KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’alamin,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya berkat nikmat dan inayahNya
Buku Petunjuk Praktikum semester 1 tahun I TA 2015/2016 (edisi ke-2) berhasil tersusun.
Buku ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum IT dan biomedis di
semester Gasal tahun I (blok 1, 2, 3 dan 4), sebagai dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu kedokteran klinis.
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan seluruh tugas dalam acara praktikum (persiapan, pretest,
kegiatan praktikum, post test, dan penyusunan laporan praktikum/tugas), sehingga dapat menambah
kognitif yang sesuai dengan kompetensi utama dalam bidang ilmu kedokteran dasar bahwa seorang dokter
harus mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuaan biomedik yang relevan sebagai sumber keilmuan dan
berbagai data penunjuang untuk diagnosis dan tindakan medik Kedokteran.
Kami mengucapkan terimakasih kepada narasumberyangtelah bersedia menyusun dan mengumpulkan
bahan penyusunan buku praktikum ini dan pihak-pihak yang membantu sehingga dapat tersusun buku
petunjuk praktikum dengan baik.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kami mohon maaf, dan saran serta kritik kami harapkan untuk memperbaiki buku ini
di waktu mendatang.
Akhirnya, ada pepatah yang indah bila didengar dan lebih indah lagi bila dilaksanakan “Seeing Once is
Better than Hearing Many Times, Doing Once is better than Seeing Many Times”. Semoga buku petunjuk
praktikum ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan.
Tim Penyusun
Buku Petunjuk Praktikum iii
DAFTAR ISI
1 Blok 1 E-Learning
KETRAMPILAN BELAJAR DAN IT
2 PROFESIONALISME. Search Engine
1 Anatomi Caput et Colli (osseus)
2 Membrum superior (osseus)
3 Membrum Inferior (osseus)
4 Skleton trunci ANATOMI
5 Anatomi caput et colli (muskulus)
6 Membrum superior (muskulus)
7 Blok 2 Membrum inferior (muskulus)
8 SITOLOGI & SISTEM GERAK Sitologi & penggunaan mikroskop
9 Mitosis
10 Textus Epitel
HISTOLOGI
11 Textus Conectivus
12 Textus Osseus dan Textus Cartilagineus
13 Textus muskularis
14 Harvard step test (test kebugaran) dan Vital sign FISIOLOGI
1 SNC 1
2 SNC 2
ANATOMI
3 SNC 3
4 SNC 4
Blok 3
5 Sistem saraf pusat & tepi
SARAF & ENDOKRIN HISTOLOGI
6 Endokrin
7 Fisiologi nyeri
8 Gerakan volunter dan involunter FISIOLOGI
9 Tes cerebellum dan kesadaran
1 Anatomi jantung dan pembuluh darah
2 Anatomi sistem respirasi (tr.respiratorius dan pulmo)
ANATOMI
Anatomi sistem respirasi (dinding thorax dan mediasti-
3
num)
4 Histologi SCV (kardiovaskuler)
5 Histologi limfatik HISTOLOGI
Blok 4
6 Histologi respirasi
KARDIOVASKULER RESPIRASI
7 & HEMATOLOGI Test on lungs’ function (spirometri)
FISIOLOGI
8 VO2 max
Pengambilan Darah Kapiler dan Vena
9 Hematologi 1 (Hb, hematokrit, jumlah eritrosit, dan
PATOLOGI
indeks eritrosit)
KLINIK
Hematologi 2 (pembuatan sediaan hapusan darah tepi,
10
jumlah leukosit, hitung jenis leukosit dan LED)
vi Buku Petunjuk Praktikum
Perempuan :
a Mengenakan jilbab tidak transparan dan menutupi rambut, menutupi dada maksimal sampai
lengan.
b. Mengenakan atasan atau baju terusan berbahan kain, tidak berbahan jeans atau yang menyerupai
jeans maupun kaos, tidak ketat maupun transparan serta menutupi pergelangan tangan.
c. Mengenakan bawahan berupa rok atau celana kain panjang longgar, menutupi mata kaki tidak
berbahan jeans atau menyerupai jeans maupun kaos, tidak ketat maupun transparan dengan
atasan sepanjang kurang lebih 5 cm di atas lutut,.
Buku Petunjuk Praktikum vii
d. Menggunakan sepatu yang menutupi kaki, diperbolehkan menggunakan sepatu berhak tidak lebih
dari 5 cm.
e. Kuku jari tangan dan kaki dipotong pendek rapi dan bersih
10. Praktikum dimulai sesuai jadwal yang telah ditentukan, diberikan toleransi maksimal 10 menit dari
jadwal tersebut. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest masih berlangsung, diperbolehkan
mengikuti pretest tanpa penambahan waktu. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest sudah
selesai, maka tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum dan harus mengikuti inhal praktikum.
11. Mahasiswa wajib mengerjakan pretest dengan jujur, bila melakukan kecurangan (mencontek teman,
bekerjasama, membuat dan menggunakan contekan, dll) ataupun tindakan mencurigakan yang lain
(tengak-tengok, lirak-lirik, berbisik/berbicara dengan teman, menggunakan HP, dll), maka asisten
berhak memberikan peringatan dan sanksi (pengurangan nilai, pembatalan pretest, dan/atau
mengeluarkan mahasiswa tsb). Tidak diperkenankan mencoret jawaban, menggunakan tip x untuk
mengganti jawaban atau menggunakan pensil pada saat mengerjakan pretest.
12. Selama praktikum berlangsung, dilarang :
a. Makan dan minum.
b. Membawa tas (penertiban loker mahasiswa).
c. Merokok.
d. Bersenda gurau yang berlebihan
13. Selama kegiatan praktikum berlangsung, tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi elektronik.
Mahasiswa diperkenankan mengangkat telepon penting dengan ijin asisten praktikum dan harus di
luar ruangan.
14. Setelah praktikum berakhir, wajib merapikan dan dan mengembalikan alat - alat yang telah digunakan.
Apabila merusakkan/menghilangkan/membawa pulang alat/bahan, akan dikenakan sanksi (jika hilang
atau merusak wajib mengganti).
15. Meninggalkan ruang praktikum, meja dan ruangan dalam keadaan bersih dan rapi.
16. Melakukan kegiatan praktikum sesuai jadwal dan kelompok yang telah ditentukan. Bagi mahasiswa
yang tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum pada waktu yang telah ditentukan, wajib mengikuti
inhal.
17. Jika menggunakan alat dan ruangan praktikum diluar jadwal, harus seijin penanggungjawab praktikum.
RESPONSI
1. Responsi dilaksanakan pada akhir blok bersangkutan, untuk mengevaluasi kemampuan kognitif
maupun attitude mahasiswa pasca kegiatan praktikum .
2. Mahasiswa diperkenankan mengikuti responsi jika telah menyelesaikan semua (100%) kegiatan
praktikum pada blok yang bersangkutan.
3. Mahasiswa dinyatakan lulus responsi dengan nilai ≥ 60.
4. Mahasiswa yang tidak lulus responsi wajib mengikuti remediasi (CBT) sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
INHAL
1. Inhal bagi mahasiswa bila nilai pretest < 50
2. Inhal diperuntukkan bagi mahasiswa dengan alasan apapun tidak mengikuti praktikum dan untuk
mahasiswa yang inhal pretest.
3. Mahasiswa yang inhal lebih dari 4x untuk jumlah topik < 9 dan 8x untuk jumlah topik > 8 dari jumlah
topik praktikum /blok tidak diperkenankan mengikuti RESPONSI dan harus mengulang pada akhir
semester atau pada blok yang akan datang
viii Buku Petunjuk Praktikum
4. Biaya inhal (tidak mengikuti praktikum ataupun inhal pretest) sebesar Rp.40.000,-/topik dan dibayarkan
dengan mengambil formulir pembayaran di FO Dekanan FKIK UMY dan dibayarkan di bank
5. Inhal dilaksanakan pada blok yang sedang berjalan , sebelum pelaksanaan responsi
Demikian ketentuan tata tertib ini dibuat demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan praktikum PSPD FKIK
UMY. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur kemudian sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada.
dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes dr. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 1
Blok 1
Ketrampilan Belajar dan
Profesionalisme
2 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 3
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI INFORMASI
4 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 5
CHAPTER I
E-LEARNING
GENERAL OBJECTIVES:
Students are able to understand and work with elearning system in study.
SPECIFIC OBJECTIVES:
1. Students know the elearning procedure
2. Students know the elearning fascilities
3. Students are able to understand communication through elearning system
4. Students are able to understand content management through elearning system
E-learning was tools to learn some lecture from internet. Some quiz and question from the lecturer given
in e-learning system.
e. Chatting
f. SMS Akademik
g. FAQ
Course categories:
Login
ELS User must be login, to activate this member. ELS members can explore and joint in ELS forum. Student
of FK UMY could have username and password from administrator.
PRACTICUM 2
Case 1
As a new student in FK UMY, X has some question and quiz from the lecturer. The question and quiz
were given in e-learning system.
1. Discuss with your group how to sign in and interact with e-learning system.
2. Write the result of the discussion in the form of group report.
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 7
CHAPTER II
SEARCH ENGINE
General Objectives:
1. Students are able to know how to find information and scientific resource through internet
2. Students are able to work with Office Suites Programs
Specific Objectives:
1. Students are able to know how to search information using search engines
2. Students are able to use Boolean to search information in internet
3. Students are able to work with MS Word, MS Excel, MS PowerPoint
4. Students are able to work with Adobe Acrobat Reader and make PDF File
SEARCH ENGINE
Basic Theory and practicum
Search Engine (SE) or Web Index is similar to catalog in a library. SE can help internet users find site in
World Wide Web because it has site database in internet in organized order. It also has browsing tool (i.e.
tool to search displayed information sources).
Some SEs in internet has different organization and the number of information source database, but the
way to use them is the similar. The important way is by typing the keyword or sentence on the search box.
Then click the button to activate the search. It can be a button with marks “search”, “go”, “get it”, “seek”
etc.
Example:
1. AOL Search (http://search.aol.com/)- SE displaying information with the default using logic AND and
order information based on the popularity.
2. Google (http://google.com/)- SE ordering information based on the suitability.
3. Bing (www.bing.com) is a new search engine product from Microsoft company.
4. Guidebeam (http://guidebeam.com/)- organizing search result into some levels of closeness.
5. AltaVista (http://altavista.com/)- SE forWeb Sites and Usenet newsgroups which enable you to use
boolean.
6. Lycos (http://lycos.com/)- SE for Web Sites by using the method of FAST Search Index.
7. MSN Search (http://msn.com/) giving information from various sources.
8. HotBot (http://hotbot.com/)- Boolean-based Search method, giving information based on the number
of visitors visiting the site from which the information comes.
Example:
1. Chubba (http://www.chubba.com/) – searching websites specializing on database dictionary/thesaurus
and encyclopedia
2. Copernic (http://www.copernic.com/) – searching information based on various databases owned by
various SE.
3. METAEUREKA (http://www.metaeureka.com/) – searching information based on barebones interface
and presenting information based on relevance, updated data and descriptive information if possible.
4. Metor (http://www.metor.com) – searching information based on various databases owned by various
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 9
SE, displaying information based on size, update date, and available data.
5. InfoGrid (http://www.infogrid.com/) – it can do meta and news searching.
6. Infonetware (http://infonetware.com/) – giving information until subtopic component.
Examples:
1. FileWather.org (http://filewatcher.org/) – FTP search engine with advanced options to do searching.
2. Ftpsearchengine.com (http://ftpseachengine.com/) searching FTP portals through websites.
3. Oth Net (http://www.oth.net/) searching multiple FTP sites.
Searching Technique
1. Most of search engines are able to use Boolean logic principles in searching technique.
2. Each search engine has a Boolean logic default. It means inter word space will be considered as OR
logic or AND logic.
3. The standard way of searching information is using phrase in the quotation marks (“”), for example
“childbirth death”.
4. To get information as what we want, give + sign before the word we are searching, for example
+AIDS.
5. We can also use quotation and + sign, for example +”childbirth death”.
6. When searching on full text database, use Boolean logic which gives similar terms (example NEAR)
compared to using AND logic.
7. Using specific search engine for each topic enables you to save the time compared to using common
search engine which displays millions of information which may not worth.
8. For subject searching, use URL for simpler searching.
BOOLEAN Logic
Boolean logic is a logic operation run by search engine to find data or information you need. By using this
Boolean search engine will display more specific information.
There are some Boolean which are often used:
1. AND – it is used for a logic search of two or more words in which the information which is going to
be searched is all data containing all keywords which are connected by Boolean AND. The writing is:
(keyword) AND (keyword).
10 Buku Petunjuk Praktikum
2. OR - it is used for a logic search of two or more words in which the information which is going to be
searched is all data containing one of the keywords. The writing is: (keyword) OR (keyword).
3. NEAR - it is used for a logic search of two or more words in which the information which is going to be
searched is all data containing similar meanings with the keywords. The writing is: NEAR (keyword).
4. NOT - it is used for a logic search of two or more words in which the information which is going to
be searched is all data containing the first keyword not the second. The writing is: (keyword) NOT
(keyword).
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 11
Competence
Students are able to find various scientific articles as the basis to respond problems in medical/health field
in internet.
Theoretical basis
Information on health and medical are abundantly provided in various websites both in the form of articles
and web. The information resources are of high varieties starting from the medical or health journal, study
group, national and international governmental and non governmental institution.
The followings are website addresses that could be used as the source of health/medical information:
1. www.pubmed.com (abstract and some full texts of medical/health science articles)
2. www.msn.com (abstract and some full texts of medical/health science)
3. www.nejm.com (international medical journal)
4. www.bmj.com (international medical journal)
5. www.cdc.gov (the infection disease centers of the US)
6. www.freemedicaljournals.com (various medical/health journal)
7. http://jama.ama-assn.org/ (JAMA journal)
8. http://archderm.ama-assn.org/ (Archive of journals)
9. www.genetica.com.au (genetics)
10. www.cancer.med.umich.edu (information on cancer)
11. www.biomed.nus.sg (medical review and articles )
12. www.pharinfo.com (pharmacy)
13. www.rad.upenn.edu (radiology)
14. www.emedicine.com (medical review)
15. www.wikipedia.com (encyclopedia)
16. www.biochemistry.com (biochemistry)
17. www.who.int/bulletin (medical and health information)
18. www.pacelf.org (paracytology)
19. www.parasitologie.nl (paracytology)
20. www.textbookbacteriology.net (microbiology)
21. or through the search engine of www.google.com; www.yahoo.com
When someone needs an information, he must have raised a question or identified a problem, such as:
- what is the definition of avian influenza?
- What causes the avian influenza?
- How is the avian influenza transmitted to people?
- What kinds of preventive and curative methods are applicable to overcome the avian influenza
problems?
The answer to the questions above could be found in the listed websites by:
1. clicking “internet explorer”
2. clicking the website address: www.emedicine.com or others
3. clicking the keyword: “avian flu”
4. clicking the keywords of “avian flu AND causes or avian flu AND therapy” for more specific searching
5. a series of titles or articles and the resources will be presented on screen
6. clicking the articles that suit your needs
The articles could also be searched through the writers’ name, language, date of publication, topic, format,
or by other access such as “advance search” or “limits” (at www.pubmed.com). Click ones suiting your
needs.
Assignment :
1. Formulate a problem or a question.
2. Have a keyword based on the question you made.
3. Find an article to answer the question/problem and do the searching in the listed websites, or use the
Search Engine
4. Find another article with the same keyword at different website addresses
5. Write a question or a problem, keyword, website accessed and submit one best article to answer the
question/problem defined.
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 13
Competence
Students are able to find various kinds of research articles as the basis to solve a problem in he health/
medical field through internet.
Theoretical Basis
A physician should be familiar with medical practices based on scientific evidence and able to do a lifetime
independent learning. In the clinical practices, a physician might find various problems, including questions
of:
- What risk factors are related to the fetus’ death during the pregnancy?
- What is the most effective treatment to an illness?
- What is the best examination instrument to support a diagnosis of an illness?
- What is the most common effect taking place after a treatment or a medication?
In respond to the questions or problems, a physician should be able to independently find the answers
through various latest references or scientific articles through internet, particularly those of research
report. However, a logical arrangement of questions is required prior to defining an appropriate and clear
answer. Most of clinical questions that could be answered are related to patients, one or more explanation
(diagnostic instrument, therapy, etc) with the specific outcome.
The problems above could be formulated into specifically clinical questions as following:
- Could an infection exposure to a pregnant mother aging 6-9 months result in the fetus’ death
(outcome)?
- To answer the question, we should be familiar with the suitable trial method such as case report, cross
sectional, case control, cohort, randomized control trial and systematic review.
The followings are samples of cases and the way to search clinical research articles:
1. Searching of article on randomized controlled trial focusing on therapy :
Patients’ problem :
- Could a vaccination help preventing the activation of Varicella Zoster virus ?
Clinical question:
- How much is the decrease of herpes zoster prevalence on a woman of 65 years old after being
exposed to Zoster vaccination?
Address: www.nejm.com with the keyword of “vaccine AND herpes zoster AND randomized controlled
trial”
Result: article on a randomized controlled trial therapy from New England Journal of Medicine
Assignment
1. Formulate a clinical question
2. Write down a keyword
3. Write a website address
4. Submit 1 clinical trial article resulted from the searching
Blok 1 Ketrampilan Belajar dan Profesionalisme 15
COMPETENCE
Students are able to search various articles on clinical practice guidelines (GPG) as the basis to answer
questions in medical/health field through internet
Theoretical Basis
A physician could solely rely on himself whenever he faces a problem while giving a treatment to a patient;
it may include the problems of health problems, the management of patients’ problem such as early
detection, prevention, medication and rehabilitation, the result interpretation of a scientific evidence and
uncertainty of the management of the patients. One of the guidelines that could be taken as a reference
in the problem solving is Clinical Practice Guide (CPG); It is the guideline of the management of an illness
or a health problem arranged by a government or non government owned medical/health institution.
Example
Patient’s problem :
- What antibiotics are suitable to an adult patient with typhoid fever ?
Clinical Question:
- Which antibiotics is having the highest efficacy level for the patient with typhoid fever?
Do the searching through www.pubmed.com with the key word of “typhoid” by:
- clicking “Limits”
- clicking “ free full text” and “practice guidelines”
- clicking Go.
Result : 4 articles shown choose 1 article.
Assignment
1. Formulate a clinical question
2. Write down a keyword
3. Write a website address
4. Submit 1 article of CPG as the answer to the question/problem
16 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 17
Blok 2
Sitologi & Sistem Gerak
18 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 19
PRAKTIKUM ANATOMI
20 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 21
A. PENDAHULUAN
Anatomi sering diartikan sebagai ilmu urai tubuh oleh karena mempelajari bentuk dan susunan tubuh
manusia sampai pada bagian terkecil. Tubuh manusia merupakan kesatuan dari beberapa sistem antara
lain :
- Sistem kulit ( Integumentum )
- Sistem otot dan tulang ( Systema musculosceletale )
- Sistem syaraf ( Systema nervosum )
- Sistem pencernaan ( Systema digestoria / gastrointestinale )
- Sistem peredaran darah ( Systema cardiovasculare )
- Sistem pernafasan ( Systema respiratoria )
- Sistem perkemihan ( Systema urinaria )
- Sistem reproduksi ( Systema genitalia )
Sistem-sistem tersebut diatas tersusun oleh organ-organ penyusunnya yang berkerja saling mempengaruhi
satu dengan lainnya.
Praktikum anatomi bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi bentuk dan susunan manusia secara
terperinci. Dengan pengetahuan ini praktikan (mahasiswa yang mengikuti praktikum) diharapkan dapat
memahami susunan tubuh secara keseluruhan sebagai satu kesatuan fungsional.
Praktikum anatomi bagi mahasiswa pendidikan dokter pada blok 2 ini meliputi :
1. Anatomi caput et colli ( osseus )
2. Ossa membri superior
3. Ossa membri inferior
4. Sceleton trunci
5. Anatomi caput et colli ( musculi )
6. Membrum superior ( musculi )
7. Membrum inferior ( musculi )
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami osteologi cranium dan colli dengan baik.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi cranium dan colli
2. Mahasiswa mampu menjelaskan articulationes pada cranium dan colli
C. Petunjuk Identifikasi
Identifikasi bangunan-bangunan di bawah ini, bandingkan dengan atlas anatomi manusia.
I. CRANIUM
OSSA CRANII
Os frontale
Os parietale
Os temporale
Os occipitale
Os zygomaticum
Os sphenoidale
Os nasale
Os maxilla
Os lacrimale
Os ethmoidale
Vomer
Os mandibula
Norma verticalis
Sutura coronalis
Sutura sagitalis
Sutura lambdoidea
Bregma
Vertex
Lambda
Foramina parietalis
Tuber parietale
Linea temporalis superior
Linea temporalis inferior
Norma facialis
Frons
Nasion
Gnathion
Sutura internasalis
24 Buku Petunjuk Praktikum
Sutura frontonasalis
Sutura frontomaxillaris
Sutura nasomaxillaris
Sutura zygomaticomaxillaris
Orbita
Aditus orbitae
Margo supraorbitalis
Margo infraorbitalis
Margo lateralis
Margo medialis
Paries superior
Paries inferior
Paries lateralis
Paries medialis
Sulcus lacrimalis
Fissura orbitalis superior
Fissura orbitalis inferior
Cavitas nasi
Septum nasi osseum
Apertura piriformis (nasalis anterior)
Meatus nasalis superior
Meatus nasalis medialis
Meatus nasalis inferior
Choanae
Maxilla
Corpus maxilla
Facies orbitalis
Canalis infraorbitalis
Sulcus infraorbitalis
Margo infraorbitalis
Facies anterior
Foramen infraorbitalis
Fossa canina
Spina nasalis anterior
Sutura zygomaticomaxillaris
Facies infratemporalis
Foramina alveolaria
Canalis alveolaria
Tuber (eminentia) maxillae
Facies nasalis
Sinus maxillaries
Processus zygomaticus
Processus alveolaris
Arcus alveolaris
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 25
Alveoli dentalis
Septa interalveolaria
Juga alveolaria
Foramen incisivum
Os frontale
Squama frontalis
Facies externa
Tuber (eminentia) frontalis
Arcus supraorbitalis
Glabella
Margo supraorbitalis
Insicura frontalis
Foramen supraorbitalis
Insicura frontalis
Foramen frontale
Facies temporalis
Margo parietalis
Linea temporalis
Processus zygomaticus
Pars nasalis
Pars orbitalis
Sinus frontalis
Mandibulae
Corpus mandibulae
Basis mandibulae
Symphysis mandibulae
Protuberantia mentalis
Tuberculum mentalis
Foramen mentale
Linea obliqua
Fossa digastrica
Spina mentalis
Linea mylohyoidea
Fovea sublingualis
Fovea submandibularis
Pars alveolaris
Arcus alveolaris
Alveoli dentalis
Septa interalveolaria
Juga alveolaria
Ramus mandibulae
Angulus mandibulae
(Tuberositas masseterica)
Foramen mandibulare
26 Buku Petunjuk Praktikum
Lingua mandibulae
Canalis mandibulae
Sulcus mylohyoideus
Processus coronoideus
Insicura mandibulae
Processus condylaris
Caput mandibulae
Collum mandibulae
Fovea pterygoidea
Norma lateralis
Pterion
Asterion
Gonion
Gnathion
Arcus zygomaticus
Sutura squamosa
Sutura sphenofrontalis
Sutura sphenozygomatica
Sutura parietomastoidea
Sutura occipitomastoidea
Sutura temporozygomatica
Articulatio temoromandibularis
Arcus temporalis
Porus acusticus externus
Processus styloideus
Condylus occipitalis
Os parietale
Margo occipitalis
Margo squamosus
Margo sagitalis
Margo frontalis
Angulus frontalis
Angulus occipitalis
Angulus sphenoidalis
Angulus mastoideus
Foramen parietale
Norma occipitalis
(Os interparietale / Os Incae)
Foramen mastoideum
Processus mastoideus
Incisura mastoidea
Linea nuchae superior
Linea nuchae inferior
Protuberantia occipitalis externa
Crista occipitalis externa
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 27
Ala major
Sella tursica
Processus clinoideus anterior
Tuberculum sellae
(Processus clinoideus medius)
Fossa hypophysialis
Dorsum sellae
Processus clinoideus posterior
Sulcus caroticus
Foramen rotundum
Foramen ovale
Foramen spinosum
Spina ossis sphenoidalis
Lingula sphenoidalis
Sutura sphenofrontalis
Impresiones digitatae (gyrorum)
Clivus
Lamina interna
Sulcus sinus sagitalis superior
Foveolae granulares
(Impressiones digitatae) [gylorum]
(Ossa saturalia)
Sulci arteriosi et venosi
Fonticuli cranii
Fonticulus anterior
Fonticulus posterior
Fonticulus sphenoidalis (Anterolateralis)
Fonticulus mastoideus (Posterolateralis)
II. COLLI
Penyusun tulang pada leher adalah bagian dari Collumna vertebralis : Vertebrae cervicalis
Atlas (CI)
Massa lateralis atlantis
Facies articularis superior
Facies articularis inferior
Arcus articularis atlantis
Fovea dentis
Tuberculum anterius
Arcus posteriior atlantis
Sulcusss arteriae vertebralis
Tuberculum posterius
Axis (CII)
Dens axis
Apex dentis
Facies articularis anterior/posterior
Sutura-sutura (sebutkan!)
30 Buku Petunjuk Praktikum
- Articulatio occipitoatlantis
Dibentuk oleh: condylus occipitalis dan fovea articularis superior (atlas)
- Articulatio atlantoepistriphica
Dibentuk oleh: fovea dentis atlantis dan facies articularis anterior dentalis ephistrophei
Gerakan: ante dan retroflexi, lateroflexi, abduksi, rotasi
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 31
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami anatomi ossa membri superioris.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi cingulum membri superioris dan pars libera
membri superioris
2. Mahasiswa mampu menjelaskan articulatio pada membri superioris dan gerakan yang terjadi
pada masing-masing articulatio.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi ossa membri superioris melalui gambaran radiologis.
C. Petunjuk Identifikasi
Identifikasikan bangunan-bangunan di bawah ini, bandingkan dengan atlas anatomi manusia.
SCAPULA
Facies costalis (anterior)
Fossa subscapularis
Facies posterior
Spina scapulae
Fossa supraspinata (supraspinosa)
Fossa infraspinata (infraspinosa)
Acromion
Facies articularis acromii
Angulus acromialis
Margo medialis
Margo lateralis
Margo superior
Incisura scapulae (scapularis)
Angulus inferior
Angulus lateralis
Angulus superior
Cavitas glenoidalis
Tuberculum supraglenoidale
Tuberculum infraglenoidale
Collum scapulae
Processus coracoideus
CLAVICULA
Extremitas sternalis
32 Buku Petunjuk Praktikum
ARTICULATIONES
Articulatio acromioclavicularis/claviculoacromialis
Dibentuk oleh: facies articularis acromii (acromion) dan facies articularis acromialis (clavicula)
Articulatio sternoclavicularis
Dibentuk oleh: extremitas sternalis calviculae dan incisura sternalis sterni
Articulatio humeri
Dibentuk oleh: cavitas glenoidalis dan caput humeri
HUMERUS
Caput humeri (humerale)
Collum anatomicum
Collum chirurgicum
Tuberculum majus
Tuberculum minus
Sulcus intertubercularis
Crista tuberculi majoris et minoris
Corpus humeri
Facies anterior medialis (anteromedialis)
Facies anterior lateralis (anterolateralis)
Facies posterior
Sulcus (nervi) radialis
Margo medialis
Crista supracondylaris medialis
(Processus supracondylaris)
Margo lateralis
Crista supracondylaris lateralis
Tuberositas deltoidea
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 33
Condylus humeri
Capitulum humeri
Trochlea humeri
Fossa olecrani, coronoidea, radialis
Epicondylus medialis
Sulcus nervi ulnaris
Epicondylus lateralis
RADIUS
Caput radii (radiale)
Fovea articularis
Circumferentia articularis
Collum radii
Corpus radii
Tuberositas radii
Facies anterior/posterior /lateralis
Tuberositas pronatoria
Margo interosseus/anterior /posterior
Processus styloideus
Tuberculum dorsale
Incisura ulnaris
Facies articularis carpalis
ULNA
Olecranon
Processus coronoideus
Tuberositas ulnae
Incisura trochlearis
Incisura radialis
Corpus ulnae
Facies anterior/posterior /meddialis
Margo interosseus/ anterior/posterior
Crista musculi supinatoris
Caput ulnae
Circumferentia articularis
Processus styloideeus
OSSA MANUS
ARTICULATIONES
Articulatio cubiti, terdiri dari:
- Articulatio humeroradialis
Dibentuk oleh: capitulum humeri (humerus) dan fovea capitis (radius)
- Articulatio humeroulnaris
Dibentuk oleh: trochlea humeri (humerus) dan incisura trochlearis (ulnae)
Articulatio radiocarpea
Dibentuk oleh: facies articularis carpea (radius) dan facies articularis (os scaphoideum, os
triquetrum dan os lunatum)
Gerakan: flexi, extensi, abduksi ulnar, abduksi radial
Articulatio intercarpea
Dibentuk oleh: facies articularis ossa carpalia
Articulatio carpometacarpea
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 35
Dibentuk oleh: facies articularis ossa carpalia pro basi ossis metacarpalis dan basis ossis
metacarpalis
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami anatomi ossa membri inferioris.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi cingulum membri inferioris dan pars libera
membri inferioris.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan articulatio pada membri inferioris dan gerakan yang terjadi pada
masing-masing articulatio.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi ossa membri inferioris melalui gambaran radiologis.
C. Petunjuk Identifikasi
Identifikasikan bangunan-bangunan di bawah ini, bandingkan dengan atlas anatomi manusia.
COXAE (PELVICUM)
Acetabulum
Limbus acetabuli (Margo acetabularis)
Fossa acetabuli (acetabularis)
Incisura acetabuli (acetabularis)
Facies lunata
Foramen obturatum (obturatorium)
Os ischii (Ischium)
Corpus ossis ischii
Ramus ossis ischi
Tuber ischiadicum (ischiale)
Spina ischiadica (ischialis)
Incisura ischiadica (ischialis) minor
Os pubis (pubis)
Corpus ossis pubis
Tuberculum pubicum
Facies symphysialis
Crista pubica
Ramus superior ossis pubis
Eminentia iliopubica
Pecten ossis pubis
Crista pubica
Sulcus obturatorium anterius
(Tuberculum obturatorium posterius)
Ramus inferior ossis pubis
Pelvis
Cavitas pelvis (pelvica)
Arcus pubicus
Angulus subpubicus
Pelvis major
Pelvis minor
Linea terminalis
Apertura pelvis (pelvica) superior
Apertura pelvis (pelvica) inferior
Axis pelvis
Diameter cojungata
Diameter transversa
Diameter obliqua
Inclinatio pelvis
ARTICULATIONES
Articulatio sacroliaca
Dibentuk oleh: facies auricularis os ilii dan facies auricularis ossis sacri
Articulatio coxae
Dibentuk oleh: fossa acetabuli dan caput femoris
38 Buku Petunjuk Praktikum
Gerakan:
- ante dan retroflexio
- abduksi dan adduksi
- endo dan exorotatio
PATELLA
Basis patellae
Apex patellae
Facies articularis/anterior
TIBIA
Condylus medialis
Condylus lateralis
Facies Articularis fibularis
Facies articularis superior
Area intercondylaris anterior /posterior
Eminentia intercodylaris
Tuberculum intercondylare mediale
Tuberculum intercondylare laterale
Facies posterior
Linea musculi solei
Facies lateralis
Margo anterior /medialis /interosseus
Malleolus medialis
Sulcus malleolaris
Facies articularis maleoli
Incisura fibularis
Facies articularis inferior
FIBULA
Caput fibulae (fibulare)
Facies articularis capitis fibulae
Apex capitis fibulae
Collum fibulae
Corpus fibulae
Facies lateralis
Facies medialis
Facies posterior
Crista medialis
Margo anterior /inferiosseus/posterior
Malleolus lateralis
Facies articularis malleoli
Fossa malleoli lateralis
Sulcus malleolaris
OSSA PEDIS
Ossa Tarsi (Tarsalia):
Talus
Caput tali (talare)
Facies articularis navicularis
Collum et Corpus tali
Trochlea tali (talare)
Facies superior
Facies malleolaris medialis
Facies malleolaris lateralis
Processus lateralis tali
Facies articularis calcanea posterior
Sulcus tali
Facies articularis calcanea media et anterior
Processus posterior tali
Sulcus tendinis musculi flexoris hallucis longi
Tuberculum meddiale/laterale
Calcaneus
Tuber calcanei
Processus medialis tuberis calcaaanei
40 Buku Petunjuk Praktikum
Os naviculare
Tuberositas ossis navicularis
Os cuneiforme mediale
Os cuneiforme laterale
Os cuboideum
Sulcus tendinis musculi peronei (fibularis) longi
Tuberositas ossis cuboidei
Processus calcaneus
ARTICULATIONES
Articulatio genu, terdiri atas:
a. articulatio femoropatellaris
b. articulatio meniscofemoralis lateralis
c. articulatio meniscotibialis lateralis
d. articulatio meniscofemoralis medialis
e. articulatio meniscotibialis medialis
Gerakan:
- flexi dan extensi
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 41
Articulatio talocruralis
Dibentuk oleh:
trochlea tali - facies articularis inferior (tibia)
facies articularis malleolaris medialis (talus) - facies articularis malleoli medialis (tibia)
facies articularis malleolaris lateralis (talus) - facies articularis malleoli (fibula)
Gerakan: flexi dan extensi
Articulationes intertarsea
Dibentuk oleh: facies articularis ossa tarsalia
Gerakan (articulatio taloclcaneonavicularis): supinasi kaki disertai adduksi dan pronasi disertai
abduksi
Articulatio tarsometatarsea
Dibentuk oleh: facies articularis pro basi ossis metatarsalis dan basis ossis metatarsalis
Articulatio metatarsophalangea
Dibentuk oleh: capita osseum metatarsalium dan basis ossis phalangea proximalis
Gerakan: flexi dan extensi, abduksi dan adduksi
4. SCELETON TRUNCI
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami anatomi sceleton trunci.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi sceleton trunci.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan articulatio pada sceleton trunci dan gerakan yang terjadi pada
masing-masing articulatio.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sceleton trunci melalui gambaran radiologis.
C. Petunjuk Identifikasi
Identifikasikan bangunan-bangunan di bawah ini, bandingkan dengan atlas anatomi manusia.
SCELETON TRUNCI
Canalis vertebralis
Corpus vertebrae (vertebrale)
Facies intervertebralis
Epiphysis anularis
Arcus vertebrae (vertebralis)
Pediculus arcus vertebrae (vertebralis)
Lamina arcus vertebrae (vertebralis)
Junctio neurocentralis
Foramen intervertebrale
Incisura vertebralis superior
Incisura vertebalis inferior
Foramen vertebrale
Processus spinosus
Processus costalis
Procesus articularis superior/inferior
I. COLUMNA VERTEBRALIS
Vertebrae cervicales (CI-CVII)
Foramen transversarium
Tuberculum anterius
Tuberculum posterius
Sulcus nervi spinalis
Atlas (CI)
Massa lateralis atlantis
Facies articularis superior
Facies articularis inferior
Tuberculum anterius
Arcus posteriior atlantis
Sulcus arteriae vertebralis
Tuberculum posterius
Axis (CII)
Dens axis
Apex dentis
Facies articularis anterior/posterior
Vertebra prominens (C VII)
II. COSTAE
Costae (I-XII)
Costae verae (I-VII)
44 Buku Petunjuk Praktikum
Os costale (Costa)
Caput costae
Facies articularis Capitis costae
Crista capitis costae
Collum costae
Tuberculum costae
Facies articularis Tuberculi costae
Angulus costae
Sulcus costae
(Costa cervicalis)
STERNUM
Manubrium sterni
Incisura clavicularis
Incisura jugularis
Angulus sterni (sternalis)
Corpus sterni
Processus xiphoideus
Incisura costales
(Ossa suprasternalis) Compages thoracis (skeleton thoracicus)
Sceleton thoracicus
Cavitas thoracis
Apertura thoracis superior
Apertura thoracis inferior
Sulcus intercostale
Arcus costale
Spatium intercostale
Angulus infrasternalis
ARTICULATIONES:
Synchondrosis sternalis:
Dibentuk oleh: manubrium sterni dan corpus sterni
Articulatio sternoclavicularis
Dibentuk oleh: incisura clavicularis (sternum) dan extremitas sternalis (claviculae).
Articulatio sternocostalis
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 45
Articulatio intervertebralis
Dibentuk oleh: processus articularis superior dan facies articularis inferior
Articulatio atlantoepistriphica
Dibentuk oleh: fovea dentis atlantis dan facies articularis anterior dentalis ephistrophei
Gerakan yang bisa terjadi pada sceleton trunci (khususnya collumna vertebralis): anteflexio, retroflexio,
lateroflexio, rotatio
46 Buku Petunjuk Praktikum
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiwa akan dapat :
1. Menjelaskan pembagian regio kepala.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi permukaan kepala dan leher beserta
fungsinya.
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot - otot di regio kepala dan leher beserta perlekatan, inervasi,
vascularisasi dan fungsinya.
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi vasa darah dan saraf di regio kepala dan leher beserta
percabangannya.
B. Skenario
Menghadapi tentamen anatomi Wawan belajar semalam suntuk. Akibat kelelahan, Wawan tertidur
di meja belajar dan lupa menutup jendela kamar yang terletak tepat di sebelah kanan meja belajar. Pada
malam itu udara dingin dan hujan gerimis. Ketika bangun tidur Wawan merasa mata kanannya pedih dan
wajah sebelah kanan terasa tebal. Saat bercermin, wajah sisi kanan tampak datar tanpa ekspresi dan tidak
ada kerutan di dahi. Pada saat tersenyum mulutnya perot ke kiri. Cemas dengan keadaannya, dia pergi ke
dokter sebelah rumahnya.
PERTANYAAN MINIMAL :
1. Mengapa timbul gejala-gejala klinis pada kasus di atas.
2. Jelaskan struktur anatomi yang terlibat.
3. Jelaskan komponen serabut saraf dari n. fascialis beserta struktur yang diinervasi!
4. Jelaskan fungsi dan inervasi mm. Fascialis!
C. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini.
1. Anatomi Permukaan
a. Bangunan superfisial di kepala :
Nasion
Arcus superciliaris, di profundal arcus ini pada kedua sisi garis tengah terdapat sinus
frontalis.
Processus mastoideus
Arcus zygomaticus
Articulatio temporomandibulare
Angulus mandibulae
Symphisis menti
Margo inferior corpus mandibulae
b. Bangunan superfisial di leher (ventral) :
Corpus ossis hyoidei
Cartilago thyroidea
Trakhea
Incisura jugularis
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 47
Clavicula
c. Bangunan superfisial di leher (dorsal) :
Protuberantia occipitalis externa
Processus spinosus vertebrae prominens
d. Bangunan superfisial di leher (lateral) :
m. sternomastoideus (tampak bila probandus menoleh)
m. trapezius (tampak bila probandus mengangkat bahu)
a. carotis (pulsasinya bisa diraba di tepi anterior m. sternomastoideus)
2. Pembagian Regio
a. Kepala belakang (regio sesuai dengan nama tulang)
b. Muka
Mata : R. orbitalis
R. supraorbitalis
R. palpebralis
R. infraorbitalis
Hidung : R. nasalis
Pipi : R. zygomatica
R. buccalis
R. parotideomastoidea
Bibir : R. labialis
R. mentalis
c. Leher oleh m. sternomastoideus dibagi menjadi 2 trigonum :
Trigonum colli anterior :
Trigonum submentalis
Trigonum submandibularis
Trigonum carotica
Trigonum musculare
Trigonum colli posterior :
Trigonum colli occipitalis
Trigonum supraclavicularis
3. Struktur Subcutan
a. Otot : m. platysma
b. Vena : v. jugularis externa
c. Saraf : n. occipitalis minor
n. auricularis magnus
n. cutaneus colli
n. supraclavicularis
c. Lymphonodi : nnll. cervicalis superficialis (sepanjang v. jugularis externa)
4. Otot
a. Kepala belakang :
m. epicranius
m. occipitalis
m. frontalis
mm. auriculares
48 Buku Petunjuk Praktikum
c. Leher
Superficial :
m. platysma
m. sternomastoideus (caput medialis & lateralis)
m. trapezius
mm. infrahyoideus :
m sternohyoideus
m. omohyoideus
m. thyrohyoideus
m. sternothyroideus
mm. suprahyoideus :
m. digastricus (venter anterior & posterior)
m. stylohyoideus
m. mylohyoideus
m. geniohyoideus
Profunda :
mm. Scaleni :
m. scalenus anterior
m. scalenus medius
m. scalenus posterior
Otot prevertebralis :
m. longus capitis
m. longus colli
Otot larynx dan pharynx (dipelajari pada topik Viscera Kepala Leher)
mm. Erector trunci
m. levator scapulae
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 49
5. Vasa
Arteri
a. a. carotis communis (terbungkus vagina carotica bersama v. jugularis interna dan N.X) setinggi
cornu superior cartilago thyroidea bercabang :
a. carotis interna (terdapat bangunan sinus caroticus dan akan masuk ke cavum cranii melalui
canalis caroticus)
a. carotis externa, cabang – cabangnya (dari caudal ke cranial) :
- a. thyroidea superior (di pangkal a. carotis externa)
- a. lingualis (setinggi cornu majus ossis hyoideus)
- a. pharyngea ascendens (sebelah posterior dari a. lingualis)
- a. facialis / a. maxillaris externa (melalui gld. Submandibularis) cabang yang tampak di
preparat : a. angularis
- a. temporalis superficialis
- a. sternomastoidea
- a. occipitalis
- a. auricularis posterior
- a. maxillaris interna
b. a. subclavia, cabangnya :
a. vertebralis
a. mamaria interna
Truncus thyrocervicalis bercabang menjadi :
- a. thyroidea inferior
- a.cervicalis ascendens
Vena
a. v.jugularis externa (terbentang dari angulus mandibulae sampai pertengahan clavicula, diprofunda
m. platysma)
b. v. jugularis interna (di profunda m. sternomastoideus. Di sepanjang vena ini terdapat nnll. cervicalis
profundi dan truncus jugularis)
Vasa lymphatica
a. nnll. cervicalis superficialis (disepanjang v. jugularis externa)
b. nnll. cervicalis profundi (disepanjang v. jugularis interna)
6. Inervasi
a. Saraf kulit : plexus cervicalis (dibentuk oleh cabang n. cervicalis I – IV, keluar melalui tepi dorsal m.
sternomastoideus dan bersifat sensibel)
Cabang – cabangnya (dari cranial ke caudal) :
n. occipitalis minor
n. auricularis magnus
n. cutaneus colli
n. supraclavicularis
b. n. facialis / N. VII (berjalan didalam substansi gld. parotis, menginervasi otot–otot muka)
c. n. glossopharyngeus / N. IX
d. n. vagus / N. X
50 Buku Petunjuk Praktikum
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami anatomi membrum superior dengan baik.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi regio axilla, brachium dan cubiti
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi struktur anatomi regio axilla, brachium dan cubiti.
C. Kasus
Seorang laki-laki, 20 tahun, dua minggu yang lalu mengalami kecelakaan. Dia terlempar dari motor,
bahu kanannya terbentur tiang listrik. Saat ini dia mengeluh tidak dapat mengangkat lengan kanannya.
Lehernya terasa nyeri.
Saat diperiksa, pasien ini mengalami gangguan gerak pada lengan atasnya, yaitu tidak dapat fleksi,
abduksi dan rotasi lateral. Selain itu, sendi sikunya juga tidak dapat difleksikan. Terdapat gangguan sensasi
pada permukaan lateral lengan atas dan lengan bawahnya.
Pertanyaan:
Mengapa pasien mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik! (Ingat: inervasi dan sistem muskuli
gerakan pada regio axilla, brachium dan cubiti
Sebutkan otot-otot inervasi dan vaskularisasinya pada regio axilla , brachium , dan cubiti serta
inervasinya.
Sebutkan penyusun articulatio humeri dan cubiti serta gerakan-gerakannya.
D. Petunjuk Identifikasi
1. Identifikasi bangunan-bangunan yang yang tersebut di bawah ini.
2. Pelajarilah fungsi bangunan-bangunan tersebut.
3. Diskusikan kasus di atas dengan asisten masing-masing kelompok.
ANATOMI PERMUKAAN
Aspek ventral :
- clavicula - m. deltoideus
- trigonum deltoideopectoralis - m. serratus anterior
- tuberculum majus humeri - m. coracobrachialis
- plica axilaris anterior - m. biceps brachii
- fossa axillaris
- m. biceps brachii
- sulcus bicipitalis humeri
- fossa cubiti
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 51
Aspek dorsal :
- scapula : acromion, spina scapulae, angulus inferior
- m. deltoideus
- plica axillaris posterior
- m. teres major
- os ulna
- epicondylus medialis
- epicondylus lateralis
- olecranon
- capitulum radii
- n. ulnaris
BANGUNAN SKELETAL
- Os humerus
- Os radius
- Os ulna
- Os clavicula
- Os scapula
- Articulatio sternoclavicularis, dibentuk oleh extremitas sternalis scapulae dan incisura clavicularis
sterni.
- Articulatio acromioclavicularis, dibentuk oleh acromion dan extremitas acromialis claviculae.
- Articulatio humeri, dibentuk oleh caput humeri dan cavitas glenoidalis scapulae.
- Articulatio cubiti, dibentuk oleh condylus humeri, procesus coronoideus dan caput radii, terdiri atas:
articulatio humeroulnaris, articulatio humeroradialis dan articulatio radioulnaris proximalis.
FASCIA PROFUNDA
- fascia axillaris
- fascia clavipectoralis
MUSCULI
(Pelajari origo dan insertio serta fungsi masing-masing otot !)
Pada aspek ventral regio axilla dan cingulum superius terdapat:
• m. deltoideus
• m. subclavius
• m. pectoralis major
• m. pectoralis minor
• fossa axillaris yaitu ruangan yang berbentuk piramid dan dibatasi oleh :
- dinding lateral : m. coracobrachialis, caput breve m. biceps brachii
- dinding medial : m. serratus anterior
- dinding ventral : m. pectoralis major, m. pectoralis minor, fascia
clavipectoralis
- dasar : fascia axillaris
- puncak : sebelah medial processus coracoideus scapulae di
bawah pertengahan claviculae
Isi : - arteri & vena axillaris dan cabang-cabangnya
- plexus brachialis
- lnn dan vasa lymphatica axillaris
52 Buku Petunjuk Praktikum
VASCULARISASI
a. Arteri axillaris (merupakan lanjutan a. subclavia), mempercabangkan:
• a. thoracoacromialis, menembus fascia clavipectoralis
• a. thoracalis lateralis, berjalan ke dinding lateral dada pada batas inferior m. pectoralis minor
• a. subscapularis, mempercabangkan a. thoracodorsalis yang berjalan di sepanjang dinding
axilla pada tepi m. latissimus dorsi, dan a. circumflexa scapulae yang menuju ke fissura axillaris
medialis
• a. circumflexa humeri anterior, berjalan di anterior collum chirrurgicum humeri
• a. circumflexa humeri posterior, berjalan di posterior collum chirrurgicum, melalui fissura
quadrangularis menuju caput humeri
b. Vena axillaris, berjalan mulai dari batas bawah m. teres major, merupakan persatuan dari:
• v. brachialis
• v. basilica
• v. cephalica
• vv. comitantes
Berjalan di sebelah medial a. axillaris dan berlanjut sebagai v. subclavia
INERVASI
Serabut syaraf yang menginervasi membrum superior berasal dari plexus brachialis, yaitu kumpulan
serabut syaraf yang berasal dari radix ventralis nervi spinalis VC 5-8 dan VT 1.
Beberapa radix bersatu membentuk truncus yang terletak pada leher, terdiri atas :
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 53
NODI LYMPHATICI
Nodi lymphatici axillaris terletak pada fossa axillaris.
ASPEK KLINIS
• Paralisis Erb duchenne (Waiter’s tip): lesi pada nervi spinalis VC 5 atau 6 (n. suprascapularis dan n.
axillaris)
• Winging scapulae: lesi pada n. thoracalis longus
• Wrist drop: lesi n. radialis pada axilla
• Tempat injeksi intramusculer pada m. deltoideus
ANATOMI PERMUKAAN
Dari arah anterior :
- m. biceps brachii
- sulcus bicipitalis humeri
- fossa cubiti
- epicondylus medialis
- epicondylus lateralis
- olecranon
- capitulum radii
- n. ulnaris
BANGUNAN SKELETAL
- Os humerus
- Os radius
- Os ulna
- Articulatio cubiti, dibentuk oleh condylus humeri, procesus coronoideus dan caput radii
BANGUNAN SUBCUTAN
- v. cephalica
- v. basilica
- v. mediana cubiti
- nll. cubiti
- n. cutaneus antebrachii medialis
- n. cutaneus brachii medialis
- n. cutaneus antebrachii lateralis
MUSCULI
Pada daerah brachium dan regio cubiti dari arah medial terdapat kelompok otot :
• m. coracobrachialis
• m. biceps brachii caput breve dan longum
• m. brachialis
• m. pronator teres
FASCIA PROFUNDA
- septum intermusculare brachii medialis, membatasi m. triceps brachii dan m. biceps brachii
- septum intermusculare brachii lateralis, membatasi m. triceps brachii dan m. brachialis
- sulcus bicipitalis medialis
- sulcus bicipitalis lateralis
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 55
VASKULARISASI
1. Arteri brachialis
• merupakan lanjutan a. axillaris, dimulai dari batas bawah m. teres major, berjalan ke distal pada
septum intermusculare brachii medialis
• mempercabangkan :
- a. profunda brachii, menuju sulcus a. radialis dan berjalan bersama n. radialis
- a. collateralis ulnaris superior,
- a. collateralis ulnaris inferior,
pada fossa cubiti a. brachialis bercabang 2 menjadi a. radialis dan a. ulnaris
2. Rete cubiti
3. v. cephalica, pada sisi lateral m. biceps brachii dan bermuara ke v. axillaris
4. v. basilica, pada tepi medial m. . biceps brachii dan berlanjut menjadi v. axillaris
5. v. mediana cubiti, penghubung v. cephalica dan v. basilica
INERVASI
• n. musculocutaneus
• n. medianus
• n. ulnaris
• n. cutaneus brachii medialis
• n. cutaneus antebrachii medialis, menuju ke antebrachium di sebelah medial
• n. radialis, berjalan diantara m. brachialis dan m. brachioradialis
• n. cutaneus antebrachii lateralis, lanjutan dari n. musculocutaneus
NODI LYMPHATICI
Nll. cubiti (supratochlearis), terdapat pada fossa cubiti
ASPEK KLINIS
1. V. mediana cubiti, merupakan tempat pengambilan sampel darah vena
2. Wrist drop, lesi n. radialis pada sulcus spiralis
3. Ape like, lesi pada n. medianus
4. Claw hand, lesi n. ulnaris pada siku
A. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami susunan anatomi membrum superior dengan baik
B. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur anatomi di regio antebrachium dan manus
2. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi struktur anatomi regio antebrachium dan manus.
C. Kasus
Ayu, 20 tahun, berusaha bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangan kirinya. Perbuatannya
diketahui oleh teman kostnya, dan segera dibawa ke rumah sakit. Pada pemeriksaan didapati pergelangan
56 Buku Petunjuk Praktikum
tangan dan tangannya: perdarahan memancar dan sulit dihentikan. Dua tendon superfisial dan sebuah
serabut saraf besar di tengahnya terpotong. Ibu jarinya dapat digerakkan adduksi, namun tidak dapat
oposisi. Dia kurang dapat menggerakkan jari telunjuk dan jari tengah dengan baik. Terdapat kehilangan
sensasi rasa pada separuh lateral telapak tangan dan jarinya.
Pertanyaan:
Sebutkan bangunan-bangunan yang terpotong pada kasus di atas dan apa akibatnya
D. Petunjuk Identifikasi
1. Identifikasi bangunan-bangunan yang yang tersebut di bawah ini.
2. Pelajarilah fungsi bangunan-bangunan tersebut.
3. Diskusikan kasus di atas dengan asisten masing-masing kelompok.
ANATOMI PERMUKAAN
Dari aspek dorsal :
- os ulna
- procesus styloideus radii
- procesus styloideus ulnae
- tabatiere anatomique
- v. cephalica
- v. basilica
- articulatio metacarpophalangea
- articulatio interphalangea
- tendo m. extensor digitorum
BANGUNAN SKELETAL
- os radius
- os ulnae
- ossa carpalia
- ossa metacarpal
- ossa phalanges
BANGUNAN SUBCUTAN
Pada aspek ventral :
- n. ulnaris
- n. medianus
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 57
- v. cephalica
- v. basilica
- vasa digitales
FASCIA PROFUNDA
Pada aspek ventral :
• retinaculum flexorum, penebalan fascia profunda pada bagian ventral pergelangan tangan, membentuk
carpal tunnel (canalis carpalis), yang dilewati n. medianus dan tendo m. flexor digitorum
• apponeurosis palmaris, lanjutan fascia profunda yang menebal pada telapak tangan
• fascia septum antebrachii
MUSCULI
Pada regio antebrachii aspek ventral:
• kelompok superficial :
- m. flexor carpi ulnaris
- m. palmaris longus
- m. flexor carpi radialis
- m. pronator teres
• kelompok profundal :
- m. flexor digitorum superficialis
- m. flexor digitorum profundus
- m. pollicis longus
- m. pronator quadratus
• kelompok profundal :
- m. supinator
- m. abductor pollicis longus
- m. extensor poliicis brevis
- m. extensor pollicis longus
- m. extensor indicis
Tabatiere anatomicum :
• lekukan segitiga pada sisi lateral pergelangan tangan dengan batas :
- medial : tendo m. extensor pollicis longus
- lateral : tendo m. extensor pollicis brevis, m. abductor pollicis longus
• sebagai tempat palpasi a. radialis dan os scaphoideum
VASCULARISASI
1. A. radialis, berjalan ke kaudal menuju procesus styloideus
Lanjutan a. radialis bersama r. profundus a. ulnaris membentuk arcus palmaris profundus
2. A. ulnaris, berjalan ke kaudal pada sisi medial pergelangan tangan di sebelah superficial retinaculum
flexorum
Lanjutan a. ulnaris bersama r. palmaris superficialis a. radialis membentuk arcus palmaris
superficialis.
INERVASI
• n. medianus, berjalan di sebelah profundal m. flexor digitorum superficialis
• n. ulnaris, diantara m. flexor carpi ulnaris dan m. flexor digitorum profundus
• n. radialis, berjalan di profundal m. brachioradialis, pada sepertiga antebrachium berjalan bersama a.
radialis
• rr. digitales n. medianus dan n. ulnaris, berjalan bersama aa. digitales diantara vagina apponeurosis
palmaris.
ASPEK KLINIS
1. Tennis elbow: lesi/degenerasi origo m. extensor digitorum superficialis pada epicondylus lateralis
humeri
2. Claw hand: lesi n. ulnaris pada retinaculum flexorum
3. Carpal tunnel syndrome: lesi n. medianus pada canalis carpalis
4. Ape like: lesi n. medianus pada bagian proksimal retinaculum flexorum
5. Tempat pemeriksaan nadi (a. radialis) pada antebrachium
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 59
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami anatomi membrum inferior dengan baik.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi di regio femoralis dan glutealis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi struktur anatomi regio femoralis dan glutealis.
C. Kasus
Seorang laki-laki 45 tahun datang ke juru rawat untuk berobat. Oleh juru rawat tersebut, pasien
disuntik pada pantatnya. Saat disuntik pasien merasakan nyeri hebat yang terasa menjalar ke tungkainya.
Setelah itu tungkainya terasa berat dan tidak dapat digerakkan.
Pertanyaan:
1. Mengapa saat disuntik pasien merasa nyeri yang menjalar ?
2. Terangkan bangunan-bangunan yang terlibat pada kasus di atas !
3. Terangkan sistem muskuli inervasi, vaskularisasi, artikulasi dan fungsinya pada regio glutea dan
femoris!
D. Petunjuk Identifikasi
1. Identifikasikan bangunan-bangunan tersebut di bawah ini pada kadafer!
2. Diskusikan kasus di atas dengan pembimbing anda!
ANATOMI PERMUKAAN
a. crista iliaca
b. spina iliaca anterior superior
c. tuberculum pubicum
d. condylus medialis tibiae
e. condylus lateralis tibiae
f. patella
STRUKTUR SUBCUTAN
a). V. saphena magna (telusuri mulai dari belakang condylus medialis femur ke atas sampai tempat
masuknya ke v. femoralis).
Bangunan penting:
• hiatus saphenus (tempat masuknya v. saphena magna ke v. femoralis. Terletak 4 cm caudolateral
dari tuberculum pubicum)
• fascia cribriformis (fascia yang menutupi hiatus saphenus)
60 Buku Petunjuk Praktikum
VASCULARISASI
a). Arteri femoralis, cabangnya:
- a. circumflexa iliaca superficialis.
- a. epigastrica superficialis.
- a. pudenda externa
- a. profunda femoris (dipercabangkan dari tepi lateral a. femoralis, 5 cm di kaudal ligamentum
inguinale), akan mempercabangkan a. circumflexa femoris lateralis dan medialis.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 61
INERVASI
a. n. femoralis.
b. r. femoralis n. genitofemoralis.
c. n. obturatorius. Oleh m. adductor brevis dibagi menjadi 2 bagian , bagian anterior dan bagian
posterior.
BANGUNAN LAIN
a. Trigonum femorale (tentukan batasnya!)
Isi (dari lateral ke medial):
• n.femoralis
• r. femoralis n. genitofemoralis
• vasa femoralis (di bagian atas dibungkus oleh fascia femoralis)
b. Canalis femoralis (di dalam fascia femoralis, di medial v.femoralis)
Isi : vasa limfatica, limfonodi.
Bangunan ini merupakan locus minoris resistensi hernia femoralis
c. Anulus femoralis (merupakan basis dari canalis femoralis yang menghadap ke kranial)
d. Canalis adductorius / subsartorius (tentukan batasnya!), merupakan penghubung antara trigonum
femorale dan fossa poplitea.
Dilalui oleh :
• vasa femoralis
• r.descenden geniculares a.femoralis
• n.saphenus
• saraf untuk m. vastus medialis.
e. Membrana obturatoria, yaitu membran yang menutupi foramen obturatorium. Ditembus oleh canalis
obturatoria yang dilalui oleh n. obturatorius dan vasa obturatoria.
ANATOMI PERMUKAAN :
• SIPS (Spina Iliaca Posterior Superior)
• Trochanter mayor
• Sulcus gluteus
STRUKTUR SUBCUTAN :
a. Fascia superficial ( pada wanita tertimbun lemak).
b. Penebalan jaringan lipofibrosa pada permukaan tuber ischiadicum sebagai bantalan dalam postur
duduk.
c. Saraf kulit :
• R cutaneus lateralis n. subcostalis.
• R cutaneus lateralis n. iliohypogastricus.
• N. cutaneus femoris posterior (di sepanjang garis tengah).
• R. posterior n.cutaneus femoris medialis.
• R. posterior n. cutaneus femoris lateralis.
62 Buku Petunjuk Praktikum
VASCULARISASI
a. A. glutea superior
b. A. glutea inferior.
ASPEK KLINIS :
a. Hernia femoralis
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 63
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami anatomi membrum inferior dengan baik.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur anatomi di articulatio genu, regio cruralis dan
pedis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi struktur anatomi articulatio genu, regio cruris dan pedis.
C. Kasus
Seorang laki-laki berusia 30 tahun, seorang buruh di gudang beras, ketika dia menerima beban
sekarung beras (100 kg) dari atas truk, lututnya terasa sangat nyeri. Pasien terjatuh dan ketika berusaha
bangun tapi tidak bisa.
Setelah dilakukan foto Rontgen, didapati patah tulang (fraktur kominuta) pada ujung proksimal tibia
dan collum fibula.
Pertanyaan:
Bangunan apa saja yang bisa mengalami gangguan pada kasus di atas ?
Dengan ilmu anatomi anda, di mana anda akan meraba pulsasi arteri untuk memeriksa apakah ada
kerusakan pada arteri akibat kasus di atas?
D. Petunjuk Identifikasi
1. Identifikasikan bangunan-bangunan tersebut di bawah ini pada kadafer!
2. Diskusikan kasus di atas dengan pembimbing anda!
ARTICULATIO GENU
PENYUSUN:
Articulatio genu disusun oleh condyli femoris, condyli tibiae, menisci dan patella. Fascies articularis condyli
femoris dan tibiae tidak sesuai antara satu dengan yang lain, agar sesuai dilengkapi dengan meniscus
lateralis dan medialis.
ARTICULATIONES.
Articulatio genu terdiri atas 5 articulationes:
• articulatio femoropatellaris
• articulatio meniscofemoralis lateralis
64 Buku Petunjuk Praktikum
LIGAMENTA :
Ligamenta yang memperkuat articulatio genu adalah:
• ligamenta popliteum obliquum
• ligamentum collaterale mediale
• ligamentum collaterale laterale
• ligamentum cruciatum anterius
• ligamentum cruciatum posterius
OSTEOLOGI:
Tibia: margo dan facies tibiae
Fibula: margo dan facies fibulae
Ossa tarsalia, metatarsalia, dan phalanges.
STRUKTUR SUBCUTAN:
a. Vena:
• arcus venosus dorsalis pedis
• v. saphena magna (di sisi medial cruris, muncul dari depan malleolus medialis)
• v. saphena parva (di sisi lateral cruris, muncul dari belakang malleolus lateralis)
• vv. perforantes (hubungan antara v. saphena magna dan vv.profunda di pergelangan kaki).
b. Saraf :
• n. peroneus superficialis (berjalan di antara m. peroneus brevis dan m. peroneus longus, menembus
fascia profunda di sepertiga bagian bawah cruris anterior. Di pedis akan terbagi menjadi n. cutaneus
dorsalis medialis dan n.cutaneus dorsalis intermedius).
• n. peroneus profundus (ujung terminalnya menembus fascia profunda di dalam spatium
intermetatarsalis 2, berjalan bersama a. tibialis anterior).
• n. cutaneus surae lateralis (cabang n. peroneus communis)
• n. cutaneus surae medialis (cabang n. tibialis)
• n. suralis (seiring dengan v. saphena parva).
• n. saphenus (seiring dengan v. saphena magna).
c. Fascia
• Fascia pedis superficialis
• Fascia pedis profunda.
Kearah profunda membentuk septa yaitu:
- septum intermusculare anterior (membatasi otot ekstensor dan otot peronei)
- septum intermusculare posterior (membatasi otot fleksor dan otot peronei).
Di pergelangan kaki membentuk :
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 65
VASCULARISASI
A. tibialis anterior (berjalan bersama dengan n. peroneus profundus, diantara tm. Extensor hallucis longus
dan m. extensor digitorum longus).
• A. dorsalis pedis (lanjutan dari a. tibialis anterior, berjalan bersama dengan r. medialis n. peroneus
profundus).
• A. arcuata (cabang a. dorsalis pedis , terletak sebelah profundal dari m.extensor digitorum brevis).
STRUKTUR SUBCUTAN
Jaringan subcutis plantar pedis (tebal, padat dapat ditemui septa fibrous).
a. Saraf kulit :
• N. cutaneus femoris posterior
• N. suralis (beriringan dengan v. saphena parva di sepanjang garis tengah betis)
• N. cutaneus surae lateralis (menuju ke arah lateral pedis )
• N. saphenus (beriringan dengan v. saphena magna di sisi medial cruris)
• R. calcaneus medialis n. tibialis (di sisi medial tumit).
b. Vena :
• saphena magna
• saphena parva
c. Fascia Fascia
cruris, di daerah malleolusmedialismembentuk retinaculum musculi flexorum cruris/ligamentum
laciniatum, dengan tulang di profundalnya membentuk 4 saluran yang dilalui oleh (dari ventral ke
dorsal ):
• Tendo m. tibialis posterior
• Tendo m. flexor digitorum longus
• Arteri/vena/nervus tibialis
• Tendo m. flexor hallucis longus
Di daerah plantar pedis berlanjut menjadi fascia plantaris pedis yang akan membentuk aponeurosis
plantaris.
MUSCULI
Otot di cruris posterior termasuk kelompok otot fleksor yang dibagi menjadi 2 yaitu otot superfisial dan
profundal:
a. Kelompok otot fleksor superfisial:
• m. gastrocnemius (caput laterale dan caput mediale)
• m. soleus
• m. plantaris (terletak di antara m. gastrocnemius dan m. soleus, tendonya terletak disepanjang
tepi medial tendo achilles).
M. gastrocnemius dan m. soleus disebut sebagai triceps surae yang merupakan plantar fleksor yang
kuat dan penting untuk stabilisasi articulatio genu pada gerakan ekstensi kuat , misalnya pada gerakan
lari dan melompat. Tendo kedua otot ini membentuk tendo calcanei/tendo achilles.
BANGUNAN LAIN :
Fossa poplitea
Batas :
• kraniomedial : m. semitendinosus dan m. semimembranosus
• kraniolateral : m. biceps femoris
• kaudomedial : caput mediale m. gastrocnemius
• kaudolateral : caput laterale m. gastrocnemius
Dasar : m. popliteus
Isi :
• a. poplitea
• v. poplitea
• n. ischiadicus (dibagian atas fossa terbagi 2 yaitu n. tibialis dan n. peroneus communis)
• nnll. poplitei (seiring dengan vasa poplitea).
VASCULARISASI
a. Arteri : a. poplitea, cabang – cabangnya :
• a. genicularis
• a. tibialis anterior
• a. tibialis posterior, mempercabangkan a. peroneus/ a. fibularis. Cabang terminalnya a. plantaris
medialis dan a. plantaris lateralis.
INERVASI
Regio cruris dan pedis diinervasi oleh cabang-cabang n. ischiadicus:
• n. tibialis, berjalan beriringan dengan a. tibialis posterior. Cabang terminalnya adalah nn. plantaris
medialis dan lateralis.
• n. peroneus communis, bercabang 2:
- n. peroneus superficiale
- n. peroneus profundus.
68 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 69
PRAKTIKUM HISTOLOGI
70 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 71
A. MIKROSKOP
Panca indera manusia memiliki kemampuan terbatas, padahal banyak masalah mengenai organisme
yang ingin dipecahkan, untuk itu diperlukan bantuan penggunaan alat-alat. Salah satu alat yang paling
sering digunakan ialah mikroskop (Latin : mikro = kecil ; scopium = penglihatan), yang memungkinkan
seseorang dapat mengamati objek dan gerakan yang sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata bugil.
Ada berbagai macam mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan penggunaan tertentu dan
bermacam-macam pula kelengkapannya. Macam yang paling sederhana ialah kaca pembesar, akan tetapi
biasanya disebut “mikroskop” adalah suatu alat yang terdiri dari beberapa lensa yang disusun dalam
sebuah tabung, jadi suatu mikroskop majemuk.
Macam mikroskop majemuk yang biasa digunakan dalam laboratorium Biomedis ialah mikroskop
monokuler (Latin : mono = satu ; oculus = mata). Mikroskop ini digunakan dengan satu mata, sehingga
bayangan yang terlihat hanya memiliki panjang dan lebar, dan hanya memberikan gambaran mengenai
tinggi (tebal)nya. Kebanyakan objek yang akan diamati dengan menggunakan mikroskop monokuler ini
harus memiliki ukuran kecil atau tipis sehingga dapat ditembus cahaya. Bentuk dan susunan objek tersebut
dapat dibedakan karena beberapa bagian objek itu lebih banyak menyerap cahaya daripada bagian-bagian
yang lain. Cara pengamatan ini menggunakan cahaya yang ditembuskan.
2. Lensa obyektif.
Letaknya di bawah tabung dekat dengan meja benda, biasanya pada satu mikroskop terdapat 3 atau
4 lensa obyektif yang dipasang pada revolver yang dapat diputar bila ingin mengubah posisi lensa. Lensa
obyektif tersebut biasanya memiliki perbesaran 4x, 10x, 40x dan 100x.
3. Tabung.
4. Revolver.
5. Meja benda, merupakan tempat untuk meletakkan preparat.
6. Tangan/lengan.
7. Diafragma.
Terletak di bawah meja benda, dapat mengatur banyaknya sinar masuk.
8. Sekrup-sekrup penggeser preparat, untuk menggeser preparat.
Ada 2 macam : a. menggeser ke muka dan ke belakang.
b. menggeser ke kanan dan ke kiri.
9. Penjepit preparat.
10. Pengatur kasar (makrometer) dan pengatur halus (mikrometer).
11. Cermin : untuk menangkap cahaya. Biasanya terdiri dari 2 macam yaitu cermin datar yang digunakan
dalam keadaan terang (cahaya lampu mikroskop) dan cermin cekung yang digunakan dalam keadaan
gelap (cahaya ruangan).
12. Kaki atau basis, dapat berbentuk persegi atau bentuk tapal kuda atau bentuk lainnya.
72 Buku Petunjuk Praktikum
Tujuan:
Memperkenalkan mikroskop monokuler, cara penggunaan dan pemeliharaannya.
Cara Kerja :
A. Menyiapkan mikroskop.
Keluarkan mikroskop dari kotaknya atau tempat menyimpannya di dalam lemari. Peganglah mikroskop
itu dengan erat pada lengannya yaitu bagian yang melengkung, dengan satu tangan, sedang tangan yang
lain pakailah untuk menyangga kaki mikroskop. Gunakanlah selalu cara ini apabila mengangkat mikroskop.
Letakkan mikroskop dengan hati-hati di atas meja laboratorium, sedemikian hingga lengannya mengarah
ke tempat duduk kita, sedangkan meja objek menghadap ke arah yang berlawanan. Letak kakinya jangan
terlalu ke tepi meja, supaya mikroskop tidak jatuh.
Gambar 1
Mikroskop monokuler
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 73
C. Cara Penggunaan.
Tabung dinaikkan dengan menggunakan pengatur kasar, sehingga objektif tidak membentur
meja apabila revolver diputar-putarkan. Putarlah revolver sehingga objektif lemah (yang lebih pendek
ukurannya) ditempatkan langsung di bawah okuler. Apabila letaknya telah tepat akan terdengar suara
berdetik. Setelah itu bukalah diafragma (Latin : dia = menembus ; phragma = pagar) sebesar-besarnya
dengan menggeser bagian yang menonjol. Aturlah letak cermin sehingga cahaya terpantul melalui lubang
pada meja objek. Hindarkanlah cahaya matahari langsung mengenai cermin. Mengapa ? Lihatlah melalui
okuler. Aturlah cermin sedemikian hingga yang terlihat melalui okuler itu sebuah lingkaran yang terangnya
merata. Jika menyilaukan, kecilkan apertur diafragma (Latin : aperio = membuka ; apertur diafragma =
lubang diafragma)
Kalau lensa okuler atau objektif kelihatannya berkabut atau berdebu, bersihkan bagian yang kotor
dengan lap flanel/tissu halus yang bersih dengan cara menggosokkan lap tadi mengikuti gerakan melingkar
dan dengan tekanan yang lemah. Jangan sekali-kali menggunakan kertas atau kain kasar. Apabila cara
membersihkan itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, beritahukan kepada pengajar.
agar preparat tidak bergeser. Sambil mengamati mikroskop dari samping, turunkanlah tabung mikroskop
dengan menggunakan pengatur kasar dengan hati-hati sehingga jarak antara ujung objektif dengan gelas
penutup kira-kira hanya 1 mm. Jagalah agar objektif tidak menyentuh gelas penutup. Beberapa macam
mikroskop memiliki suatu alat yang dengan sendirinya akan mengelakkan terjadinya hal ini, akan tetapi
tidak semua mikroskop memilikinya.
Sekarang lihatlah melalui okuler dan dengan perlahan-lahan naikkanlah tabung sehingga huruf di atas
kertas nampak. Jika setelah tabung dinaikkan lebih dari 1 cm, obyek masih juga tidak nampak, maka hal
itu berarti bahwa letak tabung yang tepat untuk mendapatkan fokus mikroskop sudah terlewati. Apabila
hal ini terjadi turunkanlah tabung kembali dengan cara di atas, kemudian naikkanlah kembali sambil
melihat melalui okuler. Jangan sekali-kali menurunkan tabung dengan pengatur kasar, bilamana anda
sedang melihat ke dalam okuler. Setelah bayangan obyek tampak, putarlah pengatur halus ke depan dan
ke belakang untuk mendapatkan fokus mikroskop yang sebaik-baiknya. Setelah itu obyek dapat diperjelas
dengan mengatur besarnya apertur diafragma.
Kini putarlah revolver sehingga objektif kuat (yang lebih panjang) terdapat langsung di bawah okuler.
Sewaktu mengerjakan ini jagalah agar objektif kuat ini tidak menyentuh gelas penutup. Jika hal ini terjadi,
anda harus mengurangi seluruh urutan prosedur, di mulai dengan mencari fokus objektif lemah. Apabila
fokus objektif kuat sudah tepat, maka jaraknya dengan gelas penutup akan lebih dekat daripada jarak
objektif lemah. Jarak antara ujung suatu objektif dengan gelas penutup dinamakan jarak kerja. Untuk
mendapatkan fokus objektif kuat biasanya tidak sampai diperlukan satu putaran penuh pada pengatur
halus ke depan ataupun ke belakang.
- Apakah bidang penglihatan menjadi lebih luas ataukah lebih sempit ? ………… (4)
- Apakah penggantian objektif lemah dengan objektif kuat mengubah letak bayangan ? Untuk menjawab
pertanyaan ini geser-geserlah sedikit preparat itu untuk melihat seluruh bayangan obyek………………….
(5)
- Apakah bayangan terlihat lebih terang ataukah lebih gelap jika dibandingkan dengan waktu
menggunakan objektif lemah ? ……………………. (6)
F. Pembesaran
Kini akan menggunakan suatu diterangkan apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan daya pembesaran
suatu lensa. Dalam mikroskop sangatlah penting mengetahui berapa kali alat itu membesarkan bayang
objek yang diamati. Apakah suatu mikroskop membesarkan suatu objek sebanyak 50 diameter (50x), maka
bayangan yang terlihat akan 50x lebih panjang dan lebih lebar daripada bayangan yang dilihat dengan
mata bugil dari jarak 25,4 cm. Pada setiap objektif dan okuler ada tertera bilangan yang menunjukkan
berapa kali pembesarannya. Andaikata bilangan pada okuler ialah 5x sedang pada objektif lemah 12x,
maka pembesaran keseluruhannya ialah 5 x 12 atau 60 diameter. Dengan menggunakan okuler yang sama
dan objektif kuat dengan daya pembesaran 45x akan dicapai suatu pembesaran sebesar 5 x 45 atau 225
diameter.
- Catat angka pembesaran okuler dari kedua objektif pada mikroskop anda, dan hitunglah daya
pembesaran mikroskop anda bila digunakan objektif lemah ? ……………….. (7)
- Bila digunakan objektif kuat ………………… (8)
menentukan fokus seperti yang telah dibicarakan usahakanlah untuk mendapatkan bayangan yang jelas
dari pembagian skala milimeter di atas penggaris dengan menggunakan objektif lemah. Geserlah dengan
cermat sehingga tepi yang bertanda terletak tepat pada garis tengah bidang penglihatan. Hitunglah jumlah
tanda pembagian yang tampak di bidang penglihatan. Garis-garis pembagian pada skala kelihatannya
lebar , 1 mm adalah jarak antara tengah-tengah suatu garis pembagian sampai ke tangah-tengah garis
pembagian berikutnya.
- Berapakah milimeter panjang diameter bifang penglihatan mikroskop anda dengan objektif lemah ?
…………………………. (9)
- Berapakah panjang diameter tadi dalam mikron ? ………………………… (10)
Cara menghitung diameter penglihatan jika menggunakan objektif kuat adalah sebagai berikut : Mula-mula
tentukan hasil bagi angka pembesaran onjektif kuat oleh angka pembesaran objektif lemah. Maka diameter
bidang penglihatan objektif kuat sama dengan diameter penglihatan objektif lemah dibagi dengan hasil-
hasil tadi. Misalkan, apabila angka pembesaran objektif lemah 12x sedang angka pembesaran objektif
kuat ialah 48x maka hasil baginya sama dengan 48 : 12 = 4. Jika diameter bidang penglihatan objektif
lemah sama dengan 1600, maka diameter bigang penglihatan objektif kuat sama dengan 1600 : 4 = 400.
- Dengan menggunakan cara ini tentukanlah diameter bidang penglihatan mikroskop anda dengan
objektif kuat …………………………. (11)
Persamaan :
Dimana d = daya pisah
λ λ = panjang gelombang sinar
d= n = indeks bias
n sin α α = ½ apertura (sudut bukaan lensa)
Tabel 1 memberikan gambaran mengenai daya pisah mata dan alat bantunya. Dari tabel 1 tampak bahwa
dengan penggunaan alat bantu (mikroskop) daya pisah dapat ditingkatkan.
Beberapa cara untuk memperkecil daya pisah / memperkecil nilai d adalah dengan :
1. Memperkecil λ (panjang gelombang) cahaya, misalnya dengan menggunakan cahaya dengan panjang
gelombang lebih pendek (cahaya biru / filter biru, sinar ultra violet, sinar elektron)
2. Memperbesar n (indeks bias) medium yang dilalui cahaya, misalnya dengan lensa yang dibuat dengan
bahan khusus.
3. Memperbesar sin α atau memperkecil α yakni memperkecil bukaan lensa atau diafragma.
Sejak ditemukan oleh Antonius van Leewenhoek, mikroskop cahaya digunakan untuk mengungkapkan
struktur jaringan dan sel. Perbaikan konstruksi mikroskop sehingga mampu membesarkan sampai 2000
kali serta pengembangan tehnik Histologi dan Sitologi sudah berhasil membantu mengungkapkan
rincian struktur renik (mikroskopik). Lompatan di dalam pengungkapan struktur biologi terjadi sejak
digunakan mikroskop elektron. Karena daya pisah alat yang sangat tinggi, dengan mikroskop elektron
dapat diungkapkan struktur halus (ultrastruktur) bawah renik (sub mikroskopik). Ultrastruktur sel eukariot
maupun prokariot dan virus sudah dapat diketahui dengan bantuan mikroskop elektron.
