Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Koping keluarga tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk


membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan respon tidak
adekuat, dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber
yang tersedia (NANDA, 2006).
Koping keluarga tidak efektif juga didefinisikan sebagai kerusakan
perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam
keluarga tersebut menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Towsend,
1998). Keliat, dkk (2011) menyatakan koping keluarga tidak efektif terjadi
bila keluarga mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan
menangani ansietas karena tidak mempunyai kemampuan secara fisik,
perilaku maupun kognitif. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
mekanisme koping individu tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana
seseorang tidak mampu beradaptasi terhadap suatu stres yang berat karena
tidak mempunyai kemampuan menggunakan sumber yang ada dalam
penyelesaian suatu masalah baik fisik, perilaku dan kognitif.
Adapun fungsi mekanisme koping adalah untuk melindungi diri
atau bertahan dari serangan atau hal-hal baik yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan (Stuart & Sundeen, 1998). Koping merupakan bagian dari
proses adaptasi seseorang untuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh.
Dari apa yang disampaikan diatas disimpulkan bahwa mekanisme koping
dapat digunakan sebagai dasar intervensi yang membantu individu dalam
meningkatkan proses adaptasi .
Setiap orang menggunakan mekanisme koping yang berbeda untuk
mempertahankan integritas egonya akibat kegagalan, kekurangan atau rasa
bersalah. Apabila mekanisme koping ini tidak lagi berfungsi secara efektif
akan mengakibatkan ketidakseimbangan psikologis, maka hal ini
membutuhkan suatu cara penyelesaian masalah. Kalau rasa tegang (stress)
terlalu besar dan kuat untuk ditahan dan dilawan, pertahanan-pertahanan akan

1
melemah maka kepribadian akan mengalami disintegrasi dan akan berlanjut
pada koping individu tidak efektif

Pasien yang mengalami koping keluarga tidak efektif mengalami


kegagalan peran dalam melakukan pemecahan masalah yang dialami.
Karakteristik yang sering saya temukan pada klien dengan koping individu
tidak efektif di masyarakat diantaranya adalah tidak termotivasi untuk
menyelesaikan masalah, menganggap masalah tertentu sebagai hal yang biasa
dan menyalahkan hal-hal tertentu. Dari karakteristik yang saya temukan
dimasyarakat tersebut memberikan asumsi bahwa koping individu tidak
efektif didasarkan oleh kepribadian individu tersebut sendiri atau karena
kurangnya dukungan.
Pencetus terjadinya koping keluarga tidak efektif sesuai pengkajian
Stuart & Laraia (2005), mengacu dari beberapa faktor yaitu neurobiologis,
psikologis dan sosial. Pengalaman yang saya amati klien yang mengalami
koping individu tidak efektif penyebabnya juga dari faktor-faktor tersebut.
Intervensi generalis yang sering dilakukan selama ini adalah klien
diharapkan dapat mengenali atau mengidentifikasi koping tidak efektif yang
dilakukannya, mengatasi koping tidak efektif serta mampu memperagakan
atau mempergunakan koping yang efefktif. Beberapa pengamatan dan
pengalaman saya di masyarakat bahwa kesulitan dalam mengatasi diagnosa
ini adalah klien sudah terbiasa dengan kondisi yang ada sehingga tidak
termotivasi untuk mengatasi masalah (pasif) dan beberapa klien tidak
termotivasi merasa takut bila suatu masalah harus dibahas. Sehingga menurut
saya masalah koping individu tidak efektif ini sulit untuk diatasi jika hanya
dilakukan dengan terapi generalis saja dan masalah ini perlu dilakukan
pendidikan kesehatan tentang dampak jika suatu masalah atau stressor tidak
diatasi serta perlu dilakukan terapi spesialis diantaranya FPE dan bisa juga
diberikan CT.
Intervensi spesialis dapat dilakukan dengan mengacu pada empat terapi yaitu
terapi individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Pendekatan keempat
terapi ini dilakukan dengan melihat individu sebagai sistem yang terbuka
yang selalu berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan baik keluarga

2
sebagai sistem terkecil dari klien sampai komunitas. Pada diagnosa
keperawatan koping individu tidak efektif, pengembangan terapi spesialis
dilakukan dengan menganalisa kebutuhan dan pendekatan yang tepat dari
setiap terapi yang dilakukan baik individu, keluarga, kelompok maupun
komunitas.

