Sutapa)
ABSTRAK
Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang terkena bencana alam gempa bumi dan tsunami di provinsi
Nangroe Aceh Darussalam. Kualitas air permukaan dapat tercemar karena bencana alam tersebut. Sungai
Krueng Raya dan Sungai Tanjung merupakan sumber air yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Aceh
Besar. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi kriteria mutu dan penetapan kelas air Sungai
Tanjung dan Krueng Raya, serta jenis dan konsentrasi koagulan yang optimal untuk mengolah air sungai. Hasil
penelitian didapat bahwa Air Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung mengandung kekeruhan yang tinggi
sehingga terklasifikasi dalam air kelas II berdasarkan PP No. 81/2001. Percobaan pengolahan telah dilakukan
pada dua sungai tersebut dengan cara koagulasi-flokulasi menggunakan alat jar test untuk mendapatkan dosis
koagulan optimum. Dosis optimum yang diperoleh adalah alumunium sulfat 35 ppm dengan efesiensi sebesar
66,1% dengan biaya bahan baku sebesar Rp 140,00 per m3 untuk pengolahan air Sungai Tanjung. Sedangkan
koagulan optimum air Sungai Krueng Raya adalah aluminium sulfat 30 ppm dengan efesiensi sebesar 63,9%
dengan biaya bahan baku sebesar Rp 120,00 per m3. Setelah koagulasi-flokulasi diperoleh penurunan
kekeruhan air yang memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut menjadi air minum.
Kata kunci : Koagulan, waktu sedimentasi, efisiensi, alumunium sulfat, PAC
ABSTRACT
Aceh Besar is one of the districts affected by the earthquake and tsunami in NAD province. The quality of
surface water can be contaminated due to the natural disaster. Krueng Raya River and Tanjung River is the
source of water used by Aceh Besar people. The purpose of this study is to obtain information about water
quality and determination of Krueng Raya and Tanjung river water classes, and to obtain the optimal type
and dosage of coagulant for water treatment. The results show that Krueng Raya and Tanjung river water
contain high turbidity and are classified in class II under PP 81/2001. Experiments have been performed on
the two rivers by coagulation-flocculation tests using jar test tool to get the optimum coagulant dose. The
optimum dose of aluminum sulfate obtained was 35 ppm with efficiency of 66.1% and the cost of raw
materials amounting to Rp 140.00 per m3 for the Tanjung River water treatment. While the optimum
coagulant for Krueng Raya river water is 30 ppm aluminum sulphate with efficiency of 63.9% with the raw
material costs of Rp. 120.00 per m3. After coagulation-flocculation process, water turbidity decrease and
eligible for further processing into drinking water.
Keyword: Coagulant, time of sedimentation, efficiency, aluminum sulphate, PAC
Pemantauan yang telah dilakukan oleh masyarkat. Oleh karena itu, perlu didapatkan
Kementerian Lingkungan Hidup terhadap informasi mengenai kualitas air sungai tersebut
kualitas air permukaan di Banda Aceh dengan dan upaya mengolahnya agar layak digunakan
mengambil sampel air sumur, air tanah, air sebagai air baku pengolahan air minum.
sungai, air laut menunjukkan bahwa kondisi air Pengolahan air secara koagulasi
berwarna coklat sampai kehitaman, keruh, dan merupakan metode yang populer dipakai untuk
berbau. Adapun pencemaran ini terjadi akibat menurunkan kekeruhan air. Dalam proses
(1) Kontaminasi air laut ke dalam air tanah, (2) pengolahan air bersih secara umum, tahap
Kontaminasi jenazah manusia dan bangkai koagulasi flokulasi merupakan tahap penting
hewan di badan air, serta aliran air hujan yang karena mempengaruhi efektivitas tahap
terkontaminasi jenazah manusia dan bangkai pengolahan air berikutnya (Xu, et al. 2006; Zhan,
hewan, (3) Genangan sisa air tsunami, (4) et al. 2004).
