Anda di halaman 1dari 12

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi nodal analisis yang

pada sumur EC-6. Nodal analisis yang hrs dievaluasi adalah inflow performance
relationship (IPR) dan vertical lift performance (VLP) dari sumur tersebut. Seperti yang
telah dibahas, evaluasi IPR dari sumur EC-6 ini menggunakan metode composite dan
dapat dievaluasi dengan 2 metode dimana ada metode manual dan metode PROSPER.
Metode manual dapat dikerjakan dengan langkah-langkah seperti berikut::
a. Perhitungan konstanta J :
𝑄𝑡 𝑡𝑒𝑠
J = 𝑃𝑏 𝑥 𝐴
𝐹𝑜{(Pr − 𝑃𝑏)+ }+(Pr − 𝑃𝑤𝑓 𝑡𝑒𝑠)
1.8

= 4,158
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
dimana : A = 1 − 0.2 ( )− ( )
𝑃𝑟 𝑃𝑟

= 0,41

𝑄𝑜
Fo =
𝑄𝑜+𝑄𝑊

= 0.25
𝑄𝑤
Fw =
𝑄𝑜+𝑄𝑤

= 0.75
b. Perhitungan harga Qb :
Qb = J (𝑃𝑟 − 𝑃𝑏)
= 332,68

c. Perhitungan harga Qo max :


𝐽 𝑥 𝑃𝑏
Qo max = 𝑄𝑏 + ( )
1.8

= 1765,03

d. Perhitungan tan 𝛼 :
𝐶𝐺
Tan 𝛼 = 𝐶𝐷

= 1,40
0.001 𝑥 𝑄𝑜 𝑚𝑎𝑥
dimana : CD = F𝑤 ( ) + 𝐹𝑜 (0.125)𝑃𝑏 (−1 +
𝐽
0.999 𝑄𝑜 max − 𝑞𝑏
√81 − 80 ( 𝑄𝑜 max − 𝑄𝑏
))

= 1,263

CG = 0.001 x Qo max
= 1,569

e. Menghitung tan 𝛽 :
1
tan 𝛽 =
tan 𝛼
= 0,80

f. Menghitung Qt max
𝑄𝑜 𝑚𝑎𝑥
Qt max = 𝑄𝑜 max + 𝐹𝑤 {Pr − ( )} tan 𝛼
𝐽

= 1824,06

Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Qo, Qw dan Qt Sumur EC-6 pada Berbagai
Harga Pwf
Pwf ass Qo
700 0
620 295,643
550 541,349
500 700,959
400 980,442
300 1206,94
200 1380,46
100 1501
0 1568,55
Sehingga akan mendapatkan kurva IPR seperti gambar IV.1

IPR EC-6 Well


800

700

600

500
Pwf

400

300

200

100

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Qo

Gambar IV.1 Kurva IPR EC-6 dengan menggunakan metode composite

Pada PROSPER, input data yang telah di bahas pada Bab III untuk medapatkan IPR akan
menghasilkan kurva seperti pada gambar IV.2.

Gambar IV.2 Kurva IPR untuk skenario base case


Setelah mengevaluasi IPR pada sumur EC-6, selanjutnya mengevaluasi tubing
yang digunakan untuk memproduksi sumur ini. Seperti yang dibahas sebelumnya,
7
sumur ini memiliki tubing dengan outside diameter sebesar 28 " dengan inside diameter

yang di dapatkan sebesar 2.33” dan memiliki SSSV pada kedalaman 332 ft sehingga
inside diameter nya menjadi 1” sehingga terdapat pressure loss pada tubing tersebut.
Pressure loss ini dapat dilihat di kurva pressure vs depth pada gambar IV.3

Gambar IV.3 Kurva pressure vs depth menghasilkan pressure loss untuk kondisi base
case
Pressure loss yang dihasilkan sebesar 40 psig yang dapat menyebabkan
penurunan produksi liquid pada sumur EC-6 ini. VLP pada kondisi ini dapat dicari di
PROSPER pada opsi VLP (3 variabel), dapat dilihat pada gambar IV.2. Nodal analisis
untuk sumur EC-6 saat ini dapat dicari dengan cara penggabungan antara kurva antara
IPR vs VLP yang telah didapatkan, dimana kurva ini di PROSPER dapat dicari pada
System (3 variabel). Kurva IPR vs VLP ini dapat dilihat pada gambar IV.3.
Gambar IV.4 Kurva VLP untuk kondisi base case

Gambar IV.5 Kurva IPR vs VLP untuk kondisi base case


Pada kurva IPR vs VLP tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perpotongan titik
diantara kedua kurva tersebut. Perpotongan titik tersebut menandakan produksi
optimum pada saat tekanan alir tersebut. Pada tekanan alir 584.8 psig menghasilkan
output solution seperti gambar IV.3.
Gambar IV.6 Solution detatils IPR vs VLP untuk kondisi base case