Family Psychoeducation adalah salah satu elemen program


perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan
edukasi melaluikomunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi
merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart dan
Laraia, 2005). Sedangkan cognitif therapy merupakan suatu psikoterapi untuk
mengubah pikiran negative menjadi pikiran positif. Mengubah kepercayaan
(anggapan) tidak logis, penalaran salah, dan pernyataan negatif yang
mendasari permasalahan perilaku (Stuart & Laraia, 2005).Terapi kognitif
berfokus pada bagaimana cara mengidentifikasi dan memperbaiki persepsi-
persepsi pasien yang bias yang terdapat dalam pikirannya (Frisch & Frisch,
2006). Individu yang mengalami koping individu tidak efektif biasanya tidak
termotivasi untuk menyelesaikan masalah dikarenakan adanya beberapa
pikiran-pikiran negative diantaranya adanya ketakutan-ketakutan bila masalah
dibahas akan membuat suatu keributan, akan menambah masalah lagi dan
lain-lain. Sehingga dengan terapi cognitive klien akan termotivasi untuk
menyelesaikan masalahnya yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan
terapi FPE

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah


ini duraikan sebagai berikut

1. Apa Pengertian Dari Koping Keluarga Tidak Efektif ?

2. Apa Penyebab Dari Koping Keluarga Tidak Efektif?

3. Bagaimana Karakteristik Dari Koping Keluarga Tidak Efektif?

4. Bagaimana Proses Terjadinya Koping Keluarga Tidak Efektif?

3
5. Bagaimana Penilaian Terhadap Stressor?

6. Bagaimana Sumber Koping Keluarga?

7. Bagaimana Mekanisme Koping Stress Keluarga ?

8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Koping Keluarga Tidak Efektif?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini


diuraikan sebagai berikut

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Koping Keluarga Tidak Efektif

2. Untuk Mengetahui Penyebab Dari Koping Keluarga Tidak Efektif

3. Untuk Mengetahui Karakteristik Dari Koping Keluarga Tidak Efektif

4. Untuk Mengetahui Proses Terjadinya Koping Keluarga Tidak Efektif

5. Untuk Mengetahui Penilaian Terhadap Stressor?

6. Untuk Mengetahui Sumber Koping Keluarga

7. Untuk Mengetahui Mekanisme Koping Stress Keluarga

8. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Koping


Keluarga

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Koping keluarga tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana
keluarga mempunyai pengalaman atau mengalami keadaan yang berisiko
tinggi, suatu ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal dan ekternal
secara adekuat yang berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber-sumber
(fisik, psikologi, perilaku dan kognitif (Carpenito, 2000). Sedangkan koping
keluaraga tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membentuk
penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang
dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia (NANDA, 2015, Wilkinson, 2007). Menurut Kim (2006) koping
individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku dan kemampuan adaptif
seporang individu dalam memenuhi tuntutan dan peran hidupnya. Koping
keluarga tidak efektif merupakan keadaan ketika keluarga mengalami atau
berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal
atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber
(fisik, psikologis, perilaku dan kognitif) (Carpenito-Moyet, 2007).

B. Penyebab
Menurut NANDA (2015) koping individu tidak efektif dapat
disebabkan karena adanya:
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat

5
9. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik
hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu/tidak percaya
13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah

C. Karakteristik Koping Keluarga Tidak Efektif


Menurut Carpenito-Moyet (2007) koping keluarga tidak efektif sering
ditunjukkan dengan:
1. Mayor
a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
b. Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
2. Minor
a. Rasa khawatir kronis dan ansietas
b. Melaporkan tentang kesukitan dengan stres kehidupan
c. Ketidakefektifan partisipasi sosial
d. Perilaku destruktif yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
e. Tingginya insiden kecelakaan
f. Sering sakit
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
h. Pola respons non asertif
i. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
j. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang

D. Proses terjadinya
1. Faktor Predisposisi
1) Biologis

6
1) Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik
yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi
mayor
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau
anoreksia dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam
kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit
kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
5) Ada riwayat sering menderita sakit
6) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
7) Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik,
nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol,
narkotik dan sedatif-hipnotik)
8) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
a) Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus,
korteks frontal
b) Sistem neurokimia: GABA mengalami defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan. Norephinefrin terlalu aktif atau kurang
aktif di bagian otak yang berkaitan dengan ansietas. Serotonin
kekurangan ayau ketidakseimbangan

2) Psikologis
1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
3) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif

7
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri
terhadap stressor
4) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mengalami ketidakpastian
5) Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang
menyulitkan untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan
orang lain atau membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan
melakukan komunikasi verbal akibat pemasangan NGT, ETT,
trakeostomi dalam jangka panjang
6) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat
penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan
perubahan afek atau mood
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya
perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan,
gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan
sedih dan putus asa , kehilangan orang yang dicintai, penculikan,
perampokan, kehamilan di luar nikah, perselingkuhan.
8) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh,
dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang
menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri
rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang
tidak realistis serta kerancuan identitas
9) Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep
diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan
mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang
negatif
10) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase
perkembangan awal, misalnya:
a) Metode disiplin yang tidak konsisten

8
b) Takut kegagalan
c) Trauma masa kanak-kanak
d) Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang
e) Penolakan orang tua
f) Keterampilan sosial yang buruk
g) Penolakan sebaya
11) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk,
polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
12) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan
sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan
kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar .
13) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan
pertahanan sehingga sehingga memudahkan menggunakan
mekanisme pertahanan yang tidak adaptif, individu mempunyai
kerentanan yang tinggi, kepribadian narsistik, menghindar, obsesif
kompulsif, dependen
14) Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen
kepribadian, id dan superego
3) Sosial budaya
1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal.
2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping
(wanita lebih banyak daripada pria (2:1)
3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan

9
5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat
karena kematian
6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada
dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat
karakteristik hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua
angkat, relokasi. Harus tinggal di panti asuhan, institusi
pendidikan, institusional, penjara. Belum bisa memisahkan diri dari
autokritas keluarga
8) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
9) Agama dan keyakinan: kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
10) Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power
sindrome
11) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain:
2. Faktor Presipitasi
a) Nature
1) Biologis
a) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
sehingga mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi
tanggung jawab peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya
b) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita
penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang
kompleks, tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan
anggota tubuh

10
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
d) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai
akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari
stress
e) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
f) Adanya perubahan fisik akibat penuaan
g) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
2) Psikologis
a) Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap
ancaman yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya
kemampuan memahami (intelegensi yang rendah)
b) Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga
tidak mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang
dialami akibat stressor yang datang
c) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat,
retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan
afek atau mood
d) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mengalami ketidakpastian
e) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam
konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam
kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang
berlebihan, model peran yang negatif
f) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota
tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma
yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga
diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal
diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas

11
g) Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
yang berdampak pada perubahan citra tubuh
h) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan
gangguan citra tubuh karena terjadi perubahan penampilan
i) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya
perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan,
gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan
perasaan sedih dan putus asa
j) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat
penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
k) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan
pertahanan sehingga keluarga melakukan penolakan pada klien
dan terhadap pengobatan
l) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya
dukungan sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga
menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons
dari luar .
m) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol
diri yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri
terhadap stressor
n) Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep
diri
(1) Masa remaja
 Perubahan fisik dan emosional

