfaktan menjadi kunci utama kehebatan daya cuci deterjen. Filler
tambahan untuk membuat produk yang lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
membentuk endapan dengan ion-ion seperti kalsium dan magnesium di dalam air
sadah. Deterjen termasuk garam yang berasal dari asam kuat sehingga tidak akan
membentuk endapan di dalam larutan asam (Situmorang, 2007). Unsur kunci dari
deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi dalam
menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih
yang berfungsi untuk menurunkan kekerasan air. Bahan surfaktan yang paling
banyak digunakan adalah alkil benzene sulfonat (ABS) yang merupakan turunan
Sifat surfaktan bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat ipofilik
dan hidrofilik. Pada batas antarfase (misalnya, lemak dan air), molekul surfaktan
dengan demikian terjadi akumulasi surfaktan dalam air busa dan mengakibatkan
penurunan kepekatan surfaktan dalam massa air. Dengan surfaktan ABS, batas
ambang untuk pembentukan busa permanen adalah sekitar 0,3-0,4 mg/L. Suhu,
pH, adanya zat-zat lainnya semuanya dapat mempengaruhi kepekatan pada busa
oleh bakteri penngurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya.
Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa (Achmad, 2004). ABS sangat
mencemari air, surfaktan lain yang tergolong biogradable adalah alkil linear
ABS karena gugus alkil dalam LAS tidak bercabang dan tidak memiliki atom
masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapa
Zat aktif permukaan mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air)
b. Builder (Pembentuk)
Zat yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
c. Filler (Pengisi)
telah dibawa oleh deterjen ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian
menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri
Kesemuanya membuat zat yang lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan.
Selain itu, ukuran zat lipofilik menjadi lebih halus sehingga mempertinggi
toksisitas racun. Deterjen juga mempermudah absorpsi racun melalui insang. Ada
pula yang persisten sehingga terjadi akumulasi (Slamet, 1994). Umumnya pada
deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti golongan ammonium
menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan
(Effendi, 2003). Pengaruh lingkungan yang paling jelas adalah adanya busa pada
aliran sungai. Hynes dan Roberts (1962), dalam studi aliran sungai di Inggris yang
menerima limbah air mengandung surfaktan (2-4 ppm) tidak dapat mendeteksi
perubahan apa pun dalam struktur komunitas biota air karena surfaktan
(Connell, 1995). Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat
merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan
dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
natrium dodesil benzene sulfonat dapat merusak insang ikan, biarpun hanya 5
ppm. Tanaman air juga dapat menderita jika kadar deterjen tinggi. Kemampuan
buangan berupa deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan
berikut ini :
c. Ada sebagian bahan deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh
mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah tentu akan
merugikan lingkungan.
polifosfat yang merupakan penyusun deterjen yang masuk ke badan air. Poliposfat
memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting
yang dibutuhkan makhluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, fosfat
air sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
2010).
dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada
alternatif telah dikembangkan zeolite dan citrate sebagi builder dalam deterjen
(Admin, 2010).
Bahan kimia penyusun deterjen harus diperhatikan karena gugus fungsi ini
dengan kulit maka kulit terasa kering, melepuh dan timbulnya eksim kulit seperti
Apabila kondisi badan air sudah menghitam atau terbentuk busa yang melimpah
Elektrolisis adalah reaksi kimia yang terjadi dari suatu elektrolit akibat
adanya aliran elektron yang kontinu pada permukaan elektroda. Aliran elektron
yang kontinu ini, biasa disebut sebagai arus listrik DC. Elektroda adalah
dibagi menjadi 2 macam, yaitu katoda dan anoda. Katoda adalah tempat terjadinya
kimia terjadi pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit, ketika tegangan
sel elektrolisis. Dalam sel ini elektroda penghantar tempat listrik masuk ke dalam
dan keluar dari zat- zat yang bereaksi, perpindahan elektron antara elektroda dan
zat- zat dalam sel menghasilkan reaksi terjadi pada permukaan elektroda. Zat- zat
yang dapat dielektrolisis adalah leburan ion dan larutan yang mengandung ion
terlarut.
2.4 Elektroda
bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit
atau vakum). Ungkapan kata ini diciptakan oleh ilmuwan Michael Faraday dari
bahasa Yunani elektron (berarti amber, dan hodos sebuah cara). Elektroda dalam
sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda, kata-kata yang juga
diciptakan oleh Faraday. Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda dimana
elektron datang dari sel elektrokimia dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan
terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari
adalah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan
2.4.1 Anoda
negatif disebabkan oleh reaksi kimia yang spontan, elektron akan bermuatan
negatif disebabkan oleh reaksi kimia yang spontan, elektron akan dilepaskan oleh
elektroda ini. Pada sel elektrolisis, sumber eksternal tegangan didapat dari luar,
sehingga anoda bermuatan positif apabila dihubungkan dengan katoda. Ion- ion
2.4.2 Katoda
kimia. Katoda bermuatan positif bila dihubungkan dengan anoda yang terjadi pada
sel galvanik. Ion bermuatan positif mengalir ke elektroda ini untuk direduksi oleh
elektron-elektron yang datang dari anoda. Pada sel elektrolisis, katoda adalah
elektroda ini untuk direduksi. Dengan demikian, di sel galvanik, elektron bergerak
Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang
timbul karena pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial
elektroda standar sering juga disebut potensial reduksi standar. Potensial ini relatif
elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt (V). Untuk elektroda hidrogen, E0
(Hiskia, 1992).
Tabel 2. Potensial reduksi standar pada 25o C (Chang, 2005)
Setengah-Reaksi Eo (V)
F2(g) + 2e- 2 F-(aq) +2,87
O3(g) + 2H (aq) + 2e-
+
O2(g) + H2O +2,07
3+ - 2+
Co (aq) + e Co (aq) +1,82
H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- 2H2O +1,77
PbO2(s) + 4H (aq) + SO4 (aq) + 2e-
+ 2-
PbSO4(s) + 2H2O +1,70
4+ - 3+
Ce (aq) + e Ce (aq) +1,61
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- Mn2+(aq) + 4H2O +1,51
Au3+(aq) + 3e- Au(s) +1,50
Cl2(g) + 2e- 2Cl-(aq) +1,36
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- 2Cr3+ (aq) + 7H2O +1,33
+ 2+
MnO2(s) + 4H (aq) + 2e Mn (aq) + 2H2O +1,23
+ -
O2(g) + 4H (aq) + 4e 2H2O +1,23
- -
Br2(l) + 2e 2Br (aq) +1,07
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- NO(g) + 2H2O +0,96
2+ - 2+
2Hg (aq) + 2e Hg 2(aq) +0,92
Hg22+(aq) + 2e- 2Hg(l) +0,85
Ag+(aq) + e- Ag(s) +0,80
Fe3+(aq) + e- Fe2+(aq) +0,77
O2(aq) + 2H+ + 2e- H2O2(aq) +0,68
- -
MnO4 (aq) + 2H2O + 3e MnO2(s) + 4OH-(aq) +0,59
I2(s) + 2e- 2I-(aq) +0.53
O2(g) + 2H2O + 4H+ 4OH-(aq) +0,40
2+ -
Cu (aq) + 2e Cu(s) +0,34
-
AgCl(s) + e Ag(s) + Cl-(aq) +0,22
SO4 (aq) + 4H (aq) + 2e-
2- +
SO2(g) + 2H2O +0,20
Cu2+(aq) + e- Cu+(aq) +0,15
Sn4+(aq) + 2e- Sn2+(aq) +0,13
+ -
2H (aq) + 2e H2(g) 0,00
2+ -
Pb (aq) + 2e Pb(s) - 0,13
Sn2+(aq) + 2e- Sn(s) -0,14
Ni2+(aq) + 2e- Ni(s) -0,25
2+ -
Co (aq) + 2e Co(s) -0,28
PbSO4(s) + 2e- Pb(s) + SO42-(aq) -0,31
Cd2+(aq) + 2e- Cd(s) -0,40
Fe2+(aq) + 2e- Fe(s) -0,44
Cr3+(aq) + 3e- Cr(s) -0,74
Zn2+(aq) + 2e- Zn(s) -0,76
-
2H2O + 2e H2(g) + 2OH-(aq) -0,83
2+ -
Mn (aq ) + 2e Mn(s) -1,18
Al3+(aq) + 3e-Al(s) -1,66
Be2+(aq) + 2e- Be(s) -1,85
Mg2+(aq) + 2e- Mg(s) -2,37
+ -
Na (aq) + e Na(s) -2,71
Setengah-Reaksi Eo (V)
Ca2+(aq) + 2e- Ca(s) -2,87
2+ -
Sr (aq) + 2e Sr(s) -2,89
2+ -
Ba (aq) + 2e Ba(s) -2,90
K+(aq) + e-K(s) -2,93
Li+(aq) + e- Li(s) -3,03
memiliki potensial elektroda lebih negatif dari pada air (E0 Al = -1,66 dan E0 H2O
2.5 Elektrolit
suatu zat yang dapat mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri secara
kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi. Katalis digunakan untuk mempercepat
laju reaksi menghasilkan gas HHO pada proses elektrolisa. Katalis yang
potensial elektrode standar yang lebih negatif dari pada air dengan demikian
natrium tidak akan bereaksi namun air yang akan bereaksi. Laju reaksi elektrolisis
dipengaruhi oleh faktor proses adsorpsi perekasi ke permukaan dan faktor posisi
perekasi yang teradsorpsi pada permukaan (Prianto, 2008). Selain itu, natrium
klorida juga mudah didapat. Potensial elektrode standar Natrium (Na) adalah -
AnionicSurfaktan)
gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi
oleh sampel. Sinar Ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm,
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Elektron
pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum ini sangat berguna
intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada
dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik
(Rohman, 2007).
