Pemikiran Teologi Syiah
Pemikiran Teologi Syiah
Disusun Oleh:
ZULFIRAIS E02150075
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan dalam selalu tercurahkan kepada
Rosulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugaas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kulia Agama Islam..
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalaj yang perlu diteliti, naik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Dalam penyusun tugas atau materi ini, tidak sedikita hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam menyusun materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pemikiran Theology
kaum Syi’ah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing sata
meminta masukannya demi perbaikan pembutan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
ii
DAFTAR ISI
Dalam beragama, seseorang ataupun suatu kelompok sering dihadapkan pada pilihan
yang amat perlu dikaji secara matang. Masalah tersebut dapat muncul dari berbagai bidang, di
antaranya keyakinan aliran, persaingan politik, dan lain sebagainya.
Menurut Ibn Khaldun, sebagaimana dikutip A.Hanafi, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi
alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-
dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-
kepercayaan aliran golongan salaf dan Ahli Sunnah (Abuddin Nata, 2009, hal. 268)
Aliran Syi’ah adalah salah satu kelompok dalam sejarah pemikiran Islam merupakan
sebuah aliran yang muncul dikarenakan gejolak politik dan seterusnya berkembang menjadi
aliran teologi dalam Islam.Syi’ah dikenal sebagai sebuah aliran teologi dalam Islam, yaitu ketika
mereka mencoba mengkaitkan iman dan kafir dengan Imam, atau dengan kata lain ketaatan pada
siorang Imam merupakan tolak ukur beriman tidaknya seseorang, di samping paham mereka
bahwa Imam merupakan wakil Tuhan serta mempunyai sifat ketuhanan.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menjelaskan bagaimana latar belakang munculnya
aliran Syiah yang diperjuangkan oleh tokoh-tokohnya dengan Pokok ajaran dan dasar serta
pengaruh pemikirannya, sikap teologis rasionalnya yang didasari oleh Al- Ushul al- Khamsah
Syiah.
Harapan penulis, kiranya dengan adanya sedikit uraian tentang golongan Syi’ah ini akan
lebih menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap khazanah peradaban dan pemikiran-
pemikiran dalam Islam terkhusus hal-hal yang berkenaan dengan golongan Syiah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
sesudah Nabi.. Setelah Ali menjadi khalifah dan rakyat mengakuinya, nyatalah pada mereka
bahwa Ali adalah orang yang besar, berilmu dan mempunyai agama yang kuat. Berdasarkan
realitas itulah, muncul dikalangan sebagian kaum mukmin yang menentang dan menolak
kekhalifahan dari kaum tertentu. Mereka tetap berpandapat bahwa Nabi dan penguasa
keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua perasaan kerohanian dan
agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Perbedaan
pedapat dikalangan para ahli ilmu kalam mengenai Syi’ah. Para ahli berpegang teguh pada fakta
sejarah, perpecahan memang mulai mencolok pada msa pemerintahan Usman bin Affan dan
memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
tepatnya setelah perang Shifin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan Hadist-hadist yang mereka
terima dari ahli bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat dan
kekhalifahan jatuh ketangan Abu Bakar. Segara setelah itu terbentuklah syi’ah. Bagi mereka
pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka
bergerak dibawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Syiah pada
masyarakat. Tampaknya Syi’ah sebagai salah satu faksi Islam yang bergerak seecara terang-
terangan, memang baru muncul pada masa kekholifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah
sebagai doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahli bait.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai Syi’ah yakni golongan
umat Islam yang terlampau mengagungkan keturunan Nabi. Mereka mendahulukan keturunan
Nabi, untuk menjadi khalifah. Dalam hal ini golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-lah
yang paling berhak memegang jabatan kholifah setelah Nabi. Tapi Ali membantah dengan
adanya pendapat seperti itu, karena jabatan kholifah tidak hany dipegang oleh orang-orang yang
menjadi keturunan Nabi, melainkan orang-orang yang berhak, mampu dalam memimpin serta
telah disepakati oleh ummat.
Pada umumnya tokoh yang dianggap sebagai pendiri Syi’ah adalah Abdullah Ibn Saba,
seoraing pendeta Yahudi yang masuk Islam pada zaman Khalifah Khalifah Utsman ibn Affan
(Yusran Asmuni,1998, hal. 88).