I. Pemeliharaan mikroskop
Seperti alat-alat lainnya dalam laboratorium, mikroskop juga memerlukan pemeliharaan yang cermat.
Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam keadaan tegak, dengan satu tangan, memegang erat-
erat lengan mikroskop dan tangan lainnya menyangga mikroskop pada kainya. Apabila tabung mikroskop
perlu dicondongkan letaknya, maka hal itu harus dilakukan dengan menggerakkan lengannya pada
engsel inklinasi sebagai titik putar. Setelah pekerjaan selesai maka mikroskop itu harus segera ditegakkan
kembali.
Pada akhir praktikum, usahakanlah agar objektif lemah terdapat di bawah okuler. Aturlah kedudukan
tabung sedemikian hingga ujung objektif lemah terdapat kira-kira 1 cm di atas meja objek. Begitu pula
jepitan harus disusun di atas meja objek sehingga tidak ada bagian yang menonjol keluar dari sisi meja.
Kembalikanlah mikroskop ke dalam tempat penyimpanannya. Bersihkanlah semua gelas objek dan gelas
penutup.
B. SITOLOGI
Semua makhluk hidup terdiri dari sel-sel yang merupakan ruang-ruang kecil diselubungi membran
yang berisi cairan kimia pekat dalam pelarut air dan komponen-komponen penting penyusun sel. Bentuk
kehidupan yang paling sederhana adalah sel-sel tunggal yang menggandakan diri dengan cara pembelahan.
Organisme-organisme yang tergolong dalam tingkat yang lebih tinggi, sepeti kita iniI terdiri dari kelompok-
kelompok sel yang masing-masing menjalankan fungsi khusus namun antara kelompok satu dan lainnya
terjalin suatu sistem komunikasi, bekerja sama dalam suatu tatanan tertentu sehingga terbentuk fungsi
fisiologis maupun biokimiawi tubuh secara utuh.
Sel ditinjau secara histologi merupakan kesatuan struktural dan fungsional kehidupan (beserta proses
pernyakit) di dalam semua jaringan, organ dan sistem organ. Secara umum dapat dibeda-bedakan jenis sel
yaitu sel prokaryotik dan eukaryotik. (Mengenai sel prokaryotik dan eukaryotik akan dibahas lebih lanjut
pada bagian belakang bab ini). Dalam bab ini lebih dibahas mengenai sel eukaryotik karena merupakan
komponen utama organisme multiseluler.
Sel eukaryotik tersusun dari 3 komponen utama yaitu membran sel, sitoplasma dan nukleus.
1. Membran sel
Membran sel adalah membran yang membungkus bangunan sel sehingga menjadi satu kesatuan.
Membran sel memisahkan sel dari lingkungan dan membentuk kompartementalisasi fungsional yang jelas
di dalam sel, misalnya nukleus, organela. Membran sel bagian luarnya disebut membran plasma atau
plasmalema.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 77
Dari analisis kimiawi, membran sel terutama terdiri dari lipid dan protein. Lipid penyusun membran
terutama adalah fosfolipid dan kolesterol. Membran fosfolipid tersusun di dalam 2 lapis.
2. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan disekitar nukleus dan dibungkus oleh membran plasma. Dalam
sitoplasma terdapat 3 kelomplok strukturl yaitu :
a. Organela, merupakan struktur yang terbungkus membran dan merupakan bagian sub seluler yang
mengandung enzim.
b. Inklusion sitoplasmik , struktur ini ada yang terbungkus membran, ada pula yang tidak terbungkus
membran , Inklusion merupakan hasil tetes-tetesan lemak, gramila glikogen dan melanin.
c. Sitoskeleton, merupakan kerangka sel yang tersusun oleh anyaman elemen plamen yang terdiri dari
mikrotubulus, mikrofilamen dan filamen intermedia.
Sitoplasma yang merupakan matriks pengisi sel adalah koloid protein hidrofilik yang bersifat amorf sampai
berbutir-butir ( granular ) dan mempunyai sifat unik yakni dapat bersifat cairan yang dapat mengalir ( =
fase sol ) atau dapat sebagai matriks semi semi padat yang lentur ( = fase gel ) . Dalam fase sol , sitoplasma
bergerak di dalam aliran yang disebut sikosis. Bersama aliran sitoplasma itu akan terbawa beberapa organel
seperti seperti mitrotendria. Sitoplasma yang mengelilingi orgenal disebut hialoplasma. Pada umumnya
sitoplasma didekat membran luar ( = ektoplasma ) cenderung lebih padat sedangkan sitoplasma di bagian
dalam sel ( = endoplasma ) lebih cair. Di dalam sitoplasma terkandung berbagai larutan senyawa dan
garam ( solut ) yang merupakan medium pendukung organel-organel.
2 a. Organela
Organela merupakan bangunan yang selalu terdapat dalam semua sel dan dianggap sebagai organ-
organ (alat) kecil sel. Organela merupakan kesatuan substansi hidup dan berfungsi penting dalam
proses metabolisme sel.
Organel-organel penting dalam sel antara lain :
1). Mitokondria
Istilah mitokondria (mitochondria) berasal dari kata mitos (=bening) dan chondrion (=butir).
Mitokondria memiliki berbagai macam bentuk sferis, ovoid, filamentosa. Ukuran mitokondria sebesar
ukuran bakteri, diameternya berkisar antara 0,5-1,5 m dan panjangnya 3-10 m apabila berbentuk
memanjang. Jumlah mitokondria dalam sel sangat bervariasi. Mitokondria dalam jumlah banyak dapat
dijumpai pada sel-sel yang sedang aktif tumbuh atau sel-sel yang memerlukan banyak energi, misalnya
sel otot, sel sperma. Dalam sel hepar yang normal paling sedikit terdapat 1000 mitokondria. Pada
praktikum kita kali ini, mitokondria diamati pada sel-sel tubulus renalis. Pada preparat ini mitokondria
tampak jelas tersusun berjajar seperti pagar, dengan bentuk batang, terletak infranuklear dalam sel.
78 Buku Petunjuk Praktikum
2). Ribosoma
Ribosoma merupakan organela yang paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasma. Organel
ini sedemikian kecilnya sehingga hanya dapat tampak jelas mikturnya dengan bantuan mikroskop
elektron.
Ribosoma adalah organel yang berfungsi penting dalam mekanisme sintesis protein. Terdapat 2
jenis ribosoma yaitu ribosoma mitokondria (ukuran 20 m) dan ribosoma sitoplasmik (ukuran 25
m).
Pada sel saraf terdapat benda-benda yang berkelompok pada sitoplasma yang disebut Nissl bodies
(badan Nissl) yang sebenarnya disebabnya oleh adanya ribosoma tersebut.
Ribosoma sitoplasmik ada 2 macam yaitu :
a. Ribosoma bebas (free ribosome)
Merupakan ribosoma individual yang terdapat tersebar di dalam sitoplasma.
b. Poliribosoma (=polisoma)
Merupakan kelompokan ribosoma yang terdapat di sepanjang benang mRNA. Poliribosoma ada
yang tersebar bebas dalam sitoplasma yang mensintesis protein dan enzim untuk penggunaan
intraseluler, dan ada pula poliribosoma yang melekat pada membran luar retikulum endoplasmik
yang mensintesis prrotein untuk disekresikan.
adalah badan di dalam sel berbentuk piringan yang tersusun dari beberapa kantung (vesikel) pipih
yang disebut sisterna (cisternae). Pada bagian tepi sisterna tersusun jaringan tabung-tabung yang
pada ujungnya terbentuk vesikel bulat yang dapat terlepas. Vesikel-vesikel itu kemudian bergerak ke
bagian lain dari sel, terutama ke plasmalemma.
Fungsi Aparatus golgi antara lain :
a. sintesis polisakarida
b. memodifikasi produk-produk sekretorik (misalnya : protein dan lipida) yang telah disintesis di
tempat lain dan selanjutnya dikemas di dalam vesikel untuk diangkut ke bagian lain
c. memekatkan dan menyimpan produk sekretorik
5). Lisosoma
Lisosoma merupakan organela berbentuk bulat dengan membran satu lapis (sebagai vesikel
bermembran). Lisosoma berisi banyak macam enzim yang bersifat asam, termasuk DNA ase, RNA ase,
protease dan berbagai enzim penghidrolisis karbohidrat. Lisosoma juga berperan di dalam fagositosis
bakteri atau virus oleh sel darah putih.
3). Pigmen
Pigmen adalah benda-benda dalam sel atau jaringan yang mepunyai warna tersendiri waktu masih
80 Buku Petunjuk Praktikum
hidup meski tidak diwarnai. Pigmen berperan penting dalam diagnosa klinik penyakit tertentu, bahkan
terkadang merupakan faktor utama yaitu adanya perubahan warna dalam jaringan dari bagian tubuh
tertentu. Warna dalam jaringan terutama tergantung pada jenis dan jumlah pigmen yang dikandung.
Pigmen selain terdapat sebagai inklusi mungkin juga terdapat di antara sel-sel. Pigmen berdasar
asalnya dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. pigmen endogen, misalnya hemoglobin pada eritrosit, mioglobiin pada sel otot, melanin pada
kulit dan alat tambahannya
b. pigmen eksogen, misalnya debu-debu arang, silikat yang mungkin terdapat dalam pulmo.
3. Nukleus
Salah satu struktur yang tampak dominan di dalam sel eukariot adalah inti sel atau nukleus. Nukleus
memperagakan berbagai variasi di dalam hal ukuran, jumlah dalam tiap sel, pola kromatin maupun letaknya
di dalam sel. Hal tersebut menyebabkan perbedaan penampilan nukleus dari jaringan satu dengan jaringan
yang lain, dari satu jenis sel ke sel lain. Meskipun demikian, nukleus umumnya mempunyai membran inti,
kromatin, nukleoplasma dan satu atau lebih nukleolus (anak inti).
a. Membran inti (= selubung nukleus)
Merupakan membran ganda yang memisahkan nukleus dari sitoplasma. Pada sisi luar membran
inti dapat ditempeli ribosom, sehingga ada yang memperkirakan nukleus adalah perluasan retikulum
endoplasma yang bergranula. Pada bagian dalam membran sebelah dalam dilapisi dengan lamina
fibrosa suatu protein yang disebut lamins. Pada beberapa tempat pada membran inti terdapat pori-pori
(nuclear poves). Pori-pori ini terikat oleh 8-9 lobuler sub unit yang disebut protein anular, dan setiap
porus ditutupi oleh diafragma. Pori-pori itu merupakan lubang penghubung inti sel dengan sitoplasma
yang dapat dilewati makro molekul dari inti sel ke luar (ke sitoplasma) dan yang dari sitoplasma masuk
ke dalam inti sel. RNA dari inti sel (mRNA) akan keluar dari sel melalui pori-pori itu
b. Kromatin
Di dalam nukleus dapat terlihat adanya butir-butir basofil yang disebabkan oleh adanya kromatin.
Kromatin ini berisi DNA sehingga dengan pewarnaan HE tampak berwarna biru. Untuk tiap macam sel
tampak adanya perbedaan mengenai ukuran dan penyebaran butir-butir kromatinnya.
Gambaran nukleus antara interfase dengan mitosis terdapat perbedaan bahwa butir-butir
kromatin yang tampak pada interfase menjadi tidak tampak lagi pada saat mitosis karena kromatin
berkondensasi membentuk struktur baru berbentuk benang sebagai kromosom. Telah diketahui
bahwa kromosom merupakan bagian nukleus yang membawa gena yang akan menentukan sifat-sifat
yang diturunkan dalam bentuk individu yang bersangkutan.
c. Nukleoplasma
Di dalam inti sel terdapat matriks protein yang menyusun plasma inti (= nukleoplasma).
Nukleoplasma agak kental dan mengandung butiran-butiran berbagai ukuran dan kerapatan sehingga
nukleoplasma tampak lebih rapat elektron daripada sitoplasma.
d. Nukleolus
Dengan mikroskop cahaya, nukleolus terlihat sebagai sebuah atau lebih bangunan basofil dalam
sebuah nukleus yang ukurannya lebih besar daripada butir-butir kromatin. Nukleolus tersusun dari
prtein (84%) dan mengandung RNA (11%) berupa filamen dan granula, serta DNA (5%). RNA di dalam
nukleolus terutama adalah RNA ribosom (rRNA) sehingga nukleolus merupakan tempat sintesis
prekusor ribosom. rRNA akan keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 81
PERHATIAN !!
Gunakanlah lensa obyektif lemah (10x) terlebih dahulu setiap kali akan memulai mengamati preparat
dengan mikroskop. Tidak diperbolehkan langsung menggunakan perbesaran kuat (40x, 100x)! Jika sudah
mengganti perbesaran mikroskop dengan lensa obyektif kuat, tidak diperbolehkan memutar pengatur
kasar (makrometer)
1. Sel
No. Sediaan : -
Organ yang dipakai : ujung akar Alium cepa
Teknik pewarnaan : Orcein
Perhatikan : Pada bagian dekat ujung akar, terdapat gambaran deretan kotak-kotak kecil berwarna merah
keunguan. Setiap satu kotak itu adalah satu sel. Gantilah dengan menggunakan lensa obyektif kuat (40x)
akan sel akan tampak lebih jelas, dengan bagian-bagian yang terlihat : dinding sel, sitoplasma (jernih),
nucleus (bulat ungu di bagian tengah) dan nucleolus (bulatan kecil di dalam nucleus, berwarna merah)
2. Stereocilium
No. Sediaan : Cy-1 Organ yang dipakai : Testis pada bagian epididymidis.
Teknik pewarnaan : PTAH (Mallory)
Perhatikan : Pada bagian superfisial/permukaan sel tampak stereocilium berupa bangunan seperti rambut
berwarna coklat tua. tereocilium tidak dapat bergerak aktif. Bangunan ini merupakan tonjolan sitoplasma
sel ke arah lumen ductus epididymidis.
3. Mitochondrion
No. Sediaan : Cy-3
Organ yang dipakai: Ren
Teknik pewarnaan : Acid fuchsin (Metzner)
Perhatikan : Struktur mitokondria sebagai batang-batang kecil merah dalam sitoplasma, letak infranuklear
berjajar tegak lurus terhadap membrana basalis.
4. Granulum glycogeni
No. Sediaan : Cy-4
Organ yang dipakai : Hepar
Teknik pewarnaan : Periodic Acid Schiff Reaction (PAS)
Perhatikan: Temukan hepatocytus berupa sel berbentuk poligonal berderet-deret tersusun radier
mengelilingi vena centralis. Sitoplasma dengan granulum glycogeni yang tersebar, berupa butir-butir
berwarna merah magenta (reaksi PAS positif).
5. Granulum zymogeni
No. Sediaan : Cy-5
Organ yang dipakai : Pancreas
Teknik pewarnaan : Trikhrom (Mallory)
Perhatikaan : Cari pars exocrin pancreatis yang berbentuk asinus. Asinus tersusun atas sel berbentuk
piramidal dengan bagian puncak sel berbatasan dengan lumen sinus. Perhatikan pada puncak sel-sel
asinus terlihat butir-butir merah; butir-butir itu adalah granula zimogen.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 83
6. Mucinogen
No. Sediaan : Cy-6
Organ yang dipakai : Intestinum tenue
Teknik pewarnaan : PAS
Perhatikan : Carilah lebih dahulu villi intestinalis yang dilapisi oleh epitel kolumner selapis. Exocrinocytus
caliciformis/selpialadisela-selaepitheliocytuscolumnaris/epitelkolumner.Teknikinikhususmemperagakan
musin yang terdapat di dalam sitoplasma exocrinocytus caliciformis, tercat berwarna merah magenta
karena bereaksi positif dengan teknik PAS.
84 Buku Petunjuk Praktikum
Organisme multiseluler (bersel banyak) berkembang melalui serentetan pembelahan sel. Pembelahan
sel pada individu-individu tersebut terdiri dari beberapa tahap yang berturutan. Tahap-tahap pokok dalam
perkembangan organisme bersel banyak yang kompleks menjadi dewasa bermula dari zigot bersel tunggal
yang tampak sederhana. Zigot pada semua hewan pada dasarnya adalah serupa.
Untuk memahami proses perkembangan embrio perlu diketahui beberapa hal penting yang agak rinci
mengenai pembelahan sel, yang membawa kepada perkembangan lebih lanjut.
Ada 2 cara sel memperbanyak diri yaitu pembelahan langsung yang disebut amitosis dan pembelahan
tidak langsung atau mitosis. Amitosis diawali dengan penyempitan di tengah-tengah nukleus sehingga
terbagi dua, selanjutnya diikuti oleh pembagian sitoplasma yang menghasilkan 2 sel anakan. Cara
pembelahan ini dijumpai pada sel-sel yang bersifat sementara, seperti sel-sel membran embrionik dan
sel-sel yang memasok makanan sementara, kedua macam sel itu pada akhirnya mengalami binasa.
Berikut ini dijelaskan ciri-ciri penting dari setiap fase dalam mitosis.
Profase
Permulaan mitosis ditandai dengan beberapa perubahan. Nukleolus mulai menghilang sedangkan
kromosom mulai tampak jelas. Untaian kromosom berubah menjadi pilinan (heliks) sehingga lebih pendek
dan tebal. Pada waktu itu membran nuklir mulai menghilang. Kemudian kromosomnya menggandakan
diri, selanjutnya duplikatnya saling melekat di daerah khusus yang disebut sentromer (= kinetokor).
Metafase
Ditandai dengan munculnya gelendong. Struktur ini terjadi dari sebaris mikrotubula yang melintas
diantara kutub sel lembut. Sentromer setiap dublet mulai terikat pada sekumpulan mikrotubula dan
kemudian berpindah di tengah-tengah sel diantara kedua kutub (ekuator). Ujung kromosom dapat acak
arahnya, tetapi semua sentromer persis di bidang ekuator.
Anafase
Diawali saling berpisahnya kromosom yang terduplikasi dari setiap dublet. Kromosom-kromosom
tersebut. Bergerak memisah, masih pada gelendong dan bergerak ke kutub berlawanan.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 85
Telofase
Setelah sampai ke kutub, maka kromosom mulai membuka gulungannya. Nukleus terbentuk kembali.
Membran nuklir muleimembentuk sekitar kromosom. Akhirnyaterbentukstrukturyang disebut lempengan
sel muncul di ekuator. Dinding sel disetiap sisi lempengan dibentuk dan selesailah pembelahan sel.
Interfase
Merupakan fase diantara pembelahan mitosis. Pada fase ini sel mulai tumbuh (disebut G1), diikuti
dengan periode (S) sintesis DNA dan selama itu kromosom terduplikasi. Kemudian periode tumbuh kedua
(G2) terjadi sebelum mitosis berikutnya (M). Pada fase ini belum memperlihatkan kegiatan membelah. Inti
sel tumbuh membesar, keruh, lambat laun tampak benang-benang kromatin yang halus seperti granula.
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada sel tubuh dan jaringan embrio, sedangkan pada proses
pembentukan sel gamet terjadi pembelahan secara meiosis.
1. Tahap Ieptoten
Ditandai dengan lenyapnya selubung inti dan nukleolus masih tampak.Benang-benang
kromosom tampak sebagai benang-benang panjang dan tunggal.
2. Zigoten
Kromosom homolog yang pada awalnya sebagai kromosom tunggal pada fase ini
mengelompokkan diri berpasang-pasangan menurut ukuran panjangnya, proses ini disebut
sinapsis. Kromosom homolog yang berpasangan ini disebut bivalen.
3. Pakiten
Pada fase ini, kromosom menjadi pendek dan tebal. Selain itu selubung inti dan nukleolus
menghilang.
4. Diploten
Setiap kromosom yang menyusun bivalen akan berduplikasi menjadi dua kromatid. Dengan
demikian, setiap bivalen mempunyai 4 kromatid yang disebut tetrad.
5. Diakinesis
Fase ini ditandai dengan adanya kiasma di antara kromatid dalam tetrad yang memungkinkan
terjadinya pindah silang (crossing over). Kiasma merupakan titik pada kromatid tempat
terjadinya kontak (lilitan) antara dua kromatid.
86 Buku Petunjuk Praktikum
b. Metafase I
Pada awal fase ini benang gelondong mulai terbentuk. Bivalen-bivalen menempatkan diri di bidang
equator sel secara acak (random) pada akhir fase ini semua kromosom telah berada di bidang
equator.
c. Anafase I
Sentromer bemum membelah, kromosom homolog saling memisahkan diri dan bergerak menuju
ke kutub sel yang berlawanan. Berarti jumlah kromosom telah dibagi dua, sehingga dari keadaan
diploid (2n) menjadi haploid (n).
d. Telofase I
Kromatida membentuk kromatin, spidel hilang, dinding inti dan nukleolus mulai terbentuk
kemudian terbentuk dua sel anakan, masing-masing sel anakan bersifat haploid.
2. Meiosis II
Antara meiosis I dan meiosis II tidak terdapat fase istirahat, jadi dari telofase langsung berlanjut ke
meiosis II. Meiosis II dibagi menjadi beberapa tahap yaitu Profase II, Metafase II, Anafase II dan Telofase
II.
a. Profase II ditandai dengan :
- Kromatin membentuk kromosom.
- Sentriol berpisah ke kutub masing-masing.
- Dinding inti dan nukleolus hilang atau terbentuk spindel.
b. Metafase II
Kromosom bergerak ke bidang equator.
c. Anafase II
Masing-masing sentromer dari tiap kromosom membelah, kromatid-kromatid memisahkan diri
dan bergerak ke kutub yang berlawanan dan merupakan kromosom.
d. Telofase II
Berlangsunglah sitokinese lagi :
- kromatida membentuk benang-benang kromatida.
- Dinding inti dan nukleolus terbentuk lagi.
- Pada bidang equator terbentuk sekat dan terbentuklah 4 sel anak. Jadi pada meiosis, dari
sebuah sel induk diploid akhirnya menghasilkan empat sel anakan masing-masing haploid.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 87
2. Terjadi pada sel tubuh (somatik) 2. Terjadi pada proses pembentukan sel kelamin
(gamet)
3. Pembelahan sel hanya satu kali 3. Pembelahan sel dua kali yaitu Meiosis I dan
meiosis II
4. Yang melakukan : 4. Yang melakukan
Sel haploid haploid Sel diploid haploid
Sel diploid diploid
5. Hasil 5. Hasil
Satu sel induk menjadi 2 sel anak Satu sel induk menjadi 4 sel anak
6. Sifat sel anak sama dengan sel induk 6. Sifat sel anak tidak indentik dengan sel induk
Gambar 1
Tahap pembelahan sel secara meiosis
88 Buku Petunjuk Praktikum
Gambar 2
Skema pembelahan sel secara mitosis pada sel hewan
Gambar 3
Skema pembelahan sel secara mitosis pada sel tumbuhan.
(Carolina Biological Supply Co,2014 ).
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 89
Gambar 4
Perbandingan antara Meiosis dan Mitosis
90 Buku Petunjuk Praktikum
PETUNJUK PRAKTIKUM
MITOSIS
Tujuan
Mengenal tahap-tahap dalam mitosis dengan mengamati perilaku kromosom dalam setiap tahap.
Cara Kerja :
1. Siapkan pencahayaan pada mikroskop, dapatkan bidang penglihatan yang paling terang dengan lensa
okuler perbesaran lemah.
2. Pasang sediaan ujung akar Alium cepa, dengan perbesaran lemah carilah daerah yang ada di belakang
dekat ujung akar.
3. Kemudian gunakan lensa obyektif perbesaran kuat untuk mengamati status kromosom dengan
mencocokkan pada gambar yang tersedia. Cermati seluruh bidang penglihatan sediaan sampai
menemukan semua tahap mitosis.
4. Gambar masing-masing tahap berurutan dalam lembar kerja, sebutkan nama-nama bagian-bagian sel
yang penting.
5. Berilah keterangan singkat pada setiap tahap mengenai ciri khas yang terlihat pada setiap tahap
pembelahan mitosis.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 91
PENDAHULUAN
Jaringan merupakan sistem yang tersusun oleh 2 macam komponen pokok, yaitu :
a. cellula (atau sel) yang telah mengalami deferensiasi yang khas,
b. substantia intercellularis yaitu bahan antara sel-sel, yang bersifat khas pula dan merupakan penunjang
bagi sel dalam jaringan.
Jaringan epithel ialah jaringan yang terdiri atas deretan sel, tersusun rapat; sel-sel saling dipisahkan
oleh substantia intercellularis yang sangat sedikit dan tipis. Deretan sel ini melapisi permukaan jaringan
atau alat baik dari luar maupun dalam (melapisi rongga alat).
Jaringan epithel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat pada jaringan di bawah deretan sel. Jaringan ini
dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat. Membrana basalis bersifat sebagai berikut:
a. dahulu membrana ini dianggap sebagai kondensasi substansi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang
langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil
produksi langsung sel epitel.
b. membrana basalis sukar dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan HE. Dengan
pewarnaan PAS dan impregnasi perak membrana dapat diperagakan.
c. membrana basalis bersifat permeabel, sehingga zat makanan dari jaringan di bawahnya dapat
mencapai epitel melalui membrana ini.
Mikrograf elektron memperlihatkan, bahwa membrana basalis tersusun oleh:
a. Lamina basalis: ini merupakan lapisan di bawah sel epitel, setebal 500-800 A terdiri atas filamen-filamen
tipis dengan diameter 30-40 A. Filamen membentuk anyaman dalam substansi dasar membrana
basalis dan berhubungan langsung dengan membrana dasar sel epitel terdekat.
b. Serabut kecil-kecil sebagai serabut retikuler, di sebelah luar lamina basalis. Lapisan ini dinamakan
lamina fibroreticularis.
c. Substantia fundamentalis atau substansi dasar yang mengandung protein polisakharida.
2. Berdasar jumlah lapisan sel epitel dikenal Epithelium simplex : selapis Epithelium stratificatum:
berlapis. Hanya sel-sel dasar (basal) saja mencapai membrane basalis Epithelium pseudos-
tratificatum: semu berlapis. Melihat letak deretan inti sel-sel, seakan-akan epitel ini berlapis,
namun sebenarnya masih berlapis, sebab semua sel bersandar pada membrana basalis; hanya
ukuran tinggi sel-sel berbeda-beda. Epithelium transitionale : epitel peralihan. Jenis epitel ini
terutama dimiliki oleh alat berongga yang dapat mekar jika bertambah isi. Oleh karena itu bentuk
sel berlapis yang kolumner dapat berubah menjadi kuboid rendah jika alat penuh isi. Ciri khas
epitel ini ialah bahwa lapisan permukaan yang membatasi lumen dilengkapi dengan sel-sel khusus,
berbentuk bulat.
3. Berdasar jumlah dan bentuk sel epitel dikenal Epithelium simplex squamosum: epitel selapis pipih.
Contoh : lapisan luar capsula glomeruli pada ren.
Epithelium simplex cuboideum : epitel selapis kuboid.
Contoh : epitel folikel glandula thyroidea
Epithelium simplex columnare : epitel selapis kolumner. Contoh : epitel usus.
Epithelium stratificatum squamosum : epitel berlapis pipih.
Karena berlapis dan tebal, maka ada kemungkinan timbul gangguan nutrisi, sehingga dikenal
Epithelium stratificatum squamosum cornificatum yang mengalami penandukan. Epithelium
stratificatum squamosum non-cornificatum tanpa penandukan. Epitel yang dijumpai pada kulit
tubuh kita ini menunjukkan gambaran berlapis-lapis sebagai berikut :
- stratum basale : lapisan dasar, sel kolumner atau kubis
- stratum intermedium : lapisan tengah, sel bersudut banyak (polyhedral).
- stratum superficiale: lapisan permukaan, sel-sel pipih, menanduk atau tidak.
Epithelium stratificatum cuboideum: epitel selapis kuboid. Contoh: kelenjar keringat, folikel
ovarium yang sedang berkembang Epithelium stratificatum columnare: epitel berlapis kolumner
Contoh: fornix conjunctivae palpebrae.
Pada glandula exocrina multicellularis, bagian ujung awal kelenjar disebut portio terminalis.
Bagian ini dapat berbentuk aneka ragam:
- acinus: berbentuk kantong dengan dinding tebal tersusun oleh sel tidak sama tinggi, rongga
sempit seperti rongga pipa
- alveolus: berbentuk kantong dengan dinding tersusun oleh sel sama tinggi, rongga melebar
menyebabkan bentuk serupa balon
tubulus : berbentuk pipa dinding tersusun oleh sel sama tinggi, rongga sempit
Portio terminalis ini dapat bersifat
tidak bercabang, sehingga didapatkan glandula exocrina simplex
- glandula acinosa simplex
- glandula alveolaris simplex
- glandula tubulosa simplex
- bercabang-cabang, terjadi glandula exocrina ramosa.
- berbentuk campuran. Terjadilah qlandula compositum
- glandula tubuloacinosa
- glandula tubuloalveolaris
3. Berdasarkan cara pembentukan dan pelepasan sekret dikenal
a. Glandula merocrina: Isi lain sel kelenjar tidak diikut sertakan dalam sekret, sehingga sel sama
sekali tidak rusak. Contoh: pars exocrina pancreatis.
b. Glandula holocrina: semua isi sel diikut-sertakan dalam sekret. Contoh: glandula sebacea (kelenjar
minyak).
c. Glandula apocrina: pada sekret diikut-sertakan isi bagian puncak sel, yang menjadi rusak. Contoh:
glandula sudorifera (kelenjar keringat).
4. Berdasar sifat fisik sekret, dikenal
a. glandula serosa : sekret cair, serus.
b. glandula mucosa : sekret lebih pekat, mukus (serupa lendir).
c. glandula seromucosaps : sekret setengah cair pekat.
V. MYOEPITHELIOCYTUS
Sel ini kadang-kadang dijumpai pada dinding kelenjar, misalnya kelenjar ludah, payudara.
Sifat:
- terdapat antara kutub dasar epitel kelenjar dan membrana basalis.
- berbentuk bintang memeluk sel kelenjar
- mengandung filamentum kontraktil, sehingga pada kontraksi sel ini dianggap ikut membantu
“memeras” sekret keluar dari kelenjar. contoh: sel ini diperagakan pada kelenjar ludah.
VI. SYNCITIUM
Pada pembentukan epitel batas samping pada sel-sel dapat mengabur, sukar dilihat, sehingga pada
pemeriksaan sediaan rutin yang dipulas dengan HE sifat epitel hanya dapat dikenal dengan melihat inti-inti
yang berderet-deret. Epitel dengan batas sel mengabur dinamakan syncitium.
Contoh: Villi choriales placenta; disini epitel tersusun oleh dua lapis epitel
1. cytotrophoblastus: epitel dasar; batas sel nyata.
2. syntiotrophoblastus : epitel permukaan, bersifat syncitium.
PETUNJUK PRAKTIKUM
TEXTUS EPITHELIALIS (JARINGAN EPITEL)
2. Membrana basalis
No. Sediaan : E-1b
Organ yang dipaka : REN, pada corpusculum renale
Teknik pewarnaan : PAS
Perhatikan :
Amati sel-sel epitel, dapat juga pada bangunan yang dikenal sebagai corpusculum renale. Perhatikan
membrana basalis, tempat seI epitel bersandar, berwarna merah magenta karena bereaksi positif dengan
teknik PAS.
9. Epithelium transitionale
No. Sediaan : E-8
Organ yang dipakai : Vesica urinaria pada bagian tunica mucosa
Teknik pewarnaan : H.E.
Perhatikan :
Carilah lumen vesica urinaria yang dilapisi sel berlapis-lapis. Epitel ini sesungguhnya tergolong epitel
berlapis tersusun oleh :
- stratum superficiale pada sediaan ini alat sedang mengempis, sehingga sel permukaan melengkung,
membulat, ke arah lumen. Jika alat berisi penuh dan mekar, terdiri atas sel berbentuk pipih.
- stratum intermedium menempati bagian tengah terdiri atas sel berbentuk seperti buah “peer”.
- stratum basale bersandar pada membrana basalis, terdiri atas sel berbentuk kuboid.
98 Buku Petunjuk Praktikum
Batasan
Textus connectivus adalah suatu jaringan yang tersusun oleh dua komponen
a. komponen sel: bermacam-macam.
b. substantia intercellularis atau matrix, yang bertugas menghubungkan dan mengikat sel-sel, jaringan-
jaringan dan organ, sehingga jaringan ikat mampu memberi sokongan dan bentuk kepada organ atau
tubuh. Peranan substantia intercellularis ialah memberikan kedudukan terpenting kepada matrix
sebagai komponen terpenting dalam jaringan ikat.
Uraian
I. KOMPONEN SEL
Sel jaringan ikat dinamakan cellula textus connectivi.
Jenis :
1. Fibroblastocytus (fibroblastus) :
- sel berbentuk stelat (bintang)
- memiliki processus cellularis panjang
- cytoplasma banyak berisi reticulum endoplasmicum dan complexus golgiensis
- nucleus berbentuk bujur telur terletak di pusat sel dan terpulas pucat
Fungsi fibroblastocytus menghasilkan matrix yang berupa
- substansia dasar sebagai glikosaminoglikan dan glikoprotein.
- mensintesis serabut kolagen, elastik dan retikuler
Fibroblastus dalam keadaan tidak aktif disebut fibrocytus. Dibandingkan dengan fibroblastus maka
fibrocytus
- ukurannya lebih kecil, berbentuk kumparan
- memiliki processus cellularis lebih sedikit dan pendek
- cytoplasma berisi reticulum endoplasmicum lebih sedikit, asidophilik
- nukleus agak memanjang dan lebih kecil.
2. Mastocytus
- Sel berbentuk bulat atau bujur telur
- Cytoplasma berisi granula basophilik yang bersifat metachromatis, artinya: apabila diwarnai
maka warna yang ditampilkan tidak sesuai dengan warna zat pewarna yang dipakai.
Sifat metachromasi ini disebabkan karena granula dalam cytoplasma mengandung banyak
senyawa asam ialah glikosaminoglikan sulfat yang berupa heparin.
- nukleus bundar di pusat sel.
- fungsi: menghasilkan heparin, histamin dan ECFA (Eosinophil Chemotoxic Factor of Anaphy-
laxis). Kedua zat terakhir ini merupakan mediator yang jika dilepaskan oleh sel, dapat
meningkatkan reaksi alergi.
3. Plasmocytus : jumlah hanya kecil
- sel besar, bujur telur
- nukleus bundar letak eksentrik nucleoplasma memiliki granulae chromatini padat, berselang-
seling dengan yang kurang padat, menyusun bangunan khas mirip ruji roda.
- cytoplasma: basofil, kaya reticulum endoplasmicum
- fungsi: menghasilkan imunoglobulin sebagai “antibody”.
4. Reticulocytus :
- sel berbentuk bintang: cellula stellata, dengan processus cellularis yang saling bergandengan.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 99
- berupa berkas tebal, bergelombang, tidak bercabang, jumlah terbesar. Jika berpadatan,
memberi wajah keputih-putihan (misal: dalam tendo dan aponeurosis).
- tidak elastis, mempunyai rentang kuat.
- serabut terutama tersusun oleh asam amino.
- kolagen terdiri atas 3 fraksi, tergantung pada sifat daya larut yang berbeda-beda. jika
diteliti pada waktu pembentukan kolagen:
• fraksi I : mengandung tropokolagen yang belum mengalami polimerisasi, dapat larut
dalam larutan netral yang baru saja dibuat.
• fraksi II : dapat larut dalam asam.
• fraksi III : tidak dapat larut (kecuali dengan cara drastis).
- kolagen terdiri atas subunit protein dinamakan tropokolaczen yang mengalami polimerisasi.
Dengan mikroskop cahaya serabut kolagen tampak asidofil, berwarna merah muda dengan
pewarnaan eosin, biru dengan pewarnaan Mallory’s trichrome.
- fungsi: mempertahankan jaringan terhadap tarikan, pukulan, tekanan yang kuat.
b. Fibra elastica atau serabut elastic
- terdiri dari 3 tipe serabut yaitu oxytalan, elannin dan elastik.
- sebagai pita pipih, tipis, bercabang-cabang, membentuk:
1. rete elasticum: anyaman elastis seperti jala (rete = jala).
2. lamina elastica: (lamina = lembaran) atau membrana elastica. Jika lembaran ini tebal,
maka untuk memungkinkan pertukaran zat, membrana dilengkapi dengan lobang-
lobang: fenestra. Terbentuklah membrana elastica fenestrata (misal: aorta). mudah
dibedakan dari serabut kolagen, karena serabut elastis:
• lebih tipis, tidak bergaris-garis longitudinal (pada serabut kolagen garis-garis ini
tampak, karena bersifat membias ganda, isotrop dan anistrop.
• bercabang-cabang, saling bersatu, membentuk jaringan kurang teratur.
• dalam keadaan segar dan berpadatan berwarna kuning, sedangkan kolagen
memberi warna putih.
• pada tarikan mudah teregang dan kembali ke keadaan semula.
• pada teknik H.E tampak pucat atau tidak berwarna, tetapi dengan teknik khusus
(Verhoeff, resorcin-fuchsin, aldehid fuchsin dan orsein) serabut tampak ungu atau
biru tua.
• mikrograf elektron menunjukkan bahwa serabut elastis terdiri atas 2 komponen:
elastin: amorf, di pusat (sklero-protein).
sarung fibril.
- fungsi: mempertahankan kelentingan jaringan
- mengembalikan bentuk jaringan seperti sediakala setelah jaringan mengalami tarikan
atau tekanan kuat.
c. Fibra reticularis atau serabut retikuler
- membentuk anyaman seperti jala (reticulum jala halus), lebih halus dibandingkan dengan
jenis serabut lain.
- dengan teknik H.E tidak dapat dilihat. Dengan P.A.S terjadi reaksi positif kuat. Tampak
jelas apabila diperagakan dengan P.A.S dan impregasi perak. Karena mampu mengikat
garam perak (Ag), maka serabut ini juga disebut serabut argirofil.
- mengandung kadar hexose tinggi. Protein yang menyusun serabut ini mirip protein
kolagen, dinamakan reticulin.
- terutama menjadi kerangka organ hemopoetik (pembuat darah). fungsi:
• memperkokoh jaringan, terutama pada dinding pembuluh kapiler darah dan limfa dan
sinusoideum.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 101
1.a. Textus connectivus collagenosus laxus atau jaringan ikat longgar atau textus connectivus
areolaris:
- terdapat paling banyak, mengandung semua komponen jaringan ikat:
• sel terbanyak: fibroblastocytus dan macrophagocytus.
• serabut:
kolagen terbanyak, membentuk berkas.
elastis: pipih, tipis, bercabang.
reticuler: halus membentuk anyaman.
Serabut-serabut berkumpul pada tempat jaringan ini berhubungan dengan jaringan
lain.
- tempat: mengisi ruang di antara serabut dan sarung otot, menyokong jaringan epitel,
mengelilingi pembuluh darah dan limfa.
1.b. Textus connectivus collagenosus compactus atau jarinqan ikat padat.
Dulu disebut: textus connectivus fibrosus
- komponen sel: terbanyak fibroblastocytus
- komponen serabut dalam matrix:
• serabut elastik sangat sedikit
• serabut kolagen menyolok. Sesuai distribusi serabut kolagen ini dikenal:
i. Textus connectivus collagenosus compactus regularis: Serabut teratur, paralel.
Contoh: tendo.
ii. Textus connectivus collagenosus compactus irregularis: tidak teratur.
Contoh: kulit.
PETUNJUK PRAKTIKUM
Textus osseus (jaringan tulang) dan textus cartilagineus (jaringan tulang rawan) adalah komponen
sistem kerangka tubuh. Struktur khas jaringan ini adalah pada substansi interselulernya yang mempunyai
konsistensi relatif keras.
1. KOMPONEN SEL
Sesuai dengan tahap perkembangan dan peranan masing-masing, dikenal :
a. osteoblastocytus : atau sel pembentuk tulang.
Sel tampak berderet-deret serupa epitel, pada sisi pertumbuhan jaringan tulang berbentuk
kuboid. Cytoplasma basofil karena kaya akan asam ribonukleat. Sel ini, bersama fosfatasa
asam, membentuk protein matrix jaringan tulang. Intinya besar dengan 1 nukleolus besar;
mitochondrion seperti benang. Tampak juga complexus golgiensis, cytocentrum, dan tetes
sekret.
b. osteocytus: atau sel tulang. Merupakan bentuk masak osteoblastocytus, terkurung di dalam
lakuna ossea. Cytoplasma bersifat basofil ringan dengan sedikit mitochondrion, complexus
golgiensis; cytocentrum diragukan sebab jika sel sudah terkurung dalam lakuna, sel tidak
melakukan mitosis lagi.
Tampak juga tetes lemak dan glikogen. Intinya besar, dengan 1-2 nukleolus.
Chromatin tampak kasar.
Processus cellularis banyak, saling berhubungan dengan processus sel tulang lain yang
berdekatan.
c. Osteoclastocytus : atau sel perusak jaringan tulang.
Sel ini disangka berasal dari sel osteogenik, macrophagocytus dan monocytus.
Karena sel berukuran besar juga disebut sek raksasa berinti banyak.
Sel terjadi karena penggabungan beberapa osteoblastocytus. Cytoplasma pucat, sering tampak
berbuih.
Nukleus banyak, masing-masing mempunyai nukleolus dan chromatin kasar.
2. MATRIX OSSEA
Matrix yang padat ini mempunyai bahan pokok :
- senyawa anorganik, terutama garam calsium dan phosphor, berbentuk bangunan
sub-mikroskopik hidroksi apatit: Ca10(P04)6(OH)2. Unsur lain ialah serupa dengan yang lazim
dijumpai dalam cairan tubuh seperti Na, Mg, bikarbonat, sitrat.
- senyawa organik berupa kolagen tipe I yaitu osteocollagenus atau osseinum, mengandung
glikosaminoglikan yang berhubungan dengan protein, di antaranya osteo-mukoid glikosa-
minoglikan, berupa khondroitin sulfat dan keratin sulfat.
Jika bahan ini di masak akan menghasilkan gelatin, berupa kolagen matrix yang lunak. Matrix
keras dapat dipelajari pada tulang padat, os compactum, lebih-lebih pada irisan melintang.
106 Buku Petunjuk
Praktikum
OSTEO(HISTO)GENESIS
Proses kejadian, pertumbuhan dan perkembangan normal tulang dibagi 2, yaitu :
1. Osteocrenesis membranacea Pada cara ini jaringan tulang langsung dibentuk dari jaringan ikat
mesenchyma. Pada tempat jaringan tulang akan terbentuk, fibroblastocytus mesenchymalis
berkembang menjadi osteoblastocytus, yang menghasilkan osteocolagenus, yang segera ditimbuni
garam-garam dari aliran darah. Matrix ini mengurung sel, yang kelak menjadi osteocytus. Sel ini
menjadi terkurung dalam lacuna ossea. Matrix makin mengeras; mula-mula berbentuk pulau-pulau,
yang dinamakan os membranaceum grimarius. Pertumbuhan makin meluas menyebabkan pulau-
pulau tulang melebur menjadi satu : os membranaceum secundarius. Pertumbuhan lanjut berlangsung
secara aposisi atau berlapis-lapis ke arah tegak lurus, mendatar dan radial, setiap kali diselang-seling
dengan resorpsi. Contoh : tulang atap kepala.
2. Osteogenesis cartilaginea Jaringan tulang tidak langsung terjadi dari jaringan ikat mesenchyma,
melainkanmelaluitahapjaringankartilago.Padatempatjaringantulangakanterbentuk,fibroblastocytus
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 107
dan mukopolisakharida yang telah lenyap. Dulu dikira mineral diambil oleh osteoblastocytus, kemudian
baru dilepaskan kembali ke dalam matrix. Menurut Wells dan Robinson hal ini tidak benar. Osteoblastocytus
mengeluarkan fosfatasa alkali, sehingga dapat terjadi pengapuran.
RESORBSI
Secara fisiologis, mineral dan matrix organik jaringan tulang mengalami resorbsi.
Resorbsi dilakukan oleh osteoclastocytus, yang menghasilkan enzim:
a. beta-glukoronidase : untuk mukopolisakharida
b. proteinase : untuk glikoprotein.
REGENERATIO
Regeneratio tulang dilakukan oleh sel osteogenik yang ada dalam periosteum dan endosteum. Sel
pembentuk jaringan tulang itu bertabiat:
- sel yang dekat kapiler yang kaya oksigen akan menjadi osteoblastocytus.
- sel yang jauh dari kapiler menjadi chondroblastocytus.
- sel osteogenik ada yang dapat menjadi osteoclastocytus.
PERANAN PARATHORMON
Parathormon yang dihasilkan glandula parathyroidea mempunyai peranan penting. Kenaikan
kandungan hormon ini dalam darah meningkatkan jumlah dan kegiatan osteoclastocytus. Resorbsi
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 109
tulang menjadi meningkat, sehingga terjadi kenaikan kandungan Ca dalam darah. Pada tahun 1966, Copp
menemukan glandula thyroidea juga menghasilkan calcitonin, yang dalam pembenihan jaringan ternyata
dapat merusak osteoclastocytus pada limbus striatus (microvilli), sehingga sel ini kehilangan kemampuan
resorbsi. Jadi kelebihan parathormon diimbangi dengan peningkatan calcitonin, sehingga keseimbangan
kandungan Ca dapat dikendalikan.
1. Chondrocytus :
Sel ini merupakan komponen dewasa jaringan kartilago.
- populasi Sel mulai menempati bagian di bawah perichondrium. Di sini sel-sel pipih, berdiri sendiri-
sendiri. Makin ke arah pusat, sel makin berbentuk bulat.
Bentuk ini sesuai dengan bentuk lacuna cartilaqinea, yaitu rongga yang terbentuk oleh matrix
padat, yang ditempati oleh sel kartilago.
Dalam lacuna ini sel-sel masih dapat berreproduksi, sehingga dalam lacuna dapat dijumpai sel
isogen (seketurunan). Kelompok sel ini disebut aggregatio chondrocytica, terdiri atas 2-4 buah
sel.
- cytoplasma
• di tepi sel ada vacuola; jika ini besar, sel seakan-akan berbuih
• mitochondrion panjang-panjang
• complexus golgiensis
• cytocentrum dengan centriolum dekat nucleus
• reticulum endoplasmicum dengan ribosom banyak
• gutta adipis dan granulum glycogeni.
- nucleus : bundar atau bujur telur, dengan nucleolus bundar, 1-2 biji. Chondro-cytus yang muda
dan masih berkembang dinamakan chondroblastocytus.
2. Matrix Cartilaginea, Komponen ini dibuat oleh chondroblastocytus.
Termasuk komponen ini adalah
a. Substantia fundamentalis
- substansi dasar, homogen dengan serabut kolagen (fibra matricis).
- bahan organik pokok : glikosaminoglikan (chondromucoprotein), terutama terdiri atas
khondroitin sulfat dan asam hialuronat, sehingga menimbulkan reaksi metachromasia dengan
toluidin biru, metylenazur.
b. Matrix territorialis cellularum
- mengitari lacuna cartilaginea, padat, lebih banyak mengandung glikosamin dan sedikit
kolagen.
- lebih basofil, metachromatik dan lebih positif dengan reaksi P.A.S.
c. Matrix interterritorialis
- kurang basofil
Matrix bersifat gel, tanpa pembuluh darah. Makanan dari luar masuk ke dalam matrix secara
difusi, dipermudah oleh asam hialuronat. Matrix baru mengapur jika sel mengalami hipertrofi.
Sel yang hipertrofi mengeluarkan fosfatase alkalis yang menyebabkan terjadi endapan
Ca3(P04)2 dalam lingkungan alkalis.
110 Buku Petunjuk
Praktikum
JENIS KARTILAGO
1. Cartilago hyaline
- dalam keadaan segar tampak seperti kaca (hyalina), setengah transparan.
- matrix homogen dengan serabut kolagen tipe II, yang sukar diamati, sebab memiliki indeks bias
sama dengan indeks bias matrix. Sedikit lentur. Substansia Dasar:
a. glikosaminoglikan, terutama : chondroitin sulfat dan hyaluronat serta sedikit keratan sulfat
dan heparan sulfat.
b. proteoglikan, inti protein dengan glikosaminoglikan pada rantai samping.
c. glikoprotein, mengikat beberapa macam komponen matrix satu dengan yang lain; sel dan
matrix.
d. cairan jaringan, ultra filtrat plasma darah.
2. Cartilago fibrosa atau cartilago collagenosa
- tidak mempunyai perichondrium
- sel berderet-deret antara serabut, sendirian atau berkelompok.
- matrix lebih banyak mengandung serabut kolagen tipe I yang membentuk gambaran seperti bulu
ayam, serabut kolagen tipe II hanya sedikit.
- terletak dalam jaringan ikat kolagen padat.
- contoh : discus intervertebralis, symphisis pubica, beberapa tempat perlekatan tendo dan
ligamenta capitis femoris. Jenis kartilago ini merupakan bentuk peralihan kartilago dan jaringan
ikat kolagen padat.
3. Cartilago elastic
- dalam keadaan segar berwarna kekuning-kuningan, kurang transparan, lebih fleksibel daripada
cartilago hyaline
- matrix mengandung:
a. serabut elastik bercabang-cabang, beranyaman rapat, berhubungan langsung dengan
perichondrium.
b. serabut kolagen tipe II
contoh :
• cartilago auricula (daun telinga)
• tuba auditiva
• epiglottis
• cartilago meatus acustici
• cartilago cuneiformis.
•
CHONDROHISTOGENESIS :
kejadian histologis kartilago.
Di tempat kartilago akan terbentuk, sudah ada jaringan ikat mesenchym. Sel-sel fusiform berubah,
membulat, berubah menjadi chondroblastocytus, yang mampu membuat. matrix bersifat asam. Matrix
makin menjadi basofil, makin mengurung sel kartilago, sehingga sel terletak dalam lacuna cartilaginea. Sel-
sel dalam lacuna melakukan mitosis, sehingga sel-sel isogen di situ membentuk aggregatio chondrocytica.
Fibroblastocytus sendiri menghasilkan serabut kolagen. Chondroblastocytus makin menjadi masak,
dinamakan chondrocytus. Jaringan mesenchym di sebelah luar kartilago membentuk selubung kartilago,
dinamakan perichondrium.
mampu membelah, membentuk chondrocytus dan matrix baru. Kartilago akan bertambah
banyak, tebal dari dalam, keluar.
b. Calcificatio atau pengayuran :
dapat terjadi kalau chondrocytus mengalami hipertrofi dan mengeluarkan fosfatase alkalis
sehingga dalam matrix asam akan terjadi endapan berupa Ca 3(P04)2.
c. Regeneratio :
kalau kartilago mengalami luka, sel kartilago sendiri tidak mampu melakukan regenerasi
Tempat luka akan diserbu oleh fibroblastocytus berasal dari jaringan ikat sekitarnya, umumnya
dari perichondrium.
Sel-sel ini akan membentuk jaringan kartilago baru sebagai pengganti.
d. Transformatio asbestos :
Serabut kolagen dalam matrix cartilaginea pada usia lanjut dapat mengalami degenerasi karena
kekurangan nutrisi, berubah menjadi serabut keputih-putihan kelabu mirip serabut asbes, disebut
fibrae asbestosae yang
- tidak mekar dalam asam cuka
- larut dalam air mendidih atau alkali berkonsentrasi rendah.
Degenerasi ini menyebabkan kartilago memutih, mengkilat serupa asbes. Dalam matrix dapat
terjadi celah-celah yang kelak mungkin diisi oleh jaringan kartilago baru. Kartilago sendiri dapat
melunak.
Transformasi asbes dapat dialami oleh cartilago hyalina dan cartilago elastica pada usia lanjut.
PERICHONDRIUM
Bungkus ini dimiliki oleh semua kartilago, kecuali cartilago articularis pada sendi dan cartilago fibrosa.
Bungkus yang penting untuk pemeliharaan dan pertumbuhan cartilago ini terdiri atas 2 lapis
a. stratum fibrosum : lapisan luar, mengandung banyak serabut kolagen.
b. stratum chondrogenicum lapisan dalam, terutama dihuni oleh sel mesenchym:
- sel sudah berupa fibroblastocytus : dapat berubah menjadi chondroblastocytus.
- tetap berupa sel mesenchym yang dapat berubah menjadi chondroblastocytus. Sel mesenchym
ini dinamakan sel chondrogenik.
Discus Intervertebralis
- Berperan sebagai bantalan/penahan dengan komponen utama serabut kolagen yang terletak
di antara vertebrae, menyebabkan discus intervertebralis dapat mengurangi tekanan/gesekan
langsung terhadap vertebrae, serta dapat menimbulkan tahanan bila ada tarikan pada kedua ruas
vertebra yang berurutan.
- Dipisahkan dengan vertebra oleh ligamentum.
- Tiap discus intervertebralis terdiri atas:
1. Anulus fibrosus Tersusun oleh kartilago fibrosa, tersusun konsentris berlapis-lapis, dengan
berkas kolagen yang pada tiap lapisan membutuhkan sudut yang tepat dengan lapisan
berikutnya.
2. Nucleus pulposus Terletak di tengah/pusat annulus fibrosus ontogeni dari notochorda terdiri
atas sel yang terbentuk agak membulat, terpancang di dalam substansia kental dan amorf,
banyak mengandung asam hyaluronat dan kolagen tipe II. Pada anak-anak nucleus pulposus
besar, secara bertahap menjadi lebih kecil sesuai dengan bertambahnya umur, sebagian
diganti oleh kartilago fibrosa.
112 Buku Petunjuk
Praktikum
Perbedaan :
- sel kartilago dapat bergerombol dalam satu lacuna.
- matrix tulang dapat segera mengapur; pada kartilago pengapuran didahului dengan hipertrofi sel.
- pertumbuhan tulang secara appositio, sedangkan kartilago secara appositio dan interstitialis.
- nutrisi pada kartilago secara difusi dan pada tulang melalui aliran darah dalam matrix
1. Osteogenesis desmalis
No. Sediaan : B-1
Organ yang dipakai : Kepala embryo
Teknik pewarnaan : H.E
Perhatikan :
Os membranaceum mirip “pulau- pulau”, kemerah-merahan dengan matriks yang disebut osteoid.
Osteoblastocytus, berderet-deret di permukaan pulau. Cytoplasma bersifat agak basofil. Osteocytus
terletak lebih di pusat pulau .dengan cytoplasma yang bersifat agak asidofil. Carilah osteoclastocytus atau
cellula gigantica (sel raksasa), berinti banyak, terletak pada lekukan jaringan tulang yang disebut lacuna
Howship.
2. Osteogenesis cartilaginea.
No. Sediaan : B-2
Organ yang dipakai : Tibia
Teknik pewarnaan : Orcein-Anilin biru
Perhatikan :
Pelajarilah proses pembentukan tulang ini pada cartilago epiphysialis. Dari epiphysis ke arah diaphysis berturut-
turut perhatikanlah:
- zona reservata, penuh chondrocytus yang bersifat embryonal.
- zona proliferativa, chondrocytus teratur rapi sebagai columella chondrocyti, berjajar membujur sejajar
permukaan.
- zona hypertrophica, chondrocytus besar, mengalami hipertrofi menjad chondrocytus hypertrophicus.
- zona resorbens, matrix yang telah mengapur mengalami resorbsi di sana-sini, sehingga dapat
terlihat:
* cartilago calcificata
* cavitas cartilaginea, rongga yang dibatasi balok-balok akibat resorbsi.
* trabecula cartilaginea, balok-balok pembatas rongga makin ke arah diaphysis, sel-sel mengalami
atrofi.
- zona ossificationis, merupakan daerah penulangan.
* trabecula ossea primaria
* trabecula ossea secundaria
* lamella ossea di daerah ini terjadi osendochondrale lamellosum.
- lamella interstitialis
- lamella circumferentia interna, lapisan-lapisan sejajar dengan permukaan dalam jaringan tulang.
- endosteum melapisi bagian terdalam jaringan tulang hanya tampak sebagai sisa.
5. Penampang membujur tulang untuk melihat lacuna ossea dan canaliculus osseus.
No. Sediaan : B-3c
Organ yang dipakai : Os Compactum tulang panjang
Teknik pewarnaan : Sediaan gosok
Perhatikan :
- lamella osteoni merupakan kedudukan deretan lacuna ossei, terpotong memanjang sejajarcanalis
centralis.
- lacuna ossea dengan canaliculi ossei. canalis centralis teriris membujur.
- canalis perforans teriris pendek-pendek. Perhatikan canalis perforans yang berhubungan dengan
canalis centralis.
1. Cartilago embryonale
No. Sediaan : C-1
Organ yang dipakai : Embryo
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
Chondrocytus masih berbentuk fusiformis (seperti kumparan), tersebar dalam matrix yang homogen.
Jaringan ini dibungkus oleh lapisan jaringan ikat fibrous disebut perichondrium.
2. Cartilago hyaline
No. Sediaan : C-2a
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
Daerah pars cartilaginea trachea
Perichondrium terdiri atas :
stratum fibrosum di luar, berserabut banyak.
stratum chondrogenicum atau stratum cellulare, di sebelah dalam, mengandung banyak sel.
Chondrocytus
di pusat, sel berbentuk bundar atau ovoid. Seringkali dua sel atau lebih berkelompok,
membentukaggregatio cellularis.
di bagian permukaan, sel lebih pipih, dengan sumbu panjang sejajar dengan permukaan,
terletakdi dalam lacuna cartilaginea.
Matrix cartilaginea dapat dibedakan:
substantia fundamentalis car tilaginea (substansi dasar), warna kebiru-biruan seperti kaca.
matrix territorialis cellularis tampak lebih biru, mengitari lacuna cartilaginea.
matrix interterritorialis, di antara lacuna.
3. Cartilago hyalina
No. Sediaan : C-2b
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : Metilen-biru
Perhatikan :
Matrix cartilaginea (matriks teritorial, interteritorial & kapsula) berwarna ungu kemerahan (sifat meta-
kromasi), struktur lain berwarna biru sesuai dengan zat pewarna.
4. Cartilago elastic
No. Sediaan : C-3
Organ yang dipakai : Daun telinga
Teknik pewarnaan : Hematoksilin (Verhoeff)
Perhatikan :
Susunan kartilago ini mirip dengan cartilago hyalina, dengan perbedaan, bahwa cartilago elastica
mengandung serabut elastis di dalam matriks. Serabut tersebut pada teknik pewarnaan yang spesifik
Hematoksilin-Eosin (Verhoeff) berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan matriks dan serabut kolagen
berwarna merah.
116 Buku Petunjuk
Praktikum
Textus muscularis (jaringan otot) adalah jaringan yang tersusun oleh sel-sel otot dan substansia
interselularis. Sel otot memiliki struktur yang khas, yaitu adanya protein-protein kontraktil untuk
mendukung fungsinya.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Jaringan otot polos atau textus muscularis non striatus
2. Jaringan otot seranlintang disebut juga textus muscularis striatus atau otot rangka.
3. Jaringan otot jantung atau textus muscularis cardiacus
Bagian-bagian lain di dalam selnya antara lain adalah mitokondria, complex Golgi, centriol dan
reticulum endo[asmik agranuler
Contoh dan lokasi :
- Otot polos berukuran terkecil terdapat pada pembuluh darah dan berukuran terbesar terdapat pada
uterus wanita hamil
- Lokasi otot polos pada semua alat yang mampu melakukan kontraksi di luar kehendak kita, misalnya
dinding pembuluh darah, saluran pencernaan, saluran urinaria, saluran pernafasan, kulit, uterus (pada
wanita)
Sifat kontraksi
Mampu melakukan kontraksi yang lebih lambat dan lama dibanding dengan otot rangka. Misalnya,
kontraksi uterus pada wanita dalam persalinan. Dipengaruhi oleh rangsang syaraf, hormon atau perubahan
lokal otot sendiri misalnya, pada reflex erectio clitoris atau penis atau pada peristiwa persalinan. Tidak
dapat kita kendalikan menurut kehendak, misalnya pada diare.
Pada potongan melintang otot skelet menunjukkan titik-titik sebagai pototngan miofibril yang disebut
area densa.
Pada potongan membujur otot terdapat discus anisotropicus atau stria A dan dipusat garis itu ada
daerah yang terang zona lucida (garis H)dan di pusat garis H ada garis M (lucida Mesopraghma). Pada
potongan membujur juga terdapat discus isotropicus (stria I) yang bersifat terang. Di tengah daerah ini
terdapat linea Z (telophragma).
Daerah di antara suatu linea Z dengan linea Z berikutnya, dinamakan sarcomere.
MYOHISTOGENESIS
Jaringan otot berasal dari mesoderma. Myoblastocytus mengalami diferensiasi, memanjang secara
berangsur-angsur. Myoblastocytus menghasilkan protein khusus yang menjadi myofibrillum atau
myofilamentum. Sel ini juga memperbanyak diri secara mitosis. Pada otot kerangka, myoblastocytus
terakit sebagai syncytium.
Catatan :
sel jaringan ikat yang mendampingi sel otot juga dinamakan myosatellitocytus atau sel satelit otot.
SELUBUNG OTOT
Hal ini dapat dipelajari jelas pada otot kerangka. Serabut penyusun berbagai jenis otot tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi terakit menjadi berkas-berkas yang rapi. Apa yang disebut musculus pada makroanatomi
merupakan gabungan berkas otot yang dari luar dibungkus oleh jaringan ikat kolegen padat. Kesatuan ini
nanti dibagi-bagi lagi menjadi kesatuan berkas dengan jenis selubung sendiri-sendiri. arena itu dikenal
bungkus-bungkus:
1. Epimysium : bungkus terluar musculus. Pada makro-anatomi bungkus ini menjadi fascia profunda.
2. Perimysium : ini merupakan percabangan epimysium, berupa sekat-sekat yang membungkus kesatuan
otot lebih kecil, disebut fasciculus muscularis.
3. Endomysium : bungkus ini dipercabangkan oleh perimysium, menyelubungi berkas otot lebih kecil,
lazim dinamakan serabut otot atau myofibra. Myofibra pada otot kerangka tersusun oleh syncytium
sel otot; pada jantung bukan.
Semua bungkus ini merupakan jaringan ikat kolagen padat dengan komponen-komponen yang dimiliki
oleh jaringan ikat kolagen umum
120 Buku Petunjuk
Praktikum
PETUNJUK PRAKTIKUM
Perhatian : Gunakan lensa obyektif lemah (10x) sebelum menggunakan lensa obyektif kuat (40X). Bila
sudah mengamati preparat menggunakan lensa 40x, dilarang memutar pengatur kasar!!
PERTANYAAN
1. Apakah endomysium, perimysium dan epimysium itu?
2. Terangkan mengapa dengan mikroskop optik otot seran lintang menunjukkan gambaran banyak sekali
garis-garis melintang.
3. Apakah discus intercalatus itu dan apakah peranannya?
4. Secara ontogenetis, dari manakah asal myocytus?
5. Apakah beda struktur myofibra pada otot kerangka dan otot jantung?
122 Buku Petunjuk
Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 123
PRAKTIKUM FISIOLOGI
124 Buku Petunjuk
Praktikum
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 125
I. Tujuan Praktikum
1. Setelah praktikum, mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme fisiologi Olah raga dan Tes
Kebugaran
2. Setelah praktikum, mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme perubahan tanda vital karena
Olah Raga
3. Setelah praktikum, mahasiswa mampu menginterpretasi hasil tes kebugaran pengukuran tanda
vital
Frekuensi denyut jantung dapat pula untuk menentukan taksiran kapasitas aerobik yaitu dihitung
pada saat pemulihan (recovery period). Walaupun cara demikian tidak begitu valid dibandingkan dengan
cara langsung, tetapi cara ini sudah memadai dan banyak dipergunakan secara luas untuk tujuan-tujuan
screening.
Aktivitas tubuh yang tinggi membutuhkan energi tinggi. Sintesis energi terjadi dalam setiap sel tubuh
tepatnya di mitokondria. Sintesis energi memerlukan subtrat makanan (glukosa, asam lemak atau asam
amino) dan O2 dan energi terbentuk dalam bentuk ATP dan panas badan serta H2O dan CO2. Oleh karena
itu aktivitas membutuhkan O2 dan menghasilkan CO2. Apabila tubuh melakukan aktivitas maka PO2
darah menurun dan PCO2 darah meningkat. Penurunan PO2 dan peningkatan PCO2 akan memacu pusat
pernafasan di medulla oblongata sehingga terjadi peningkatan frekwensi pernafasan untuk memperoleh
O2 dan mengeluarkan CO2 yang lebih banyak.
Peningkatan fungsi respirasi selama olah raga untuk peningkatan peroleh an oksigen udara untuk
diedarkan melalui sirkulasi ke seluruh jaringan/sel tubuh, mengeluarkan CO2 dari sirkulasi ke udara luar
dan mengatur kadar O2 dan CO2 darah agar selalu dalam batas normal sesuai dengan kebutuhan/aktivitas
tubuh. Transportasi O2 dari paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru adalah melalui aliran darah.
Oleh karena itu apabila terjadi rangsangan peningkatan pernafasan harus disertai peningkatan sirkulasi
darah.
Frekwensi pernafasan dan volume tidal dikontrol oleh berbagai factor. Faktor yang kuat mempengaruhi
frekwensi pernafasan dan volume tidal adalah tekanan partial oksigen (PO2) dan karbondioksida (PCO2),
serta pH darah. Tinggi-rendahnya tekanan partial oksigen (PO2) dan karbondioksida (PCO2), serta pH
darah dipengaruhi oleh kondisi tekanan udara lingkungan, kebutuhan energi, dan kemampuan tubuh
memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbondioksida atau kemampuan fisiologis respirasi meliputi
ventilasi, difusi, transportasi, dan penggunaan oksigen seluler.
Fungsi sirkulasi adalah mengangkut berbagai komponen yang ada dalam darah (nutrisi, O2 dan CO2,
hormone dan factor, enzim, dll) dari organ satu ke organ lainnya di seluruh tubuh. Apabila ada gangguan
komposisi darah yang terkait dengan kebutuhan tubuh yang vital (O2, CO2, air, glukosa, tekanan) sehingga
mengancam kelangsungan hidup, maka akan muncul gejala yang dapat terdeteksi melalui tanda vital.
IV. Percobaan
A. Pelaksanaan
1. Probandus duduk selama 10 menit, ukur vital sign dan catat.
2. Pasang metronom pada 120 pukulan per menit (30 langkah lengkap).
3. Latihan naik turun bangku dengan 4 hitungan (satu: kaki kiri/kanan naik; dua: kaki kanan/kiri naik,
lutut lurus; tiga: kala kiri/kanan turun, empat: kaki kanan/kiri turun). Probandus naik-turun bangku
maksimal selama 5 menit).
Tindakan yang harus dilakukan :
1. Jalankan metronom.
2. Pengawas memberi aba-aba siap dan hitung satu… dua… tiga… empat.
3. Hentikan naik turun bangku jika probandus merasa pusing, nyeri di dada, capai, tidak teratur langkahnya
atau terjatuh.
Blok 2 Sitologi & Sistem Gerak 127
4. Probandus disuruh duduk kembali tunggu 1 menit, ukur vital sign dan hitung denyut jantung nadi
selama 30 detik untuk penghitungan skor kebugaran.
Perhitungan :
Setelah didapatkan denyut jantung nadi istirahat dengan nadi sesuai naik turun bangku dapat diperkirakan
bagaimana nilai kebugaran jasmani (physical fitness) probandus tersebut. Untuk itu dipergunakan rumus:
Tugas :
1. Catatlah denyut nadi istirahat, lama naik turun bangku dalam detik dan denyut nadi sesuai naik turun
bangku selama 30 detik sesudah istirahat satu menit.
2. Kemudian hitunglah Indeks KJ probandus.
3. Diskusikan fungsi pengukuran tanda vital, factor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran, dan
bagaimana mekanisme regulasi sirkulasi (frekwensi denyut jantung/nadi, tekanan darah), regulasi
pernafasan, dan suhu tubuh
V. Daftar Pustaka
1. Ganong, W.F., 1991, Review of Medical Physiology, ed X., Lange Medical Publication, California.
2. Guyton, Arthur C., M.D.., 1991, Texbook of Medecine Physiology, ed VIII, W.B. Sounders Company,
Philadelphia.
3. Tipton, CM, 2003, Exercise Physiology People and Ideas, Oxpord University Press
128 Buku Petunjuk
Praktikum
HASIL PENGUKURAN HARVARD STEP TEST (TEST KEBUGARAN) DAN VITAL SIGN
Golongan :
Tanggal :
Pembahasan
Kesimpulan
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
Blok 3 Saraf & Endokrin 129
Blok 3
Saraf & Endokrin
130 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 3 Saraf & Endokrin 131
PRAKTIKUM ANATOMI
132 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 3 Saraf & Endokrin 133
A. PENDAHULUAN
Anatomi sering diartikan sebagai ilmu urai tubuh oleh karena mempelajari bentuk dan susunan tubuh
manusia sampai pada bagian terkecil. Tubuh manusia merupakan kesatuan dari beberapa sistem antara
lain :
- Sistem kulit ( Integumentum )
- Sistem otot dan tulang ( Systema musculosceletale )
- Sistem syaraf ( Systema nervosum )
- Sistem pencernaan ( Systema digestoria / gastrointestinale )
- Sistem peredaran darah ( Systema cardiovasculare )
- Sistem pernafasan ( Systema respiratoria )
- Sistem perkemihan ( Systema urinaria )
- Sistem reproduksi ( Systema genitalia )
Sistem-sistem tersebut diatas tersusun oleh organ-organ penyusunnya yang berkerja saling mempengaruhi
satu dengan lainnya.
Praktikum anatomi bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi bentuk dan susunan manusia secara
terperinci. Dengan pengetahuan ini praktikan (mahasiswa yang mengikuti praktikum) diharapkan dapat
memahami susunan tubuh secara keseluruhan sebagai satu kesatuan fungsional.
Praktikum anatomi bagi mahasiswa pendidikan dokter pada blok 3 ini meliputi :
1. Cortex cerebri dan medula spinalis
2. Meninges dan aspek basal otak
3. Truncus cerebri dan cerebellum
4. Medulla cerebri dan ganglia basalis
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat:
1. Mengidentifikasi lobi, gyri dan sulci pada cortex cerebri beserta fungsinya
2. Megidentifikasi struktur anatomi medula spinalis
3. Menjelaskan struktur anatomi medulla spinalis penampang melintang beserta fungsinya
4. Menjelaskan korelasi klinis beberapa gangguan di cortex cerebri dan medulla spinalis
B. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini !
1. Lobi
Cerebrum berbentuk seperti “sarung tinju” yang terdiri dari 2 belahan (hemispherium cerebri). Kedua
belahan ini dipisahkan oleh fissura longitudinalis. Setiap hemispherium mempunyai 6 lobus yaitu :
a. Lobus frontalis (dengan lobus parietalis dipisahkan oleh sulcus centralis)
b. Lobus parietalis (dengan lobus occipitalis dipisahkan oleh sulcus parieto-occipitalis)
c. Lobus occipitalis
d. Lobus temporalis (dengan lobus frontalis dipisahkan oleh sulcus / fissura lateralis)
e. Lobus centralis / lobus insularis (terkubur didalam lobus temporalis, hanya tampak bila operculum
dibuka)
f. Lobus limbicus (tampak dari penampang medial, mengelilingi corpus callosum).
b. Lobus parietalis
Sulcus poscentralis
Sulcus interparietalis
Gyrus postcentralis (disebut cortex sensoris)
Lobulus parietalis superior
Lobulus parietalis inferior, mempunyai bagian :
- Gyrus supramarginalis (di dorsokranial dari fissura lateralis)
136 Buku Petunjuk Praktikum
d. Lobus temporalis
Sulcus temporalis superior
Sulcus temporalis inferior
Gyrus temporalis superior (menerima informasi auditorik)
Gyrus temporalis medius (menerima informasi auditorik)
Gyrus temporalis inferior (penting dalam pemrosesan informasi visual)
MEDULLA SPINALIS
Medulla spinalis merupakan bangunan yang mengisi canalis vertebralis dari foramen occipitale
magnum dan berakhir sebagai conus medullaris pada setinggi VL-1 (dewasa) atau VL-3 (pada anak-anak).
Pembungkus medulla spinalis, dari luar ke dalam terdiri dari :
1. Dura mater spinalis
2. Arachnoidea spinalis, sampai setinggi VS-2
3. Pia mater spinalis, berakhir sebagai filum terminale setinggi VS-2
Blok 3 Saraf & Endokrin 137
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi meningens serta fungsinya
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi sinus venosus duramatris dan duplikatura duramater
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi NN.Craniales, perjalanan saraf dan struktur yang diinervasi
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi vasa darah otak, percabangan dan struktur yang dipasok
5. Menjelaskan penyusun dan peran circulus arteriosus Williss
6. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur lain pada aspek basal otak serta fungsinya.
B. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini !
I. MENINGES
Meninges adalah selubung jaringan ikat non sarafi yang membungkus otak dan medulla spinalis yang
berisi liquor cerebrospinal dan berfungsi sebagai schock absorber. Meninges terdiri dari 3 lapisan dari luar
kedalam, yaitu : duramater, arachnoidea dan piamater.
1. Duramater
Merupakan selaput padat, keras dan tidak elastis.
Duramater pembungkus medulla spinalis terdiri atas 1 lembar, sedang duramater otak terdiri atas
2 lembar yaitu :
- Lamina endostealis, merupakan jaringan ikat fibrosa cranium
- Lamina meningealis
Membentuk lipatan / duplikatur dibeberapa tempat, yaitu :
Falx cerebri (di linea mediana, diantara kedua hemispherium cerebri)
Falx cerebelli (berbentuk segitiga, merupakan lanjutan kekaudal dari falx cerebri)
Tentorium cerebelli (berbentuk tenda, merupakan atap dari fossa cranii posterior, memisahkan
cerebrum dengan cerebellum).
Diafragma sellae (lembaran yang menutupi sella tursica, merupakan pembungkus hypophysis)
Diantara 2 lembar duramater, dibeberapa tempat membentuk ruangan disebut sinus (venosus)
duramatris. Sinus duramatris menerima aliran dari vv. cerebri, vv. diploicae dan vv. emissari. Ada
2 macam sinus duramatris, yang tunggal dan yang berpasangan.
- Sinus cavernosus
- Sinus sigmoideus (merupakan lanjutan sinus transversus, berbentuk S)
- Sinus petrosus superior dan inferior (menerima darah dari sinus cavernosus dan mengalirkan
masing-masing ke sinus transversus dan v. jugularis interna)
2. Arachnoidea
Membran halus disebelah dalam duramater, tidak masuk kedalam sulcus / fissura kecuali fissura
longitudinalis. Dari arachnoidea banyak muncul trabecula halus menuju ke piamater membentuk
bangunan seperti sarang laba-laba. Diantara arachnoidea dan piamater terdapat ruang spatium
subarachnoidale, yang dibeberapa tempat melebar membentuk cisterna. Sedangkan celah sempit
diantara duramater dan arachnoidea disebut spatium subdurale, celah sempit diluar duramater
disebut spatium epidurale. Dari arachnoidea juga muncul jonjot-jonjot yang mengadakan invaginasi ke
duramater disebut granulatio arachnoidales terutama di daerah sinus sagitalis yang berfungsi sebagai
klep satu arah yang memungkinkan lalunya bahan-bahan dari LCS ke sinus venosus.
3. Piamater
Piamater melekat erat pada otak dan medulla spinalis, mengikuti setiap lekukan, mengandung vasa
kecil. Ditempat tertentu bersama dengan ependyma membentuk tela choroidea. Piamater berperan
sebagai barrier terhadap masuknya senyawa yang membahayakan.
4. Aplikasi klinis
Pada trauma capitis dapat terjadi perdarahan / haemorhagia :
a. Haemorhagia subarachnoidalis (perdarahan didalam spatium subarachnoidale, dapat disebabkan
karena pecahnya aneurisma cabang a. carotis interna atau a. vertebralis, bersifat spontan atau
traumatis)
b. Haemorhagia subduralis (perdarahan didalam spatium subdurale, dapat disebabkan karena
pecahnya vena yang melintasi spatium subdurale)
c. Haemorhagia epiduralis (perdarahan didalam spatium epidurale, dapat disebabkan karena
pecahnya a. meningea mediana akibat fraktur cranium).
jugulare bersama N.X dan komponen kranial N. XI. N.IX memberikan serabut motorik untuk m.
stylopharyngeus dan serabut sensorik untuk mukosa pharynx dan lidah sepertiga posterior. Serabut
sekretomotor keluar dari auris interna sebagai n. petrosus minor dan meninggalkan fossa cranii melalui
foramen ovale. Secara klinik N. IX bisa diperiksa dengan reflek muntah.
10. N.X (N. vagus)
N. X muncul di kaudal N. IX dan keluar dari cranium melalui foramen jugulare, turun ke leher berada
dalam vagina carotica. N. X sebagian besar berisi serabut parasimpatik, tetapi juga mengandung
serabut sensorik untuk kulit telinga luar dan mukosa sistem gastrointestinal dan respirasi.
11. N.XI (N. accessorius)
Muncul di sulcus postolivarius dikaudal N. X., keluar dari fossa cranii melalui foramen jugulare menuju
m. sternomastoideus dan m. trapezius untuk mensarafinya.
12. N. XII (N. hypoglossus)
Muncul dari batang otak di sulcus preolivarius, meninggalkan fossa cranii melalui canalis hypoglossi.
Memberikan serabut motorik untuk otot – otot lidah
2. Vena
Vena di otak dikalisifikasikan sebagai berikut :
a. Vena cerebri eksterna :
- V. cerebralis superior
- V. cerebralis lateralis
- V. cerebralis medialis
- V. cerebralis inferior
- Vv. Basales
b. Vena cerebri interna :
- v. choroidea
- v. cerebri magna
142 Buku Petunjuk Praktikum
c. Vv. cerebellaris
d. Vv. emissariae (vena yang menghubungkan sinus duralis dengan vena superficialis cranium yang
berfungsi sebagai klep tekanan jika terjadi kenaikan tekanan intrakranial. Juga berperan dalam
penyebaran infeksi ke dalam cavum cranii)
Vena yang berasal dari truncus cerebri dan cerebellum pada umumnya mengikuti kembali aliran
arterinya. Sedangkan aliran balik darah venosa di cerebrum tidak mengikuti pola arterinya. Semua
darah venosa meninggalkan otak melalui v. jugularis interna pada basis cranii. Anastomosis venosa
sangat ekstensif dan efektif antara vv. superfisial dan vv. profundae didalam otak.
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi truncus cerebri serta fungsinya
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi cerebellum serta fungsinya
B. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini !
I. TRUNCUS CEREBRI
Truncus cerebri terdiri atas :
Diencephalon, terdiri atas thalamus, hypothalamus, subthalamus dan epithalamus
Mesencephalon, terdiri atas tectum dan tegmentum
Pons (metencephalon tanpa cerebellum)
Medulla oblongata (myelencephalon)
Di dalam truncus cerebri terdapat tractus ascendens, descendens dan formatio reticularis serta pusat
respirasi dan kardiovaskuler.
II. CEREBELLUM
Cerebellum terbagi menjadi 3 bagian :
1. Vermis
2. Cerebellum vestibuler (lobulus flocculonodularis), terdiri dari flocculus dan nodulus
3. Hemispherium cerebelli (corpus cerebelli), terdiri atas 2 lobus, yaitu lobus anterior dan lobus posterior,
yang dipisahkan oleh fissura primaria.
Bagian hemispherium cerebelli dan vermis terdiri atas :
3. Fissura horizontalis
- Lobulus semilunaris inferior - Tuber
- Lobulus gracilis - Pyramis
- Lobulus biventer - Uvula
- Tonsilla
- Paraflocculus
4. Fissura posterolateralis
5. Lobus flocculonodularis
- Flocculus - Nodulus
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi pada medula cerebri dan fungsinya
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi ganglia basalis serta fungsinya.
3. Menjelaskan aspek klinik gangguan pada ganglia basalis
B. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temutunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini !
4. Capsula interna :
Merupakan lembaran serabut saraf yang masif dan kontinyu, yang menuju dan meninggalkan
cortex cerebri
Di mesencephalon sebagai crus cerebri, melanjutkan sebagai capsula interna di antara thalamus
dan corpus striatum dan sebagai corona radiata di sebelah atas thalamus sampai ke cortex
cerebri
Blok 3 Saraf & Endokrin 147
Terdiri atas :
1. Crus anterius, memisahkan nucleus caudatus dan nucleus lenticularis
2. Crus posterius, memisahkan thalamus dan nucleus lenticularis
- Trigonum ventriculus lateralis (rongga di pertemuan antara corpus, cornu posterior dan
inferior)
Ventriculus quartus ke kaudal melanjutkan diri sebagai canalis centralis medulla spinalis dan
berhubungan dengan spatium subarachnoidale melalui 2 foramen luscka (apertura lateralis) dan
1 foramen magendi (apertura medialis)
d. Cisterna subarachnoidales :
Yaitu spatium subarachnoidalis yang melebar dibeberapa tempat.
Pada aspek lateral truncus :
- Cisterna chiasmatis
- Cisterna interpeduncularis
- Cisterna pontis
Pada aspek posterior truncus :
- Cisterna cerebellomedullaris / cisterna magna, merupakan muara dari apertura ventriculi
quarti
- Cisterna superior, mengandung v.cerebri magna, a.cerebralis posterior dan a. cerebralis
superior
- Cisterna lumbalis, terletak antara VL I dan VS 2 berisi filum terminalis dan cauda equina.
Merupakan tempat dilakukan pungsi lumbal.
ASPEK KLINIS
Parkinson, kelainan pada substantia nigra dan globus pallidus
Athetosis, kelainan pada putamen
Chorea, kelainan pada corpus striatum dan cortex cerebri
Ballismus, kelainan pada nucleus ventrolateralis thalami (dan globus pallidus)
Blok 3 Saraf & Endokrin 151
PRAKTIKUM HISTOLOGI
152 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 3 Saraf & Endokrin 153
II. NEURON
Neuron berperan menerima, mengintegrasikan dan menghantarkan pesan elektrokimiawi.Neuron
atau neuronum atau sel saraf memiliki 3 komponen utama ialah :
A. Badan sel atau soma atau perikaryon atau corpus neurocyti merupakan pusat sintesis dan trofik
neuron. Soma ini dapat menerima signal dari akson neuron lain melalui sinapsis pada membrana
plasmanya dan memancarkan kembali ke aksonnya.
Setiap soma memiliki
a. nukleus, dengan ukuran besar, letak di tengah dan eukromatik. Memiliki nukleolus dan hetero-
kromatin di sekitar permukaan sebelah dalam selubung nukleus.
b. sitoplasma, mengandung banyak sekali organela, ialah mitokondria, lisosoma dan sentriola.
Ribosoma bebas maupun poliribosoma yang menempel pada retikulum endoplasmik terdapat
banyak sekali serta mengelompokmembentukmaterial basofilik yang disebut badan Nisslatau Nissl
bodies. Aparat Golgi juga tampak tumbuh dengan baik, dan berperan mengemas neutrotransmiter
di dalam granula neurosekretorik atau sinapsis.
154 Buku Petunjuk Praktikum
c. neuroskeleton yang terdiri atas neurotubulus dan berkas neurofilament (filament intermedia yang
terdapat di seluruh parikaryon dan meluas sampai dendrit dan akson).
B. Dendrit. merupakan perluasan/ekstensi soma, khusus untuk menambah perluasan permukaan yang
ada terhadap datangnya signal. Makin jauh dendrit ini dari soma, dendrit makin tipis dan bercabang-
cabang. Dendrit ini sering menutupi seluruh permukaan sinapsis, dan memiliki tonjolan-tonjolan
keluar disebut spina dendritica atau gemmula, yang merupakan tempat sinapsis terjadi. Dendrit tidak
memiliki aparat Golgi, namun mengandung sejumlah kecil organela yang terdapat di dalam soma.
C. Akson, setiap neuron hanya memiliki sebuah akson, merupakan kompleks taju sel yang mengangkut
impuls menjauh dari soma. Akson tampak terbagi-bagi menjadi beberapa regio. Bagian soma yang
menonjolkan akson disebut axon hillock, berbeda dengan daerah soma lain karena tidak memiliki
Nissl bodies.
Meskipun akson sukar dilihat pada sediaan histologik, namun bisa dikenal karena daerah akson
hillock pada soma tidak dijumpai Nissl bodies yang sangat basofil. Berdasar ada tidaknya selubung
myelin maka akson dikenal ada 2 jenis ialah : - akson berselubung myelin dan - akson tanpa selubung
myelin.
D. Klasifikasi neuron. Neuron dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Konfigurasi taju-tajunya, dikenal
a. Neuron multipoler, misalnya sel motorik, sel piramidal dan sel Purkinje.
b. Neuron bipoler, pada retina, mukosa olfaktorias, ganglion cochlearis dan vestibularis.
c. Neuron pseudounipoler, neuron sensorik
d. Neuron unipoler, fotoreseptor pada mata (conus dan basillus).
2. Ukuran selnya:
a. Neuron Golgi tipe I, neuron motorik pada medulla spinalis dan sel piramidal.
b. Neuron Golgi tipe II.
3. Berdasar fungsinya :
a. neuron motorik,
b. neuron sensorik,
c. interneuron.
4. Berdasar pelepasan neurotransmiter :
a. neuron kolinergik, melepaskan asetilkolin,
b. neuron adrenergik dan noradrenergik, melepaskan adrenalin dan noradrenalin
c. neuron GABAergik, melepaskan GABA,
d. neuron serotinergik, melepaskan serotonin
e. neuron glisinergik, melepaskan glisin (glycine).
3. sel ependimal.
1. Astrositus/astroglia berukuran paling besar di antara sel glia, demikian pula ukuran nukleusnya.
Bentuk sel sferis tidak teratur dan tercat pucat. Taju atau procesus sel bercabang-cabang, dan pada
ujungnya menggelembung disebut pedikel/pediculus atau vascular endfeet. Pedikel-pedikel ini
menyelubungi kapiler piamater dan merupakan komponen penting untuk “blood-brain barrier”/
sawar darah-otak.
Jenis astrositus ada 2 ialah: a. astrosit protoplasmik dan b. astrosit fibrosa.
a. astrosit protoplasmik/astrocytus protoplasmicum: umumnya terdapat di dalam substantia
grisea. Sitoplasma penuh granula pendek-pendek dan tebal dan taju-taju selnya bercabang
banyak.
b. astrosit fibrosalastrocytus fibrosum, lebih banyak terdapat di dalam substantia alba. Pada
pewarnaan dengan perak, sitoplasma tampak penuh dengan material fibrous. Taju-taju
sitoplasmiknya panjang, kurang bercabang-cabang bila dibandingkan dengan astrosit
protoplasmik.
2. oligodendroglia/oligodendrosit, jumlahnya paling banyak di antara sel glia Terdapat baik pada
substantia alba maupun substantia grisea. Nukleus berbentuk sferis, ukurannya ada di antara ukuran
astrosit dan mikroglia. Sel ini merupakan sel pembentuk myelin seperti halnya sel Schwann.
3. Mikroglia. Berukuran paling kecil dan paling jarang dijumpai, umumnya dapat dijumpai pada
substania alba dan substantia grisea. Nukleusnya kecil dan bentuknya memanjang (kadang seperti
kacang), dengan kromatin terkondensasi sehingga pada pewarnaan dengan HE tampak hitam/
gelap. Taju selnya pendek dan bercabang-cabang. Mikroglia berasal dari mesenkim (mesodermal),
atau kemungkinan dari glioblast yang berasal dari neuroepitelial. Beberapa mikroglia dapat
berperan sebagai komponen sistem fagosit mononuklear dan memiliki kemampuan fagositik.
4. Sel ependim, berasal dari sel neuroepitelial yang melapisi bagian dalam crista neuralis. Pada
orang dewasa masih berbentuk epitelial alami, dan memiliki beberapa cilia. Umumnya berbentuk
silindris selapis, memiliki basal taju sel yang meluas ke dalam substantia grisea. Pelapis enpendimal
berlanjut menjadi epitel kuboid pleksus koroideus.
IV. SINAPSIS
Sinapsis merupakan hubungan khusus dimana rangsang atau stimulus dihantarkan / ditransmisikan dari
neuron ke sel targetnya. Rangsangan buatan terhadap akson dapat mempropagasi gelombang depolarisasi
pada dua arah, namun signal tersebut hanya dapat menjalar pada satu arah saja ketika menembus sinapsis,
yang berperan secara tidak langsung sebagai katup signal. Sinapsis dinamakan sesuai dengan struktur yang
dihubungkan, misalnya sinapsis aksodendritika, sinapsis aksosomatika, sinapsis aksoaksonika dan sinapsis
dendrodendritika. Setiap sinapsis memiliki 3 komponen struktural utama, ialah:
1. membrana presinaptika,
2. membrana postsinaptika,
3. celah sinaptika yang memisahkan kedua membrana tersebut.
156 Buku Petunjuk Praktikum
dalam sel bermuatan relatif negatif (-40 s/d -100 mV) terhadap bagian luar sel sehingga perbedaan
potensial (voltase) melintas membrana disebut potential membrana istirahat. Energi yang dibutuhkan
pompa di dalam membrana plasma membantu menjaga potential istirahat ini, menyebabkan neuron
siap menerima dan menghantarkan signal.
b. Firing and propaqating of action potential.
c. Refractory period.
d. Direction of signal transmission.
e. Saltatory conduction.
f. Blocking signal transmission.
VIII. RESEPTOR
Organ indera memiliki respons terhadap rangsang dengan cara membangkitkan potensial aksi di dalam
taju pelengkap sensorik (afferent).
A. Klasifikasi.
Reseptor diklasifikasikan oleh kaitannya terhadap sistem syaraf, kepekaan stimulusnya, dan ada tidak
adanya kapsula.
a. Hubungan di antara reseptor dan sistem syaraf
1. reseptor neuronal
2. reseptor epitelial
3. reseptor neuroepitelial
b. Stimulus adekuat, merupakan stimulus yang mana reseptor sangat peka.
c. Ada dan tidak-adanya kapsul.
f. End-bulb = Memiliki kapsul tipis yang berisi cairan (misalnya corpusculum bulboideusm Krause),
mengandung banyak sekali ujung-ujung syaraf yang masuk pada satu ujung dan di dalam bercabang-
cabang. Banyak terdapat dengan berbagai ukuran, terbesar disebut corpusculum genitalia pada jaringan
ikat genital, dan terkecil terdapat pada conjunctiva. Juga terdapat pada jaringan ikat subepitelial
cavum oris dan cavum nasi, dalam peritoneum, dan jaringan ikat di sekitar persendian dan truncus
nervosus.
g. Sinus caroticus. Merupakan baroreseptor (salah satu jenis mekanoreseptor).
C. Proprioreseptor
1. Muscle spindle. Merupakan proprioreseptor, bentuknya fusiform, berkapsul yang terdapat di dalam
otot skelet. Lapisan fibroblast pipih membuat kapsul. Proprioreseptor memiliki inervasi sensorik dan
motorik. Komponen yang ada ialah:
1. Serabut intrafusal
2. Inervasi sensorik terdapat 2 jenis
a. Ujung annulospiral primer dan
b. Ujung annuospiral sekunder dan “flower spray”.
3. Inervasi motorik, ada beberapa bagian yang menyusunnya ialah gamma motor neurons, boutons
terminaux dan bouton en passage.
2. Organ Golgi tendo, terutama terdapat di sekitar hubungan tendo-otot.
D. Khemoreseptor
a. Gemma gustatoria merupakan khemoreseptor, terutama terdapat pada dorsum linguae (lidah) dan
sedikit terdapat pada palatum molle dan epiglottis. Pada lidah umumnya terdapat pada papilla
fungiformis, papilla foliata dan papilla circumvalata.
b. Epithelium olfactorius untuk pembau, terutama terdapat pada permukaan bagian atas concha superior
pada cavum nasi.
Memiliki 3 jenis sel, ialah: 1. sel olfactorius,
2. sel penyokong, dan
3. sel basal.
PETUNJUK PRAKTIKUM
SISTEM SARAF PUSAT
1. Medulla spinalis
No. Sediaan : N-3
Organ yang dipakai : Medulla spinalis
Teknik pewarnaan : H.E.
Perhatikan :
Untuk melihat bentuk kasar alat ini, amatilah sediaan dengan mata biasa. Coba bedakan substantia
grisea dari substantia alba. Dengan perbesaran sangat lemah, carilah
* substantia grisea: - neurocytus.
Pelajari sel ini di cornuventrale. Sel tampak biru jelas, penuh substantia chromatophilica. Perhatikan
axon dan neuroglia.
* substantia alba dengan
- axon
- neuroglia, terutama oligodendrocytus
* canalis centralis yang dibatasi oleh ependyma, tersusun oleh ependymocytus.
2. Cerebellum
No. Sediaan : N-7
Organ yang dipakai : Cerebellum
Teknik pewarnaan : H.E.
Perhatikan :
- sulcus dan gyrus
- cortex, tersusun oleh 3 lapisan
* stratum moleculare: sel-sel kecil tersebar
* stratum neuronorum piriformium: ditandai oleh kehadiran sel Purkinje berbentuk seperti
botol, berjajaran jelas.
* stratum granulosum: sel-sel bundar-bundar, berpadatan.
- medulla : mengandung banyak: neuroglia neurofibra
3. Cerebrum
No. Sediaan : N-8
Organ yang dipakai : Cerebrum
Teknik pewarnaan : H.E.
Perhatikan :
Bedakan lebih dahulu bagian cortex dari medulla. Setelah mengenal dataran terluar cortex, kenalilah
lapisan-lapisan cortex. Pada sediaan ini batas lapisan masih sulit dikenal. Coba perhatikan berbagai
bentuk neurocytus yang menyusun cortex dan unsur serabut. Neuroglia mengisi sela-sela neuronum.
Khusus perhatikan neurocytus yang berbentuk piramid.
160 Buku Petunjuk Praktikum
1. Ganglion spinale
No. Sediaan : N-1
Organ yang dipakai : Ganglion spinale
Teknik pewarnaan : H.E.
Perhatikan :
- Ganglion merupakan kumpulan badan sel syaraf yang terdapat di luar sistem syaraf sentral, kese-
luruhannya dibungkus oleh kapsula.
- Soma/badan sel syaraf bergerombol dengan nucleus bulat di pusat sel. Jenis neuron adalah pseu-
dounipoler, soma pada sediaan tampak bulat.
- Gliocytus ganglii/sel glia menempel pada soma.
- Akson. Ikutilah akson yang masuk atau meninggalkan ganglion.
- Fibroblast bentuk fusiform di jaringan ikat.
2. Ganglion sympathicum
No. Sediaan : N-9
Organ yang dipakai : Ganglion sympathicum
Teknik pewarnaan : H.E
Perhatikan :
Bandingkan dengan sediaan No. N-1. Ikutilah petunjuk pada latihan No. 1 untuk sediaan N-1 dengan
catatan bahwa :
- neurocytus di sini lebih berpadatan, lebih kecil.
- inti neurocytus terletak agak menepi dalam badan sel.
3. SISTEM ENDOKRIN
System endokrin adalah suatu system yang melibatkan hormon dan sistem sirkulasi di dalam
menjalankan tugasnya.
A. KOMPONEN SISTEM
Sistem Endokrin di dalam tubuh terdiri atas beberapa organ endokrin, ialah :
- adenohipofisis.
- kelenjar tiroid.
- kelenjar adrenal.
- pulau-pulau jaringan endokrin di dalam kelenjar eksokrin, misalnya insula pancreatica.
- dan beberapa sel endokrin di dalam mukosa saluran pencernaan.
B. ASAL-USUL
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak memiliki saluran keluar (ductus excretorius) yang
berkembang sebagai invaginasi permukaan epitel, misalnya ektoderm mulut (oral) atau endoderm
usus, yang akhirnya terlepas, kehilangan kontak (hubungannya) dengan epitel induknya.
C. STRUKTUR MIKROSKOPIK
Kelenjar endokrin secara khas tersusun oleh sel sekretorik yang sangat banyak jumlahnya yang tersusun
sebagai alur (chorda), menggerombol atau folikel cekung yang langsung kontak dengan kapiler darah
atau sinusoid.
D. SEKRESI
Sel endokrin melepaskan sekretnya, khususnya berupa hormon, ke dalam aliran darah. Produk lainnya
yang dilepaskan bukannya ke dalam aliran darah melainkan ke dalam suatu saluran (ductus) (misalnya
enzim dan serum albumin), namun kadang-kadang juga dianggap sekresi hormon. Hormon merupakan
molekul dengan efek/pengaruh pengaturan khas pada sel target, jaringan atau organ tertentu yang
letaknya jauh dari letak kelenjar itu sendiri. Hormon, dengan kadar sangat kecil dapat membangkitkan
pengaruh yang dramatik dan khas, dan dapat mempengaruhi semua jaringan baik secara. langsung
maupun tidak langsung. Banyak di antara. hormon penting untuk menjaga lingkungan dalam keadaan
mantap. Hormon memainkan peranan penting di dalam mengatur metabolisme karbohidrat, protein,
dan lipid; keseimbangan mineral dan air di dalam cairan tubuh; pertumbuhan; perbedaan bentuk
tubuh dan fungsi seksual dalam kaitan dengan seks dan perilaku, sifat atau temperamen dan emosi.
Dikenal ada dua jenis hormon, ialah :
1. Hormon peptida
Hormon protein, glikoprotein, atau peptida rantai pendek mengikat reseptor khusus pada
permukaan sel target. Hormon jenis ini kadang-kadang menstimulasi produksi massenger
intraseluler kedua, misalnya siklus Krebs (cyclic AMP) di dalam sel target.
2. Hormon steroid
Hormon yang larut dalam lipid ini dengan mudah menembus plasma sel target dan kemudian
secara langsung mempengaruhi fungsi sel. Hormon ini mengikat pada protein pengikat khusus di
dalam sitoplasma dan nukleus.
Blok 3 Saraf & Endokrin 163
I. HIPOFISIS.
Hipofisis tersusun oleh 2 bagian besar, ialah :
- adenohipofisis, dan
- neurohipofisis.
Kedua bagian ini berbeda, baik asal-usulnya, struktur maupun fungsinya.
A. ADENOHIPOFISIS.
1. Asal-usul
Dari evaginasi ke atas ektoderm yang melapisi rongga mulut primitif. Bagian ini mengadakan
kontak dan kemudian menyatu dengan neurohipofisis yang tumbuh ke bawah.
2. Struktur umum
Adenohipofisis tersusun oleh alur-alur sel epitel glanduler yang dipisahkan satu dengan alur
lainnya oleh kapiler sinusoidal yang banyak sekali jumlahnya dari plexus capillaris secundarius.
Adenohipofisis tidaklah dipersyarafi secara langsung oleh syaraf hipotalamik.
3. Subdivisi. Adenohipofisis terbagi-bagi menjadi:
- pars distalis (pars anterior), merupakan bagian terbesar.
- pars tuberalis, merupakan perluasan ke arah superior dari pars distalis, membentuk bagian
“lengan” yang merupakan selubung partial infundibulum. (neurohipofisis).
- pars intermedia, merupakan bagian berupa pita sempit jaringan hipofisis yang berbatasan
dengan neurohipofisis.
B. NEUROHIPOFISIS
1. Asal-usul
Neurohipofisis timbul sebagai pertumbuhan ke arah bawah ektoderm neural hipotalamus dan
oleh karenanya merupakan bagian otak.
2. Struktur umum.
Neurohipofisis mengandung sejumlah besar axon. Axon ini berasal dari badan sel syaraf terutama
pada nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis hypothalami.
3. Subdivisi.
Neurohipofisis terbagi menjadi infundibulum yang tersusun oleh “infundibular stem” (“neural
stalk”) dan eminentia mediana. “Infundibular stem” ini membawa axon dari hipotalamus ke pars
nervosa, dan mengandung kapiler dari plexus capillaris primarius. Eminentia mediana dari tuber
cinerium membentuk lantai hipotalamus. Pars nervosa (processus infundibularis) merupakan
perluasan lobus neurohipofisis; pars nervosa ini mengandung axon terminal dan sejumlah besar
kapiler darah.
Setiap sel sekretorik di dalam adenohipofisis mensintesis dan menyimpan salah satu hormon tersebut
di bawah :
* follicle-stimulating hormone (FSH).
* thyrotropin (thyroid stimulating hormone; TSH)
* luteinizing hormone (LH)
* adrenocorticotropic hormone (ACTH)
* growth hormone (GH), dan
* prolactin
Pelepasan hormon-hormon tersebut, yang mengatur aktivitas berbagai kelenjar lain, diregulasi atau
diatur oleh hormon “releasing” atau “inhibiting” khusus yang diproduksi oleh hipotalamus dan
diangkut ke adenohipofisis oleh darah di dalam sistem portal hipofisis.
164 Buku Petunjuk Praktikum
A. PARS DISTALIS.
Tersusun oleh dua kelompok sel, ialah :
1. Chromophobus.
Sel ini tidak mengikat zat warna, sehingga tercat pucat, tampak jernih atau putih pada sediaan
mikroskopik jaringan. Sel chromophobus ini ada tiga jenis, ketiga jenis sel ini merupakan 50% sel
epithelial di dalam pars anterior. Ketiga sel tersebut ialah :
a. sel non-sekretorik yang belum mengalami diferensiasi, kemungkinan merupakan sel stem,
b. sel kromofilik yang sebagian mengalami degranulasi, yang mengandung granula sedikit, dan
c. sel folikuler, merupakan jenis sel kromofob yang mendominasi membentuk anyaman stroma yang
menopang sel lain (kromofil). Sel berbentuk bintang (stelat) ini dapat memiliki fungsi fagositik.
2. Chromophylus
Sel kromofil penghasil hormon ini mengikat dengan kuat zat warna, karena di dalam sitoplasmanya
mengandung sejumlah besar granula tempat hormon ditimbun/disimpan. Terdapat jenis sel khusus
untuk setiap hormon. Sel kromofil berukuran lebih besar dibandingkan sel kromofob, dan dibagi
menjadi dua kelas, yaitu :
a. Asidofil.
Sel ini merupakan penghasil protein sederhana tercatkuat dengan eosin dan orange G, namun tidak
terwarnai dengan PAS. Sel ini mengelompok pada bagian tepi organ, berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan sel basofil sedangkan granula sitoplasmiknya lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Sel
asidofil terdiri atas dua jenis sel penghasil hormon, ialah somatotrops yang menghasilkan hormon
pertumbuhan (somatotropin = growth hormone), dan sel mammotrops, yang menghasilkan prolaktin.
Untuk mengingat-ingat hormon yang dihasilkan sel asidofil ini sering disingkat menjadi GPA (Growth
hormone, Prolaktin, Asidofil).
b. Basofil.
Sel basofil tercat dengan hematoksilin dan zat warna basis lainnya, dan bersifat PAS positif. Lokasi
sel ini pada bagian tengah organ, dengan ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan sel asidofil. Sel
basofil ini tersusun oleh tiga jenis sel yang memproduksi empat jenis hormon, ialah :
- Masing-masing sel dari 2 jenis sel gonadotrops menghasilkan gonadotropin yang berbeda. Salah
satu selnya memproduksi follicle stimulating hormone (FSH); sedang sel lainnya menghasilkan
luteinizing hormone (LH; disebut juga interstitial cell-stimulating hormone = ICSH pada laki-laki).
- Sel kortikotrovik menghasilkan adrenocortitropin (ACTH) .
- Sel Tirotropi menghasilkan thyroid-stimulating hormone (TSH).
B. PARS TUBERALIS.
Pars tuberalis berbentuk seperti cerobong kapal dan merupakan perluasan ke arah atas pars distalis
yang mengelilingi “infundibular stem”. Gambaran Histologiknya sama dengan pars distalis, namun isinya
sebagian besar adalah sel gonadotrops. Pars tuberalis penuh dengan kapiler darah dari plexus capillaris
primarius sistem portal hipofiseal.
C. PARS INTERMEDIA.
Pars intermedia tampak seperti pita atau sabuk adenohipofisis di antara pars distalis dan pars nervosa.
Pada manusia tidak berkembang. Pars intermedia mengandung Rathke’s cysts. Rathke’s cysts ini berupa
ruang-ruang kecil, bentuk ireguler dan berisi koloid, yang dilapisi epitel kuboid. Cysts/ Kista ini merupakan
Blok 3 Saraf & Endokrin 165
sisa-sisa kantong Rathke (Rathke’s pouch). Pars intermedia juga mengandung kelompok dan alur-alur sel
basofil atau melanotrops, yang memproduksi melanocyte-stimulating hormone (BMSH).
A. KORTEKS ADRENAL.
1. Asal embrionik.
Korteks adrenal berasal dari mesoderm coelom intermedia.
2. Struktur kelenjar dewasa.
Sel-sel kelenjar pada korteks adrenal memiliki struktur khas sebagai sel penghasil hormon steroid.
Korteks adrenal dibagi menjadi tiga lapis, ialah :
- zona glomerulosa
- zona fasciculata, dan
- zona reticularis.
a. Zona glomerulosa.
Zona glomerulosa merupakan lapisan terluar kelenjar adrenal dan letaknya tepat di bawah
kapsul dan merupakan 15% volume kelenjar adrenal. Sel-selnya mengelompok menyerupai
busur (glomerulus) dikelilingi kapiler-kapiler darah. Endocrinocytus pada zona ini memproduksi
hormon mineralokortikoid.
b. Zona fasciculata.
Lapisan tengah korteks adrenal ini, menyusun kira-kira 65% isi kelenjar adrenal. Sel-selnya
tersusun seperti lajur-lajur lurus membentuk fasciculus, yang arahnya tegak lurus terhadap
permukaan organ. Endocrin-ocytus pada organ ini memproduksi gukokortikoid dan beberapa
hormon androgen adrenal.
c. Zona reticularis.
Zona reticularis merupakan lapis paling dalam dan menyusun kira-kira 7% volume adrenal. Sel-
selnya tersusun menyerupai “chordal’ atau tali tak teratur yang mengadakan jalinan/anyaman
anastomosis (reticulum). Selnya sendiri serupa sel pada zona fasciculata, namun lebih kecil
dan lebih asidofil. Sel-selnya mengandung lipid yang sedikit kurang dibandingkan dengan sel
di dalam zona fasciculata dan mengandung lebih banyak mitochondrion dan mengandung
banyak granula lipofuscin. Zona reticularis dan zona fasciculata tampak membentuk zona
fungsional tunggal dengan zona reticularis memproduksi sebagian besar glukokortikoid dan
androgen adrenal, sedangkan zona fasciculata memainkan peran zona reserve yang diaktivasi
stimulasi berkepanjangan.
3. Fungsi normal
Korteks adrenal memproduksi tiga jenis hormon steroid, ialah :
166 Buku Petunjuk Praktikum
a. Mineralokortikoid.
Terutama tersusun oleh aldosteron, yang diproduksi oleh zona glomeru-losa dalam responsnya
terhadap stimulus/pacuan, terutama atas pacuan angiotensin II, namun juga oleh ACTH.
Aldosteron mengatur keseimbangan air dan elektrolit terutama dengan cara memacu absorbsi
Na oleh tubulus distalis renis, demi-kian juga berpengaruh pada mukosa gastrika dan kelenjar
saliva.
b. Glukokortikoid.
Terutama terdiri atas kortisol dan kortikosteron. Kedua hormon ini diproduksi oleh zona
reticularis atas pacuan ACTH dan diproduksi pula oleh zona fasciculata terhadap stimulasi
yang berkepanjangan. Glukokortikoid mengatur metabolisme karbohidrat, terutama dengan
cara menstimulasi sintesis karbohidrat pada hepar (hati). Glukokortikoid memiliki peranan
yang bertolak belakang pada jaringan lain; ialah mengkatabolisme (degradasi) karbohidrat
untuk mendapatkan material dasar karbohidrat ini untuk hepar. Glukokortikoid juga menekan
respons imun tubuh dengan cara mengurangi jumlah sirkulasi limfosit dan eosinofil.
c. Androgen adrenal.
Androgen adrenal ini terutama tersusun oleh dehidro-epi-androsteron, yang disekresi atas
responsnya terhadap ACTH oleh zona reticularis dan mengikuti stimulasi berkepanjangan,
diproduksi pula oleh zona fasciculata. Pengaruh hormon ini ialah sifat masculinis-asi dan
anabolik sama dengan testosteron, namun sedikit kurang patent.
B. MEDULLA ADRENAL.
1. Asal. Medulla adrenal berasal dari crista neuralis
2. Struktur: tersusun oleh dua jenis sel utama ialah :
- sel kromafin, dan
- sel ganglion.
a. Sel kromafin.
Juga disebut phoechromocytus, merupakan jenis sel yang mendominasi medulla. Sel ini
merupakan modifikasi neuron postganglionik simpatis yang kehilangan axon dan dendritnya.
Sel ini memiliki nukleus besar, granula sekretorik bersifat padat elektron, granula ini berisi
katekolamin (epinefrin atau nore-pinefrin) . Complexus golgiensis yang tumbuh baik, hanya
beberapa reticulum endoplasmicum granulosum, dan dijumpai banyak sekali mitokondrion
berbentuk oval. Granula sekretoriknya memiliki afinitas kuat terhadap zat warna kromium.
Sel kromafin mensintesis dan melepaskan kandungan katekolaminnya perantara neuron
preganglionik simpatis.
b. Sel ganglion.
Beberapa sel ganglion parasimpatik yang ada memperagakan morfologik jenis sel ganglion
otonom khusus.
3. Fungsi normal.
Fungsi normal medulla adrenal mencakup produksi dua jenis katekolamin, yaitu epinefrin dan
norepinefrin, atas tanggapannya terhadap stimulasi ganglion simpatis (misalnya stres) . Kedua
hormon katekolamin ini menaikkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi glikogenolisis
di dalam hepar; hormon ini juga menaikkan aliran darah ke jantung.
Blok 3 Saraf & Endokrin 167
a. Epinefrin,
menyebabkan debar jantung naik dan dilatasi pembuluh darah yang dibutuhkan organ untuk
mensiap-siagakan atau menghindarkan sties, seperti otot jantung dan otot skelet. Mengadakan
dilatasi bronchiolus dan mengadakan kontraksi pembuluh darah dalam organ (misalnya pada
kulit, saluran pencernaan, ginjal) yang tidak penting untuk bereaksi terhadap stres.
b. Norepinefrin,
menyebabkan kontraksi pembuluh darah pada organ-organ tak penting. Menaikkan resistensi
perifer, sehingga menaikkan tekanan darah dan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet.
4. Fungsi abnormal.
Hipersekresi tumor sel kromafin (pheochromocytoma) menyebabkah penambahan respons stres
(terutama hipertensi) meskipun tanpa adanya stres. Tumor sel ganglion (neuroblastoma dan
ganglion neuroma) lebih sering terjadi, terutama pada anak-anak namun manifestasi secara klinik
bermacam-macam.
A. FOLIKEL TIROID.
Setiap folikel tersusun oleh epithelium simplex cuboideum/epitel kuboid selapis yang mengelilingi/
membatasi suatu lumen yang berisi koloid. Folikel-folikel ini memiliki berbagai ukuran, membesar/
membengkak selama ada stimulasi.
B. SEL FOLIKEL TIROID.
1. Struktur.
Sel folikel tiroid yang berasal dari endoderm, struktur ultranya memperagakan sel khas penghasil
hormon peptida. Ukuran sel berkisar dari pipih pada kelenjar yang tidak aktif sampai kolumner
selama ada stimulasi.
2. Fungsi normal.
Sel folikel tiroid ini berbeda dari sel kelenjar endokrin lainnya yang menyimpan hormon berbentuk
setengah jadi (intermediate) (thyroglobulin) secara ekstra selluler ialah di dalam koloid, namun
tidak disimpan di dalam granula sitoplasmiknya. Stimulasi oleh TSH, yang umumnya diikuti
penambahan kebutuhan energi, sintesis dan sekresinya bertambah.
a. Sintesis dan Penyimpanan tiroglobulin,
Langkah yang dibutuhkan proses ini adalah :
* Sintesis protein kaya tirosin = tiroglobulin, pada reticulum endoplasmicum granulosum.
* Glikosilasi protein di dalam reticulum endoplasmicum dan complexus golgiensis.
* Pengkemasan di dalam vesikel pada complexus golgiensis, dan
* Fusi vesikel-vesikel pada apex membrana sel, menghasilkan eksositosis tiroglobulin ke
dalam koloid pada lumen folikel.
b. Penyerapan dan oksidasi iodid.
Pompa molekuler di dalam membrana plasma sel-sel folikuler memindahkan jodium/iodid
di dalam sirkulasi ke dalam sitoplasma. Iodid ini dioksidasi oleh peroksidase dan kemudian
dipindahkan ke apex sel. Penyerapan iodid juga dipacu oleh TSH.
C. SEL PARAFOLIKULER = SEL C.
Sel ini dijumpai pada kelenjar tiroid, tersebar di antara sel folikuler atau menggerombol di antara
sel folikuler. Pada manusia sitoplasma sel parafolikuler tercat pucat dengan zat warna standar dan khas
tampak jernih atau putih. Struktur ultra sel ini penuh granula sekretorik kecil-kecil. Sel C menghasilkan
calcitonin yang berperan menaikkan kadar Ca (kalsium) darah. Calcitonin menyebabkan penyerapan Ca
oleh sel dan menambah deposisi Ca pada tulang, sehingga menyebabkan turunnya kadar Ca darah.
c. Pada usus (intestinum), PTH (mungkin adanya aktivasi vitamin D) menyebabkan kenaikan
absorpsi Ca dari makanan oleh mukosa usus.
B. SEL OKSIFIL.
Sel ini berukuran lebih besar dibanding dengan sel prinsipal, namun jumlah sedikit kurang. Sel ini
mengandung mitochondrion banyak sehingga bersifat sangat asidofil. Fungsi sel ini belum diketahui
dengan jelas.
170 Buku Petunjuk Praktikum
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. GLANDULA SUPRARENALIS
Sediaan : EN-1; H E
Perhatikan
a. Capsula
b. Cortex dengan zona berbatas jelas
1. zona glomerulosa : terluar
2. zona fasciculata : lapisan tengan dengan spongiocytus
3. zona reticularis : lapisan terdalam Perhatikan sinusoideum
c. Medulla : Perhatikan :
- cellulae chromaffinae yang sebenarnya terdiri atas 2 jenis sel yang pada sediaan sukar dibeda-
kan, ialah:
- epinephrocytus
- norepinephrocytus
- sel saraf simpatis sinusoideum terbentuk oleh kapiler darah
2. GLANDULA THYROIDEA
Sediaan : EN-2; H B
Perhatikan :
a. Stroma : dengan anyaman kapiler rete capillare folliculare
b. Parenchyma tersusun oleh folliculi
- tidak sama besar
- dinding tersusun oleh sel kuboid
- berisi bahan koloid
Cellulae parafolliculares pada teknik pemulasan sediaan ini tidak tampak.
3. GLANDULA PARATHYROIDEA
Sediaan : EN-3; H E
a. Textus connectivus memisahkan ini dari glandula thyroidea.
b. Cellula
1. Principalis. Tampak banyak dengan kapiler darah di antaranya. Sel ini sebenarnya ada 2 jenis
tetapi sukar dibedakan.
- cellula principalis lucida : jernih
- cellula principalis densa : gelap
2. Oxyphilica atau acidophilica, tersebar di sana-sini, sedikit bersifat acidophillus.
- cellula chromophobica
- cellula chromophilica terdiri atas cellula acidophilica cellula basophilica di tepi
5. INSULA PANCREATICA
Sediaan : EN-6; Victoria blue
Perhatikan
insulae yang tampak memucat sebagai pulau-pulau di dalam jaringan pancreas.
a. Cellulae alpha = merah, beta = biru, delta = pucat.
Kerap kali : * cellulae alpha: ditepi pulau
* cellulae beta: dekat sinusoideum
b. Rete capillare : kapiler membentuk sinusoideum
172 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 3 Saraf & Endokrin 173
PRAKTIKUM FISIOLOGI
174 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 3 Saraf & Endokrin 175
I. FISIOLOGI NYERI
Tujuan Praktikum
1. Setelah praktikum mahasiswa dapat mengklasifikasi rasa nyeri
2. Setelah praktikum mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme nyeri, perbedaan intensitas nyeri, dan
faktor-faktor yangmempengaruhinya
Dasar Teori
Nyeri adalah sensasi subyektif terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Nyerimerupakan
mekanisme pertahanan. Rasa nyeri menimbulkan respon refleks, peningkatan kewaspadaan, merangsang
proses belajar dan timbulnya perilaku untuk menghindari dan menurunkan rasa nyeri. Timbulnya nyeri
mengaktifkan 3 sistem yang saling berinteraksi, yaitu sensori, afeksi dan kogmisi. Sensori berkaitan dengan
timbulnya rasa nyeri, afeksi berkaitan dengan emosi dan perilaku, dan kognisi berhubungan dengan
pembelajaran dari pengalaman merasakan nyeri bagaimana seseorang menghindar dari stimulus nyeri
dan mengurangi rasa nyeri. Kebanyakan penyakit yang diderita manusia menimbulkan nyeri, namun
demikian lokalisasi suatu penyakit sering tidak sesuai dengan letak rasa nyeri yang dikeluhkan, oleh karena
itu pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi nyeri perlu diketahui.