Kontaminasi mikroorganisme patogen dan
Penggunaan koagulan alumunium sulfat
infeksius dalam air tanah dan air sumur dan (5)
(alum) maupun PAC sudah sangat umum
Terlepasnya material limbah dari tangki
digunakan oleh instalasi pengolahan air minum
penimbunan bahan-bahan yang bersifat limbah
(IPAM). Hasil yang diperolehpun cukup
berbahaya dan beracun (B3) (Kementrian
bervariasi tergantung dari karakteristik air
Lingkungan Hidup RI. 2005).
bakunya. Oleh karena itu, diperlukan informasi
Kabupaten Aceh Besar memiliki wilayah mengenai kualitas sumber air baku, serta
dengan luas 2.902,56 km2 dan jumlah penduduk penelitian dalam menentukan tipe dan
351 418 jiwa (BPS Aceh 2011). Sungai Krueng konsentrasi koagulan yang optimal untuk
Raya dan Sungai Tanjung merupakan sumber air mengolah air sungai tersebut sehingga dapat
yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk diolah lebih lanjut menjadi air minum yang
kehidupan sehari-hari. Dimulai dari sumber air memenuhi syarat.
minum sampai diggunakan sebagai tempat
Maksud dari penelitian memperoleh
pencucian baju dan MCK. Hal ini karena
informasi kualitas air Sungai Tanjung dan
didukung oleh posisi sungai yang dekat dengan
Krueng Raya setelah terkena bencana tsunami
masyarakat. Air Sungai Tanjung dan Krueng
serta jenis dan dosis koagulan untuk mengolah
Raya terlihat tidak terlalu keruh/tingkat
air sungai dengan melakukan percobaan
kekeruhan sedang dan berdasarkan informasi
koagulasi terhadap air sungai Tanjung dan
dari warga, volume air relatif konstan sepanjang
Krueng Raya menggunakan alat jar test dan
tahun. Kedua sungai tersebut memiliki
koagulan aluminium sulfat dan poli-aluminium
kelayakan air baku dari segi kuantitas volume
klorida (PAC) sehingga diperoleh kualitas air
air dan kontinyuitas sepanjang tahun. Namun
yang memenuhi persayaratan. Tujuan penelitian
dari segi kualitas perlu dilakukan pengkajian
ini adalah sebagai bahan masukan bagi
untuk mengetahui kelayakannya.
pemanfaatan air sungai Tanjung dan Kreung
Pemerintah telah mengatur kriteria mutu Raya untuk sumber air baku air minum.
air dan penetapan kelas air dalam PP No.
Penelitian dilaksanakan pada Sungai
82/2001 (Peraturan Pemerintah Nomor: 82
Tanjung dan Krueng Raya, Kabupaten Aceh
Tahun 2001). Kriteria mutu air dibagi menjadi 4
Besar. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada
(empat) kelas dan masing-masing kelas memiliki
alasan – alasan sebagai berikut :
peruntukan masing-masing. Kelas I adalah air
yang peruntukannya sebagai air baku air minum, 1. Sungai tersebut merupakan bagian dari
dan atau peruntukan lain yang sungai yang pernah diteliti dari segi
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kelayakan air sebelumnya.
kegunaan tersebut. Kelas II digunakan untuk 2. Dua sungai tersebut merupakan sungai yang
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan potensial untuk dijadikan sebagai sumber air
ikan air tawar, peternakan dan air untuk baku yang akan diolah menjadi air bersih.
mengairi pertanaman. Kelas III digunakan untuk 3. Lokasi penelitian yang strategis, mudah
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air dijangkau dan baik dari segi keamanan.
untuk mengairi pertanaman. Kelas IV digunakan
4. Sungai memiliki debit air yang mencukupi
untuk mengairi, pertanaman dan atau
untuk dijadikan sebagai sumber air
peruntukan lainnya.
masyarakat.
Informasi mengenai kualitas air Sungai
Tanjung dan Krueng Raya pasca bencana sangat
minim. Padahal sungai tersebut merupakan
sumber air yang digunakan setiap hari oleh
30
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
KAJIAN PUSTAKA Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III)
(Aminzadeh, et al. 2007).
Air Sungai Krueng Raya dan Sungai
Tanjung Koagulan yang umum digunakan pada
pengolahan air antara lain: Aluminium Sulfat
Air sungai merupakan salah satu sumber (Al2(SO4)3.xH2O), Sodium Aluminat (NaAlO2
air baku bagi masyarakat. Air sungai mempunyai atau Na2Al2O4), Polyaluminium Chloride (PAC),
kualitas yang baik karena langsung keluar dari ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O), ferri klorida
mata air di pegunungan. Namun, semakin jauh (FeCl3.6H2O), dan ferro sulfat (FeSO4.7H2O)
dari sumbernya semakin besar tingkat (Sugiarto 2006).