Dalam sejarah berkembangnya kaum Syi’ah ada berberapa mutakallim yang banyak
mempengaruhinya di antaranya Muahmmad ibnun Nu’man yang digelari Mukmin att-Thaq
(gelombang orang beriman di kawasan itu) oleh Syi’ah, dan Setan ath-Thaq (si setan besar di
kawasan itu ) oleh Ahlush Sunnah-ath-Thaq adalah nama tempat di Baghdad. Dia adalah seorang
4
pemimpin Imamiah, seperti juga Hisyam, yang menjadi propagandis mazhab mereka, dan
banyak menulis banyak buku tentang itu (Dhiauddin Rais, 2001, hal. 64). Mutakallim lain yang
sering disebut-sebut masyhur dalam Syi’ah adalah Yunus bin Abdur Rahman al-Qimmi, keluarga
Naubakht keturunan Persia- yang dipelopori oleh Abu Sahal an-Naubakhti yang banyak
mengarang buku, di antaranya kitab al-Itstifaa’ fil Imamah, kitab Ibthal al Qiyas, dan lalin-lain.
kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam dan itu hanya ada
pada keturunan Nabi Muhammad.
5. Al Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat. Kaum
Syi’ah percaya sepenuhnya bahwa hari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka
manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke asalnya
baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus
memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di
hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang
beramal shaleh dan menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.
Syi’ah terpecah dalam berpuluh-puluh kelompok. Perpecahan itu disebabkan oleh berbagai
factor: karena perbedaan prinsip dan ajaran yang berakibat timbulnya kelompok yang ekstrem
(al-Ghulat) dan kelompok moderat; karena perbedaan pendirian tentang siapa yang harus
menjadi imam sepeninggal Husein bin Ali, Imam ketiga, sesudah Ali Zainal Abidin, Imam
keempat, dan ssesudah Ja’far Shadiq, Imam keenam. Dari kelompok-kelompok tersebut yang
paling terkenal Its Asyariyah termasuk Syi’ah Imamiyah (Munawir Sjadzali,1993, hlm. 212)
Imamiyah Itsna Asyariah kiranya merupakan kelompok Syi’ah yang paling besar
pengikutnya, Golongan Syi’ah yang ada di Irak, Iran dan sekitar Teluk itu hampir seluruhnya
dari Itsna Asyrariyah (Munawir Sjadzali,1993, hlm.214)
Dalam perjalanan sejarah perkembangan aliran Syi’ah terdapat banyak sekte-sekte dengan
paham yang berbeda. Salah satunya yang dikemukakan oleh Yusran Asmuni (1998, hlm. 87)
menyebutkan bahwa sekte-sekte yang terdapat dalam aliran Syiah ada 22 sekte. Seperti di
antaranya Sabiyah Kaisaniyah, Imamiyah, Ismailiyah, Zaidiyah, Qaramithah, dan lain-lain.
Dari banyaknya aliran-aliran yang ada, penulis mengemukakan beberapa aliran yang
sering disebutkan dan memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan aliran Syi’ah ini. Di
antaranya yaitu:
6
Walaupun dalam Syi’ah terdapat beberapa aliran, namun pokok-pokok paham mereka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Hak Kekhalifaan sesudah Rasulullah adalah Ali ibn Abi Thalib, karena itu kekhalifaan Abu
Bakar, Umar dan Utsman bukan hak mereka.
2) Khalifah – dalam istilah mereka iman – harus ditunjuk oleh Nabi.
3) Imam adalah Ma’shum, tidak berdosa dan tidak boleh diganggu gugat (Yusran Asmuni,1998,
hlm. 88).
1.3. Sikap Teologis Rasional Syi’ah
Kaum Syi’ah berpandangan dalam mengenal Tuhan menjadikan manusia dalam
berkehidupan, ada beberapa konsep yang diungkapkan oleh beberapa pemukanya. Di antaranya
Hisyam bin Al-Hakam yang menganggap bahwa manusia memiliki kekuatan tertentu sebelum
perbuatan itu sendiri, seperti kesehatan, kekuatan fisik, dan lain-lain (Fazlur Rahman, 2000,
nhlm. 89). Artinya manusia mempunyai wilayah untuk menentukan atau mempengaruhi
bagaimana tentang apa yang akan datang kepadanya.
At-Tusi, dalam ringkasannya yang dikenal tentang teologi, kitab at-Tajrid, sebuah karya
yang mendapat berbagai komentar dari tiolog-tiolog Syi’ah dan Sunni dan diajarkan di lembaga-
lembaga pengajaran Sunni dan Syi’ah, dengan jelas menyatakan bahwa manusia adalah
“pencipta” perbuatannya sendiri (Fazlur Rahman, 2000, hlm. 92). Pendapat ini sangat ingin
menekankan akan besarnya peran manusia untuk menentukan hidupnya sendiri.