12
 Kemandirian dari keluarga
 Hubungan persahabatan
 Kesadaran seksual
 Kebutuhan pendidikan
 Pilihan karier
(2) Dewasa muda
 Pilihan karier
 Kebutuhan pendidikan
 Menjadi orang tua
 Meninggalkan rumah
 Menikah
(3) Usia paruh baya
 Tanda-tanda fisik penuaan
 Tekanan karier
 Masalah membesarkan anak
 Masalah dengan kerabat
 Kebutuhan status sosial
 Orang tua yang menjadi lansia
(4) Lansia
 Perubahan fisik
 Perubahan status finansial
 Perubahan tempat tinggal
 Pensiun
 Respons orang lain terhadap individu lansia
3) Sosial budaya
a) Usia: Krisis maturasional
b) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
c) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal
sekolah

13
d) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan
dan ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status
finansial
e) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru
terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
f) Status sosial :
1) Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat
2) Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di rumah
sakit atau perawatan di panti
3) Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan,
institusional, penjara
4) Adanya perubahan tempat tinggal
5) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
6) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti
kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom
7) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor
yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang,
pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan
orang terdekat karena kematian
8) Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di
masyarakat yang kurang.
b) Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang
sekitar/masyarakat serta peer group
c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang
atau terus menerus

14
d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai
masalah yang sangat berat

E. Penilaian Terhadap Stressor


1. Kognitif
a. Kesulitan mengorganisasi informasi
b. Ketidakmampuan memperhatikan informasi
c. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
d. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
e. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
f. Mengungkapkan sering menderita sakit
g. Mengungkapkan sering mengalami kecelakaan
h. Mengungkapkan tidak bisa memenuhi peran yang diharapkan
i. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
j. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk memecah masalah
k. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
2. Afektif
a. Merasa depresi
b. Merasa takut
c. Merasa mudah marah
d. Merasa frustasi
e. Merasa cemas yang berlebihan
f. Merasa tidak sabar
g. Merasa tidak bersemangat
3. Fisiologis
a. Perasaan letih
b. Gangguan tidur
c. Bukti adanya kekerasan fisik/psikologis
d. Peningkatan tekanan darah, pusing
e. Sakit kepala
f. Kurang napsu makan

15
g. Penurunan berat badan
h. Konstipasi/diare
i. Mual/muntah
j. Gangguan skilus haid
4. Perilaku
a. Penyalahgunaan agens kimia / obat-obat terlarang
b. Perilaku destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri
c. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
d. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
e. Tidak dapat melakukan pemecahan masalah secara adekuat
f. Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan,
penyelesaian masalah, termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti dan
mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan informasi
g. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
h. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
i. Ekspresi wajah tentang harapan yang tidak realistis
j. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
k. Pengambilan keputusan /tindakan yang merusak keharmonisan
keluarga
l. Penyalahgunaan obat, alkhohol, rokok, menyalahkan diri sendiri
5. Sosial
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Manipulasi verbal
d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengekspresikan
perasaan kepada orang lain
f. Anggota keluarga berpisah atau membentuk koalisi yang tidak
mendukung
g. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau
menurun

16
h. Orang yang berarti menarik diri atau memasuki komunikasi personal
dengan klien secara temporer atau terbatas pada saat dibutuhkan
i. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain

F. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
b. Kemampuan dalam memecahkan masalah: mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut,
menguraikan alternatif pemecahan yang dapat digunakan dan
kemampuan mencari sumber pendukung yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalahnya
c. Hubungan interpersonal dengan orang lain di sekitarnya
d. Pengetahuan klien tentang tindakan atau cara yang dapat digunakan
untuk menghadapi stressor
e. Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat
upaya membantu anggota keluarganya yang sakit.
2. Sosial support
a. Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga
kelompok dan masyarakat.
b. keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya atau adanya
komitmen organisasi kemasyarakatan yang ada disekitarnya
c. Adanya kader kesehatan jiwa yang dapat membantu menguraikan atau
membantu masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarganya
d. Adanya kader kesehatan di sekitar tempat tinggal
3. Material asset
a. Penghasilan secara individu : cukup atau tidak
b. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) untuk melakukan perawatan anggota
keluarganya yang sakit
c. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES yang dapat
digunakan untuk mendukung pengobatan anggota keluarganya.

