Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Pembimbing :
PUSKESMAS SUTOJAYAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini gizi buruk dan
mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini gizi
buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kemenkes RI,
2011) sedangkan menurut Depkes RI 2008 keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) < -3SD dan atau
ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.,1,4
2.2 Epidemiologi
2.4 Etiologi
Menurut Hasaroh (2010) masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung. Menurut Depkes RI
(1997) faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi
serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangakan faktor
sepertingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan
ditingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan
kesehatan juga memegang peran penting. Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab
tidak langsung masalah gizi balita.
2.4.1 Tingkat Pendapatan Keluarga
Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang disediakan untuk
konsumsi balita serta kuantitas ketersediaannya. Pengaruh peningkatan penghasilan
terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi
dengan status gizi yang berlawanan hampir universal. Selain itu diupayakan
menanamkan pengertian kepada para rang tua dalam hal memberikan makanan anak
dengan cara yang tepat dan dalam kondisi yang higienis.
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan,
kebersihan pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap
kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh
pula pada faktor sosial ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup,
makanan, perumahan dan tempat tinggal.
Tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak tanduk menghadapi
berbagai masalah, misal memintakan vaksinasi untuk anaknya, memberikan oralit waktu
diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar
pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik.
Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal baru guna pemeliharaan
kesehatan anak maupun salah satu penjelasannya.
2.4 Diagnosis
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-berbeda tergantung dari derajat
dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena
adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan
dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila BB/TB kurang dari -3SD atau BB/PB <-
3SD , anak tampak sangat kurus, terdapat edema pada kedua punggung kaki , dan lingkar
lengan atas < 11,5 pada anak usia 6-59 bulan.
1. BB/U :
a. Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD
c. Gizi kurang <-2.0 SD
d. Gizi buruk < -3.0 SD
2. TB/U
a. Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Pendek (Stunted) < -2.0 SD
3. BB/TB
a. Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS
b. Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD
c. Kurus/Wasted <-2.0 SD
d. Sangat kurus < 3.0 SD
2.5.2 Mekanisme Alur Pelayanan Gizi Buruk
A. Tingkat Rumah Tangga
- Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya
- Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
- Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun
- Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran
pemberian makanan
- Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya
- Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami
sakit atau gangguan pertumbuhan
- Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas
B. Tingkat Posyandu
- Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat
hasil penimbangan pada KMS
- Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI
kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun
- Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak dan
kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu
- Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga lainnya
- Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi
seimbang dan PMT Penyuluhan
- Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3
kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)
- Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit
penyerta lain
- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
balita
C. Pusat pemulihan Gizi (PPG)
PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan
dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada
pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG
dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk
menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.
METODOLOGI
Instrumen pengumpulan data ynng digunakan pada mini project ini adalah kuisioner yang
terdiri atas data pengetahuan tentang definisi, tahapan, dan cara pemberian.
Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil
intervensi. Pengumpulan data yang dilalukan denga pengisisian kuisioner dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Metode intervensi yang digunakan pada mini project ini adalah penyuluhan group
discussion dengan alat bantu slide, leaflet, lembar balik Deteksi Dini Gizi Buruk dengan
kuisioner yang dibagikan sebelumnya. Kusioner akan diberikan dalam bentuk pilihan
ganda.
1. Dokter Internship Puskesmas Sutojayan periode April-Agustus 2018 dalam hal ini dr.
Sheila Nur Azizah selaku narasumber
Beretempat di rumah warga Desa Kalipang . Pelaksanaan pada tanggal 22 Mei 2018 pukul
08.00 WIB.
3.2.4 Sasaran
BAB IV
HASIL
Luas wilayah kerja Puskesmas Sutojayan 42.20 km2. Keadaan medan terdiri dari
dataran rendah dan dataran tinggi dengan kondisi daerah wilayah Kecamatan Sutojayan
merupakan daerah yang pertanian dan perbukitan, sehingga dalam tata kota Kabupaten Blitar
Kecamatan Sutojayan diperuntukkan sebagai daerah pertanian dan perkebunan.
Wilayah kerja Puskesmas Sutojayan terdiri dari: 11 desa atau keluarahan dan
termasuk desa atau kelurahan swasembada, yaitu:
1. Kelurahan Kembangarum
2. Kelurahan Kalipang
3. Kelurahan Jegu
4. Kelurahan Jingglong
5. Kelurahan Sutojayan
6. Kelurahan Sukorejo
7. Kelurahan Kedungbunder
8. Desa Sumberjo
9. Desa Bacem
Dari data diatas data balita gizi buruk tiap bulan ada penurunan, namun di Desa
Kalipang masih terdapat kasus balita gizi buruk sampai bulan Januari 2018. Data tersebut
menjadi acuan untuk dilakukannya mini project ini dengan mengetahui profil pengetahuan
kader tentang bagaimana cara mendeteksi dini gizi buruk.