Prinsip yang digunakan adalah suatu molekul zat yang dapat menyerap
ultraviolet dan cahaya tampak dengan kemungkinan bahwa elektron molekul zat
akan terkesitasi ke tingkat energi yang tinggi. Bertujuan untuk menentukan kadar
zat secara spektrofotometri serapan pada daerah ultraviolet dan cahaya tampak.
Methylene Blue digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna
organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen
pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan
membentuk pasangan ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas
gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setara dengan kadar surfaktan anionik.
TSS merupakan bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air.
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
(𝐴−𝐵)𝑋 100
mg TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒 𝑢𝑗𝑖 𝑐𝑜𝑏𝑎 (𝑚𝐿)
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 200 mL
dan 500 mL, elektroda grafit, deksikator, oven, pompa vakum, stopwach,
voltmeter, buret, spatula, statip, klem, jiregen air, pH meter, pipet volume 25 mL,
pipet ukur 10 mL, labu takar 100 mL,250 mL, 500 mL, dan 1000 mL, corong
pisah 250 mL, stirrer, plat aluminium (99,7 %) 5 × 10 cm, pipa air 20 cm, filler,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, kertas saring, serbuk
alkohol 95 %, aquades, larutan NaOH 0,02 N, larutan NaOH 1N, larutan H2SO4
1N, larutan H2SO4 6N, metilen blue, Natrium Fosfat Monohidrat (NaH2PO4.H2O),
Elektrolisis limbah
air laundry dengan
beda potensial dan
Parameter waktu elektrolisis
utama
Kekeruhan,
Massa Endapan,
pH, LAS dan Pengambilan Data
TSS pada
limbah air
laundry Analisis data
3.4 Prosedur Penelitian
limbah laundry untuk memisahkan sampel dengan padatan atau kotoran lain yang
ukur 100 mL, ditambahkan air suling sampai tanda tera dan dihomogenkan.
100 mL yang berisi 50 mL aquades. ditambahkan aquades sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
gelas piala 250 mL. ditambahkan 50 mL aquades dan beberapa tetes larutan
Sebanyak 0,2500 gram LAS 100% aktif atau natrium lauril sulfat
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan aquades hingga
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan aquades hingga
mL. Ditambahkan aquades sampai tanda tera sehingga diperoleh kadar surfaktan
Keterangan :
1. Catu Daya
2. Voltmeter
3. Gelas elektolisis 15 × 15 cm
4. Plat Aluminium
5. Elektroda Grafit
5 × 10 cm sebanyak satu buah yang dikaitkan dalam pipa air (Hudori, 2009).
Tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu pH 6,0 sampai 9,0 menggunakan pH meter.
disaring menggunakan kertas saring dan dikeringkan pada suhu 103ºC sampai
timbangan analitik.
saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai
dengan 105ºC. Dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total
(SNI 06-6989.3-2004).