Setelah mendapatkan nodal analisis, langkah selanjutnya yaitu mengevaluasi


design gas liftnya sebelum melakukan optimasi dari design gas lift. Langkah pertama
yang harus dilakukan yaitu melakukan input data dari design gas lift yang sudah ada.
Data-data yang dibutuhkan yaitu: 1) Maximum liquid rate didapatkan dari 80%
dari total AOFP yang didapat dari evaluasi IPR sehingga menjadi 4008 STB/day; 2)
Maximum gas yang tersedia dan maximum gas yang dapat digunakan pada saat
unloading killing fluid didapatkan dari total gas rate yang diproduksikan, tetapi
dikarenakan total gas rate yang kurang mencukupi sehingga didapatkan dari sumur
sekitar dari lapangan Echo dengan maksimum ketentuan yang diberikan sebesar 1.3
MMscf/day; 3) Maximum depth of injection sesuai dengan skema awal sumur dimana
gas lift mandrel terakhir (orifice) terdapat pada kedalaman 2790 ft; 4) Static gradient of
load fluid ini didapatkan dari statik gradien killing fluid yang digunakan pada sumur
EC-6 sebesar 0.465 psi/ft; 5) Jenis valve yang digunakan yaitu tipe R-20 (normal)
dengan maximum port size nya sebesar 32”. Data-data yang dimasukkan dapat dilihat
pada gambar IV.4.
Gambar IV.7 Gas lift design data input untuk kondisi base case

Setelah memasukkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya mendapatkan


injeksi gas maksimum yang dibutuhkan. Setelah menekan get rate dan design maka akan
keluar output data, output data ini menjelaskan tentang nilai produksi liquid dan minyak
yang dihasilkan, nilai injeksi maksimum gas dan injection pressure yang dibutuhkan
untuk sumur gas lift ini. Data output dapat dilihat pada gambar IV.8.
Langkah berikutnya yaitu mendapatkan kurva gas lift performance curve
(GLPC). Kurva GLPC ini menjelaskan bahwa untuk mendapatkan produksi optimum,
gas injeksi harus dengan tepat di plot. Semakin besar gas injeksi maka semakin besar
produksi yang dihasilkan, tetapi semakin besar injeksi gas tidak selamanya akan
menaikkan produksi. Ada dimana titik injeksi gas optimum jika tetap ditambahkan
kenaikan produksinya tidak efisien atau tidak begitu signifikan bahkan ada beberapa
kondisi produksi liquid semakin berkurang. Sehingga kurva GLPC ini penting untuk
melakukan optimasi produksi dari suatu sumur. Kurva GLPC ini dapat dilihat pada
gambar IV.9.
Gambar IV.8 Gas lift design data output untuk kondisi base case

Gambar IV.9 Gas lift performance curve untuk kondisi base case

Setelah mendapatkan kurva GLPC, langkah terakhir dalam evaluasi ini adalah
melakukan design spacing. Design spacing ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman
masing-masing dari gas lift mandrel yang digunakan untuk mengeluarkan killing fluid
pada saat komplesi dan mendapatkan kedalaman titik injeksi atau titik kedalaman orifice
yang digunakan untuk menginjeksikan gas agar densitas produksi liquid semakin ringan
dengan tujuan jika fluid level tanpa injeksi gas tidak mencapai permukaan, dengan
injeksi gas maka fluid level akan naik dan dapat diproduksikan.

Gambar IV.10 Gas lift design untuk kondisi base case

IV.1 Optimasi Design Gas lift untuk Sumur EC-6

Setelah memasukkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya mendapatkan


injeksi gas maksimum yang dibutuhkan. Setelah menekan get rate dan design maka akan
keluar output data, output data ini menjelaskan tentang nilai produksi liquid dan minyak
yang dihasilkan, nilai injeksi maksimum gas dan injection pressure yang dibutuhkan
untuk sumur gas lift ini. Data output dapat dilihat pada gambar IV.8.
Pada optimasi sumur EC-6 terdapat 4 skenario, dimana masing-masing skenario berhubungan
dengan penggantian ukuran tubing. Pada base case seperti yang telah dibahas menggunakan tubing
7
dengan ukuran 28 " wire retrivable dimana
Gambar IV.11 Kurva VLP untuk 5 skenario

Gambar IV.12 Kuva IPR vs VLP untuk 5 skenario

Tabel IV.2 IPR vs VLP data output untuk 5 skenario

Skenario
1 2 3 4 5
Data Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Satuan
Liquid Rate 1289.4 1441.1 2009 2766.9 3204.2 STB/day
Gas Rate 0.096703 0.10808 0.15068 0.20751 0.24032 MMscf/day
Oil Rate 322.3 360.3 502.3 691.7 801.1 STB/day
Water Rate 967 1080.8 1506.8 2075.1 2403.2 STB/day

Gambar IV.13 Gas lift design data output untuk skenario 5

Gambar IV.14 Gas lift performance curve untuk skenario 5


Gambar IV.15 Gas lift design untuk skenario 5

Anda mungkin juga menyukai