pencemaran pada air sungai, karena semakin
terakumulasinya limbah dari hulu ke hilir Aluminium sulfat merupakan bahan
(Wiwoho 2005). koagulan yang paling banyak digunakan. Poly-
Aluminium Chloride (PAC) merupakan koagulan
Pencemaran sungai dapat berasal dari (1) alternatif dari alumunium sulfat. Polialuminium
limbah organik dari manusia, hewan dan klorida merupakan salah satu koagulan polimer
tanaman, (2) pertambahan senyawa kimia yang utama yang digunakan secara luas pada
berasal dari aktivitas industri yang membuang pengolahan air dan air limbah. PAC merupakan
limbahnya ke perairan dan (3) tingginya PAC efektif bekerja pada rentang pH yang cukup
kandungan sedimen yang berasal dari erosi, luas yaitu pH 6 sampai dengan 9 (Karamah et al.
kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, 2008).
pembukaan lahan dan aktivitas lainnya. Ketiga
hal tersebut merupakan dampak dari Koagulasi Flokuasi sebagai Metode
meningkatnya populasi manusia, kemiskinan Pengolahan Air Sungai
dan industrialisasi (Hendrawan 2005). Prinsip pengendapan polutan berupa
Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung partikel koloid adalah berdasarkan proses
merupakan sungai potensial dijadikan sebagai koagulasi dan flokulasi. Koagulasi adalah proses
sumber air baku untuk Instalasi Pengolahan Air yang bersifat kimia yang bertujuan menurunkan
Minum (IPAM) bagi masyarakat. Lokasi IPAM kekeruhan dan material pada air yang
strategis dan mudah dijangkau sehingga kebanyakan merupakan partikel – partikel
ekonomis dari segi biaya karena tidak koloidal (berukuran 1-200 milimikron) seperti
memerlukan biaya distribusi untuk sampai ke alga, bakteri, zat organik anorganik dan partikel
masyarakat. Namun, buruknya sanitasi pada lempung (Lin 2007).
daerah aliran sungai di negara berkembang Koloid adalah sekelompok atom atau
membuat minimnya akses air minum yang aman molekul berukuran sangat kecil yang tidak dapat
(Jensen, et al. 2004; Haruna, et al. 2005; Nanan, diendapkan secara gravitasi namun tetap
et al. 2003). Oleh karena itu, diperlukan terlarut dalam air. Karena terlarut, koloid
pengelolaan kualitas air. Didefinisikan bersifat stabil. Stabilitas ini disebabkan oleh
pengelolaan kualitas air menurut Peraturan terjadinya tolak - menolak diantara partikel
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 adalah upaya koloid (Sincero 2003).
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air Secara alami, partikel koloid dalam air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk memiliki muatan yang sama. Akibatnya partikel
menjadi agar kualitas air tetap dalam kondisi koloid akan tolak menolak sehingga tidak terjadi
alamiahnya pembentukan partikel besar dalam air.
Koagulan Koagulasi bekerja dengan memberikan ion
Koagulasi adalah proses adsorpsi oleh berlawanan muatan sehingga menurunkan gaya
koagulan terhadap partikel-partikel koloid tolak menolak dan terjadi tarik menarik antara
sehingga menyebabkan destabilisasi partikel koloid. Meningkatnya gaya tarik
partikel.Koagulan biasa dibubuhkan ke dalam air menarik antara partikel koloid membuat
yang dikoagulasi yang bertujuan untuk partikel menjadi lebih besar dan mengendap di
pembentukan flok dan untuk mencapai sifat dasar air (Aminzadeh, et al. 2007). Endapan
spesifik flok yang diinginkan sehingga mudah tersebut kemudian menjebak partikel koloid
mengendap. Koagulan adalah zat kimia yang yang masih berada dalam air menjadi flok.
menyebabkan destabilisasi muatan negatif Tumbukan interpartikel ini dicapai melalui
partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan proses flokulasi (Zhan, et al. 2004)
donor muatan positif yang digunakan untuk Flokulasi adalah proses lanjutan dan
mendestabilisasi muatan negatif partikel. Dalam koagulasi. Terbentuknya flok-flok yang baik
pengolahan air sering dipakai garam aluminium, biasanya diawali oleh proses koagulasi yang
efisien. Kualitas flok-flok tersebut akan
31
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
mempengaruhi cepat atau lambatnya partikel- Tahapan Kegiatan dan Metode yang
partikel mengendap dalam bak sedimentasi. Digunakan
Pada tahap ini akan dilihat tingkat efisiensi Secara umum tahapan kegiatan dan
flokulasi dan waktu sedimentasi yang metode yang digunakan dalam penelitian dapat
diperlukan sesuai dengan karakteristik air baku diterangkan sebagai berikut:
yang masuk dalam tahap sebelumnya. Pada
proses flokulasi terjadi penggabungan partikel Pemilihan Lokasi Penelitian
yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
lebih besar dan lebih cepat dapat dipisahkan melalui survey lapangan, terutama di Daerah
(Teng 2000). Aliran Sungai Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil
Tiga tahap penting yang terjadi dalam survei tersebut dipilih lokasi yang potensial
proses koagulasi-flokulasi yaitu pembentukan sebagai sumber air baku air minum.