Kebanyakan rasa nyeri merupakan nyeri nociceptif. Nyeri nociceptif diduga sebagai hasil stimulus
serentak pada reseptor taktil/ termoreseptor dan reseptor nyeri (nociceptor). Rasa nyeri dapat ditim-
bulkan oleh berbagai stimulus antara lain listrik, mekanis, temperatur dan kimia. Stimulus apapun
yang menimbulkan kerusakan jaringan badan akan menimbulkan rasa nyeri. Kerusakan jaringan akan
melepaskan zat mediator nyeri seperti substansi P,ion K+, histamine, serotonin, prostaglandin, selanjutnya
zat mediator nyeri tersebut merangsang reseptor nyeri. Zat kimia iritan seperti toksin kuman dan asam
juga merangsang reseptor nyeri. Reseptor nyeri berupa akhiran saraf bebas disebut nociceptor yang
berada di hampir seluruh bagian badan. Jaringan yang tidak memiliki reseptor nyeri adalah otak, mukosa
intestinum, endometrium fungsional.
Berdasarkan kecepatan penjalaran sinyal nyeri, simptom nyeri dibagi menjadi nyeri cepat dan nyeri
lambat. Nyeri cepat diperantarai serabut saraf tipe A dan nyeri lambat diperantarai serabut saraf tipe C
yang perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 1.
176 Buku Petunjuk Praktikum
Tabel 1
Perbandingan karakteristik fisik serabut saraf aferen tipe A delta dan C
Serabut saraf A delta Serabut saraf C
Diameter 1 – 5 µm 0,5 – 2 µm
Myelinisasi + -
Kecepatan hantar impuls 6 – 30 m/ detik 0,5 – 2 m/ detik
Berdasarkan sensasi rasa nyeri yang timbul, dikenal juga nyeri tajam dan nyeri tumpul. Nyeri tajam
disebabkan oleh benda tajam yang biasanya melukai bagian superficial saja (pedih) atau superficial hingga
profundal (pedih dan pegal). Nyeri tumpul ditimbulkan oleh benda tumpul yang melukai jaringan profundal
tapi tidak melukai bagian superficial. Nyeri tumpul dirasakan sebagai pegal, berdenyut, dan ngilu.
Intensitas nyeri yang dirasakan seseorang tergantung intensitas rangsangan, keparahan kerusakan
jaringan, jumlah mediator nyeri, jumlah reseptor terangsang. Kerusakan endometrium pada wanita
menstruasi normal tidak menimbulkan nyeri. Sumbatan pembuluh darah menyebabkan ischemia jaringan
yang luas akan menimbulkan rasa nyeri hebat. Pengalihan perhatian dan rangsangan sentuhan pada
jaringan sehat dapat mengurangi rasa nyeri, sebaliknya jaringan luka mengalami hiperalgesia, sehingga
rangsangan ringan (sentuhan) pada jaringan luka akan menimbulkan peningkatan intensitas nyeri.
Cara Kerja
Pada percobaan ini hanya perasaan nyeri somatic yang dapat didemonstrasikan.
1. Nyeri somatic superficial /Nyeri kulit.
Nyeri kulit dirasakan sebagai nyeri tajam, cepat atau seperti terbakar di suatu tempat yang jelas
lokasinya di kulit. Nyeri ini dapat ditimbulkan oleh perangsangan :
- tusukan jarum
- sentuhan benda panas.
- Pijitan dengan forsep
- Pencabutan rambut kulit
Rangsangan kulit bagian punggung lengan bawah probandus. Rangsangan dilakukan sendiri agar
kerusakan jaringan tidak berlebihan. Tanyakan kepada probandus nyeri macam apa dirasakan misalnya
pada saat dia dirangsang dengan : a. tusukan jarum, sentuhan benda panas (tabung reaksi yang telah
diisi dengan air panas temperatur 60-70oC), c. Pijitan pinset ; dan d. pencabutan rambut. Lakukan
variasi rangsangan sebentar dan lama pada cabutan rambut dan sentuhan panas, sentuhan panas
sempit dan luas.
a. Memijit fasia antara jari keempat dan kelima tangan kiri dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan
kanan oleh probandus sendiri sampai timbul nyeri.
b. Menekan tendo achillus sampai timbul rasa nyeri.
Tanyakan apakah ada perbedaaan rasa nyeri antara kedua tindakan tersebut di atas; apakah sama
rasa nyerinya, bila dibandingakan dengan rasa nyeri kulit.
c. Mengurangi aliran darah ke daerah otot yang sedang aktif bekerja (nyeri otot iskemik). Pasanglah
manset tensimeter pada lengan kanan atas probandus, naikan tekanan manset di atas tekanan
systole (antara 160-200 mmHg) disertai probandus menekan ergometer dengan frekuensi 1 kali
perdetik. Pada perlakuan ini probandus akan merasakan nyeri pada lengan kanan bawah dalam
waktu antar 24-45 detik. Nyeri akan semakin bertambah jika mencapai antar 60-90 detik. Intensitas
rasa nyeri tergantung berat ringannya kerja (frekuensi kerja, berat badan, dan lama kerja). Lakukan
gerakan tekanan pada ergometer dua kali perdetik dan satu kali perdetik. Juga naikan beban dalam
ergometer. Apakah yang terjadi?
3. Intensitas Nyeri
Untuk merasakan intensitas nyeri lakukan variasi rangsangan secara cepat/lambat, luas/sempit,
rangsangan sentuhan pada jaringan luka dan diluar jaringan luka. Diskusikan mengapa rangsang usapan
di luar jaringan luka mengurangi rasa nyeri, sedangkan sentuhan pada jaringan luka meningkatkan
rasa nyeri.
4. Diskusikan tentang nyeri visceral dengan mengingat-ingat nyeri perut menahan BAB, nyeri disme-
norrhea, dll. Bandingkan dengan nyeri somatic.
5. Diskusikan, bagaimana usapan pada jaringan normal sekitar luka dapat mengurangi rasa nyeri,
sedangkan sentuhan pada jaringan luka meningkatkan intensitas rasa nyeri.
Kepustakaan.
Despopoulos, A., &Silbernagl, S. 2003, Color Atlas of Physiology, Thieme –Stuttgart- New York, ebook.
Faller, A & Schunke, M, 2004 The Human Body, An introduction to structure and function, Thieme
–Stuttgart- New York, ebook.
Ganong, W.F., 1995., Review of Medical Physiology, Edisi 17, Lange Medical Book, Prentice-Hall International
Inc.
Guyton, A.C. 2000, Textbook of Medical Physiology. 10 th ed . W.b. Saunders. Philadelphia.
178 Buku Petunjuk Praktikum
HASIL PRAKTIKUM
FISIOLOGI NYERI
A. KLASIFIKASI NYERI
NO. RANGSANG LOKASI CEPAT/LAMBAT TAJAM/TUMPUL LOKALISASI
1. Tusukan jarum
2. Sentuhan panas
(suhu 60-70oC C)
3. Pencab. Rambut
4. Pijitan pinset
5. Penekanan tendo
6. Ischemia
B. INTENSITAS NYERI
NO RANGSANG PILIHLAH YANG LEBIH NYERI
1 Cabutan rambut cepat Perlahan-lahan
o
2 Sentuhan panas (60 C) sempit luas
o
3 Sentuhan panas (60 C) Satu detik Dua detik
4 Tusukan jarum diusap-usap disamping rangsangan dibiarkan
5 Sentuhan panas (60 oC) ditiup-tiup dibiarkan
6 Nyeri ischemik lengan Dipijat dilengan sakit dibiarkan
Pembahasan:
Kesimpulan:
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
Blok 3 Saraf & Endokrin 179
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat :
1. Mengklasifikasi gerakan tubuh dan fungsinya
2. Menjelaskan perbedaan, persamaan, dan faktor-faktor timbulnya gerakan tubuh
3. Melakukan pemeriksaan refleks (involunter) dan respon volunter yang mempunyai arti penting dalam
diagnosa adanya gangguan fungsi saraf.
B. DASAR TEORI
Gerak merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh terdiri dari gerak involunter dan volunter. Gerak
involunter adalah gerakan yang terjadi secara otomatis tanpa kendali korteks kesadaran. Gerakan involunter
tubuh berupa gerak refleks, yaitu antara lain refleks pengecilan pupil, mengejap, batuk bersin, sekresi
saliva, peristaltik dsb. Gerakan volunter adalah gerakan yang terbentuk oleh kemauan dan kesadaran
penuh. Sebagai contoh gerakan volunter adalah menulis, membaca, bermain bola, dsb. Gerak ritmis adalah
gerakan yang berulang. Gerak ritmis involunter contohnya denyut jantung dan pernafasan. Gerak ritmis
pada organ somatik merupakan paduan gerak volunter dan involunter. Gerak ritmis dimulai dan diakhiri
secara volunter, akan tetapi selama proses gerakan terjadi secara involunter, meskipun seseorang dapat
mengatur dan merasakan semua gerakan ritmis tersebut jika menginginkan. Contoh gerakan ritmis adalah
mengunyah, berjalan, garuk-garuk.
Pusat saraf mengendalikan gerakan dalam 3 tingkat, yaitu medulla spinalis, batang otak, dan area
motorik korteks serebri. Di tingkat medulla spinalis, hasil pengindraan berbagai reseptor seperti
kumparan otot (muscle spindle), tendon golgi, dan propioseptor berintegrasi untuk enghasilkan gerakan
paling sederhana sebagai respon reflex spinal. Refleks sederhana saraf kranialis berpusat di batang otak.
Batang otak mendapat sinyal dari serebellum untuk bersama-sama mengendalikan postur/sikap tubuh,
keseimbangan, koordinasi gerakan mata-tangan. Pengendalian gerakan tertinggi dilaksanakan oleh korteks
motoris yang mendapat masukan dari serebellum, ganglia basalis, dan berbagai pusat disekitar thalamus
(system limbik) dalam merencanakan, memulai, dan merencanakan gerakan.
Refleks dapat terjadi baik pada organ somatic maupun visceral. Refleks pada organ somatic akhirnya
akan disadari, sebab sebagian impuls akan sampai pada pusat kesadaran. Sedangkan refleks pada organ
viscera tidak pernah disadari karena impuls tidak sampai pusat kesadaran.
Refleks somatic spinal, rangsangan adekuat pada reseptor akan menimbulkan impuls yang disalurkan
melalui neuron aferen menuju ke cornu posterior medulla spinalis, selanjutnya impuls ditransmisikan
melalui sinaps ke neuron eferen keluar dari medulla melalui cornu ventral menuju efektor (otot). Impuls
dari neuron aferen tidak hanya ditransmisikan ke neuron eferen tetapi juga ke neuron spino-talamikus
ke thalamus, bersinaps dan ganti neuron di nucleus lateralis thalami, melalui capsula interna sampailah
impuls pada gyrus centralis posterior (pusat kesadaran), sehingga gerakan refleks dapat diketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari, refleks merupakan mekanisme dasar untuk mempertahankan diri dari
bahaya lingkungan luar dan mempertahankan kondisi homeostatis dari berbagai rangsangan perubahan
internal maupun eksternal yang mengenai tubuh. Rangsang nyeri menimbulkan refleks penarikan
(withdrawal refleks). Regangan otot menimbulkan kontraksi secara refleks mendasari mekanisme refleks
regang otot.
Pemeriksaan refleks memiliki fungsi dan aspek klinis untuk penegakan diagnosa kelainan saraf.
Pemeriksaan refleks sangat mendukung penentuan adanya gangguan saraf pada lengkung refleks, medulla
spinalis atau otak .
Secara sederhana evaluasi respon refleks dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu arefleks, hiporefleks,
normorefleks, dan hiperrefleks. Adanya lesi pada serabut aferen, eferen (lower motor neuron), atau
gangguan pada otot akan mengakibatkan hiporefleks sampai arefleks organ bersangkutan. Kerusakan pada
upper motor neuron disusunan saraf pusat akan menimbulkan respon hiperrefleks pada pemeriksaan
refleks yang berpusat dibawah dari lokasi kerusakan. Hiperrefleks ini terjadi karena tidak ada impuls yang
berasal dari otak untuk menginhibisi/mengontrol gerakan otot.
refleks positif bila terjadiekstensi artikulatio genu. Ligamentum patellae yang diketuk akan meregangkan
m. quadrisep femoris. Rangsang tegang ini diterima reseptor rengang pada otot tersebut dan impuls
disalurkan oleh n. Femoralis, sentrum di L II, III, IV dan sampai efektornya juga m. quadrisep femoris.
5. Refleks Achiles : Ketuk tendo achili, positif jika terjadi plantar fleksi dari tapak kaki akibat kontraksi
Trisep surae. Sentrum pada S I, II.
6. Refleks Bisep(sentrum C5.6)
a. Lengan kanan naracoba diluruskan secara pasif dan diletakan diatas meja/tangan penguji. Naracoba
mengalihkan perhatian ke sekeliling.
b. Penguji memukul tendo m. biseps brschii dengan martil refleks.
c. Positif bila lengan bawah mengadakan fleksi (m. biseps brachii berkonstraksi).
7. Refleks Triseps (C7.8)
a. Lengan kiri mencoba dibengkokan secara pasif. Alihkan perhatian naracoba.
b. Penguji memukul tendo m. triseps brachii dengan martil refleks.
c. Refleks positif jika terjadi ekstensi lengan bawah sejenak.
8. Refleks Penarikan (withdrawal Rafleks) adalah reflex polisinaptik yang terjadi karena rangsang nyeri.
Rangsang nyeri dapat berupa benda runcing, sentuhan panas, tekanan tendo atau ujung jari. Refleks
ini merupakan respon menghindar dari bahaya/kerusakan jaringan berlebihan.
F. GERAKAN VOLUNTER
Gerakan volunter adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot somatis yang dikendalikan
oleh sistem saraf somatik dengan melibatkan korteks kesadaran secara panuh. Adanya gerakan volunter
ini memungkinkan manusia melakukan berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Gerakan volunter
pada hewan berfungsi untuk mempertahankan kehidupan dan regenerasi. Gerakan volunter pada manusia
tidak sekedar untuk mempertahankan kehidupan dan regenerasi, tapi memiliki fungsi luhur untuk makna
kehidupan dan mengemban amanah yang akan dipertanggung-jawabkan pada kehidupan akherat kelak.
Meskipun gerrakan volunter dikendalikan oleh pusat kesadaran, tapi gerakan volunter disokong oleh
gerak involunter dalam hal koordinasi dan keseimbangan, sehingga terbentuk gerakan sesuai tujuan
yang halus, indah, dan aman. Pada saat orang berjalan, secara sadar orang tersebut mengangkat dan
menurunkan kaki secara bergantian, tetapi orang tersebut tidak pernah berfikir bagaimana sikap dan
182 Buku Petunjuk Praktikum
keseimbangan tubuh agar berjalan nornal (indah) dan aman. Kemampuan manusia mengatur sikap dan
keseimbangan dipengaruhi oleh berbagai refleks pengatur sikap.
Gerakan volunter sebelumnya dipelajari hingga mahir melakukannya. Pada tahap kemahiran tertentu
gerak volunter dapat dilaksanakan tanpa perhatian penuh. Gerak volunter terjadi atas rangsangan sewaktu,
atau memori yang muncul menjadi kemauan. Memori motorik terbentuk melalui latihan yang merupakan
pembentukan program gabungan berbagai gerakan dasar yang dikendalikan oleh korteks serebri. Setiap
kali seseorang bergerak, masukan sensorik serta berbagai refleks akan menyempurnakan gerakan tersebut.
Memori (ingatan) dibagi menjadi ingatan sesaat, ingatan jangka pendek (10 menit-kurang dari 24 jam),
Ingatan jangka menengah (beberapa hari-kurang 1 bulan), ingatan jangka panjang (lebih dari 1 bulan
hingga bertahun-tahun).
Aktivitas motorik dipengaruhi oleh intensitas penerimaan rangsang, kedalaman kesan, ingatan, daya
imajinasi, nilai-nilai sesuai agama dan budaya setempat dsb. Oleh karena itu, respon satu orang sering
berbeda dengan orang lain.
Berbagai gangguan fungsi saraf dan spikologis menyebabkan timbulnya gerakan involunter abnormal.
Berbagai gerakan involunter abnormal antara lain tremor, ataksia, korea, tik, etetosis, diskinesia,
hemibalisme, dsb.
H. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Periksa refleks pupil, kornea, regang otot, penarikan, refleks tromner Hoffman dan Babinski
2. Lakukan tes memori dengan digit simbol. Beberapa probandus menghafalkan angka 1 sampai sepuluh
dan simbolnya selama 5 menit. Setelah 10 menit, probandus diuji dengan 5 soal terdiri deretan 5
simbol secara acak yang harus ditransfer menjadi angka . Hitung jumlah benar
3. Ingatan jangka lama diuji dengan menanyakan peristiwa masa lampau
4. Untuk melihat respon volunteer, panggillah nama beberapa probandus , amati dan cata respon yang
dilakukan.
5. Ingat dan catatlah respon apa sajakah yang dilakukan orang-orang muslim disekitar anda saat
mendengar panggilan sholat (adzan)
6. Bahaslah mengapa terjadi banyak perbedaan pada gerakan volunteer, sedangkan respon reflex selalu
sama.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W.F. 2003 Review of Medical Physiologi. Ed, a Lange Medical Book,
2. USA.
3. Sherwood, L., 2004, Human Physiology from cells to System, Thomson Learning Inc. Brooks/Cole.
4. Sidartha P. 2001 . Pemeriksaan Klinik Umum, PT Dian Rakyat.
5. Corolla R. Harly, J P. , Noback, C R. 1990. Human Anatomy and Physiologi. Mc. Graw Hill Publising
Company. USA.
6. Ketrampilan Medik dan Pemeriksan fisik.
Blok 3 Saraf & Endokrin 183
HASIL PRAKTIKUM
GERAKAN INVOLUNTER (REFLEKS) DAN VOLUNTER DAN TES MEMORI
Nama Probandus :
Umur :
Jenis Kelamin :
Bangsa :
Tingi Badan :
Berat Badan :
Pembahasan
Kesimpulan
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
184 Buku Petunjuk Praktikum
1. TEST SEREBELUM
I. Tujuan Praktikum:
Setelah Praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan berbagai fungsi serebelum cara menyelidiki
ada/tidaknya gejala-gejala kerusakan fungsi serebelum.
II. Dasar Teori :
Kerusakan organik maupun fungsional dari serebelum biasanya akan menampakkan suatu
gejala-gejala yang bisa diamati sebelum atau sesudah dilakukan suatu test tertentu. Gejala-gejala
yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun letak anatomis dari kerusakan yang terjadi.
ataupun respirasi. Tidak adanya koordinasi dari beberapa persendian kita kenal dengan istilah
disartri. Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang disebut ataxia,
yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi karena adanya gangguan kecepatan,
luas, kekuatan serta arah dari gerakan.
b. Fungsi keseimbangan dan orientasi ruangan
Seseorang untuk mengetahui posisinya dalam suatu ruang atau keseimbangan tubuh, maka impuls
dari propioseptor yang terdetak pada persendian, otot dan lain-lain serta serebelum harus baik.
Gangguan dimana seseorang bdak mengenal posisinya dalam suatu ruangan, kita kenal sebagai
Astereognasi. Lintasan serabut afferen ke serebelum berasal dari informasi propiseptik dan
sensorik dari semua bagian tubuh. Selain itu serabut afferen serebelum juga berasal dari semua
daerah motorik korteks sefebri melalui nuklei pon’s. Gangguan-gangguan ini bisa ditest dengan
test Romberg atau test adiadokokinesis.
c. Fungsi penghambat/damping
Impuls yang datang ke serebelum dari korteks motorik serebelum akan dihambat/damping.
Gangguan fungsi penghambat ini terlihat pada ketidakmampuannya mengerem/menghentikan
gerakan dengan cepat pada test Rebound atau Past Pointing tes dimana penderita selalu
overshoot. Overshoot ialah bila seseorang mau menunjuk titik tertentu selalu melebihi apa yang
dituju. Ketidakmampuan untuk menilai jarak ini disebut juga sebagai disartri. Ciri khas lain pada
kerusakan serebelum ialah adanya intensi tremor, yaitu tremor yang terjadi sewaktu bergerak
secara volunter. Sebaliknya tremor akan hilang bila penderita itu diam. Jadi berbeda dengan
tremor diam dari Parkinsonisme.
Daftar Pustaka
1. Faller, A & Schunke, M, 2004 The Human Body, An introduction to structure and function, Thieme
–Stuttgart- New York, ebook.
2. Ganong, W.F., 1991, Review of Medical Physiology, ed X., Lange Medical Publication, California.
3. Guyton, Arthur C., M.D.., 1991, Texbook of Medecine Physiology, ed VIII, W.B. Sounders Company,
Philadelphia.
Blok 3 Saraf & Endokrin 187
TES CEREBELLUM
Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
Nama Probandus :
Umur :
Jenis Kelamin :
Bangsa :
Tingi Badan :
Berat Badan :
Pembahasan
Kesimpulan
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
188 Buku Petunjuk Praktikum
2. TES KESADARAN
I. Tujuan Praktikum:
Setelah praktikum mahasiswa dapat menjelaskan dasar teori pemeriksaan saraf pusat untuk fungsi
kesadaran dan mental
Pemeriksaan Kesadaran
Salah satu pemeriksaan neurologik adalah penilaian status mental yang meliputi tingkat kesadaran,
bicara, orientasi, pengetahuan kejadian-kejadian terakhir, pertimbangan, abstraksi, kosakata, respon
emosional, daya ingat, berhitung, pengenalan benda, dan praktis (integrasi aktivitas motorik). Dalam klinik
dikenal tingkat-tingkat kesadaran : kompos mentis, inkompos mentis (apati, delir, somnolen, sopor, koma).
Kompos mentis : Keadaan waspada dan terjaga pada seseorang yang bereaksi sepenuhnya dan adekuat
terhadap rangsang visuil, auditorik dan sensorik. Apati : sikap acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila
ditanya. Delir : kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motorik seperti desorientasi, iritatif,
salah persepsi terhadap rangsang sensorik, sering timbul ilusi dan halusinasi. Somnolen : penderita mudah
dibangunkan, dapat lereaksi secara motorik atau verbal yang layak tetapi setelah memberikan respons, ia
terlena kembali bila rangsangan dihentikan. Sopor (stupor) : penderita hanya dapat dibangunkan dalam
waktu singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulang-ulang. Koma : tidak ada sama sekali jawaban
terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun hebatnya.
Munculnya suatu pikiran atau persepsi hampir selalu melibatkan sinyal-sinyal yang menjalar secara
bersamaan di dalam sebagian besar korteks serebri, talamus, sistem limbik, dan formatio retikularis batang
otak. Pikiran sederhana seperti nyeri tergantung pusat-pusat yang lebih rendah yaitu talamus, hipotalamus,
Blok 3 Saraf & Endokrin 189
mesensefalon.. Pikiran yang lebih kompleks. Melibatkan korteks visual, auditori, dan sensori. Jaras dari
korteks visual, auditori, dan sensori akan menuju area Werniche yang merupakan area interpretasi umum
dan diubah menjadi informasi bahasa. Jika area Werniche rusak, penderita tak mampu menyusun kata-
kata menjadi suatu pikiran yang logis dan memahami gagasan bahasa tulisan/isyarat yang disampaikan.
Interpretasi:
Nilai tingkat kesadaran secara umum dapat dijumlahkan dari ketiga aspek respon mata, bicara, dan motorik.
Untuk keperluan klinik tertentu nilai masing-masing aspek ditulis sendiri-sendiri. Contoh cara penulisan
GCS 9 = E2V4M3 pada jam 07.35. Secara umum, klasifikasi koma adalah sebagai berikut:
1. koma berat, GCS kurang dari 8
2. koma sedang, GCS antara 9-12,
3. koma ringan, GCS lebih atau sama 13
190 Buku Petunjuk Praktikum
Daftar Pustaka
1. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2001, Texbook of Medical Physiology, 10 th Ed., H.I.E. Saunders, USA
2. Campbell, WW, DeJong’s The Neurologic Examination
Blok 3 Saraf & Endokrin 191
TES KESADARAN
Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
Pembahasan
Kesimpulan
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
192 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 193
Blok 4
KARDIOVASKULER RESPIRASI
& HEMATOLOGI
194 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 195
PRAKTIKUM ANATOMI
196 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 197
A. PENDAHULUAN
Anatomi sering diartikan sebagai ilmu urai tubuh oleh karena mempelajari bentuk dan susunan tubuh
manusia sampai pada bagian terkecil. Tubuh manusia merupakan kesatuan dari beberapa sistem antara
lain :
- Sistem kulit ( Integumentum )
- Sistem otot dan tulang ( Systema musculosceletale )
- Sistem syaraf ( Systema nervosum )
- Sistem pencernaan ( Systema digestoria / gastrointestinale )
- Sistem peredaran darah ( Systema cardiovasculare )
- Sistem pernafasan ( Systema respiratoria )
- Sistem perkemihan ( Systema urinaria )
- Sistem reproduksi ( Systema genitalia )
Sistem-sistem tersebut diatas tersusun oleh organ-organ penyusunnya yang berkerja saling mempengaruhi
satu dengan lainnya.
Praktikum anatomi bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi bentuk dan susunan manusia secara
terperinci. Dengan pengetahuan ini praktikan (mahasiswa yang mengikuti praktikum) diharapkan dapat
memahami susunan tubuh secara keseluruhan sebagai satu kesatuan fungsional.
Praktikum anatomi bagi mahasiswa pendidikan dokter pada blok 4 ini meliputi :
1. Anatomi cor dan vasa
2. Tractus respiratorius dan pulmo
3. Dinding thorax dan mediastinum
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti mata praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami anatomi viscera
thoraxis dengan baik.
B. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi struktur anatomi
jantung dengan baik.
C. Skenario
Seorang pengacara, umur 50 th mengeluh nyeri dada kiri yang dijalarkan sampai bahu dan lengan
kiri. Keluhan dirasakan ketika dia sedang membela kliennya di persidangan. Nyeri berkurang setelah
dia minum obat yang diberi dokter beberapa waktu yang lalu. Oleh dokter yang memeriksa dikatakan
bahwa dia menderita penyakit jantung koroner.
Pertanyaan minimal :
1. Jelaskan tentang struktur anatomi jantung ( lengkapilah dengan gambar)!
2. Bagaimana vascularisasi jantung?
3. Jelaskan tentang inervasi jantung dan systema conductorium ! Bagaimana hubungan antara
inervasi jantung dan systema conductorium ?
4. Pada penyakit jantung koroner , kelainan apa yang terjadi pada jantung?
5. Mengapa timbul nyeri dada yang dijalarkan sampai bahu dan lengan kiri?
6. Mengapa keluhan timbul pada saat persidangan? Hal- hal apa lagi yang bisa memicu serangan ?
Mengapa demikian?
D. Petunjuk Identifikasi
1. Permukaan Luar / Facies Externa
Jantung berbentuk konus, dengan basis didorsokranial dan apex di ventokaudal kiri. Dibasis cordis
muncul 2 arteri besar yaitu aorta ( di kanan ) dan truncus pulmonalis ( di kiri ).
a. Bangunan yang tampak dari ventral ( facies sternocostalis )
- Aorta ascendens, melanjutkan diri menjadi arcus aorta.
- Truncus pulmonalis, bercabang dua yaitu a. pulmonalis dextra dan a. pulmonalis sinistra.
Antara arcus aorta dan truncus pulmanalis dihubungkan oleh ligamentum arteriosum
Botalli.
- V. cava superior, terletak didorsolateral kanan aorta.
- Atrium dextra dan atrium sinistra.
- Auricula dextra dan auricula sinistra.
- Ventriculus dexter dan ventriculus sinister.
- Sulcus interventricularis anterior, memisahkan ventriculus dexter dan sinister.
- Incisura apixis cordis, takikan diapex cordis yang dibentuk oleh sulcus interventricularis
anterior.
- Sulcus coronarius, terdapat diantara atrium dan ventriculus.
- Apex cordis. Pukulan pada dinding dada dari denyutan apex cordis disebut ictus cordis.
b. Bangunan yang tampak dari dorsal ( facies diafragmatica dan facies pulmonalis)
200 Buku Petunjuk Praktikum
Bangunan lain :
- Mm .pectinati di dinding dalam auricula.
- trigoni fibrosi
- tendo infundibuli.
4. Vascularisasi Jantung
a. Systema arteri
Jantung mendapat darah dari :
- a. coronaria cordis dextra, arteri ini keluar dari sinus aortae dextra berjalan di sulcus
coronarius ke kanan dorsal kemudian di sulcus interventricularis posterior dan berakhir
sebagai r. interventricularis posterior.
- a. coronaria cordis sinistra, arteri ini keluar dari sinus aortae sinistra berjalan di sulcus
coronarius ke kiri dorsal , disini mempercabangkan r. circumflexus, kemudian berjalan di
sulcus interventricularis anterior dan berakhir sebagai r. interventricularis anterior.
Cabang - cabang aa. Coronaria merupakan cabang terminal, sehingga bila arteri tersebut
mengecil atau tersumbat daerah otot jantung yang disuplainya tidak mendapat darah dari
arteri yang lain sehingga timbul infark myocardium.
b. Systema vena
Vena - vena dari jantung akan bermuara ke atrium dextrum secara langsung ( yaitu vv. Cordis
minimae ) atau melalui sinus coronarii. Vena - vena yang bermuara di sinus coronarii adalah :
- V. cordis magna, terdapat di sulcus interventricularis anterior berjalan bersama dengan r.
interventricularis anterior a. coronaria cordis sinistra.
- V. cordis parva, berada di sulcus coronarius.
- V. cordis media, berada di sulcus interventricularis posterior berjalan bersama dengan r.
interventricularis posterior a. coronaria cordis dextra , bermuara di v. cordis parva.
- V. posterior ventriculi sinistri, datang dari dinding dorsal ventriculus sinister.
- V. obliqua atrii sinistri, datang dari dinding atrium sinistrum.
5. Proyeksi Eksterna
a. Batas - batas jantung :
- Batas kanan atas : tepi kranial costa 3 kanan, + 2 cm linea sternalis.
- Batas kanan bawah : tepi kaudal costa 5 kanan.
- Batas kiri atas : spatium intercostale (SIC) II kiri, + 3 cm linea sternalis.
- Batas kiri bawah : SIC V kiri agal latral dari linea para sternalis.
- Batas kaudal : SIC V .
6. Aspek Klinis
a. “ Kebocoran “ jantung : insufisiensi atau stenosis katub jantung.
b. Infark myocardium.
c. Kelainan kongenital :
- foramen ovale persistens ( foramen ovale tidak menutup)
- ductus arteriosus persistens ( ductus arteriosus yang tidak menutup)
- tetralogi fallot ( kombinasi dari hypertrophi myocardium ventriculus dexter, atresia /
stenosis a. pulmonalis, dextroposisi aortae dan defect subaortal).
204 Buku Petunjuk Praktikum
A. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui susunan bangunan yang
termasuk dalam viscera thoracis
B. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. memahami dan mengidentifikasi bangunan pada apparatus respiratorius dan pulmo
2. memahami vaskularisasi dan inervasinya.
C. Skenario
Kasus :
Habis ujian akhir, Difla mahasiswa FK UMY semester 3 bermaksud mengisi waktu senggangnya dengan
merapikan buku-buku yang berserakan. Ketika sedang berbenah, tiba-tiba dia bersin - bersin dan batuk.
Nafasnya sesak dan terdengar mengi.. Sejak SMP Difla memang sering sesak nafas dan selalu membawa
obat berupa spray. Temen kostnya segera menyemprotkan obat tersebut tetapi setelah diulang 3 kali
sesak nafasnya tidak berkurang akhirnya dibawa ke UGD RS. Pada pemeriksaan terdapat retraksi /
tarikan spatium intercosta . dan pada auskultasi paru terdengar whezing dan eksperium memanjang.
Setelah mendapat suntikan keluhannya berkurang. Dokter menjelaskan bahwa Difla menderita asma
bronkhiale yaitu terjadinya penyempitan bronkhiolus akibat menghirup debu rumah.
Pertanyaan :
1. Jelaskan percabangan trachea beserta struktur anatomi dan histologinya!
2. Jelaskan hubungan antara penyempitan bronkhiolus dan retraksi spatium intercosta, terdengarnya
mengi, whezing dan experium memanjang!
3. Jelaskan proyeksi eksterna pulmo agar bisa melakukan pemeriksaan pulmo dengan tepat!
4. Pada kasus diatas hirupan debu rumah akan memacu saraf otonom sehingga diberikan obat yang
melawan pacuan saraf tersebut . Jelaskan tentang inervasi pulmo !
D. Petunjuk Identifikasi
Apparatus respiratorius pada thorax terdiri atas :
1. trachea
2. bronchus
3. bronchiolus ------------------
4. bronchiolus respiratorius
5. ductus alveolus terdapat di dalam pulmo
6. sacculus alveolus
7. alveolus ------------------------
TRACHEA – BRONCHUS
- mulai dari VC 6 sampai VT 5/6
- dindingnya mengandung tunica cartilaginea (16-20 cartilago hyalin) berbentuk tapal kuda yang
menutupi dinding ventral dan lateral
- bercabang menjadi 2 bronchus primarius pada bifurcatio trachea setinggi VT 4-5
- percabangan bronchus : bronchus primarius (bronchus principalis) – bronchus secundus (bronchus
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 205
Vaskularisasi :
- Trachea : cabang dari a. thyroidea superior, a. thyroidea inferior, a. thoracica interna
- Bronchus : 3-5 aa. bronchiales (biasanya 2 cabang sebelah sinister dan 1 cabang sebelah dexter)
(cabang dari aortae descendens)
Aliran vena :
- trachea ke v. thyroidea inferior
- bronchus ke v. bronchiales
Inervasi :
- n. vagus
- n. laryngeus reccurens
PULMO
Proyeksi pulmo pada dinding ventral thorax :
- puncak apex pulmo terletak setinggi collum costa pertama,
- margo inferior pulmo dexter : dari tempat perlekatan costa ke-5 kanan pada sternum ke lateral kaudal
samapi costa ke-7 pada linea axillaris media,
- margo inferior pulmo sinister : dari tempat perlekatan costa ke-4 kiri pada sternum ke lateral kaudal
sampai costa ke-7 kiri pada linea axillaris media,
- fissura horisontalis pulmo dexter terletak mulai linea axillaris media sepanjang costa ke-4 kanan sampai
perlekatannya pada sternum,
- fissura obliqua pulmo dexter mulai dari linea axillaris media di costa ke-4 kanan ke kaudal medial
mencapai margo inferior pada spatium intercostale (s.i.c) ke-5 kanan,
- fissura horisontalis pulmo sinsiter : mulai dari linea axillaris media di costa ke-4 kiri ke kaudal medial
mencapai margo inferior di lateral perlekatan cartilago costalis ke-6 pada costa ke-6,
- hilus pulmonis
- lig. Pulmonalis
Pulmo dexter :
- terdiri atas 3 lobus : lobus superior, lobus medius dan lobus inferior
- bangunan pada facies mediastinalis :
impressio cardiaca
sulcus v. cava superioris
sulcus a. subclaviae
sulcus v. azygos
sulcus oesophagus
- bangunan pada hilus pulmonis sebelah dorsal dari kranial ke kaudal :
bronchus eparterialis
bronchus hyparterialis yang I
bronchus hyparterialis yang II
- di sebelah kaudal ventral dari bronchus eparterialis
cabang r. dexter a. pulmonalis
cabang arteria lainnya
- sebelah kaudal dari cabang r. dexter a. pulmonalis dan brochus hyparterialis II
3 venae pulmonales
Pulmo sinister :
- terdiri atas 2 lobus : lobus superior dan inferior
- bangunan pada facies mediastinalis :
impressio cardiaca
sulcus arcus aortae
sulcus aortae descendentis
- bangunan pada hilus pulmonis di sebelah ventral kranial :
2 cabang r. sinister a. pulmonalis
2 bronchus hyparteriales (di sebelah kaudodorsalnya)
venae pulmonales (sebelah ventrokaudal bronchi)
Vaskularisasi :
- a.v. pulmonalis (r. dexter dan r. sinister) respirasi
- a.v. bronchialis nutrisi jaringan
Aliran limpha :
- dari bronchi lnn. pulmonales lnn. bronchiales (lnn. bronchiopulmonalis) pada hilus pulmonalis
lnn. tracheobronchiales (di kaudal dan lateral bifurcatio trachea) lnn trachelaes
Inervasi pulmo dan pleura visceralis :
- plexus pulmonalis anterior (cabang dari plexus cardiaci)
- plexus pulmonalis posterior (dari rr. bronchiales posterior n. vagus dan rr. mediastinales dari ganglia
paravertebrale T1-5)
- bersifat : parasimpatis efferen, visceralis afferen dan simpatis efferen
PLEURA
- merupakan pembungkus pulmo yang terdiri atas 2 lapisan :
1. pleura visceralis – melapisi tiap pulmo dari luar
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 207
APLIKASI KLINIS
- Pada bronkhitis menimbulkan suara ronkhi basah kasar pada auskultasi pulmo
- Pada asma bronkhial akan menimbulkan suara wheezing,
- Pada Odem pulmo, biasanya akibat gagal jantung, menimbulkan suara pulmo basah basal
- Corpus alienum (benda asing) yang masuk sampai trachea selanjutnya ke bronchus akan menuju ke
bronchus sebelah mana ? mengapa ?
208 Buku Petunjuk Praktikum
A. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui susunan bangunan yang membentuk dinding thorax dan bangunan
pada mediastinum
B. Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami susunan bangunan skeletal, musculi, fascia, vasa dan nervi yang terdapat
pada dinding thorax.dan bangunan mediastinum
C. Skenario
Seorang laki-laki, 15 tahun, pagi itu bangun kesiangan padahal ada ulangan di sekolahnya. Dia bergegas
mempersiapkan diri dan segera berangkat. Jarak ± 100 m dari sekolahnya, ban motornya bocor.
Motornya ditinggal di bengkel sementara Salman melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan berlari.
Sampai di halaman sekolah nafanya terengah-engah dan keringatnya bercucuran.
Pertanyaan :
1. Jelaskan tentang otot-otot bantu pernapasan termasuk perlekatan, fungsi dan inervasinya!
2. Setelah berlari mengapa Salman terengah-engah?
3. Pada orang yang sesak napas, selain otot dada otot apa saja yang berfungsi untuk membantu
pernapasan?