17
d. Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
e. Akses pelayanan kesehatan terdekat yang dapat didatangi oleh anggota
keluarganya
4. Positive belief
a. Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri bahwa mampu
menghadapi stressor dengan cara yang lebih baik
b. Memiliki motivasi atau tidak dalam menghadapi stressor
menggunakan cara yang telah dimiliki
c. Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan
terjadinya penyakit yang lebih parah pada keluarganya dari pada
mengobati

G. Mekanisme Koping
1. Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu
menerimanya sebagai suatu pilihan untuk memecahkan masalah seperti
dengan cara
a. Negosiasi/kompromi
b. Meminta saran
c. Perbandingan positif, penggantian rewards
2. Destruktif
Menghindari kecemasan dengan cara tanpa menyelesaikan masalah
atau konflik tersebut tetapi dengan cara :
a. Denial
b. Supresi
c. Proyeksi
d. Menyerang
e. Menarik diri

18
H. Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Koping Keluarga
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Koping keluarga tidak efektif adalah suatu keadaan dimana keluarga
menunjukkan risiko tinggi perilaku destruktif dalam berespons terhadap
ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal atau eksternal karena
ketidakmampuan (fisik, psikologis dan kognitif) yang dimiliki.
2. Tanda dan Gejala
Data berikut yang dapat ditemukan di dalam keluarga:
a) Ketegangan dalam keluarga
b) Menurunnya toleransi satu sama lain
c) Permusuhan dalam keluarga
d) Perasaan malu dan bersalah
e) Perasaan tidak berdaya
f) Agitasi
g) Mengingkari masalah
h) Harga diri rendah
i) Penolakan
3. Penyebab
a. Orang yang penting atau berpengaruh dalam keluarga tidak mampu
mengekspresikan perasaan seperti memendam rasa bersalah,
kecemasan, permusuhan dan keputusasaan
b. Pola pengambilan keputusan keluarga yang sewenang-wenang
(otoriter)
c. Hubungan antar anggota keluarga yang penuh keragu-raguan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat
dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga sebagai berikut:

19
KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Terapi Generalis Untuk Keluarga
a. Tujuan
1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga
2) Mengidentifikasi koping yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tindakan atau koping yang dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah
4) Mendiskusikan alternatif koping atau cara penyelesaian masalah
yang baru
5) Melatih menggunakan koping atau cara mengatasi masalah yang
baru
6) Mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang
efektif

b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar keluarga merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat. Tindakan yang perawat lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan sambil mengenalkan nama
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak, waktu dan tempat setiap kali pertemuan dengan
keluarga
2) Identifikasi masalah yang dihadapi oleh keluarga
a) Asal masalah
b) Jumlah
c) Sifat
d) Waktu
3) Diskusikan koping atau upaya yang biasa dilakukan keluarga

20
a) Mekanisme koping yang selalu digunakan menghadapai masalah
b) Mengungkapkan perasaan setelah menggunakan koping yang biasa
digunakan
4) Diskusikan alternatif koping
a) Keterbukaan dalam keluarga, membahas masalah yang dihadapi
dalam keluarga, membahas cara-cara menyelesaikan masalah dan
membagi tugas penyelesaian masalah
b) Melakukan kegiatan yang disukai (olahraga, jalan-jalan, dll) untuk
mengembalikan energi dan semangat (break sesaat)
c) Mencari dukungan sosial yang lain
d) Memohon pertolongan pada Tuhan
5) Latih keluarga menggunakan koping yang efektif
6) Evaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang efektif

2. Terapi Spesialis Untuk Keluarga: Terapi Komunikasi


Sesi I : Membantu keluarga mengidentifikasi masalah dalam
komunikasi
a. Setiap anggota keluarga mengungkapkan perasaan masing-masing.
b. Setiap anggota keluarga menyampaikan harapannya.
c. Membantu keluarga mengidentifikasi masalah yang timbul dalam
berkomunikasi yang biasa dilakukan.
d. Membantu keluarga mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki.
e. Melatih keluarga dalam melakukan komunikasi terapeutik.
f. Memberi kesempatan keluarga untuk mencoba berkomunikasi
terapeutik.