spesies, destabilisasi partikel dan tumbukan Pengambilan Contoh Air Sungai
interpartikel (Haines 2003; Geng 2005).
Pengambilan contoh air sungai sebelum
Pembentukan spesies terjadi saat koagulan
proses pengolahan dilakukan untuk
melalui serangkaian reaksi hidrolisis ketika
mendapatkan contoh air untuk diperiksa
kaogulan ditambahkan ke dalam air.
kualitasnya. Contoh air dicuplik sebanyak 10
Pembentukan spesies pada alum sedikit berbeda
liter pada pagi hari. Pengambilan contoh air
dengan PAC. Pada alum, hanya spesies monomer
dilaksanakan sesuai metode standar yang
saja yang terbentuk yaitu Al3+, Al(OH)2+,
berlaku (BSN, 2008, SNI 6989.57:2008).
Al(OH)2+, dan Al(OH)4-. Sementara pada PAC,
selain monomer, kation polimer juga terbentuk Pemeriksaan Kualitas Awal Air
yang didominasi oleh Al13O4(OH)247+ (Geng Analisa kualitas awal air dilakukan
2005). dengan pemeriksaan kualitas air sebelum diolah
Persyaratan Kualitas Air Minum dan penentuan kelas air sungai. Pengujian
kualitas air dilakukan di Laboratorium
Air sungai yang memenuhi kriteria
Hidrokimia – Pusat Penelitian Limnologi – LIPI,
kualitas air kelas I dapat digunakan sebagai air
hal ini dilakukan untuk mengetahui
baku IPAM untuk diolah dengan teknologi
kesesuaiannya dengan pemanfaatan sumber air.
tertentu sehingga memenuhi persyaratan air
Penentuan kelas air sungai berdasarkan
minum. Persyaratan air minum diatur melalui
perbandingan antara parameter air sungai
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
dengan baku mutu air bersih PP 82/2001.
Indonesia No 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang syarat-syarat dari Pengawasan Kualitas Pengolahan Air Sungai
Air Minum (KEPMENKES RI No 907 Tahun Pengolahan air sungai dapat dilakukan
2002). dengan proses Flokulasi – koagulasi. Dilakukan
analisis Jar tes untuk mendapatkan dosis
METODE PENELITIAN optimum koagulan yang digunakan.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini Pemeriksaan Kualitas Akhir Air
adalah metode deskriptif dengan melakukan Analisa kualitas akhir air dilakukan pada
berbagai pengukuran dan percobaan, baik di air olahan dari Jar Test. Data ini digunakan
lapangan maupun di laboratorium. untuk menenrukan dosis optimum koagulan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dalam percobaan Jar Test.
ini adalah 10 liter air Sungai Tanjung, 10 liter air
Analisis Kualitas Air Baku
Sungai Krueng Raya, aluminium sulfat, Poly-
Aluminium Chloride (PAC), media bakteri mEndo, Dalam analisis kualitas air baku, diawali
media bakteri mFc, media laktosa cair, endo dengan melakukan observasi langsung melihat
agar, Nitrit Ver 3 Nitrit Reagent Powder Pillows karakteristik air dari masing-masing sungai.
dan kaporit (Ca(ClO)2) Parameter yang diperiksa meliputu parameter
fisik, kimia dan mikrobiologi. Parameter fisik air
Alat “Jar Test” dengan kapasitas 6 gelas
sungai meliputi : suhu, warna, rasa, kekeruhan
piala masing-masing 500 ml dilengkapi
dengan menggunakan turbidimetri, termometer
pengaduk dan pemutar dengan tenaga listrik
dan colorimeter.
(Gambar 1).
Pemeriksaan kimia air meliputi:
pengukuran pH, kadar sulfat, kadar ammonia,
nitrat, nitrit, sianida, fluorida dan phenol dengan
metode spektrofotometri.