D. Petunjuk Identifikasi
ANATOMI PERMUKAAN
- clavicula
- procesus acromialis
- sternum
- fossa suprasternalis
- processus xyphoideus
- margo costalis
- glandulae mammae
- areola mammae
- papilla mammae
- processus spinosus VC VII
- margo medial scapulae
- spina scapulae
- angulus inferior scapulae
BANGUNAN SKELETAL
- vertebrae thoracalis
- costa
- sternum
FASCIA
- fascia pectoralis superficialis
- fascia superficialis dorsi
- endothoracis
MUSCULI
Di sebelah anterior :
- m. pectoralis mayor
- m. pectoralis minor
- m. serratus anterior
- m. intercostalis interni
- m. transversus thoracis ( sternocostalis )
Di sebelah posterior :
- m. trapezius
- m. supraspinatus
- m. infraspinatus
- m. teres minor
- m. teres major
- m. rhomboideus major
- m. rhomboideus minor
- m. latissimus dorsi
- m. serratus posterior superior
- m. serratus posterior inferior
- m. longissimus thoracis
- m. iliocostalis thoracis
- m. intercostalis externi
- m. subcostalis
ARTERIA
aortae thoracalis ( lanjutan dari arcus aortae)
aa. intercostalis 1-2 (cabang a. intercostalis suprema dari truncus costocervicalis)
aa. intercostalis 3-12 (cabang aortae thoracalis)
Tiap a. intercostalis setinggi collum costa mempercabangkan :
- r. posterior , bercabang lagi menjadi:
- r. spinalis foramen intervertebrale canalis vertebralis
- r. muscularis
- r. cutaneus lateralis
- r. cutaneus medialis
ALIRAN VENAE
- v. intercostalis dextra 1-3 v. intercostalis suprema dextra v. azygos
- v. intercostalis dextra 4-12 v. azygos
- v. intercostalis sinistra 1-2 v. intercostalis suprema sinistra v. hemyazygos accessoria
- v. intercostalis sinistra 3-6 v. hemyazygos accessoria
- v. intercostalis sinistra 7-12 v. hemyazygos
- vv. cutanea pectoralis v. mammarii interna
v. epigastrica superior
v. thoracoepigastrica
v. subclavia
V. azygos : terletak di kanan corpora vertebra thoracalis dan merupakan lanjutan v. lumbalis
ascendens. Bermuara ke v. cava superior setinggi VTh.IV
V. hemiazygos : terletak di kiri corpora vertebra thoaracalis . Setinggi V.Th 6 membelok ke kanan bermuara
ke v. azygos.
Setinggi VTh. 9 dan 10 terdapat hubungan antara v. azygos dan v. hemiazygos.
ALIRAN LYMPHA
- dinding ventral dan lateral thorax nll. pectorales (kaudal tepi lateral m. pectoralis minor)
- daerah tepi lateral sternum, pleura costalis, spatia intercostalis nll. parasternales/ thoracici interni
(sepanjang a. mammarii interna)
- bangunan sepanjang vasa darah intercostales nll. intercostales (sic. bagian dorsal, lateral dari
columna vertebralis) ductus thoracicus
- dinding dorsal thorax nll. subscapulares (sepanjang a. subscapularis) nll. apicales
- diafragma nll. diafragmatici
- kelompok ventral (di dorsal procesus xyphoideus dan pada hubungan costa ke-7 dengan cartilago
costa ke-7) nll. parasternales
- kelompok lateral (lateral n. phrenicus) nll. mediastinales posteriores
- kelompok dorsal (dorsal crura medialis pars lumbalis nll. mediastinales posteriores dan nll.
aortici
- nll. parasternales angulus venosus, ductus thoracicus, ductus lymphaticus dexter,
- nll. pectorales nll. apicales dan nll. centrales (nll. axillares) truncus subclavius ductus
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 211
lymphaticus dexter (kanan) dan ductus thoracicus (sinister) angulus venosus (tempat pertemuan v.
subclavia dan v. jugularis interna)
INERVASI
Nn. thoracalis (MS segmen thoracales) :
Cabang-cabangnya :
- r. meningeus melalui foramen vaertebrale ke canalis vertebralis
- r. posterior/dorsalis, cabangnya : r. lateralis dan r. medialis. Masing – masing bercabang menjadi rr.
Muscularis dan rr. Cutaneus.
- r. anterior/ventralis (n. intercostalis) (berjalan mengikuti a. intercostalis
cabangnya) :
- rr. musculares mm. intercostales, m. subcostalis, m. levator costalis, m. serratus poterior, m.
transversus thoracis
- r. sensibilitas – r. cutaneus anterior, menjadi r. lateralis dan r. medialis
- r. cutaneus lateralis, menjadi r. anterior dan r. posterior
- r. anterior n. cutaneus lateralis n. intercostalis 4-6 : menjadi rr. mammarii laterales
- r. lateralis n. cutaneus anterior n. intercostalis 2-4 : menjadi rr. mammarii mediales
MEDIASTINUM
Mediastinum adalah bangunan-bangunan yang terletak di sebelah medial kedua pulmo.
Pembagian mediastinum bermacam-macam, dalam buku ini berdasar letaknya terhadap cor :
1. Mediastinum supracardiale (sebelah ventral cor)
Aorta ascendens :
- mulai dari ventrikel dexter setinggi perlekatan costae III pada sternum (corpus VT 5) pergi ke
kranial sampai mempercabangkan a. anonyma setinggi perlekatan costae I pada sternum (corpus
VT 3), melanjutkan diri sebagai arcus aortae.
Arcus aortae :
- pergi ke kiri dorsal sampai setingi VT 4
- cabang-cabangnya :
- a. anonyma (truncus brachiocephalicus), bercabang menjadi a. subclavia dextra dan a. carotis
commmunis dextra
- a. carotis communis sinistra
- a. subclavia sinistra
Truncus pulmonalis (a. pulmonalis)
mulai setinggi perlekatan costae III pada sternum, kiri linea mediana, pergi ke kranial dorsal dan
bercabang menjadi r. dexter (a. pulmonalis dexter) dan r. sinister (a. pulmonalis sinister)
- a. pulmonalis dexter : pergi ke kanan, kaudal arcus aortae, ventral bronchus primarius dexter
- a. pulmonalis sinister : pergi ke kiri, ventral bronchus primarius sinister
- antara permulaan r. sinister dan arcus aortae terbentang lig. arteriosum Botalli
Vena cava superior :
- dibentuk oleh v. anonyma (brachiocephalica) dextra dan sinistra
- mulai setinggi perlekatan costae I pada sternum di sebelah kanan linea mediana ke kaudal
- bermuara ke dalam atrium dexter setinggi perlekatan costae III pada sternum sebelah kanan linea
mediana
Nervus vagus dexter :
- membentuk plexus vagalis posterior pada dinding posterior oesophagus
- cabang-cabangnya : n. reccurens dexter (di sebelah ventral a. subclavia dexter), r. cardiacus
superior dexter, r. cardiacus inferior dexter, n. cardiacus thoracalis dexter
212 Buku Petunjuk Praktikum
N. vagus sinister :
- membentuk plexus vagalis anterior pada dinding anterior oesophagus
- cabang-cabangnya : n. reccurens sinister (melingkungi arcus aortae), r. cardiacus superior sinister,
r. cardiacus inferior sinister, n. cardiacus thoracalis sinister
N. phrenicus dexter :
- berjalan ke kaudal bersama a. pericardiophrenica, di sebelah lateral v. cava superior dan v. anonyma
dexter
- mencapai diafragma pada foramen vena cavae
N. phrenicus sinister :
- berjalan di sebelah lateral ventral arcus aortae dan mencapai diafragma pada sebelah dorsolateral
apex cordis
- kedua nn. phrenici memberi cabang afferen ke pleura mediastinalis dan pericardium (rr.
pericardiaci)
Glomus aorticum :
- terdapat di dalam jaringan ikat antara arcus aortae dan a. pulmonalis
- merupakan cabang afferen dari arcus aortae rr. carcdiaci n. vagi
- sebagai khemoreseptor dengan rangsangan berupa kenaikan kadar CO2 dan kenaikan kadar asam
laktat dalam darah.
Thymus
- merupakan jaringan limphoepithelial pembuat limphocyt
- terletak di sebelah ventral trachea, aortae ascendens, arcus aortae dan cabang-cabangnya
- tumbuh selama 2-3 tahun setelah lahir, setelah pubertas mengalami involusi dan jaringannya
diganti jaringan lemak,
- thymus neonatus terdiri atas lobus dexter dan sinister
2. Mediastinum retrocardiale
Trachea :
- bifurcatio trachea setinggi VT 4, bercabang menjadi bronchus primarius dexter dan sinister
Oesophagus :
- oesophagus pars thoracalis menembus diafragma melalui hiatus oesophagus setinggi VT 10
- angustia superior, angustia media, angustia inferior
Aortae descendens (aortae thoracalis)
- mulai dari sebelah kiri corpus VT 4, menembus diafragma melalui hiatus aorticus setinggi VT 12
- cabang-cabangnya : a. intercostalis ke 3-12, 3-5 aa. bronchiales, 3-5 aa. oesophagealis, rr.
pericardiaci, aa. phrenicae superiores
Ductus thoracicus
- masuk ke cavum thorax melalui hiatus aorticus, berjalan di sebelah dorsal oesophagus, dan
bermuara ke angulus venosus sinister (pertemuan v. jugularis interna sinister dan v. subclavia
sinister)
V. azygos
- masuk cavum thorax melalui celah antara crus medius dan crus intermedius pars lumbalis
diafragma sebelah dexter
- berjalan di sebelah dextra corpus VT, setinggi VT 3 ke ventral dan bermuara ke v. cava superior
- kepadanya bermuara : v. hemyazygos, v. intercostalis dextra 4-12, v. intercostalis suprema dextra
(muara dari a. intercostalis dextra 1-3), v.oesophagea, v. bronchialis posteriores
V. hemiazygos
- masuk cavum thoracis melalui celah antara crus medius dan intermedius pars lumbalis disfragma
sebelah kiri
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 213
- berjalan ke kranial di sebelah kiri corpora VT, dan setinggi VT 6 ke kanan bermuara ke v. azygos
- setinggi VT 9 ada anastomose antara v. hemiazygos dan v. azygos
- kedalamnya bermuara : v. intercostalis sinistra 6-12, v. hemiazygos accessoria, v. intercostalis
suprema sinistra, vv. oesophagea
APLIKASI KLINIS
- penyebaran carcinoma mammae melalui aliran lympha
- tempat pemeriksaan ictus cordis (pukulan kontraksi cor pada dinding thorax) pada linea mid-clavicularis
setinggi s.i.c IV-V.
- Tempat pemeriksaan bronchus primarius pulmo dan pulmo
214 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 215
PRAKTIKUM HISTOLOGI
216 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 217
I. SISTEM KARDIOVASKULER
System kardiovaskuler merupakan sub system dari system sirkulatori. Sistem kardiovaskuler tersusun
oleh komponen-komponen jantung (cor), arteri, kapiler dan vena. Sistem kardiovaskuler sering disebut
sebagai sistem vaskuler darah. Sistem vaskuler darah ini berfungsi untuk menyebarkan oksigen, bahan
nutrisi, antibody dan hormon ke seluruh jaringan tubuh serta mengumpulkan karbon dioksida dan produk
limbah metabolik lain untuk dikeluarkan melalui organ ekskretoris. Histogenesis sistem kardiovaskuler
berasal dari mesoderm.
PERICARDIUM
Ini merupakan bungkus cor, terdiri atas 2 lembaran yang membatasi cavitas pericardialis, berisi cairan,
yang memungkinkan jantung berkontraksi baik tanpa terganggu oleh bungkusnya.
218 Buku Petunjuk Praktikum
c. fasciculus atrioventricularis: berkas ini berupa: truncus: berasal dari nodus atrioventricularis
yang terdapat pada trigonum fibrosum. Sampai pars membranacea berkas pokok ini bercabang
menjadi 2 :
- crus dextrum di bawah endocardium pada ventriculus dexter, di belakang pars mem-
branacea.
- crus sinistrum: di bawah endocardium pada ventriculus sinister, di bagian atas septum
interventriculare.
Pada 1/3 bagian atas dan tengah, berkas bercabang ke muka dan belakang.
B. VASA SANGUINEA
Pembuluh darah dibagi berdasarkan atas jenis dan ukuran, sebagai berikut:
1. Vas (haemo) capillaris atau pembuluh (darah) kapiler
* dengan mikroskop optik, dinding tersusun oleh :
endothelium: endotheliocytus pipih memanjang, sesuai sumbu panjang pembuluh; nucleus
juga pipih dengan nucleolus.
membrana basalis :
- anyaman serabut kolagen dan retikuler.
- fibroblastocytus, macrophagocytus stabilis dan pericytus di permukaan luar.
* dengan mikroskop elektron ternyata dapat dibedakan 3 jenis kapiler :
a. vas capillaris nonfenestratum atau kapiler berdinding utuh.
- endothelium utuh; sel saling berhubungan secara zonula occludens.
- vesicula pinocytotica tampak dalam cytoplasma; membrana cellularis sering melekuk ke
arah dalam, seperti gelembung.
- distribusi pada otot, otak nervus peripherialis, kelenjar eksokrin.
b. vas capillaris fenestratum/visceralis atau kapiler berdinding berlubang-lubang.
- endothelium tidak utuh, terputus-putus oleh lubang (porus) selebar 800-1000
- terdapat di glomerulus renalis, kelenjar endokrin, lamina propria di intestinum.
c. vas cavillare sinusoideum: kapiler dengan pelebaran
- endothelium fenestratum
- membrana basalis tidak selalu ada: membrana basalis non-continua.
Pada hepar : endotheliocytus diganti dengan macrophagocytus stellatus (sel Kupffer).
Pada lobulus hepatis dinding kapiler ini terdiri atas:
- endothelium fenestratum
- membrana basalis non-continua
pada adenohypophysis, insula pancreatica, cortex glandulae edrenalis :
- endothelium fenestratum,
- membrana basalis continua.
Fungsi: tempat pengambilan nutrisi, hormon, metabolit secara pinocytosis atau melalui
sistem porus. Pada ujung arteria kapiler dinamakan vas capillaris arteriale. Pada
ujung vena kapiler dinamakan vas capillaris venosum.
220 Buku Petunjuk Praktikum
2. Arteria
Dalam arti luas, arteria dapat diartikan sebagi pembuluh darah yang mengalirkan darah dari cor menuju
ke jaringan atau organ. Ada 2 jenis pembuluh yang termasuk ke dalam golongan ini, yaitu arteri dan
arteriola.
a. Arteria
Struktur umum dinding arteria :
- tunica intima: tersusun oleh :
* endothelium.
* stratum subendotheliale dengan fibroblastocytus, serabut kolagen dan elastik.
* membrana elastica interna: tersusun oleh serabut elastik; pada arteria lebih besar lapisan
ini kurang teratur.
- tunica media: terdiri atas otot polos; di sela-sela otot ada fibroblastus dan serabut kolagen,
elastik, retikuler. Dalam tunica media ada juga membrana elastica externa.
- tunica externa (adventitia): jaringan ikat longgar. Sesuai dengan sifat khas bagian dinding
arteria, yang dapat menunjang peranan arteria, maka dibedakan 3 macam arteria :
* arteria myotypica: dengan ciri khas: otot polos pada tunica media mencolok, melingkar
tunica externa tebal, sering lebih tebal dibandingkan dengan tunica media.
* arteria elastotypica dengan ciri khas :
- membrana elastica interna sukar dibedakan dari tunica media.
- tunica externa relatif tipis. Pada arteria besar membrana elastica bersifat fenestrata.
* arteria mixotypica merupakan bentuk peralihan antara arteria myotypica dan arteria
elastotypica.
Ciri : tunica media mengandung banyak berkas otot polos, sehingga membrana elastica
terputus-putus.
Fungsi: Arteria berfungsi memberikan darah dari cor kepada jaringan secara berdenyut
(vasokonstriksi dan vasodilatasi).
b. Arteriola
Arteriola mempunyai diameter kurang dari 400 mikron.
Struktur: dinding arteriola terdiri atas lapisan-lapisan :
- tunica interna atau tunica intima :
* dilapisi endothelium.
* serabut elastik membentuk rete elasticum, menggelombang.
- tunica media: tersusun oleh otot polos, yang makin besar arteriola, makin bertambah banyak.
- tunica externa atau tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan fibroblastocytus, serabut
kolagen dan elastik.
Fungsi :
- mengatur distribusi darah ke anyaman kapiler.
- mempertahankan tekanan darah dalam sistem arteri. Arteriola precapillaris atau metar-
teriola dan akhirnya menjadi vas capillaris arteriale. Pangkal arteriola precapillaris di-
lengkapi dengan sphincter Precapillaris. Dalam organ arteriola membentuk anyaman:
rete arteriolare.
3. Vena
Secara umum vena dapat diartikan sebagai pembuluh yang membawa darah dari jaringan kembali ke
arah cor. Termasuk ke dalam golongan pembuluh ini adalah vena dan venula.
a. Vena
Struktur umum dinding vena :
- tunica interna (intima): tersusun oleh :
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 221
* endothelium
* stratum subendotheliale: tersusun oleh serabut kolagen dan serabut elastik, yang
membentuk rete elasticum.
- tunica media: dibandingkan dengan arteria, ini relatif lebih tipis.
- tunica externa (adventitia): lebih tebal daripada tunica media:
* otot polos antara tunica media dan tunica externa.
* Jaringan ikat longgar: serabut kolagen dan elastik.
Berdasar sifat khas dinding vena, maka dikenal 2 jenis vena :
* vena myotypica : diameter 2-9 mm. Tunica media cukup tebal.
* vena fibrotypica dengan ciri khas:
- tunica media sangat tipis
- tunica externamerupakan lapisan tertebal, berupa jaringan ikat, berisi fibroblastocytus,
otot polos, serabut kolagen dan elastik. Vena dalam jaringan membentuk anyaman:
rete venosum, yang menerima venula.
b. Venula: dinding venula pada pokoknya serupa dinding vena, hanya tipis:
- tunica interna (intima) dilapisi endothelium.
- tunica media; terutama tersusun oleh otot polos di sana-sini dan serabut elastik.
- tunica externa (adventitia): jaringan ikat longgar.
Dikenal :
1. venula post cavillaris sebagai lanjutan vas capillare venosum, berukuran terkecil. Endothelium
diperkuat oleh stratum subendotheliale, dengan fibroblastocytus dan serabut kolagen tipis.
2. venula colligens mengumpulkan venula post capillaris. Diameter lebih dari 40 mikron. Unsur
polos di tunica media makin banyak. Makin besar diameter, otot polos makin banyak diperkuat
oleh serabut elastik. Terjadi venula muscularis.
VALVULA
Vena dengan diameter melebihi 2 mm.
Dilengkapi dengan katup atau valvula, terutama di daerah tungkai dan kaki, untuk mencegah darah
mengalir kembali menjauhi cor. Valvula tersusun oleh :
- endothelium: melapisi kedua-dua sisi.
- stratum subendotheliale :
serabut elastik yang datang dari dinding vena membentuk anyaman rete elasticum.
- terdiri atas sepasang bagian dengan tepi bebas mengarah ke cor.
Ruang pada pangkal valvula dan dibatasi oleh dinding vena di atas valvula dinamakan Plexus
venosus.
* segmentum venosum: terdiri atas unsur venula dengan lumen lebih lebar dan menerima
segmentum arteriale.
Tempat : telapak kaki dan tangan di bawah kuku; di telinga.
Fungsi : mengatur aliran darah dan suhu di tempat tersebut.
5. Glomera
Ini adalah reseptor kimia yang dapat mengubah konsentrasi oksigen, carbondioksid dan hidrogen di
dalam darah (lihat sistem syaraf Dikenal :
a. glomus caroticum: pada percabangan a. carotis communis.
b. glomus aorticum: antara pangkal a. subclavia dan a. carotis.
Struktur : - endothelium
- sel parenchyma, epitheloid berhubungan dengan endotheliocytus.
Ada dua jenis sel:
* endocrinocytus granularis: granula dalam cytoplasma mengandung catecholamin, 5-hydroxy-
tryptamin.
* epithelioidocytus sustentans menyokong sel tersebut tadi.
6. Vasa Vasorum
Ini adalah pembuluh-pembuluh darah kecil di dalam dinding arteri dan vena besar yang memiliki
diameter melebihi 1 mm.
Distribusi: pada arteri pembuluh ini hanya mencapai lapisan luar tunica media, sedangkan tunica
intima masih dapat mendapat nutrisi dari darah yang ada dalam rongga arteria.
Pada vena pembuluh beranyaman lebih banyak dan mencapai tunika intima, sebab darah yang mengalir
dalam rongga vena relatif sudah kekurangan oksigen dan nutrisi dibandingkan dengan keadaan di
arteria.
Fungsi : vasa vasorum memberi nutrisi (termasuk oksigen) kepada dinding arteri dan vena. Dalam per-
jalanan vasa vasorum dari luar arteria dan vena, vasa vasorum didampingi nervi vasorum; pada waktu
meninggalkan arteria dan vena, pembuluh didampingi pula vasa lymphatica vasorum.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 223
PETUNJUK PRAKTIKUM
AORTA
Sediaan : SCV-2a; H E dan SCV-2b; Hematoksilin-orcein-Anilin biru
Perhatikan : dinding aorta tersusun oleh
- tunica intima tersusun oleh :
* endotheliocytus berbentuk polihedral
* stratum subendotheliale mengandung serabut elastik
* membrana elastica interna kurang jelas
- tunica media tersusun oleh membrana elastica fenestrata, berlapis-lapis, diselingi oleh
* otot polos tersebar
* membrana elastica externa yang tidak jelas
- tunica externa jaringan ikat tipis, dengan serabut kolagen tersusun secara spiral dan membujur.
CATATAN : perhatikan perbedaan kedua jenis teknik pewarnaan dalam hal membedakan struktur lapisan
masing-masing.
COR
Sediaan : SCV-3; H E
Perhatikan : Lapisan dinding Cor dari arah lumen keluar
- Endocardium tersusun oleh
* endothelium
* stratum subendotheliale
224 Buku Petunjuk Praktikum
VALVULA ATRIOVENTRICULARIS
Sediaan : SCV-4; H E
Perhatikan Dinding ATRIUM :
Endocardium dindingnya lebih tebal daripada. yang terdapat di ventriculus sedangkan Myocardium
dindingnya lebih tipis daripada yang terdapat di ventriculus VALVULA:
- Endocardium melapisi kedua sisi (sisi arah atrium dan ventriculus). Pada permukaan yang menghadap
ke atrium, endocardium lebih tebal dibandingkan dengan permukaan yang menghadap ke arah
ventriculus.
- Poros terdiri atas jaringan ikat kolagen padat dengan serabut elastik.
- Annulus fibrosus merupakan lanjutan jaringan ikat pada poros di pangkal valvula.
Sistem limfatika atau juga sering disebut sistem imun tersusun oleh organ limfoid dan sel-sel yang
tersebar di seluruh tubuh. Sistem limfatika bertanggung jawab melindungi tubuh terhadap gangguan
atau perusakan oleh mikro-organisme dan substansi asing. Sel khusus sistem ini mengenal zat “asing”
(non-self) dan yang tidak asing (“self”), serta dapat menginaktifkan atau menghancurkan agen-agen
yang “non-self” tadi. Dalam tubuh dikenal 2 tipe respons imun tubuh yaitu imunitas seluler dan imunitas
humoral. Imunitas seluler terutama diperankan oleh limfosit T yang akan membuat limfokin, bereaksi dan
membunuh mikro-organisme, sel asing (sel tumor/sel transplan) dan sel terinfeksi virus. Imunitas humoral
terutama diperankan limfosit B yang menghasilkan antibodi, kemudian akan menginaktivasikan antigen
asing tersebut.
Organ limfoid tersusun oleh sel epitel, dan serabut retikuler yang di antaranya dipenuhi oleh limfosit
dan sel yang berperan dalam proses respon imun tubuh. Kumpulan struktur tersebut membentuk organ
limfoid besar seperti thymus, lien clan limfonodi. Kumpulan lebih kecil disebut noduli lymphatici biasanya
bergerombol dijumpai pada sistem pencernaan seperti tonsil, Plaques Peyer, dan appendix, sistem
pernafasan dan sistem urinarius. Organ limfoid tersebar di seluruh jaringan tubuh sehingga sangat efisien
dalam mempertahankan diri atau menjaga tubuh dari substansi asing.
Organ limfoid dapat dibedakan menjadi 2, yaitu organ limfoid sentral dan organ limfoid perifer. Organ
limfoid sentral adalah thymus dan sumsum tulang, dimana limfosit T dan B berasal. Lymphocytus bermigrasi
dari organ tersebut ke organ limfoid perifer (limpa (lien), nodus limfatikus, noduli solitarii, tonsil, appendix
dan Plaques Peyer.
Antigen-Presenting cells (APC) ditemukan di semua jaringan limfoid Mereka mampu memproses antigen
dan mempresentasikan kepada limfosit sehingga mengaktivasi limfosit. APC merupakan populasi heterogen
yang termasuk ke dalam sistem mononuklear fagosit seperti makrofag, sel Langerhans, sel dendritic organ
limfoid, limfosit B.
ORGANA LYMPHATICA
A. Nodus lymphaticus
Organ ini berbentuk seperti biji kacang dan dibungkus oleh kapsula. Organ ini tersebar di seluruh
tubuh sepanjang vasa lymphatica, di daerah ketiak, lipat paha, leher, dada dan perut, terutama pada
mesenterium.
1. Capsula merupakan selubung terdiri atas jaringan ikat fibrus padat, mengandung banyak berkas
kolagen dan elastis.
Di sini ada 2 macam pembuluh limfa, yaitu :
- vas lymphaticum afferens : memasuki nodus di bagian konveks.
- vas lymphaticum efferens: meninggalkan nodus pada bagian konkaf.
Di bagian konkaf ini, yang disebut hilum masuk dan keluar juga pembuluh darah dan syaraf Dinding
pembuluh limfa dilengkapi otot polos. Trabecula dipercabangkan oleh capsula, masuk ke dalam nodus,
mengandung banyak berkas kolagen dan membagi nodus tidak tuntas.
2. Cortex: bagian luar nodus, terpisah dari capsula oleh rongga bernama sinus capsularis.
Cortex tersusun oleh :
a. nodulus lymphaticus: bundar sebagai kumpulan padat lymphocyti. Pada nodulus bagian pusat
letak sel kurang berpadatan. Pusat ini disebut centrum germinale; di sini lymphocytus B mengalami
proliferasi/diferensiasi menjadi plasmocytus atau sel plasma. Daerah tepi nodulus dengan
lymphocyti yang berpadatan dinamakan corona.
b. Zona thymodependens atau Paracortex, tersusun oleh lymphocyti yang tidak berpadatan. Daerah
ini merupakan tempat lymphocytus T dan tempat lymphocytus darah berpindah ke dalam aliran
limfa.
3. Medulla merupakan pusat nodus lymphaticum, terpulas lebih pucat, terdiri atas :
- Chorda medullaris, tersusun oleh :
jaringan lymphoid.
plasmocytus.
macrophagocytus.
- sinus medullaris sebagai rongga.
4. Stroma :
Berupa jaringan ikat retikuler, terdiri atas 2 komponen, yaitu :
- komponen sel :
reticulocytus.
macrophagocytus stabilis.
sel bebas: lymphocytus dan plasmocytus.
- substantia intercellularis: mengandung berkas kolagen dan retikuler.
5. Sinus lymphaticus :
Rongga berbentuk kurang teratur.
Susunan dinding :
- dua macam sel :
* reticulocytus.
* macrophagocytus stabilis.
- serabut retikuler.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 227
Rongga ini menampung cairan limfa dari vas lymphaticum afferens di bawah capsula sebagai sinus
subcapsularis. Dari sini limfa ditampung oleh sinus corticalis Perinodularis sepanjang trabecula,
kemudian oleh sinus medullaris di medulla dan akhirnya dikumpulkan oleh vas lymphaticum efferens
meninggalkan nodus di hilum. Di dalam dinding usus terdapat pula nodulus lymphaticus yang
bergerombol-gerombol membentuk lempeng PEYER.
Fungsi nodus lymphaticus :
- Tempat penyaringan benda-benda asing seperti partikel, bakteri, virus, sel tumor.
- Cairan limfa difiltrasi paling tidak oleh satu nodus sebelum, kembali ke sirkulasi.
- Tempat penambahan lymphocytus melalui cortex, pada venula post capillair.
- Tempat pemasukan lymphocytus B.
- Sebagai komponen sistem pertahanan tubuh yang dilakukan secara :
* seluler oleh lymphocytus T.
* humoral oleh lymphocytus B.
Histogenesis : Nodus lymphaticus berasal dari saccus lymphaticus embrionalis.
B. LIEN (LIMPA)
Merupakan organ lymphatica terbesar di dalam tubuh.
Lien tidak mempunyai vas lymphaticum afferens dan sinus limphaticus.
Struktur lien:
1. tunica serosa membungkus lien berupa epitelium pipih selapis, sebagai-bagian mesotelium (berasal
dari peritoneum).
2. Capsula atau tunica fibrosa berupa jaringan ikat fibrus padat, berisi :
banyak berkas kolagen.
sedikit otot polos.
berkas elastis di bagian dalam.
Capsula mempercabangkan trabecula, yang masuk membawa :
* lebih banyak berkas elastis.
* otot polos.
* berkas kolagen yang berhubungan dengan berkas retikuler berasal dari pulpa.
3. pulpa, dikenal 2 jenis :
a. Pulpa alba yang tersusun oleh :
- nodulus lymphaticus dengan a. centralis yang ada di tepi nodulus lymphaticus (lymphonodulus).
Sel limfoid yang menyelubungi a. centralis terutama limfosit T dan membentuk periarterial
lymphatic sheats. Nodulus lympaticus tersusun oleh limfosit B.
- zona marginalis : daerah tepi, di luar lymphonodulus, kurang padat. Terdapat banyak makro-
fag.
b. Pulpa rubra yang tersusun oleh :
- chorda splenica, yang terdiri dari 2 komponen :
serabut retikuler dan kolagen, yang berhubungan dengan serabut pulpa.
lymphocyte, macrophagocytus, plasmocytus, sel darah.
- sinus venularis, suatu venula postcapillaris yang menghubungkan capillarum terminale dengan
vena pulpa rubra.
Dinding sinus venularis tersusun oleh :
endothelium, membatasi rongga; sel fusiform, inti bulat, sentral.
serabut elastis dan serabut pulpa yang merupakan berkas dan dinamakan fibra
reticularis anularis.
228 Buku Petunjuk Praktikum
Vascularisasi :
- a. lienalis masuk melalui hilum menjadi a. trabecularis (tipe: otot).
Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteria meninggalkan trabecula menjadi a. lymphonoduli, dulu:
(a. centralis).
Pada arteria ini, tunica adventitia diganti oleh jaringan limfatik yang menyelubunginya sebagai vagina
periarterialis lymphatica atau periarterial lymphatic-sheat (PALS), di dalam pulpa alba. Arteria ini
bercabang-cabang.
Setelah mencapai diameter 40-50 mm, a. lymphonoduli meninggalkan pulpa alba, memasuki pulpa
rubra, bercabang-cabang menjadi kecil, lurus.
Bangunan terakhir ini dinamakan pula arteriosus penicillaris, terdiri atas :
* arteria penicillaris: bagian terpanjang; tunica media terdiri atas sel otot polos selapis, serabut
elastis dan jaringan limfatik.
* arteriola ellipsoidea (vaginata): endothelium diselubungi serabut reticuler, reticulocytus dan
macrophagocytus.
* vas capillarum terminale: ini melanjutkan dari sebagian sinus venularis. Sinus venosus dibatasi oleh
serabut retikuler khusus dengan fixed macrophag (bukan endothelium). Sinus venosus bersatu
membentuk vas pulparis yang dibatasi oleh endothelium. Sebagai kapiler yang merupakan ujung
akhir sistem arteria, maka dinding pembuluh dilapisi endothel selapis.
- vena pulpa. rubra menerima darah dari sinus venularis, masuk ke dalam pulpa rubra.
Dinding vena terdiri atas endothelium, diperkuat oleh stroma pulpa rubra. Vena pulpa rubra bercabang
membentuk vena trabecularis dengan dinding yang berupa endothelium, diperkuat oleh jaringan ikat
trabecula.
Lien berfungsi :
- menyaring benda asing dari darah.
- menghancurkan erithrocytus tua, sel darah yang rusak atau cacat, dan thrombocytus.
- sebagai tempat penimbunan erythrocytus; dan Fe.
- sebagai salah satu komponen penting dari sistem reticuloendothelialis
Histogenesis :
Lien berasal dari sel-sel mesenchymal, dorsal dari mesogastrium.
Kedudukan dalam Klinik: walaupun lien merupakan alat penting, namun splenectomi (pengangkatan lien
dari tubuh) tidak banyak mempengaruhi individu, sebab tugas lien dapat diambil alih oleh medulla osseum,
hepar atau-nodus lymphaticus.
C. THYMUS
Organ yang terletak di sebelah cranial terhadap sternum dalam rongga dada berbeda dengan nodus
lymphaticus karena tidak memiliki pembuluh limfa yang masuk maupun ke luar. Pada kehidupan fetus
dan selama 2 tahun pertama kehidupan postnatal, thymus berukuran terbesar. Sejak usia 2 tahun sampai
pubertas alat makin mengecil. Sesudah pubertas alat mengalami involutio.
1. Capsula: jaringan ikat fibrus, membungkus thymus dan membagi thymus menjadi lobulus. Tiap lobulus
tersusun atas cortex dan medulla.
2. Cortex: berada di daerah tepi, dihuni oleh :
a. lymphocyti berpadatan, dinamakan thymocytus, ada dua jenis :
- thymocytus magnus : besar, di tepi.
- thymocytus parvus : kecil, di pusat.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 229
Involutio :
Proses ini mulai dengan penurunan populasi lymphocytus di cortex. Sel epitel mulai tertekan dan diganti
oleh sel lemak, terutama di daerah spatium interlobulare. Medulla mengalami atrofi setelah pubertas.
Akhirnya corpusculum thymicum ikut diganti.
Histogenesis :
Thymus berasal dari saccus pharingealis III dan IV.
Pengaruh Hormon :
- ACTH dan hormon seks wanita dan pria dapat mempercepat involutio.
- somatotropin (STH) merangsang perkembangan thymus.
D. TONSIL
Dapat berkapsula seperti organ limfatik lain dan memiliki aliran darah sendiri seperti pada tonsil, yang
dijumpai pada pharynx. Tonsil yang lain yaitu tonsilla palatina lanjutan dari pharyngeal yang berbentuk cincin
tidak lengkap pada pintu masuk kerangkanya. Tonsilla palatina dan tonsilla lingualis di tutup epithelium
stratificatum squamosum sedangkan tonsilla pharyngealis epithelium pseudocomplex columnare bercilia
dengan goblet sel. Pada orang dewasa, tonsil pharyngealis ditutup epithelium stratificatum squamosum.
Tonsilla palatina dan tonsilla lingualis dilengkapi banyak crypta, di sekeliling crypta banyak dijumpai
lymphonoduli.
Epithelium pembatas tonsil banyak diinfiltrasi limfosit sel plasma dan leucocytus polymorphonuclear.
Struktur : Alat ini tersusun oleh kumpulan noduli lymphatici.
1. Capsula: jaringan ikat fibrus padat yang berperan :
- membungkus tonsilla palatina.
- perintang penyebaran radang tonsilla palatina.
2. Epithelium stratificatum squamosum: permukaan alat.
Di beberapa tempat epithel membuat lekukan : crypta tonsillaris yang sering ditimbuni bakteri,
lymphocytus, sel epitel, dan sebagainya.
Crypta dapat bercabang sebagai :
- crypta tonsillaris primaria.
- crypta tonsillaris secundaria.
PLASMA LYMPHATICA
Cairan ini merupakan ultrafiltrasi plasma darah yang menembus dinding kapiler ke sela jaringan, mengan-
dung air, elektrolit dan protein.
230 Buku Petunjuk Praktikum
PETUNJUK PRAKTIKUM
NODUS LYMPHATICUS
Sediaan : SL-1; HE
Perhatikan :
a. capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
- serabut-serabut kolagen.
- vasa lymphatica afferentia
b. hilum : serabut kolagen tampak lebih tebal.
c. cortex : ciri khas ialah noduli lymphatici yang berderet-deret. Di pusat noduli ada centrum. germinale
d. trabeculae: berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli lymphatici
dan medulla.
e. medulla
f. sinus lymphaticus. Ada berbagai jenis :
- sinus lymphaticus capsularis (marginalis) bawah capsula
- sinus corticalis
- sinus medullaris
THYMUS
Sediaan: SL-3; HE
Perhatikan :
a. capsula : lanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus thymi dan septum
interlobulare yang membatasi lobuli.
b. cortex : penuh dengan lymphocytus thymicus atau thymus 1 berpadatan, kebiru-biruan.
c. medulla :
- berwarna lebih pucat.
- lymphocytus lebih sedikit.
- corpusculum thymicum. mengandung:
* sel epitel. teratur konsentris.
* cellula gigantica : sel raksasa.
Perhatikan :
a. capsula : membentuk septum internodulare ke arah pusat.
b. epithelium squamosum stratificatum :
- melapisi permukaan bebas.
- banyak mengalami infiltrasi oleh lymphocytus.
- berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.
c. noduli lymphatici: bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris
232 Buku Petunjuk Praktikum
Alat pernafasan merupakan suatu sistem yang menurut tugasnya dapat dibagi menjadi 2 komponen
pokok, yaitu : pars conductoria dan pars respiratoria.
Pars conductoria bertugas memasak udara pernafasan dari luar tubuh ke komponen yang mampu
meneruskan oksigen kepada aliran darah untuk diedarkan ke jaringan tubuh dan mengeluarkan karbon
dioksida yang diperoleh dari aliran darah. Pars conductoria terdiri atas : cavitas nasi, nasopharynx, larynx,
trachea, bronchus, bronchiolus, dan bronchiolus terminalis.
Pars respiratoria bertugas menyelenggarakan pertukaran gas pernafasan dengan aliran darah. Pars
respiratoria terdiri atas : bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, alveoli, atrium dan sacculus alveolaris.
Peralihan antara 2 komponen ini berupa bronchiolus respiratorius.
PARS CONDUCTORIA
A. CAVITAS NASI
Rongga hidung terdiri atas :
1. vestibulum nasi :
- epithelium :
stratificatum squamosum noncornificatum.
- lamina propria :
textus connectivus fibrosus compactus, loose connective tissue, kelenjar bersifat mucous.
- rambut dan kelenjar :
perintang pertama bagi partikel yang masuk.
2. regio respiratoria
- epithelium :
pseudostratificatum ciliatum. (sel piala banyak)
- lamina propria : textus connectivus fibrosus, menempel pada periosteum.
- sifat khas :
o glandula seromucosa menjaga kelembaban rongga hidung.
o sel epitel yang banyak bersinggungan dengan udara pernapasan bentuknya lebih tinggi dan
sel piala lebih banyak.
o cilia menggerakkan sekret glandula seromucosa sepanjang permukaan tunica ke arah
nasopharynx.
o concha nasalis berbentuk kulit kerang. Lamina propria banyak mengandung plexus venosus
yang bertugas menghangatkan udara pernafasan. Pada influenza, alergi, plexus ini dapat
membengkak dan menghambat aliran udara pernafasan. Penderita secara salah faham sering
mengeluh tentang adanya “polip”.
3. regio olfactoria
B. SINUS PARANASALIS
Berupa ruang-ruang dalam os frontale, os sphenoidale, os maxillare, os ethmoidale yang berisi udara.
Dinding dilapisi tunica mucosa : epithelium pseudostratificatum ciliatum. Sel piala menghasilkan lendir
yang dicurahkan ke dalam cavitas nasi.
C. NASOPHARYNX
Tunica mucosa ditandai dengan :
- epithelium pseudostratificatum.
- epithelium stratificatum squamosum: di bagian yang melapisi palatum molle.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 233
D. LARYNX
Tunica mucosa :
- epithelium :
* stratificatum squamosum noncornificatum di epiglottis :
permukaan ventral dan sebagian permukaan dorsal. plica vocalis.
* pseudostratificatum ciliatum di bagian lain.
Cilia bergerak ke arah mulut.
- lamina propria : banyak serabut elastis dan kelenjar seromucosa kecil-kecil.