(𝐴−𝐵)𝑋 100
mg TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒 𝑢𝑗𝑖 𝑐𝑜𝑏𝑎 (𝐿)
dimana: A = berat kertas saring + residu kering, (mg)
06-6989.51-2005).
dengan pengertian:
dalam gelas kimia, kemudian dianalisis kadar pH, Kekeruhan dan massa endapan.
ke dalam gelas kimia telah dirangkai dengan elektroda yang telah dijepit dengan
penjepit buaya yang dihubungan dengan power supply untuk mengalirkan arus
listrik menggunakan kabel listrik (Nurajijah et al, 2014). Variasi beda potensial
ke dalam gelas kimia telah dirangkai dengan elektroda yang telah dijepit dengan
penjepit buaya yang dihubungan dengan power supply untuk mengalirkan arus
listrik menggunakan kabel listrik (Nurajijah et al, 2014). Variasi waktu yang
digunakan pada elektrolisis ini yaitu 75 menit, 90 menit, 105 menit, 120 menit dan
Penentuan kadar surfaktan dalam air limbah secara biru metilen dan diukur
kosentrasi (0,4 mg/L, 0,8 mg/L, 1,2 mg/L dan 2,0 mg/L). Kemudian
12. Dikeluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung
13. Diekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi
langkah 10 sampai l2, dan disatukan semua fasa kloroform ke dalam labu
Prosedur uji kadar surfaktan dalam air limbah secara biru metilen dan
sebagai berikut;
1. Sebanyak 100 mL larutan uji dan dimasukkan ke dalam corong pemisah 250
mL.
NaOH 1N tetes demi tetes ke dalam larutan uji sampai timbul warna merah
10. Dikeluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung
13. Keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke
14. Diekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi
langkah 10 sampai 12, dan disatukan semua fasa kloroform ke dalam labu
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Penerbit Erlengga. Jakarta.
Dogra. S. 1990. Kimia Fisik dan Soal – Soal. Universitas Indonesia. Jakarta.
Effendi, H. 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius Yogyakarta.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Hal 19-28.
Ge, J., Qu, J., Lei, P., dan Liu, H. (2004). New bipolar electrocoagulation–
electroflotation process for the treatment of laundry wastewater,
Separation and Purification Technology, 36, 33–39.
Nugroho, Rifqi Paksi. 2015. Hubungan Waktu Tinggal (Detention Time) dan
Kualitas Fosfat pada Proses Pengolahan Limbah Cair Sistem Biofilter
Anaerob di RS Hermina dan Mogot Tahun 2004-2014 (Skripsi). Jakarta:
Universitas Esa Unggul.
Nurajijah et al. 2014. Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair
Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis.
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). Volume 4 Nomor 1 2014
ISSN : 2089-6158.
Priyanto, B., 2006. Uji Toksisitas Dua Jenis Surfaktan dan Detergen Komersial
menggunakan Metode Pengahmbatan Pertumbuhan Lemma sp. Vol 3 Hal
251-257. Jakarta
Riyanto. (2013). Penemuan Teknik Baru untuk Pengolahan Limbah Batik. Hlm. 9.
Universitas Islam Indonesia.
Rochili, F. 2006. Limbah Domestik, Pencemaran Air dan Eksploitasi Air Tanah.
Tekno Limbah, Vol.1 tahun 2006. Hal. 13-15. ISSN; 1412-5009. Pusat
Penembangan Teknologi Limbah Cair.Yogyakarta.
Rohman, Abdul M.Si., Apt. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal 240.
Seo T. G., T.S. Lee, B.H. Moon, J.H. Lim. 2001. Ultrafiltration Combined With
Ozone For Domestic Laundry Wastewater Reclamation and Reuse. Water
Supply. (Online) Vol. 1 No. 5-6 pp 387-392.
Siu, T. dan Yudin, A.K.2002. Practical olefin aziridination with a broad substrate
scope. J Am. Chem. Soc. 24: 530–531.
SNI 06-6989.51-2005. Air dan air limbah – Bagian 51 : Cara uji kadar surfaktan
anionik dengan spektrofotometer secara biru metilen.
Soemargono, Ismiati, E. dan Lazuardi. 2006. Pengolahan Limbah Rumah Tangga
dengan Proses Elektroflokulator Secara Batch. Jawa Timur : Jurusan
Teknik Kimia UPN Veteran.
Sostar-Turk, S., Petrini, I., Simoni, M. 2005. Laundry wastewater treatment using
coagulation and membrane filtration, Resources, Conservation and
Recycling, 44; 185-196.
Suriwiria, Prof. Drs. Unus. (2005). Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang
Sehat. Bandung: PT ALUMNI. Hal 40.
Van Der Leeden, F., F. L. Troise, and D. K. Todd, editors. 1990. The water
encyclopedia. 2nd edition. Lewis Publishers, Chelsea, Mich. 808 pp.