32
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
Parameter mikrobiologi yang diperiksa waktu pengamatan diukur pada menit ke-0, 1, 3,
adalah kandungan bakteri yang biasa 5, 7, 9 dan 30 setelah diaduk cepat selama 2
dikelompokan sebagai bakteri indikator menit dan diaduk lambat selama 10 menit.
pencemar yang meliputi total E. Coli dan
Jenis Koagulan
Coliform dengan metode Colony count.
Dua jenis koagulan utama yang akan
Percobaan Koagulasi dengan Alat Jar Test dikaji adalah Aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dan
Jar test merupakan metode standar yang Poly-Aluminium Chloride (PAC). Kedua jenis
digunakan untuk menguji proses koagulasi. koagulan tersebut paling banyak dipakai dan
Informasi yang didapat dengan melakukan jar mudah diperolah di pasar. Bahan bantu
test antara lain dosis optimum penambahan koagulan akan dipakai apabila tingkat efisiensi
koagulan, lama pengendapan serta volume koagulasi terlalu rendah (<50 %). Proses
endapan yang terbentuk. Jar test sebaiknya koagulasi bisa terhambat jika tingkat kekeruhan
dilakukan setiap kali terjadi perubahan keadaan terlalu rendah atau terlalu tinggi. Oleh karena itu
air baik oleh perubahan musim maupun sebab perlu ditemukan batas optimal pemakaian
lain. Jar test terdiri dari enam buah batang koagulan pada kondisi kekeruhan air baku yang
pengaduk yang masing – masing mengaduk satu berbeda.
buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah
Penentuan Koagulan Optimum
gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi
operasi dapat bervariasi diantara lima gelas Penentuan koagulan optimum merupakan
yang tersisa. Volume gelas adalah 500 ml. kombinasi dari dosis koagulan terendah,
efisiensi pengurangan kekeruhan tertinggi dan
Penggunaan sebuah pengukuran RPM di
perhitungan segi ekonomi. Biaya koagulan
bagian atas petangkat jar test ini berperan
ditentukan dari konsentrasi optimum koagulan
sebagai pengontrol keseragaman kecepatan
yang digunakan terhadap air sungai.
pencampuran pada keenam gelas tersebut. Hasil
dari uji ini menjadi acuan dalam pemberian Perhitungan Efisiensi Proses Koagulasi-
dosis koagulan pada proses koagulasi. Flokulasi
Percobaan dilakukan dengan dua perlakuan Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
utama yaitu : menggunakan bahan koagulan efisiensi proses koagulasi- flokulasi yang dapat
aluminium sulfat dan poly- aluminium chloride menjadi indikator kinerja instalasi pengolahan
(PAC). Tujuan perlakuan ini adalah mencari air minim, maka dapat dihitung nilai tersebut
bahan koagulan yang lebih efisien untuk dengan membandingkan kekeruhan air sebelum
penjernihan air di sungai yang diteliti. dan sesudah proses koagulasi menggunakan
Penentuan Waktu Sedimentasi Alumunium formula 1 berikut :
Sulfat
Penentuan waktu sedimentasi dilakukan E = [(T0 –T1)/T0] * 100 1)
dengan melakukan pengolahan air pada Keterangan.
berbagai tingkat kekeruhan yang diberi
E : efisiensi proses koagulasi-flokulasi (%)
koagulan aluminium sulfat. Penentuan dilakukan
dengan menggunakan tiga tingkat kekeruhan T0 : tingkat kekeruhan air baku
yaitu 9,4 NTU, 15,1 NTU dan 30 NTU. Sedangkan T1 : tingkat kekeruhan air olahan
33
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
34
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
Tabel 1 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung sebelum perlakuan
4 Kekeruhan NTU 5 5 - 25 30
7 Temperatur C Suhu Suhu Suhu
udara udara udara 26,2 27,1
(deviasi 3) (deviasi 3) (deviasi 3)
Parameter Kimia
8 pH - 6-9 6-9 6-9 6,02 5,8
Ammonia
7 mg/l 0.5 (-) (-) 0.01 0.03
(NH3-N)
Nitrat (NO3-
8 mg/l 10 10 20 0.270 0.216
N)
Nitrit (NO2-
9 mg/l 0.06 0.06 0.06 0.046 0.032
N)
10 Sulfat (SO4) mg/l 400 (-) (-) 52.21 46.01
11 Sianida (CN) mg/l 0.02 0.02 0.02 - -
11 Fluorida mg/l 0.5 1,5 1,5 0.11 -
12 Phenol mg/l 1 1 1 - -
Parameter Mikrobiologi
Col/100
13 E. Coli 100 1000 2000 95 75
ml
Col/100
14 Coliform 1000 5000 10000 300 300
ml
Baku mutu air bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
Kekeruhan air baku selanjutnya yang kekeruhan sangat nyata sejak menit pertama
digunakan adalah 15,1 NTU (Gambar 5). Semua sedimentasi. Setelah itu, tingkat kekeruhan
perlakuan koagulan efektif menurunkan cenderung tetap. Konsentrasi koagulan 30 ppm,
kekeruhan air kecuali koagulan 10 ppm. 40 ppm dan 50 ppm memiliki tingkat kekeruhan
Pengurangan tingkat kekeruhan tertinggi pada yang sama dari menit pertama hingga menit ke-
konsentrasi 50 ppm sebanyak 12,6 NTU. 30 yaitu 3 NTU atau mengurangi sebanyak 27
Pemberian koagulan 10 ppm tidak lebih efektif NTU. Sedangkan untuk koagulan 0 ppm, 10 ppm
daripada kontrol karena mengurangi kekeruhan dan 20 ppm berturut-turut mengurangi
sebanyak 7,1 NTU. Terlihat dengan lebih sebanyak 21 NTU, 22,5 NTU dan 26,5 NTU.
keruhnya pemberian 10 ppm (8 NTU) dari pada Dari hasil penelitian ini dapat
0 ppm (7,5 NTU). Pemberian koagulan disimpulkan bahwa kekeruhan air baku
konsentrasi 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm dapat mempengaruhi waktu sedimentasi. Pada tingkat
menurunkan kekeruhan air baku secara kekeruhan 9,4 NTU waktu optimum sedimentasi
signifikan sebanyak 50% saat menit pertama. adalah lima menit, dan pada air baku yang
Tingkat kekeruhan pada menit selanjutnya kekeruhannya diatas 15 NTU (15,1 NTU dan 30
cenderung tetap. NTU) waktu sedimentasi lebih cepat yaitu hanya
Berdasarkan gambar 6, pada air baku satu menit.
tingkat kekeruhan 30 NTU. Penurunan
35
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
10
9
8
Kekeruhan (NTU)
7 0 ppm
6 10 ppm
5
4 20 ppm
3 30 ppm
2 40 ppm
1
0 50 ppm
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Gambar 4 Hubungan antara kekeruhan dan waktu sedimentasi pada air baku
dengan kekeruhan awal 9,4 NTU dalam berbagai tingkat konsentrasi
koagulan
16
14
Kekeruhan (NTU)
12 0 ppm
10 10 ppm
8
6 20 ppm
4 30 ppm
2
40 ppm
0
0 10 20 30 40 50 ppm
Waktu (menit)
Gambar 5 Hubungan antara kekeruhan dan waktu sedimentasi pada air baku dengan
kekeruhan awal 15,1 NTU dalam berbagai tingkat konsentrasi koagulan
35
30
Kekeruhan (NTU)
25 0 ppm
20 10 ppm
15 20 ppm
10 30 ppm
5 40 ppm
0 50 ppm
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Gambar 6 Hubungan antara kekeruhan dan waktu sedimentasi pada air baku dengan
kekeruhan awal 30 NTU dalam berbagai tingkat konsentrasi koagulan
36
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
14
12
Kekeruhan (NTU)
10
8
6
4
2
0
0 15 20 25 30
Konsentrasi PAC (ppm)
Gambar 7 Hubungan antara kekeruhan dan konsentrasi koagulan PAC pada analisis jar test
sampel air Sungai Tanjung
14
12
Kekeruhan (NTU)
10
8
6
4
2
0
0 20 25 30 35 40 45 50
Konsentrasi Alumunium Sulfat (ppm)
Gambar 8 Hubungan antara kekeruhan dan konsentrasi koagulan Aluminium Sulfat pada
analisis jar test sampel air Sungai Tanjung
37
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
5
4,5
4
Kekeruhan (NTU)