- ke arah lumen membentuk 2 pasang lipatan :
* Plica vocalis spuria : lamina propria, longgar, banyak kelenjar.
* plica vocalis vera : sepasang pita dari jaringan ikat elastis yang dapat bergetar, diatur kontraksi
otot. Tela submucosa tidak ada.
Cartilago :
- hyalina : cartilago thyroidea, cartilago cricoidea dan sebagian besar cartilago arythenoidea.
- elastica : cartilago yang lain.
Cartilago saling dihubungkan oleh jaringan ikat fibroelastis, sehingga lumen larynx tidak akan
menutup.
E. TRACHEA
Tunica mucosa :
a. epithelium pseudostratificatum ciliatum. Cellula ciliata pada trachea paling banyak, dilengkapi
dengan :
mitochondria di puncak sel : produksi tenaga penggerak cilia.
microvilli sedikit
dan pendek.Di antara cellula
ciliata ada :
cellula peniciliata di bagian basal, tak mencapai permukaan.
cellula caliciformis.
b. membrana basalis : tempat sel epitel bersandar.
c. lamina fibrarum elasticarum :
ialah lamina propria yang longgar penuh serabut elastik.
Dalam lamina propria ini khas dijumpai
* glandula trachealis :
bersifat mucosa. Sekret bersama sekret sel piala dicurahkan ke dalam lumen trachea, mem-
bentuk lapisan dinding dalam, sebagai perintang bagi debu yang masuk ke lumen.
* noduli lymphatici :
sebagai sistem pertahanan tubuh.
- Tunica fibromusculocartilaginea :
Cartilago berbentuk C berderet-deret menjaga lumen tidak menutup.
Cartilago hyalina, ujung bebas menghadap ke belakang saling dihubungkan oleh
* musculus trachealis : otot polos.
* ligamenta annularia.
- Tunica adventitia : di sebelah luar sebagai jaringan ikat longgar.
F. BRONCHUS
Tunica mucosa :
- epithelium simplex columnare ciliatur
- lamina fibrarum elasticum sebagai lamina propria
234 Buku Petunjuk Praktikum
Tunica musculocartilaginea :
- musculus spiralis : otot polos tersusun seperti spiral.
- cartilago bronchialis sebagai potongan kecil, terbungkus jaringan ikat yang kaya serabut elastik.
Bersifat hyalina.
- glandula bronchialis: seromucosa.
Tunica adventitia :
banyak noduli lymphatici, yang meluas pula ke tunica mucosa, terbanyak pada bifurcatio tracheae.
G. BRONCHIOLUS
Bagian ini sudah terdapat dalam lobulus pulmonaris dengan sifat-sifat :
- penampang 1 mm atau kurang; tanpa cartilago, kelenjar, nodi lymphatici.
- tunica mucosa: epithelium simplex columnare ciliatum, makin ke ujung distal makin menjadi
kuboid, tanpa cilia atau dengan cilia.
PARS RESPIRATORIA
A. BRONCHIOLUS RESPIRATORIUS
Tiap-tiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi 2 atau lebih bronchiolus respiratorius yang
berperan sebagai daerah peralihan dari pars conductoria menjadi pars respiratoria sistem respirasi.
Bronchiolus respiratorius dilapisi oleh epithelium simplex cuboideum ciliatum pada tepi lubang-lubang
alveolaris, kemudian dilanjutkan dengan epitel pembatas alveoli, epithelium simplex squamosum.
B. DUCTUS ALVEOLARIS
Dinding :
a. pada penampang membujur tidak merata, sebab di sana-sini dijumpai alveoli.
b. pada bronchiolus respiratorius masih epithelium simplex cuboideum, kemudian beralih ke
epithelium simplex squamosum.
c. fibrae elasticae dan fibrae collagenosae melanjutkan diri ke dinding alveoli. lapisan otot polos
terakhir dijumpai di ductus alveolaris.
C. ALVEOLI
Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantong dari bronchiolus respiratorius dengan diameter
200 mikron. Umumnya tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan disebut septa
interalveolaris. Struktur dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi antara lingkungan
eksterna dan interna.
Saccus Alveolaris
Alveolus pulmonaris merupakan lekukan bentuk kantong pada bronchus respiratorius, ductus
alveolaris, dan saccus alveolaris.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 235
Bangunan ini merupakan ujung terminal pars respiratoria dan menyebabkan jaringan pulmo menye-
rupai busa.
Septum interalveolare: merupakan dinding pemisah dua alveoli berdampingan. Diperkuat oleh anyam-
an fibra reticularis dan fibra elastica.
Sel-sel penyusun septum interalveolare :
1. Endotheliocytus.
Dibandingkan dengan epitheliocytus sel ini lebih kecil, lebih panjang, dan lebih dekat pada erythrocytus.
Vas capillare dibatasi oleh sel ini yang tidak berlubang.
2. Epitheliocytus.
Sel-sel yang saling terpisah dengan jelas bersifat :
- agak menonjol ke dalam lumen alveoli dengan inti pipih.
- cytoplasma tipis dengan sedikit reticulum endoplasmicum granulosum.
- sel-sel pipih ini saling berhubungan dengan bantuan desmosoma.
- sel-sel ini merupakan cellula respiratoria.
3. macrophagocytus alveolaris (cellula magna)
Menggerombol pada sudut pertemuan alveoli.
Sifat-sifat :
- berbentuk bulat, selalu melekat pada membrana basalis.
- sel memiliki microvilli di permukaan sel.
- di dalam cytoplasma reticulum endoplasmicum granulosum banyak dan tampak sangat jelas.
- tanda khas : ada lembaran-lembaran konsentris, sehingga menimbulkan gambaran cytoplasma
berbuih, disebut benda multilamelar. Sel ini juga disebut cellula granularis.
- inti lebih besar dan lebih menggelembung daripada sekitarnya.
Secara struktural udara di dalam alveolus dipisahkan dari darah dalam kapiler oleh suatu sistem
dinding pemisah setebal 0,3-0,7 mikron, tersusun oleh empat komponen.
a. cytoplasma dalam endotheliocytus kapiler.
b. membrana basalis milik kapiler.
c. membrana basalis milik epitheliocytus alveoli.
d. cytoplasma dalam epitheliocytus alveoli.
Sistem pemisah inilah bertanggung jawab untuk pertukaran gas antara sistem pernafasan dan
sistem peredaran.
Phagocytus alveolaris :
Dalam dinding alveolus pulmonaris dijumpai sel-sel ini yang mampu membersihkan sistem pernafasan
dari substansi-substansi yang tidak dikehendaki secara phagocytosis.
236 Buku Petunjuk Praktikum
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. CAVUM NASI
Sediaan : SR-1; HE
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat:
a. Vestibulum nasi :
- tunica mucosa
* epithelium squamosum stratificatum non cornificatum.
* membrana basalis
* lamina propria: jaringan ikat padat
glandula sebacea
glandula sudorifera
b. Area respiratoria :
- tunica mucosa :
- epithelium pseudostratificatum ciliatum, diantaranya banyak terdapat cellula caliciformis (sel
piala)
- membrana basalis
- lamina propria:
* jaringan ikat yang mengandung banyak serabut kolagen
* leucocytus
* lymphocytus
* kumpulan jaringan lymphoid
* glandula seromucosa
- concha :
Sepanjang dinding lateral cavum nasi, permukaannya tidak teratur karena adanya 3 tonjolan tulang
yang disebut concha yang berfungsi menghangatkan udara pernafasan, banyak mengandung
plexus venosus (anyaman vena):
- concha inferior
- concha intermedium.
- concha superior
2. EPIGLOTTIS
Sediaan: SR-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat:
a. Facies lingualis: dataran yang menghadap ke arah lidah
- tunica mucosa:
* epithelium squamosum stratificatum: sel pipih berlapis
* membrana basalis
* lamina propria:
- textus connectivus areolaris : longgar
- lymphocyti tersebar
- tela submucosa :
* textus connectivus fibrosus irregularis: padat kurang teratur
* glandula seromucosa
* textus connectivus adiposus : jaringan lemak
- textus cartilagenius.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 237
3. TRACHEA
Sediaan: SR-3; H E
Perhatikan:
- tunica mucosa:
* epithelium: sel kolumner semu berlapis epithelium pseudostratificatum dengan sel piala anta-
ra sel epitel
* membrana basalis
* lamina propria: textus connectivus elasticus glandula trachealis
- tela submucosa : jaringan ikat elastis lebih padat
- tunica fibromusculocartilaginea.
Perhatikan di sini:
* ligamenta annularia
* cartilago trachealis : hyalina, berbentuk huruf C.
* m.trachealis: otot polos melekat pada ujung bebas cartilago
- tunica adventitia: jaringan ikat di sini. longgar.
4. PULMO
Sediaan: Perhatikan pada sediaan SR-4; H E
Pada sediaan ini temu tunjukkan :
a. Bronchus
tunica mucosa :
- epithelium :
sel kolumner semu berlapis dengan cilia; epithelium pseudostratificatum ciliatum
- membrana basalis
- lamina propria :
* textus connectivus elasticus
* nodus lymphaticus
tunica musculocartilaginea.
Perhatikan :
- musculus spiralis: otot polos
- cartilago bronchialis : hyalina
tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan glandula seromucosa
238 Buku Petunjuk Praktikum
c. Ductus a1veolaris:
SR-5; HE
Pada sediaan ini perhatikan:
1. ductus alveolaris:
- epithelium squamosum simplex : sel pipih selapis
- berkas-berkas elastis
- sisa-sisa m.spiralis sebagai otot polos
2. alveolus pulmonaris.
Perhatikan:
- septum interalveolare
- cellula: * respiratoria
* magna atau granularis phagocytus
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 239
PRAKTIKUM FISIOLOGI
240 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 241
I. Dasar Teori
Banyaknya udara yang keluar masuk paru dapat diukur dengan spirometer sederhana. Hasil pengukuran
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu volume paru dan kapasitas paru.
Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh factor :
- Jenis kelamin.
- Umur.
- Tingi Badan.
- Berat Badan.
Pengukuran dengan spoirometer Mera EV pada beberapa kelainan paru dapat diukur seperti kelainan
paru restruktif. Kelainan pada paru yang restruktif bila kelainan atau kerusakan terjadi pada jaringan paru,
misalnya pada pneumonia yang berat, tuberkoluse dan sebagainya. Kelainan [ada paru yang obstruktif bila
terjadi pada penyempitan dalam jalan napas misalnya : asma bronkhiale dimana terjadi penyempitan dari
bronchus, dan sebagainya.
II. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengukur “volume” dan “kapasitas” paru
seseorang.
III. Alat-Alat
1. Spirometer Hutchinson.
2. Kapas Alkohol
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Golongan :
Tgl/Bulan/Tahun Praktikum :
1. Probandus
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
2. Keadaan Lingkungan
Suhu Kamar :
Kelembaban udara :
Tekanan Udara :
3. Posisi Tubuh
4. Hasil Percobaan
a. Volume tidal : 1 …………………..ml
2 …………………..ml
3…………………...ml
b. Volume cadangan inspirasi : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
c. Kapasitas inspirasi : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
d. Kapasitas ekspirasi : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
e. Volume cadangan ekspirasi : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
f. Kapasitas vital : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
g. Kapasitas vital prediksi : 1……………………ml
2……………………ml
3……………………ml
5. Analisa dan Kesimpulan
Yogayakarta, ……………………2004
Tanda Tangan Pengawas Tanda tangan Praktikan
(……………………………) (…………………………)
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 245
Pengantar
Pengukuran kebugaran (Fitness) secara konvensional adalah dengan mengukur ambilan oksigen
maksimum, yang dinyatakan dalam satuan cc/kgBB. Untuk mengukur ambilan oksigen maksimum
tersebut, diperlukan peralatan yang canggih dan mahal. Dengan peralatan yang ada di Lab Ilmu Faal FKIK
UMY Pengukuran yang tidak langsung dapat dikerjakan meskipun dengan cara sederhana yaitu dengan
mempergunakan tabel Astrand.
Pelaksanaan
1. Probandus harus sudah menyelesaikan makan paginya 2,5 jam sebelumnya.
2. Timbangan berat badan, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik probandus. Apabila ternyata
probandus dalam keadaan tidak sehat, maka tidak diperkenankan melakukan tes ini.
3. Dilakukan pemeriksaan EKG (12 lead/hantaran), dalam keadaan istirahat. Jika ada kelainan EKG, maka
pengukuran dapat dilaksanakan sesuai kelainan tersebut.
4. Probandus duduk di atas sepeda, tinggi sadel disesuaikan dengan panjang tungkai.
5. Pasangan elektrode EKG, Elektrode merah dipasang di dada bagian atas di tengah-tengah, elektrode
hitam dipasang di pinggang sebelah kanan, dan elektrode kuning dipasang di pinggang sebelang kiri.
Yang dipergunakan adalah hantaran I EKG.
6. Metronom di pasang pada angka 100
7. Dengan beban awal, tetapkan pada angka I (300 Kpm), probandus mengayuh sepeda sesuai dengan
irama metronom selama 6 menit.
8. Setiap 6 menit apabila mampu, beban dinaikkan: bagi probandus laki-laki kenaikannya adalah 300
Kpm (300, 600, 900 Kpm dan seterusnya). Sedangkan bagi probandus perempuan kenaikannya adalah
150 Kpm (300, 450, 600, 750 Kpm dan seterusnya).
9. Kayuhan sepeda dihentikan apabila denyut jantung sudah mencapai 170 x / menit atau karena
probandus merasa lelah, pusing menjadi lemah dan lain sebagainya.
10. Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap 5 menit sekali.
11. Pengukuran denyut jantung dilakukan setiap menit dengan mempergunakan EKG.
Perhitungan :
Frekuensi denyut jantung yang dipergunakan adalah denyut jantung dua menit terakhir sebelum
kayuhan dihentikan karena sebab apapun juga.
246 Buku Petunjuk Praktikum
Contoh :
Frekuensi denyut jantung 2 menit terakhir adalah ke n = 168
n-1 = 160
Jumlah = 328, rata-rata = 32812 = 164
Beban yang dapat diatasi 900 Kgm (Lelaki).
Dilihat dari tabel Astrand, hasilnya = 2,7 L/menit atau 2.700 cc/menit. Kemudian dicocokkan dengan faktor
koreksi berdasarkan umur, misalnya umur 18 tahun, hasilnya faktor koreksi 1,10. Maka VO2 max. yang
terhitung adalah 2.700 x 1,10 cc/menit = 2.970 cc/menit.
Jika diukur tingkat kebugaran jasmaninya menurut Cooper, maka hasilnya adalah baik sekali.Menurut
Astrand, maka daya aerobik maksimumnya adalah sangat tinggi.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 247
PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
248 Buku Petunjuk Praktikum
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 249
a. Faktor pemeriksa
- Tidak kasar / sabar
- Tidak menakutkan, terutama bila penderita anak kecil
- Tidak menunjukkan sikap ragu-ragu
- Terampil dan tidak ceroboh
- Bekerja secara sistematis
- Bekerja secara aseptis, bersih
- Tidak makan / minum / merokok di laboratorium
- Hindarkan pencemaran lingkungan
- Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri
b. Persiapan penderita
- Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam keadaan puasa 12 jam.
- Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan meningkatkan volume
plasma.
- Aktivitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit dan LED.
- Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan Hb dan Hematokrit.
- Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Darah Kapiler
Anak / Bayi : Sisi kanan dan kiri bagian tumit kaki
Dewasa : Sisi kanan dan kiri 3 (tiga) ujung jari tangan
3. CARA PENGAMBILAN
a. Darah Kapiler
Sampel darah kapiler dapat dipergunakan untuk pemeriksaan :
• Hb
• Hitung sel
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 251
• Mikrohematokrit
• Golongan darah
• Parasit malaria
Cara pengambilan :
1. Massage jari tangan (telunjuk, jari tengah atau jari manis). Desinfeksi dengan alkohol 70%, biarkan
kering tanpa ditiup.
2. Lokasi penusukan ujung jari tangan sebelah kiri/kanan (lihat gambar).
Lakukan penusukan dengan lancet secara sekonyong-konyong, sedalam kurang lebih 2-3 mm
sampai darah mengalir bebas.
3. Buang tiga tetesan yang pertama
4. Mengambil sampel langsung dari jari
5. Gunakan kapas untuk menghentikan darah sesudah pengambilan sampel selesai
Catatan :
- Bila melakukan penusukan kemungkinan akan mendapatkan kesulitan, bungkus dulu ujung jari
dengan kain yang telah dicelupkan kedalam air hangat.
- Harus bekerja secara cepat agar darah tidak membeku.
- Bila penusukan lambat akan menyebabkan darah membeku sebagian dan akan menyebabkan
hasil rendah palsu.
- Bila tusukan kurang dalam dan kemudia diperas-peras, akan menyebabkan hasil rendah palsu.
- Tempat tusukan cyanotik juga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Darah Vena
Sampel darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan darah vena dapat
diperoleh bermacam-macam sampel, yaitu :
• Whole blood / darah penuh
• Plasma
• Serum
• Defibrinated blood
• Clot blood
Tempat pengambilan :
Semua vena superfisialis, biasanya vena mediana cubiti
Cara pengambilan :
1. Bendung disebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas, penderita diminta
mengepal-ngepalkan tangannya.
Gambar 3:
3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bisa dihisap dengan mudah
Gambar 5:
4. Setelah alkohol kering (tidak ditiup-tiup), kulit ditegangka, tusuk dengan jarum dengan sudut 45 dera-
jat, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum menghadap ke atas
Gambar 6:
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 253
5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap kebawah. Tusukan dilanjutkan menghadap ke
vena. Darah akan mengalir dengan sendirinya bila tusukan tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihi-
sap pelan-pelan.
Ambil darah sesuai kebutuhan.
Gambar 7:
6. Lepas torniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alkohol. Penderita diminta untuk tetap menekan
dengan kapas alkohol.
Gambar 8:
7. Lepas jarum dari spuit, tuang darah ke dalam botol penampung dengan cara mengalirkan darah lewat
dinding botol penampung. Campur perlahan-lahan dengan menggeser atau membolak-balikkan
botol.
Gambar 9 :
Catatan :
- Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.
- Khusus untuk pemeriksaan koagulasi, penusukan harus satu kali/tidak diulang-ulang.
- Alat penampung harus bersih dan kering.
- Bila akan menunda pemeriksaan, harus diberi antikoagulan.
- Pada saat menuang darah spuit ke dalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh disemprotkan (harus
dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok terlalu keras.
4. ANTIKOAGULANSIA
Karena suatu hal kadang-kadang kita tidak dapat segera melakukan pemeriksaan sehingga kita
memerlukan zat yang menyebabkan darah tidak membeku. Ada bermacam-macam cara yang dapat
dilakukan:
1. Dengan memakai antikoagulansia
2. Dengan memperoleh darah febrinasi.
3. Dengan meggunakan alat-alat yang dilapisi silikon (dengan alat ini pembekuan diperlambat).
Macam antikoagulansia :
a. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetit acid)
- Dipakai dalam betuk garam Natrium, Kalium atau Lithium
- Sedikit Toxic
- Dipakai untuk hematologi rutin
- Takaran yang diperlukan adalah 1,25 – 1,75 mg/ml darah
- Bila dosis > 2 mg/ml darah akan menyebabkan :
• Sel darah merah degenerasi
• Hematokrit menurun
• MCV menurun
• MCHC meningkat
• Trombosit false meningkat
Digunakan untuk pemeriksaan :
• Rutin
• Hematokrit
• Osmosic Fragility Test
• Golonga darah
• Hitung sel
• Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi, prothrombin time
• Dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10%.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 255
b. Heparin
- Takaran darah Dacie : 12,5 – 17,5 IU/ml darah
- Kosasih : 1,0 mg/10 ml darah
- Harga mahal
- Guna untuk pemeriksaan :
• Osmotic Fragility Test
• Hemoglobin
• Hitung sel
• Hematokrit
• Golongan darah
- Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang menggunakan cat Romanowsky.
e. Double Oxalat
- Bersifat toxic
- Digunakan dalam bentuk kering
- Dengan takaran : 2 mg/ml darah
- Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisis
- Dapat dipergunakan untuk pemeriksaan :
• Kadar Hb
• LED
• Perhitungan sel darah
• Pemeriksaan OFT
• Golongan darah
f. Natrium Fluorida
- Digunakan untuk pemeriksaan Glukosa darah
- Antikoagulan ini dapat mencegah Glukolisis
- Takaran pemakaian 10 mg/ml darah
Penyimpanan bahan
Untuk pemeriksaan hematologi sedapat mungkin tidak menunda pemeriksaan, tetapi bila terpaksa harus
menunda harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang disarankan bila darah disimpan di temperatur
ruang :
- Hemoglobin : relatif stabil
- Lekosit : 2 jam
- Eritrosit / hematokrit : 6 jam
- Sediaan apus darah tepi : 1 jam
- LED : 2 jam
- Trombosit : 1 jam
- Retikulosit : 6 jam
Pengiriman Bahan
Bila bahan pemeriksaan hemtologi harus kita kirim / rujuk ke lain tempat, maka harus diperhatikan hal-hal
dibawah ini :
- Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa bahan
- Penampungan harus benar-benar rapat, terfixir sehingga tak ada yang tumpah, tidak hemolisis karena
goncangan, tidak ada es yang tercampur.
- Harus diberi es / es kering.
- Perhatikan proses pengangkutan bila kita tidak mengirim sendiri bahan tersebut.
5. PROSES PEMERIKSAAN
Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :
- Bahan pemeriksaan
- Alat yang digunakan
- Reagensi yang dipakai, batas kadaluwarsa dan kualitasnya
- Suhu ruangan
- Stabilitas tegangan listrik
- Metode yang digunakan
- Faktor pemeriksa :
- Penguasaan teori - Terampil
- Teliti - Motivasi
2. HEMATOLOGI 1
Sampel :
- Darah kapiler
- Darah vena
Cara pemeriksaan :
* Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2
* Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung udara.
* Hapus darah yang apa pada ujung pipet.
* Tuang darah ke dalam tabung pengecer, bilas HCl bila masih ada darah dalam pipet.
* Biarkan 1 menit
* Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk.
* Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutam standard.
* Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan, baca kadar Hb pada skala yang ada
di tabung pengencer.
Catatan:
Bila menggunakan darah kapiler kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih rendah bila dipijit-
pijit pada waktu pengeluaran darah setelah selesai penusukan.
B. Sianmethemoglobin (Kolorimetri/Fotometrik)
Prinsip Pemeriksaan :
Hemoglobin oleh K3Fe(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian akan menjadi
hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN. Penambahan KH2PO4 untuk mengatur pH larutan. Penambahan
non ionic detergent bertujuan mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN yang
terjadi. Waktu perubahan hemoglobin menjadi HiCN dengan cara ini sangat cepat yaitu 3 menit.
Intensitas warna yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Stabilitas :
Tahan 3 minggu – 1 bulan
Simpan dalam botol berwarna coklat, ditempat yang sejuk.
Cara kerja :
- Spektrofotometer dinyalakan.
- Panjang gelombang 540 nm Hg
- 3 ml larutan Drabkin sebagai Blanko
- 5 ml larutan Drabkin + 20 ul darah sampel diinkubasi selama 3 - 5 menit
- Baca nilai absorbensi/serapan pada spektrofotometer
- Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standard atau
dibaca dengan kurva tera yang telah dibuat.
Sumber kesalahan :
- Stasis vena pada waktu pengambilan darah menyebabkan kadar hemoglobin lebih tinggi dari
seharusnya, sebaliknya penggunaan darah kapiler menyebabkan kontaminasi cairan jaringan yang
menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah dari seharusnya.
- Terjadinya bekuan darah .
- Spektrofotometer yang kurang baik, misalnya pengaturan panjang gelombang yang tidak tepat.
Untuk itu perlu dikalibrasi panjang gelombang. Perubahan pada spektrofotometer mengharuskan
kita untuk membuat kurva standard baru.
- Darah yang lipemik dapat menyebabkan hasil yang lebih tinggi dari seharusnya.
- Adanya lekositosis berat (> 50.000 /ul) menyebabkan hasil ukuran kadar hemoglobin lebih tinggi
dari seharusnya.
2. PEMERIKSAAN HEMATOKRIT :
Volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume). Istilah nilai hematokrit adalah presentase
volume eritrosit dalam darah yang telah dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu
dan dalam waktu tertentu. Berdasarkan atas reproduksiblitas dan sederhananya, pemeriksaan tersebut
merupakan salah satu pemeriksaan yang paling dapat dipercaya diantara parameter lainnya, yaitu kadar
Hb dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 259
Meskipun ketepatannya relatif kurang tetapi metode mikro lebih banyak dipergunakan oleh karena
waktu sentrifugasinya lebih pendek, serta spesimen yang diperiksa lebih sedikit.
Metode mikro-hematokrit
Penggunaan tabung hematokrit yang kapasitas dan diameternya lebih kecil dari tabung Wintrobe
sangat tepat untuk cara pemeriksaan rutin dalam klinik. Disamping itu tabung tersebut dapat digunakan
untuk penampungan darah kapiler secara langsung.
Pada anemia makrositik terdapat sedikit kenaikan jumlah plasma, dengan adanya sferosit pada
sferositoris, thalassemia, anemia hipokromik dan anemia sel sabit peningkatan volume plasmanya lebih
tinggi.
Prinsip pemeriksaan :
Darah EDTA atau kapiler disentrifus, sel-sel eritrositnya akan dimampatkan. Tingginya kolom eritrosit
diukur dinyatakan dalam % darah tersebut.
Alat :
1. Tabung kapiler hematokrit ukuran 75 mm, diameter 1 mm. Ada yang berisi heparin (khusus untuk
darah kapiler) dan ada yang tidak berisi antikoagulan untuk darah-antikoagulan misal darah EDTA
2. Semen untuk penutup salah satu ujung tabung hematokrit
3. Alat sentrifus khusus untuk mikrohematokrit yang berkapasitas putar 11.500-15.000 rpm.
4. Alat baca/skala mikrohematokrit
Cara kerja :
1. Isilah kira-kira 2/3 tabung kapiler dengan darah penderita
2. Tutuplah dengan semen yang tersedia pada salah satu ujungnya
3. Taruhlah tabung kapiler tersebut dalam sentrifus dengan ujung yang tertutup ke arah luar.
4. Putarlah sentrifus selama 5 menit
5. Bacalah tabung tersebut menggunakan alat baca yang tersedia.
Nilai normal :
• Pria Dewasa : 41 – 53%
• Wanita : 36 – 46%
• Anak < 6 tahun : 34 – 40%
• Neonatus : 42 – 60%
Sumber kesalahan :
1. Pengelolaan spesimen : bila menggunakan antikoagulan oksalat hasil terlalu rendah
2. Kesalahan teknis : cara menutup ujung hematokrit kurang sempurna, putaran sentrifus tidak cukup
atau setelah selesai tidak segera dibaca
260 Buku Petunjuk Praktikum
3. JUMLAH ERITROSIT
Prinsip pemeriksaan :
Untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis, darah diencerkan dalam larutan
pengencer isotonis.
Cara kerja :
1. Bilik hitung dicari dengan mikroskop dalam posisi rata, gunakan pembesaran kecil lensa obyektif 40
kali dan lensa okuler 10 kali (40 x 10). Cari 1 bidang kotak besar di tengah dengan luas 1 mm3 yaitu
bidang 5 (kotak di tengah pada gambar). Kotak tersebut terbagi menjadi 25 kotak sedang dan setiap
kotak terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Hitunglah sel-sel eritrosit yang ada dalam 5 kotak sedang (A,
B, C, D, E)
2. Dengan pipet eritrosit pipetlah darah sampai tanda 0,5 serta encerkan dengan larutan pengencer
sampai tanda 101. (Pengenceran 200x). Peganglah pipet eritrosit tersebut sedemikian rupa sehingga
kedua ujung pipet terletak di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Kocoklah selama 3 menit
supaya homogen. Atau dapat juga dengan cara 20 µl darah diencerkan ke dalam tabung reaksi ukurang
75 x 12 mm yang telah diisi 4 ml larutan pengencer, tutup dengan karet dan campur dengan cara
goyangkan sambil memutar, minimal 2 menit.
3. Pengisian bilik hitung: buanglah 4 tetes pertama dan letakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas
kaca penutup. Isikan pada bilik hitung dan biarkan selama 3 menit agar eritrosit mengendap sehingga
mudah dihitung.
Cara menghitung:
1. Pada setiap kotak, sel-sel yang menempel pada sisi kiri dan bawah ikut dihitung sedangkan yang
menempel di sisi kanan/atas tidak dihitung (lihat gambar 15). Hitunglah sel-sel tersebut pada 5 bidang
kotak sedang A, B, C, D, E (lihat gambar)
2. Perhitungan :
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 261
Nilai normal :
Laki-laki : 4,5 – 5,9 juta/mm3
Wanita : 4,0 – 5,2 juta/mm3
Sumber kesalahan :
1. Kesalahan dari spesimen
a. Bila hitung eritrosit terlalu tinggi (misal pada polisitemia), perlu pengenceran lagi, misal :
darah sampai tanda 0,2 larutan pengencer 101, pengenceran menjadi 500 kali
b. Sebaliknya bila hitung eritrosit terlalu rendah (pada anemia), maka darah sampai tanda 1,
larutan pengencer 101, pengenceran menjadi 100 kali.
2. Kesalahan alat:
a. Larutan pengencer tercemar darah atau lainnya
b. Alat yang dipergunakan seperti pipet, bilik hitung serta gelas penutupnya kotor atau basah.
Bersihkan dan keringkan.
3. Kesalahan teknis:
a. Terlalu lama dalam bilik hitung sehingga terjadi penguapan
b. Aglutinasi, mungkin penggunaan lahan pengencer yang tidak tepat/salah.
4. Kesalahan cara manual 20%
ditentukan sebelumnya berkembang, misalnya makrositosis (sel darah merah besar) dengan defisiensi
vitamim B12 atau folat pada tingkat dini. Indeks abnormal juga dapat menunjuk suatu kelainan pentign
di mana anaemia mungkin tidak terjadi, misalnya beberapa kasus thalassemia di mana sel darah
merah sangat kecil (mikrositik) tetapi karena jumlahnya yang meningkat, konsentrasi haemoglobin
dalam darah adalah normal.
Dua keadaan fisiologis yang menyebabkan nilai MCV lebih dari normal adalah bayi baru lahir dan
kehamilan. Pada bayi baru lahir selama beberapa minggu MVC tetap tinggi tetapi berangsur turun dan
mencapai 70 fl pada umur satu tahun. Selanjutnya perlahan meningkat sepanjang masa anak sampai batas
dewasa normal. Pada kehamilan normal terdapat sedikit peningkatan MCV.
Indeks eritrosit ditentukan secara manual dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
1. MCV : Hematokrit x 10 fl
∑ Eritrosit (juta)
Hemoglobin x 10 pg
2. MCH :
∑ Eritrosit (juta)
Hemoglobin x 100 gr/dl RBC
3. MCHC :
Hematokrit
264 Buku Petunjuk Praktikum
3. HEMATOLOGI 2
1. JUMLAH LEKOSIT
Prinsip percobaan :
Darah diencerkan dengan larutan asam lemah maka sel-sel eritrosit akan mengalami hemolisis serta
darah menjadi encer, tinggallah sel-sel lekosit sehingga lebih mudah dihitung.
3. Mikroskop cahaya
Cara kerja :
- Bilik hitung dicari dengan mikroskop dalam posisi rata, gunakan pembesaran kecil lensa obyektif 10
kali dan lensa okuler 10 kali (10 x 10). Cari 4 bidang kotak besar yang masing-masing luasnya 1 mm3
yaitu bidang 1, 3, 7, dan 9 ( lihat gambar)
- Hisap darah dengan pipet lekosit sampai tanda 0,5, bila lebih letakkan ujung pipet pada bahan yang
tidak meresap, misal : kuku atau plastik, sampai darah tepat pada tanda 0,5. Bersihkan ujung luar pipet
tersebut dengan tissue. Kemudian hisaplah larutan pengencer sampai tanda 11 (pengenceran 1:
20 ). Peganglah pipet lekosit tersebut sedemikian rupa sehingga kedua ujung pipet terletak diantara ibu
jari dan telunjuk tangan kanan. Kocoklah selama 3 menit, agar semua eritrosit lisis. Cara lain pengencer
sebanyak 0,38 ml dimasukkan dengan menggunakan pipet volumetrik 0,5 ml ke dalam tabung ukuran
75 x 10 mm, kemudian tambahkan 20 ul darah EDTA dengan pipet sahli ke dalam tabung tersebut
(pengenceran 1 : 20 ).
- Pengisian bilik hitung : buanglah 4 tetes pertama dan letakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat
batas kaca penutup. Isikan ke dalam bilik hitung tersebut dan biarkan selama 3 menit agar lekosit
mengendap.
Cara menghitung :
Hitunglah sel-sel lekosit pada ke-4 kotak besar bilik hitung. Pada setiap kotak sel-sel yang menempel
pada sisi kiri/bawah ikut dihitung sedangkan yang menempel di sisi kanan/atas tidak dihitung (lihat
gambar ).
Hitung lekosit/mmk = jumlah sel yang dihitung dalam 4 kotak besar x pengenceran (20) dibagi volume
kotak besar ( 4x0,1x1x1)mmk = 0,4 mmk.
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 265
= N X 50 / mm3
Kesalahan :
Lebih kecil dibandingkan eritrosit
Kesalahan biasanya oleh karena :
- Alat
- Reagensia
- Sampel
- Pemeriksa
Perawatan alat :
Pipet Leukosit :
Begitu selesai dipergunakan harus segera dicuci, dengan aquadest dan disemprot aceton. Bila gagal
rendam dalam larutan (salah satu) :
- Ethanol 95%
- Asam Acetat 0,5%
- Dikromat cleaning solution
- Larutan sadium Bicarbonat 1%
Bilik Hitung :
- Bersihkan secepat mungkin
- Rendam dalam larutan deterjen 2 – 3 jam
- Bilas air
- Bilas alkohol
- Keringkan dengan kain halus
Reagensia :
1. Cat Romanowsky
Wright
Leishman
May Grunwald
Giemsa (induk/stock)
2. Buffers ditilled water pH 7,2 untuk melarutkan cat (Buffer Sorensen)
3. Methanol (90%) untuk fiksasi
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 267
Bahan :
Darah vena atau darah kapiler
2. Sentuh tetesan darah dengan spreader, darah akan melebar sepanjang spreader
Gambar 14.
Gambar 16.
268 Buku Petunjuk Praktikum
5. Fiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit (beberapa buku menyebutkan cukup 2-3 menit)
Gambar 17.
6. Buat larutan Giemsa kerja dari Giemsa stock dan buffer sornsen dengan perbandingan 1 : 9 untuk
buffer-nya. Buat baru setiap hari.
Gambar 18.
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Zone I (Irregular zone) 3%
Terlihat distribusi eritrosit tidak teratur dan bertumpuk.
2. Zone II (Thin zone) 14%
Terlihat distribusi tidak teraturdan merata, saling bertumpukan dan berdesak-desakan.
3. Zone III (Thick zone) 45%
Sel-sel terlihat bergerombolpadat,saling bertumpukan dan berdesakan. Zona ini terluas, meliputi
hampir separuh luas seluruh preparat.
4. Zone IV (Thin zone) 18%
Kondisinya sama dengan zona dua, hanya zonanya sedikit.
5. Zone V (Even zone) 11%
Disebut counting zone atau best area, terlihat sel-sel tersebar merata dan tidak ada sel yang saling
bertumpukan atau berdesakan.
Zone VI (very thin zone)
Terletak di ujung preparat, pada umumnya terlihat seperti pulau-pulau.
Eosinofil :
Basofil
Stab / Batang
Segmen Neutrofil
Inti berlobus
Granula halus
Limfosit
Ratio sitoplasma : inti kecil
Inti tunggal, besar
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 271
Monosit
Ukuran paling besar diantara jenis
leukosit
Tidak bergranula
Sitoplasma bervakuola
Inti mononuclear bentuk tak beraturan
Eosinofil
Basofil
St.Netr
Sg.Netr
Limfosit
Monosit
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Distribusi sel :
Limfosit : di tengah
Monosit : tepi / ekor
Neutrofit : tepi / ekor
Pelaporan :
E / B / St / Sg / L / M
Misal :
4 % / 0 % / 1% / 56 % / 38 % / 1 %
Eosinofil : 1 – 4%
Basofil : 0 – 1%
Stab : 2 – 5%
Segmen : 50 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit : 1–6%
272 Buku Petunjuk Praktikum
Prinsip percobaan :
Apabila sejumlah darah diberi antikoagulan, diletakkan dalam tabung gelas dalam posisi tegak lurus,
maka sel-sel akan mengendap, sebaliknya plasma akan bergerak keatas. Hal ini oleh karena perbedan
berat jenis.
1. WESTERGREEN
Alat :
1. Tabung Westergreen
2. Rak Westergreen
Reagensia :
Larutan Natrium Sitrat 3,8%
Sampel :
Darah EDTA
Cara pemeriksaan :
- 2 ml darah EDTA + 0,5 ml Natrium Sitrat 3,8% campur dengan baik ( 4 : 1)
- Hisap dengan tabung Westergreen sampai angka 0 (nol)
- Letakkan di rak tabung tegak lurus.
- Catat kolom tabung yang berwarna merah pada 1 jam pertama dan 2 jam
- Bila terdapat buffycoat, harus dilaporkan berapa lebarnya
Pemeliharaan alat :
- Tidak boleh dicuci dengan diterjen
- Cuci dengan aquadest, bilas dengan aceton
Sumber kesalahan :
- Sampel harus fresh jika kurang dari 2 jam, darah tidak beku diberi antikoagulan.
- Alat kotor akan menyebabkan hemolisis
- Kolom tidak sesuai, misalnya sempit maka akan lebih lama
- Analisis : * Terhisap gelembung udara
* Posisi tabung dalam rak miring
* Diletakkan ditempat yang panas dan sebagainya
* Adanya vibrasi (getaran)
Blok 4 Kardiovaskuler Respirasi & Hematologi 273
REFERENSI
1. Lee et al. Wintrobe’s Clinical Hematology, 10th edition, Williams & Wilkins A Waverly Company,
Philadelphia, 1998.
2. Kjeldsberg C, Faucar K, McKenna R, Perkins S, Peterson P,Rodgers G. Practical Diagnosis of Hematologic
Disorders, second editios, ASCP Press, American Society of Clinical Phatologis, Chichago, Illinois,
1995.
3. Hoffbrand AV, Pettit JE. Kapita Selekta Haematologi. Terjemahan Iyan Darmawan : Kapita Selekta
Haematologi, edisi 2, EGC Kedokteran, Jakarta 1996.
4. Anonim. 1980. Manual of Basic Techniques for a Health Laboratory, WHO.
5. Anonim. 2004. Protap Pemeriksaan Hematologi Klinik, Instalasi Patologi Klinik. RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
6. Dacie. S.C.V., Lewis. S.M.1995. Practical Haematology, 8th ed, Churchill Livingstone.
7. Hoffbrand AV, Pettit JE. Kapita Selekta Haematologi. Terjemahan Iyan Darmawan : Kapita Selekta
Haematologi, edisi 2, EGC Kedokteran, Jakarta 1996.
8. Rodak BF, 2002. Hematology: Clinical Principles and Applications, 2nd ed., WB Saunders Co.,
Philadelphia.