Sesi II : Meningkatkan kemampuan keluarga dalam berkomunikasi


asertif
a. Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam berkomunikasi terapeutik
lainnya.

21
b. Melatih keluarga untuk melakukan teknik komunikasi terapeutik
lainnya.
c. Memberikan kesempatan keluarga untuk melakukan teknik komunikasi
terapeutik yang diajarkan untuk menyampaikan keinginannya.
d. Memberi pujian pada keluarga.

Sesi III : Terminasi


a. Mengevaluasi kemampuan seluruh anggota keluarga dalam melakukan
komunikasi secara terapeutik.
b. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi adanya hambatan yang
dialami dalam melakukan komunikasi terapeutik.
c. Mendiskusikan alternatif pemecahan masalah yang terjadi dalam
berkomunikasi secara terapeutik.
d. Memberi motivasi pada keluarga untuk mencoba alternatif
pemecahan masalah.
e. Memberikan pujian pada keluarga.

STANDAR ASUHAN KEPRAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK


EFEKTIF
DIAGNOSA TUJUAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

Koping keluarga TUM: 1. Membina


tidak efektif Koping keluarga menjadi hubungan saling
lebih efektif. percaya
Tanda dan gejala: (mengucapkan
 Ketegangan TUK: salam terapeutik,
dalam 1. Keluarga mampu: berjabat tangan
keluarga Mendiskusikan sambil
 Perasaan masalah yang mengenalkan
malu & dihadapi keluarga nama,
bersalah 2. Mengidentifikasi menjelaskan

22
 Mengingkari koping yang tujuan interaksi
masalah dimiliki keluarga dan membuat
 Menurunnya kontrak, waktu
toleransi 3. Mendiskusikan serta tempat
satu sama tindakan atau setiap kali
lain koping yang pertemuan dengan
 Perasaan dilakukan keluarga keluarga).
tidak untuk mengatasi 2. Mengidentifikasi
berdaya masalah masalah yang

 Harga diri 4. Mendiskusikan dihadapi oleh

rendah alternatif koping keluarga (asal

 Permusuhan atau cara masalah, jumlah

dalam penyelesaian masalah, sifat

keluarga masalah yang baru masalah dan

 Agitasi 5. Melatih waktu terjadinya


menggunakan masalah).
 Penolakan
koping atau cara 3. Mendiskusikan
mengatasi masalah koping atau upaya
yang baru yang biasa
6. Mengevaluasi dilakukan
kemampuan keluarga.
keluarga 4. Mendiskusikan
menggunakan mekanisme
koping yang koping yang
efektif selalu digunakan
7. menghadapi
masalah dan
mengungkapkan
perasaan setelah
menggunakan
koping yang biasa
digunakan

23
5. Mendiskusikan
alternatif koping
(keterbukaan
dalam keluarga,
membahas
masalah yang
dihadapi dalam
keluarga,
membahas cara-
cara
menyelesaikan
masalah dan
membagi tugas
penyelesaian
masalah,
melakukan
kegiatan yang
disukai seperti
olahraga, jalan-
jalan, dll untuk
mengembalikan
energi dan
semangat/break
sesaat, mencari
dukungan sosial
yang lain dan
memohon
pertolongan pada
Tuhan)
6. Melatih keluarga
menggunakan
koping yang

24
efektif.
7. Mengevaluasi
kemampuan
keluarga
menggunakan
koping yang
efektif.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa koping keluarga tidak efektif
merupakan suatu keadaan dimana keluarga mempunyai pengalaman atau
mengalami keadaan yang berisiko tinggi, suatu ketidakmampuan untuk
mengatasi stressor internal dan ekternal secara adekuat yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku dan
kognitif. Untuk itu diperlukan asuhan keperawatan mekanisme koping,
mendiskusikan alternative koping dan juga tepai komunikasi.
3.2 Saran
1. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatn secara tepat
untuk koping keluarga agar efektif.

26
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2015. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran
EGC
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis
Company: Philadelphia.
Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8.
Philadelphia: Elsevier Mosby
Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th
ed. F. A. Davis Company: Philadelphia
Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of
psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders

27

Anda mungkin juga menyukai