Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat
serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
Tiada gading yang tak retak, begitu pun referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga referat ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat bagi penulis dan pihak yang bersangkutan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari, 38° C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya
terjadi antara umur 6 bulan dan 5 tahun. Setiap kejang kemungkinan dapat
menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua.
Pada umumnya kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
tanpa adanya kecacatan neurologik yang dialami oleh anak-anak. Kejang demam
penanganan pertama pada ibu yaitu Pengetahuan, pengalaman, dan perilaku dalam
Adapun menurut IDAI, 2013 penyebab terjadinya kejang demam, antara lain : obat-
menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2012 yaitu didapatkan 10 penyakit-
penyakit yang sering rawat inap di rumah sakit diantaranya diare dan penyakit
Oleh sebab itu, penyusunan referat kasus ini bertujuan untuk menjelaskan
dan ditujukan untuk praktisi klinis yang membaca referat kasus ini. Diharapkan
setelah membaca laporan kasus ini, pembaca dapat sedikit atau pun lebih banyak
tatalaksananya
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
waktu demam yang tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti
meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala
misalnya karena ada nya infeksi di saluran pernapasan, telinga atau infeksi di
saluran pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak
( Airlangga Universty Press (AUP), 2015). Kejang demam adalah serangan kejang
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kejang demam pada anak. Pneumonia
adalah peradangan pada parenkim paru atau bagian distal dari bronkiolus terminalis
di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal secara difus.
kejang dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal
ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh satu
glukosa dan oksigen Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan
sitokin yang merupakan pirogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring
kejadian demam dan respons inflamasi akut. Salah satu penyebab terjadinya kejang
adalah pada pneumonia karena manifestasinya yang memiliki gejala demam tinggi
yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien,
orofaring;
Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang
terjadi. Pada saluran nafas bagan bawah, kuman menghadapi daya tahan tubuh
berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit
bronkial, dan netrofil. Juga daya tahan humoral IgA dan IgG dari sekresi bronkial.
tingkatan kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya
tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas
didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
2.3 Diagnosis
Pneumonia
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40ºC, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
Pada anak, riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi,
batuk dan nyeri dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
kasar pada stadium resolusi. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan
tanda pnuemonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas. Pada perkusi dan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang
Pemeriksaan Mikrobiologis
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Pemeriksaan sputum kurang
cairan pleura, atau aspirasi paru, kecuali pada masa neonatus, di mana kejadian
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis
Pemeriksaan radiologi
Kejang Demam
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan
(kurang dari 15 menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa
gambaran fokal dan pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan
menunjukkan gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih
dari 1 kali kejang selama 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung
lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan
kejang kondisi anak tidak sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8%
kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum
yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih
dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16%
kejang demam.
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pungsi Lumbal
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi
lumbal dianjurkan pada: 1. Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan 2. Bayi
antara 12-18 bulan – dianjurkan 3. Bayi >18 bulan – tidak rutin Bila klinis yakin
c. Elektroensefalografi
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas,
rumah sakit jika kondisi stabil, keluarga perlu diberitahu jika terjadi kejang
berulang maka harus dibawa ke rumah sakit. Pada kejang demam sederhana,
2.4 Tatalaksana
dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam
keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-
0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5
menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi
B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari
10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila
kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus
Pneumonia ringan
Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-
90 mg/kgBB.
Pneumonia berat
komplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
C. Penatalaksaan suportif
Pemberian oksigen 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
0,5 x 0,3 x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah
setiap 4-6 jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai
dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada
\
BAB III
KESIMPULAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi atas
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan
suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang tepat dapat mengatasi
kondisi kejang dan mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang demam tidak
orang tua penting karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam
adapun penyakit yang menyertainya kejang demam diantaranya diare dan penyakit
Fadly Rifqi Arief. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. CDK-232/ vol. 42 no.
9. 658-661.
No. 1. 32-40
Demam. 1-25.
Fuadi, dkk. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol.