Anda di halaman 1dari 10

Pengenalan Potensi Diri

03 Mei 2017

DIKLAT PIM IV

Oleh
Dra. Kurniasih, M.Si

BPSDMD PROVINSI BANTEN


Tahun 2017
PENGENALAN DAN PENGUKURAN POTENSI DIRI

A.MENGENAL POTENSI DIRI

Pengertian potensi - Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent

yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain kurang lebih semakna, kata potensial

mengandung arti kekuatan, kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah

terwujud, tetapi belum optimal. Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang

dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh

seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.

Berbagai pengertian di atas memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi merupakan suatu

daya yang dimiliki oleh manusia.Akan tetapi, daya tersebut belum dimanfaatkan secara

optimal.Oleh karena itu, yang menjadi tugas berikutnya bagi manusia yang berpotensi adalah

bagaimana mendayagunakan potensi tersebut untuk meraih prestasi. Secara umum, potensi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

 Kemampuan dasar, seperti tingkatan inteligensi, kemampuan abstraksi, logika, dan daya

tangkap.

 Sikap kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya tahan terhadap tekanan.

 Kepribadian, yaitu pola menyeluruh terhadap semua kemampuan, perbuatan, serta

kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, rohani, emosional, maupun sosial yang ditata

dengan cara yang khas di bawah pengaruh dari luar. Pola ini berbentuk tingkah laku

dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki. Beberapa contoh

kepribadian, antara lain ikhlas, tulus, lincah, cerdas, dan lain sebagainya.
Setiap manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat dikembangkan.Tidak sedikit

manusia belum sepenuhnya mengembangkan dan menggunakan potensi yang ada pada

dirinya.Hal ini terjadi dikarenakan mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya

dan hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut.Mampu mengembangkan

potensi diri merupakan dambaan setiap individu.Mampukan seseorang mengembangkan potensi

dirinya secara efektif? Itu bergantung pada motivasi diri, karena pengembangan potensi diri

merupakan suatu proses yang sistematis dan bertahap.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlaq mulia, dan

keterampilan yang dibutuhkan. Dengan demikian, tugas seorang guru bukanlah memberikan

sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, melainkan membimbing mereka

untuk tumbuh dan berkembang.

Menurut Charles Handy ada tujuh potensi kecerdasan yang dimiliki dan bisa

dikembangkan oleh manusia, yakni :

 Kecerdasan logika, kecerdasan ini sangat terkait dengan kemampuan manusia dalam menalar

dan menghitung.

 Kecerdasan verbal, kemampuan manusia dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

 Kecerdasan praktik, kemempuan manusia untuk mempraktikkan ide yang ada dalam

pikirannya.

 Kecerdasan dalam bidang musik, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang

bisa merasakan nada dan irama.


 Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemempuan seseorang untuk

bisa memahami segala sesutau yang terkait dengan diri pribadi.

 Kecerdasan interpersonal, kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam

memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain.

 Kecerdasan spasial, kemampuan seseorang dalam mengenali ruang atau dimensi, termasuk

di dalamnya bagaimana mengenali warna, bentuk, maupun garis.

Secara garis besar, kecerdasan yang dimiliki manusia ada tiga macam, yaitu : 1).

Kecerdasan intelektual(IQ), 2). Kecerdasan emosional (EQ), 3). Kecerdasan spiritual(SQ).

Ketiga kecerdasan tersebut hendaknya menjadi perhatian utama dalam proses belajar mengajar

agar potensi yang dimiliki setiap anak didik bisa berkembang dengan baik.

Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan dengan kemempuan potensi manusia dalam

mempelajari sesuatu dengan alat-alat berfikirnya.Kecerdasan ini bisa diketahui atau diukur

dengan kekuatan verbal dan logika yang ditunjukkan oleh seseorang.Kecerdasan inilah yang

tampaknya menjadi hal utama dalam pendidikan saat ini.

Potensi kecerdasan selanjutnya yang dimiliki setiap manusia yaitu Kecerdasan emosional

(EQ). Setidaknya ada lima komponen pokok yang termasuk kecerdasan emosional, yakni

kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengelola sebuah hubungan sosial.

Kecerdasan yang ketiga adalah kecerdasan spiritual(SQ), kecerdasan ini mengangkat

fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam

melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadaian tertentu.

Ketiga potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik sebagaimana tersebut harus

dikembangkan oleh sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan bagi para muridnya.Lebih khusus lagi, jika terjadi permasalahan pada diri anak didik
terkait dengan pengenalan sekaligus pengembangan potensi ini maka bimbingan dan konseling

harus dilakukan kepadanya, dimana ketiga kecerdasan tersebut harus seimbang untuk potensi

anak tersebut.

B.Macam-macam potensi

Secara umum, macam-macam potensi manusia adalah sebagai berikut.

 Potensi fisik, merupakan organ fisik manusia yang dapat digunakan dan diberdayakan

untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi fisik berfungsi

sesuai dengan jenisnya. Contohnya, mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga

untuk mendengar, dan sebagainya.

 Potensi mental intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada

pada otak manusia (terutama otak belahan kiri). Potensi ini berfungsi, antara lain

menganalisis, menghitung, merencanakan sesuatu, dan sebagainya.

 Potensi sosial emosional (emotional quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada

pada otak manusia (terutama otak belahan kanan). Potensi ini berfungsi, antara lain untuk

mengendalikan amarah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran diri, dan sebagainya.

Emotional quotient (EQ) lebih banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan

lingkungan.

 Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang

bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau

jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). Dengan SQ manusia

dapat muncul sebagai makhluk yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Cara pengungkapan SQ adalah melalui pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti.
 Potensi ketangguhan (adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan manusia yang

bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan,

dan daya juang yang tinggi. AQ merupakan salah satu faktor spesifik sukses (prestasi)

seseorang karena mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti

seseorang telah mampu mengubahrintangan menjadi peluang

Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang belum terwujud

secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan,

tentu saja manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang untuk berusaha

meraih keinginannya. Tanpa ambisi, orang hanya akan merasa puas dengan kondisi yang

dimilikinya sekarang, tidak ada keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Walaupun

demikian, kita harus mampu untuk menakar kemampuan diri.Jangan sampai ambisi yang

berlebihan, yang berada di luar jangkauan dan kewajaran justru membawa kita ke jurang

kesombongan dan mendorong pada kegagalan.

Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain.

Menurut ilmu jiwa, ”keberhasilan” dimaksudkan untuk mempertinggi rasa harga diri dan

memperkuat kesadaran diri. Ambisi yang berlebihan (ambisius) mungkin merupakan alat untuk

menutupi ketidakberhasilan, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun perasaan rendah

diri.Ambisi berbeda dengan cita-cita dan target.Ambisi adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang

besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau

melakukan sesuatu.Cita-cita adalah suatu keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam

pikiran.Target adalah sasaran (batas ketentuan, dan sebagainya) yang telah ditetapkan untuk

dicapai.
Motivasi untuk mencapai hasil bukanlah bawaan, tetapi dibentuk melalui pendidikan.

Masyarakat kita yang berorientasi pada sukses dan prestasi, membuat orang tua

mendorongambisi anak dan muridnya.Akan tetapi, banyak orang tidak menyadari bahwa ambisi

yang berlebihan merusak keberhasilan.R.G. Stennet dapat memperlihatkan bahwa, ambisi yang

berlebihan memberi efek buruk terhadap hasil yang dicapai.

Ambisi yang berlebihan (ambisius) berakibat negatif, tidak hanya terhadap perkem- bangan

kemampuan untuk berhasil, tetapi juga terhadap perkembangan sosial.Orang yang punya ambisi

berlebihan cenderung egois dalam mencapai sasarannya. Oleh karena orang yang ambisius lebih

memusatkan perhatian pada tujuannya sendiri tanpa memerhatikan tujuan orang lain, dan tidak

terbuka pikirannya terhadap orang lain.

C. Pengenalan dan pengukuran potensi diri

Setiap orang memiliki potensi, tetapi tidak setiap orang mampu mengenali potensinya sendiri

untuk kemudian didayagunakan demi kesuksesan dirinya.Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

langkah awal untuk menuju sukses adalah mengenali potensi diri kita sendiri. Jika kita mengenali

apa yang mungkin menjadi kelebihan kita dibandingkan orang lain, maka selanjutnya kita dapat

bekerja keras untuk mengembangkannya. Setiap bakat, kegemaran atau kebiasaan tertentu dapat

saja merupakan potensi yang akan berubah menjadi prestasi jika kita mengasah hal tersebut.

Simaklah kisah-kisah sukses para atlet berprestasi.Kebanyakan dari mereka pada awalnya

memainkan cabang olahraga tertentu hanya sebagai hobi atau kegemaran. Akan tetapi, lama-

kelamaan mereka menikmati permainan tersebut, bahkan keterampilan bermain mereka menjadi

lebih baik dibandingkan orang lain. Setelah mengenali potensi tersebut, mereka kemudian

berlatih lebih giat dan meraih prestasi yang gemilang. Hal yang sama mungkin juga terjadi pada

para siswa yang berprestasi. Mereka awalnya menggemari bidang tertentu di sekolahan. Oleh
karena terus mengasah kemampuan dalam bidang tersebut, maka mereka akhirnya mampu

berprestasi dan bahkan membawa harum nama negara di tingkat internasional.

Perlunya mengetahui potensi diri adalah sebagai upaya untuk memperluas dan memperdalam

kesadaran mengenai berbagai kecenderungan dan kekhususan diri sendiri, baik yang sudah

teraktualisasi maupun yang belum.Kita dapat mengukur potensi diri dari berbagai kecenderungan

atau kelebihan kita.Akan tetapi, karena kecenderungan itu sebagian merupakan hal yang bersifat

abstrak, maka pengenalan dan pengukuran kita belum tentu sempurna.

Pada sisi lain, seseorang juga harus mampu bersikap objektif dan realistis dalam memandang

potensi dirinya. Objektif bermakna bahwa kita harus mampu mengenal dengan baik apa yang

menjadi potensi kita. Hal ini penting karena dengan bersikap objektif kita dapat

mengembangkan potensi tersebut secara proporsional, yakni sesuai dengan proporsi,sebanding,

seimbang, dan berimbang. Selain itu, kita juga harus realistis, artinya dalam mengukur potensi

hendaknya kita berpijak pada kenyataan, misalnya potensi apa yang kita miliki, potensi mana

yang harus kita kembangkan, dan lain sebagainya. Jangan sampai kita berusaha tanpa

perhitungan dan membuat target yang tidak sesuai dengan kemampuan kita. Hal yang demikian

justru dapat membawa kita pada kegagalan, bukan keberhasilan.

Dalam pengembangan diri, pengukuran potensi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah

potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang diperoleh melalui introspeksi diri,

melalui feedback dari orang lain, maupun melalui tes psikologi.

 Pengukuran Potensi
Pengukuran potensi diri untuk mengetahui sejauh manakah potensi-potensi yang dimiliki oleh

seorang individu, baik yang diperoleh melalui introspeksi diri maupun melalui feed back dari

orang lain serta tes psikologis (kepribadian):

1) Penilaian diri

Yang dimaksud dengan penilaian diri ini adalah menilai diri sendiri.Ada juga yang

mengatakan instropeksi. Sebagian orang mengatakan bahwa dengan cara ini penilaian yang

dilakukan sangat subyektif, karena orang umumnya tidak mau melihat kelemahan-kelemahan

yang dimilikinya. Tapi pendapat lain mengatakan bahwa yang paling kenal diri anda adalah anda

sendiri.

2) Pengukuran diri melalui feed back orang lain

Feed back (umpan balik) merupakan komunikasi yang ditujukan kepada seseorang yang

akan memberikan informasi kepada orang yang bersangkutan, bagaimana orang lain terkena

dampak olehnya, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah laku yang

ditunjukkannya. Feed back membantu seseorang untuk menelaah dan memperbaiki tingkah

lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-hal yang diinginkannya.

3) Tes kepribadian

Tes kepribadian merupakan salah satu instrumen untuk pengenalan diri sendiri, beberapa

tes kepribadian untuk pengukuran potensi diri, yaitu: kepercayaan terhadap diri sendiri, tingkat

kehati-hatian, daya tahan menghadapi cobaan, tingkat toleransi, dan pengukuran ambis

D. Manfaat pengembangan potensi diri

Manfaat pengembangan potensi diri adalah untuk mengembangkan nature dan nurture
Pengembangan potensi diri merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi-potensi positif

(kekuatan-kekuatan) yang ada dan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada pada

dirinya.Dengan demikian, seseorang mampu berperilaku sesuai dengan peran yang sedang

dimainkannya, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun sebagaimakhluk Tuhan

Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Ermanamti. 2004. Dasar-dasar bimbingan konseling. PT.Reni ka Cipta : Jakarta


Dewa Ketut Sukardi.2008. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.PT.Renina :
Jakarta
Akhmad Muhaimin Azzet.2011.Bimbingan Konseling di sekolah. Ar Ruzz Media : Jogjakarta
Hurlock, E. 2004.Psikolgi perkembangan.Jakarta : Erlangga Press

Anda mungkin juga menyukai