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan, bila dicermati ternyata semuanya akan
merujuk pada pandangan umum yang muncul yaitu bahwa pada tuhan dan manusia ada proses
determinasi yang parallel. Jadi, seperti yang telah kita lihat, pada manusia ada faktor-faktor
kesehatan, organ fisik yang bersangkut paut, ketiadaan rintangan dan akhirnya ada dorongan
yang memaksa (mubayyij), pada Tuhan ada proses yang ,terdiri dari keinginan umum (masyi’a),
keinginan yang kuat (irada) ukuran (waktu dan tempat yang disebut qadar) dan akhirnya,
determinasi yang tidak dapat dibatalkan (qada). Tampak bahwa pada akhir proses ketika
perbuatan benar-benar terjadi, ada penggabungan determinasi Tuhan dan keinginan manusia,
Karena itu, perbuatan itu adalah bentuk kolaborasi antara manusia dan Tuhan.
8
Keberhasilan Revolusi Islam Iran yang terinspirasi dari doktrin-doktrin Islam Syiah, dalam
banyak hal menghembuskan angin perubahan. Tidak hanya di dalam negeri Iran, peta politik di
Timur Tengah, namun juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada pergulatan pemikiran
di Indonesia.
Tentang pengaruh revolusi Iran, Dr Richard N Frye, ahli masalah Iran di Universitas
Harvard, berkomentar: "Revolusi Islam di Iran bukan hanya titik-balik dalam sejarah Iran saja.
Revolusi itu juga merupakan satu titik-balik bagi rakyat di seluruh negara- negara Islam, bahkan
bagi massa rakyat di dunia ketiga" (http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/makalah-aliran-
syiah/)..
Pemikiran tokoh-tokoh di balik Revolusi Islam Iran, seperti Ayatullah Khomenei, Syahid
Muthahari, Dr. Ali Syariati, dan Allamah Thabathabai serta merta menjadi kiblat politik
alternatif bagi cendekiawan dan para pemikir Islam di Indonesia. Karenanya, tidak
mengherankan jika kita dengan mudah menemukan intelektual Indonesia dengan begitu fasih
mengutip transkrip-transkrip pemikiran Ali Syari'ati, Muthahhari atau pemikir-pemikir Syi'ah
lainnya. Bukan hanya Jalaluddin Rahmat yang mendapat gelar Syi’ah hanya karena menamakan
yayasan yang didirikannya: Yayasan Muthahhari. Amien Rais pernah menerima gelar Syi'ah
juga, karena dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip Ali Syari'ati bahkan juga
menyempatkan diri menerjemahkan karya tulis Ali Syariati.
Masuknya karya-karya para pemikir Iran di Indonesia menjadi oase bagi banyak intelektual
Indonesia. Kajian filsafat, misalnya, yang dalam diskursus pemikiran Syi’ah tidak pernah
terputus.
BAB III
KESIMPULAN
Munculnya aliran Syi’ah adalah satu bentuk ketidakpuasan kelompok kaum muslimin pada
penguasa yang di luar dari keturunan Nabi Muhammad. Mereka berkeyakinan bahwa khalifah
sepeninggal Nabi haruslah keturunan dari Fatimah.
Beberapa tokoh Syi’ah di antaranya: Abdullah Ibn Saba, Muahmmad ibnun Nu’man yang
digelari Mukmin att-Thaq Yunus bin Abdur Rahman al-Qimmi, keluarga Naubakht keturunan
Persia- yang dipelopori oleh Abu Sahal an-Naubakhti
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya
diantaranya yaitu at Tauhid, al ‘Adl, an Nubuwah, al Imamah dan al Ma’ad. Dalam kekhalifaan
paham mereka adalah hak Kekhalifaan sesudah Rasulullah adalah Ali ibn Abi Thalib, Khalifah
– dalam istilah mereka iman – harus ditunjuk oleh Nabi, dan Imam adalah Ma’shum.
Dalam Aliran Syi’ah terdapat banyak sekte-sekte, namun di antaranya yang sangat
berpengaruh ada empat, yaitu Sab’iyah (Syi’ah Tujuh), Imamiyah/ Itsna Asy’ariyah, Zaidiyah,
dan Ghulat.
Sikap teologis rasional Syi’ah bahwa dalam hidupnya manusia mendapatkan arah hidupnya
ditentukan oleh Tuhan dan keinginan manusia, Karena itu, perbuatan itu adalah bentuk
kolaborasi antara manusia dan Tuhan.
9
10
DAFTAR PUSTAKA