Berdasarkan dari hasil tes yang diperoleh dari total 27 orang subyek ditemukan hasil sebagai
berikut :
Perbandingan Nilai Pre Test Pengetahuan Mengenai
Gizi Buruk
15% 15%
Nilai 8
Nilai 7
Nilai 6
29%
41% Nilai 5
Tanda gejala
Deteksi dini
Definisi
19%
Nilai 100
Nilai 0
81%
Komponen berikutnya, yakni deteksi dini, hanya lima orang yang dapat menjawab
dengan sempurna. Hal ini menunjukkan pemahaman peserta yang masih kurang mengenai
cara deteksi dini dari gizi buruk.
22%
nilai 100
nilai 0
78%
Gambar 5. Hasil Test Pengetahuan mengenai Tanda dan Gejala Gizi Buruk
37% nilai 75
7%
nilai 50
11% nilai 25
26% nilai 0
Gambar 6. Hasil Test Pengetahuan mengenai Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk
Setelah dilakukan intervensi berupa grup discussion dengan alat bantu tampilan
slide, leaflet, lembar balik, dan adanya sesi tanya jawab didapatkan kenaikan pada nilai rerata
post test setelah penyuluhan.
Perbandingan Nilai Post Test Pengetahuan
Mengenai Gizi Buruk
15%
30% Nilai 10
Nilai 9
Nilai 8
37%
Nilai 7
18%
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
Tingkat pengetahuan para kader kesehatan Desa Kalipang sudah cukup memadai untuk
melakukan sosialisasi terhadap warga sekitar. Meskipun begitu terdapat peserta yang masih
belum memahami sepenuhnya tentang deteksi dini, tata laksana dan pencegahan, dan tanda
serta gejala gizi buruk.
Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menjaga dan meningkatkan pengetahuan para
kader kesehatan antara lain dengan melakukan penyuluhan berkala dan penilaian rutin
perkembangan pengetahuan para kader kesehatan mengenai gizi buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, S., 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Fadliana, Dea.2010. Hubungan Tingkat Sadar Gizi dan Status Gizi Balita Di
Puskesmas Padang Bulan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
[Accessed 20 Juni 2018]
3. Husin, Cut Ruhana, 2008. Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam Tahun 2008.Medan : Sekolah Pascasarjana
4.
5. Universitas Sumatera Utara. Available from
:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6808 [Accessed 20 Juni 2018].
6. Mastari, E. S. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik
Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Glugur Darat
7. WHO, 2010.Child Growth Standard. Available from
:http://www.who.int/childgrowth/standards/weight_for_age/en/index.html [Accessed
21Juni 2018]
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Available
9. at: http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF [Accessed 19 Juni 2018]
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Available at:
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia
%2[Accessed 19 Juni 2018]
Lampiran
1. Susunan acara
Jam Susunan Acara Keterangan
08-00-08.15 WIB Pembukaan dan pembagian Dibuka oleh Pemilik rumah
kuisioner dan Bu Shnaty selaku Bidan
Desa Kalipang
08.15-08.30 WIB Pengisian kuisioner dan
pengumpulan kuisioner
08.30-09.00 WIB Penyuluhan Saat penyuluhan responden
dibagikan leaflet tentang
Deteksi Gizi Buruk
09-00-09-30 WIB Sesi tanya jawab dan diskusi Setiap responden yang
bertanya akan mendapatkan
hadiah
09.30-09.45 WIB Pembagian dan pengisian
kuisioner (post test)
09.45-10.00 Penutupan dan pembagian
lembar balik materi Gizi
Buruk
29
ABSENSI KEHADIRAN 22 MEI 2018
NO NAMA ALAMAT
1. MUSRIATIN BRUBUH 1/1
2. RIANI WONOREJO 6/2
3. TRI.P WONOREJO 4/2
4. YUSTINA BULU 4/2
5. TRI YUNIA BULU 4/2
6. MINDARTI WONOREJO 2/1
7. RIRIN WIDIA WONOREJO 2/1
8. ENDANG MERDU WONOREJO 2/1
9. GATRI WONOREJO 2/2
10. SUYATI BULU ½
11. SRI HANDAYANI BULU ½
12. DANIS BULU 5/2
13. RATEMI WONOREJO 4/3
14. MU’ MINATUN BULU 5/2
15. JUDARWATI BULU 5/2
16. HESTI BULU 4/2
17. JARMI BULU 3/2
18. RIRIN A BULU 4/1
19. SUPADMI BULU 4/1
20. WIWIK DWIJATI BULU ½
21. DHENOK NOVITA BRUBUH
22. NUYAMIN BULU
23. HARTIK KALIPANG
24. YAUMI KALIPANG
25. ZURENA KALIPANG
26. SUDARMI KALIPANG
27. ATIK KALIPANG
30
Kuisioner
31
Leaflet
32
Dokumentasi Kegiatan
33
34