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 20 25 30 35
Konsentrasi Alumunium Sulfat (ppm)
Gambar 9 Hubungan antara kekeruhan dan konsentrasi koagulan Aluminium Sulfat pada analisis
jar test sampel air Sungai Kreung Raya
5
4
Kekeruhan (NTU)
0
0 15 20 25 30
Konsentrasi PAC (ppm)
Gambar 10 Hubungan antara kekeruhan dan konsentrasi koagulan PAC pada analisis jar test
sampel air Sungai Kreung Raya
Dilakukan analisis jar test pada lokasi Hasil analisis jar tes koagulan PAC
kedua yaitu Sungai Krueng Raya. Hasil analisis terhadap kekeruhan air di Sungai Krueng Raya
jar test dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. dapat dilihat pada tabel 10. Penggunaan
Gambar 9 menunjukkan hasil kerja dari koagulan PAC tersebar pada konsentrasi 15
koagulan aluminium sulfat terhadap kekeruhan ppm, 20 ppm, 25 ppm dan 30 ppm. Hasil
air di Sungai Krueng Raya. Hasil analisis terlihat penurunan tingkat kekeruhan dari kekeruhan
penurunan kekeruhan hingga 50% setelah awal (4,54 NTU) berturut-turut adalah 3,63 NTU,
ditambahkan dengan konsentrasi 25 ppm dan 2,27 NTU, 1,63 NTU dan 1,39 NTU. Penggunaan
30 ppm yaitu berturut-turut sebesar 1,71 NTU PAC 25 ppm sudah menurunkan tingkat
dan 1,64 NTU. Tingkat kekeruhan pada kekeruhan air sungai sebesar 50 % yaitu 2,27
konsentrasi 20 ppm adalah 3,03 NTU. Namun, NTU dari 4,54 NTU.
terjadi penambahan kekeruhan pada Penggunaan PAC sebagai koagulan pada
penggunaan aluminium sulfat pada 35 ppm konsentrasi 15 ppm hingga 30 ppm tidak
dibandingkan konsentrasi sebelumnya yaitu berbeda efektif dalam menurunkan kekeruhan
menjadi 1,82 NTU. Hal ini disebabkan oleh air dari pada koagulan aluminium sulfat pada
kelebihan dosis koagulan aluminium sulfat. konsentrasi 20 ppm hingga 35 ppm untuk
Koagulan Aluminium sulfat dapat menaikan sampel air dari Sungai Krueng Raya. Namun,
tingkat kekeruhan air pada air yang koagulan aluminium sulfat memiliki dosis
kekeruhannya rendah akibat flok yang berlebih pada konsentrasi 35 ppm yang
berlebihan (Dempsey 1998). Tingkat kekeruhan membuat bertambahnya tingkat kekeruhan air
air Sungai Krueng Raya memang tergolong dari konsentrasi sebelumnya. Penurunan
rendah yaitu 4,5 NTU. optimal didapat dari penurunan tingkat
kekeruhan air sebesar 50% terhadap air Sungai
38
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
Krueng Raya. Aluminium sulfat dan PAC Tanjung masing-masing memiliki efisiensi yang
menurunkan kekeruhan 50 % pada konsentrasi semakin tinggi setelah dilakukan penambahan
yang sama yaitu 25 ppm. Efisiensi proses konsentrasi koagulan. Kecuali terdapat pada PAC
koagulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memiliki efisiensi yang sama antara 25
seperti pH, temperatur, alkalinitas, jenis ppm dan 30 ppm. Efisiensi tertinggi koagulan
koagulan dan intensitas pengadukan (Lee et al. aluminium sulfat pada konsentrasi 50 ppm
2008) sebesar 74,57% sedangkan PAC pada
konsentrasi 25 dan 30 ppm sebesar 66,1%.
Penentuan Dosis Koagulan Optimum
Penentuan koagulan optimum merupakan Perbandingan tingkat optimal koagulan
kombinasi dari dosis koagulan terendah, dibandingkan hasil akhir kekeruhan pada Sungai
efisiensi pengurangan kekeruhan tertinggi dan Tanjung (4 NTU) terdapat di 35 ppm pada alum
perhitungan segi ekonomi. Koagulan optimum dan 25 ppm pada PAC. Konsentrasi PAC lebih
akan digunakan pada Instalasi Pengolahan Air rendah 10 ppm dibandingkan aluminium sulfat
Minum (IPAM) sebagai koagulan terbaik dalam dengan efisiensi sama. Hal ini disebabkan PAC
mengolah air sungai menjadi air bersih. Pada lebih cepat membentuk flok daripada koagulan
awalnya akan dibandingkan efesiensi koagulan biasa. Hal ini disebabkan adanya gugus aktif
pada masing-masing sungai kemudian aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat
ditentukan koagulan optimum dengan mengikuti koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai
parameter koagulan terendah dan segi ekonomi. polimer dari gugus polielektrolit sehingga
gumpalan floknya menjadi lebih padat (Gao et al.
Efisiensi penggunaan koagulan PAC dan
2005).
aluminium sulfat (Gambar 11) pada Sungai
80 70
70 60
60 50
Efisiensi (%)
Efisiensi (%)
50
40
40
30
30
20 20
10 10
0 0
20 25 30 35 40 45 50 15 20 25 30
Alumunium Sulfat (ppm) PAC (ppm)
Gambar 11 Efisiensi koagulan aluminium sulfat (kiri) dan PAC (kanan) di Sungai Tanjung
berdasarkan tingkat konsentrasi koagulan
80 70
70 60
60
50
Efisiensi (%)
Efisiensi (%)
50
40
40
30 30
20 20
10 10
0 0
15 20 25 30 20 25 30 35
PAC (ppm) Alumunium Sulfat (ppm)
Gambar 12 Efisiensi koagulan PAC (kiri) dan Aluminium Sulfat (kanan) di Sungai Krueng Raya
berdasarkan tingkat konsentrasi
39
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
Tabel 2 Perbandingan dosis koagulan terhadap kekeruhan akhir, efisiensi dan biaya
Kekeruhan Biaya (Rp per
Koagulan Dosis (ppm) Efisiensi (%)
akhir (NTU) m3)
Sungai Tanjung
PAC 25 4 66,10 250
Aluminium Sulfat 35 4 66,10 140
Sungai Krueng Raya
PAC 30 1,39 69 300
Aluminium Sulfat 30 1,64 63,9 120
Efisiensi penggunaan koagulan aluminium untuk memperbaiki kualitas air Sungai Tanjung
sulfat dan PAC (Gambar 12) pada Sungai Krueng dengan biaya Rp 140,00 per m3.
Raya masing-masing memiliki efisiensi yang Berbeda dengan Sungai Krueng Raya,
semakin tinggi setelah dilakukan penambahan berdasarkan harga bahan baku koagulan (Tabel
konsentrasi koagulan. Kecuali terdapat pada 2) terlihat perbedaan harga yang signifikan pada
aluminium sulfat memiliki efisiensi yang turun penggunaan dengan nilai efesiensi yang tidak
pada konsentrasi 35 ppm. Efisiensi tertinggi berbeda jauh. Berdasarkan hal tersebut
koagulan PAC terdapat pada konsentrasi 30 ppm disimpulkan bahwa penggunaan koagulan
sebesar 69% sedangkan aluminium sulfat pada aluminium sulfat konsentrasi 25 ppm adalah
konsentrasi 30 ppm sebesar 63,9%. koagulan optimum untuk memperbaiki kualitas
Biaya koagulan dilakukan untuk air Sungai Krueng Raya dengan biaya Rp 120,00
mengetahui biaya bahan baku yang diperlukan per m3.
untuk membuat Instalasi Pengolahan Air Minum
Kualitas Air Olahan
(IPAM) yang ekonomis dan sebagai parameter
untuk menentukan koagulan optimum. Harga Hasil pengukuran kualitas air setelah
satuan yang berbeda antara poli-aluminium pengolahan dapat dilihat pada tabel 3. Air sungai
klorida (Rp 10.000/Kg) dan alumunium sulfat diolah dalam proses flokulasi-koagulasi dengan
(Rp 4000,00/Kg) membuat biaya pengolahan koagulan aluminium sulfat 35 ppm pada Sungai
lebih ekonomis menggunakan koagulan jenis Tanjung dan koagulan aluminium sulfat 25 ppm
aluminium sulfat. pada Sungai Krueng Raya.
Berdasarkan harga bahan baku koagulan Terlihat semua parameter fisik air olahan
(Tabel 2) terlihat perbedaan harga yang memenuhi baku mutu air kelas I. Kedua air
signifikan pada penggunaan dengan nilai sungai memiliki warna dibawah 15 PtCo unit
efesiensi yang sama pada Sungai Tanjung. dan kekeruhan dibawah 5 NTU. Kualitas air
Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa sungai yang meningkat menjadi kelas I
penggunaan koagulan aluminium sulfat berdasarkan PP No. 82/2001 sehingga dapat
konsentrasi 35 ppm adalah koagulan optimum diolah lebih lanjut menjadi air minum yang
memenuhi persyaratan.
Tabel 3 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung setelah perlakuan
40
Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium Klorida....(Ignasius D. A. Sutapa)
41
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 5 No. 1, Juni 2014: 29-42
42