A. Konsep dasar
1. Definisi
bersifat sangat subjektif karena perasaan berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang diprediksi dan denngan durasi kurang dari 6
bulan.
lingkungan.
Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang
kondisi yang lebih dari sekedar sensansi tunggal yang disebabkan oleh
nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik atau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego
B. Fisiologi nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic),
dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri
kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah
b. Serabut C
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
1. Usia
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia
2. Jenis kelamin
(ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).
3. Kultur
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
4. Makna nyeri
5. Perhatian
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
8. Pola koping
mengatasi nyeri.
D. Manifestasi klinis
1. Vakolasi
a) Mengaduh
b) Menangis
c) Sesak nafas
d) Mendengkur
2. Expresi wajah
a) Meringis
b) Mengeletuk gigi
c) Mengernyit dahi
3. Gerakan tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) Ketegangan otot
4. Interaksi sosial
1) Menghindari percakapan
E. Tipe nyeri
1. Berdasarkan sumbernya
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar) ex: terkena ujung pisau atau
gunting
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb.
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus ex:
sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
2. Berdasarkan lokalisasi/letak
(cardiac pain)
dari jaringan.
d. Phantom pain
4. Menurut serangannya
F. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri(Tamsuri, 2007). Menurut smeltzer, S.C bare B.G(2002)adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini
Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh
nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien
G. Penatalaksanaan
a. Relaksasi
c. Teknik distraksi
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaannyeri
yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan
dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat
perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk
mendapatkan data dari klien dan (b) observasi langsung pada respon
perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
P : (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Q : (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
R : (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
S : (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.
T : (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
a. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap
nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah
ini akan membantu perawt memahami makna nyeri bagi klien dan
bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :
1) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan
dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian
tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama
untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intensitas Nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri
yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka
“0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi
menandakan nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri
dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
wajah, yaitu Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan
untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya
melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu
berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan
komunikasi.
3) Kualitas Nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-
tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien
untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan
tindakan yang diambil.
4) Pola
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu
mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung,
apakah nyeri berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri.
Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri
dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin
atau sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu
munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala
tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu
sendiri.
7) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas
harian klien akan akan membantu perawat memahami persepsi
klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji
terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan,
hubungan interpesonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah,
aktivitas waktu seggang serta status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh
pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada
situasi, derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan
banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan
ansietas, takut, lelah, depresi atau perasaan gagal pada diri klien.
b. Observasi respons perilaku dan fisiologis
Banyak respons nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan indikator
nyeri diantaranya :
1) Ekspresi wajah:
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggigit bibir bawah
2) Vokalisasi:
a. Menangis
b. Berteriak
3) Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan
tubuh tanpa tujuan yang jelas):
a. Menendang-nendang
b. Membolak-balikkan tubuh diatas kasur.
C. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 a. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi
jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien lokasi, karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas,
menjadi berkurang ditandai dengan : intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
1. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
positif terhadap kemudahan fisik dan ketidaknyamanan terhadap nyeri.
c. Tentntukan obat yang diperlukan dan kelola menurut
psikologis
resep.
2. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk d. Ajarkan keluarga klien mengenai metode pemberian obat
mengendalikan nyeri yang sesuai.
3. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat e. Monitor klien mengenai terapi efek obat.
diamati atau dilaporkan.
2 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24
jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien 1. Gunakan strategi komunikasiterapeutik untuk
menjadi berkurang ditandai dengan : megetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
1. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi penerimaan klien terhadap nyeri.
positif terhadap kemudahan fisik dan 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
psikologis
2. Tingkat depresi : keparahan alam perasaan
melankolis dan kehilangan minat dengan
peristiwa hidup
3. Pengendalian diri terhadap depresi tindakan
individu untuk meminimalkan melankolia
dan mempertahankan minat dengan peristiwa
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Wahit Ikbal dkk. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta.
Nanda Internasional (2013), Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC.